Anda di halaman 1dari 56

Laboratorium Metrologi Industri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk suatu proses permesinan mempunyai kualitas geometrik tertentu.
Kualitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengendalian mutu dan proses
manufakturnya. Mutu yang baik tidak saja tergantung pada proses manufaktur, namun
juga sangat ditentukan oleh penggunaan alat-alat ukur presisi (tepat) dan akurat (teliti)
serta cara pengukurannya pun harus sesuai dan benar. Alat ukur yang di gunakan juga
harus memenuhi standart internasional, sifat-sifat yang dimiliki alat ukur harus terjamin
kebenaranya.
Tidak hanya alat ukur tentunya juga didukung oleh kepiawaian menggunakan
alat ukur oleh pengukur produk selama proses produksi berlangsung hingga
menghasilkan produk sesuai dimensi tertentu yang dikehendaki (jobshift). Didalam
industri manufaktur hal tersebut biasanya dilakukan oleh bagian ahli produksi
sedangkan kontrol kualitas produk biasanya menjadi kewenangan Q.A
(QualityAssurance) atau biasanya disebut Laboratorium Metrologi.
Produk permesinan mempunyai kualitas produk tertentu yang selalu
membutuhkan pemerikasaan untuk memeriksanya diperlukan metrologi dalam arti
umum. Sedangkan metrologi industri adalah ilmu untuk melakukan pengukuran
karakteristik geometri atau komponen mesin dengan alat untuk cara yang tepat sesuai
dengan hasil pengukurannya dianggap sebagai hasil yang paling dekat dengan kondisi
geometri sesungguhnya atau sebenarnya dari komponen mesin tersebut.
Di laporan ini akan membahas mendetail mengenai pengertian dan pemahaman
mengenai mengukur. Terlebih lagi kita akan membahas atau melihat lebih jauh tentang
pengukuran di dalam metrologi industri yang sangat penting kegunaannya didunia kerja
kelak.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

1.2 Pengukuran
1.2.1 Definisi Pengukuran
Pengukuran dapat didefinisikan dalam beberapa definisi, yaitu:
1. Menurut Taufiq Rochim (2001: 78), pengukuran adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran acuan atau pembanding atau referensi.
2. Menurut Suharsimi Arianto, pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan
suatu ukuran.
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengukuran adalah suatu
kegiatan yang membandingkan suatu besaran dengan besaran yang lain yang tujuannya
adalah untuk mendapatkan nilai atau angka kuantitatif yang dapat dibaca dan dipahami
oleh manusia.

1.2.2 Fungsi Pengukuran


a. Untuk mengetahui dan mengamati dimensi suatu bahan yang telah diproduksi atau di
standarkan.
b. Untuk keperluan analisis dan interpretasi.
c..Proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendeskripsikan suatu
produk

1.2.3 Klasifikasi Pengukuran


A. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung adalah pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca
secara langsung pada alat ukurnya.

Gambar 1.1 Penggaris


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

B. Pengukuran Tak Langsung


Pengukuran tak langsung adalah pengukuran yang dilaksanakan dengan
menggunakan lebih dari satu alat ukur (pembanding, standar, dan alat ukur bantu).
Contoh : Blok Ukur

Gambar 1.2 Blok Ukur


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

1.2.4 Klasifikasi Alat Ukur


Menurut (Munadi, 1980: 71)
A. Sifat alat ukur dapat dibedakan menjadi:
1. Alat ukur langsung, hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala
ukurnya. Misalkan jangka sorong, mikrometer, dsb
2. Alat ukur pembanding, alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Dipakai sebagai pembanding alat ukur lain. Misalnya: jam ukur (dial
indicator), pembanding (comparator)
3. Alat ukur standart, alat ukur yang mempunyai harga ukuran tertentu, biasanya
digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding, misal: blok ukur (gauge
block), batang ukur (lenght bar) dan master ketinggian (height master)
4. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
dimensi objek ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran, misalnya:
kaliber-kaliber batas (go and no go).
5. Alat ukur bantu, alat ukur yan sifatnya hanya sebagai pembantu dalam proses
pengukuran, misalnya: dudukan mikrometer, penyangga jam ukur, dsb.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

B. Alat ukur berdasarkan jenis benda


Alat ukur linier
Langsung : Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada bagian penunjuk alat
tersebut (Taufiq Rochim , 2001 : 265)

Gambar 1.3 Mistar Ukur Berkait


Sumber : Taufiq Rochim (2001 : 266)

Tak langsung: Karena diperlukan kecermatan yang lebih tinggi atau karena
kondisi obyek ukur ridak memungkinkan untuk pengukuran langsung (Taufiq
Rochim , 2001 : 293)

Gambar 1.4 Blok Ukur


Sumber : Taufiq Rochim (2001 : 295)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Alat ukur Sudut : Alat untuk mengukur harga (besar kecilnya) pembukaan antara dua
garis (lurus) yang bertemu pada suatu titik (Taufiq Rochim , 2001 : 319)
Contoh alat ukur sudut langsung:

Gambar 1.5 Mistar Sudut


Sumber : Munadi (1988 : 134)

Contoh alat ukur sudut tak langsung:

Gambar 1.6 Blok Ukur


Sumber : Taufiq Rochim (2001 : 326)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Metrologi Ulir
Proses pengukuran untuk kualitas geometri dari ulir.

Gambar 1.6 Mistar Ulir


Sumber : Munadi (1988 : 167)

Alat ukur kedataran, kelurusan, dan kerataan


Proses pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan suatu alat
untuk mengetahui suatu bentuk geometri kekasaran dari suatu permukaan.

Gambar 1.7 Surface Roughness Tester


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

1.3. Metrologi dan Kontrol kualitas


1.3.1 Definisi Metrologi dan Kontrol kualitas
Metrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran geometris suatu
produk dengan cara dan alat yang tepat sehingga hasil pengukurannya mendekati
kebenaran dari keadaan yang sesungguhnya (Munadi,1980: 8).
Kontrol kualitas merupakan kegiatan pengukuran karakteristik produk yang
dibandingkan dengan acuan yan dibakukan atau distandartkan (Rochim, 2001: 9)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Manfaat keduanya pada bidang teknik mesin adalah menentukan geometris suatu
produk yang baik dengan memastikan hasilnya presisi pada proses permesinan. Adapun
terdapat organisasi standardisasi pengukuran Internasional

1.3.2 Jenis jenis Metrologi


A. Metrologi industri
Merupakan pengukuran dari sisi geometris suatu produk dengan memastikan
bahwa sistem pengukuran berfungsi dengan baik. Penggunaan metrologi ini digunakan
ketika menentukan kepresisian suatu produk yang berkaitan dengan kontrol kualitas
dalam dunia industri.
B. Metrologi Legal
Pengukuran yang berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan standart -
standart pengukuran dan pemeliharaan suatu produk. Metrologi legal menonjolkan
aspek hukum untuk melindungi konsumen dari penyalahgunaan alat ukur dalam
perdagangan (Rochim, 2001: 77)
C. Metrologi Ilmiah
Ilmu metrologi yang berkaitan dan digunakan untuk pengembangan keilmuan dan
penelitian yang biasa digunakan di dunia pendidikan dan keilmuan. Biasanya
penggunaan metrologi ini pada dunia penelitian dan observasi.

1.4 Parameter Pengukuran


1. Accuracy (ketelitian)
Ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang persis
atau mendekati sama dengan ukuran standar (Munadi, 1980: 11)
2. Precision (Ketepatan)
Ukuran kemampuan pengukuran yang dilakukan secara berulang dimana
hasil dari masing - masing pengukuran tadi mendekati sama dengan harga rata
rata dari keseluruhan hasil pengukuran tersebut (Munadi, 1980: 12)
3. Ukuran Dasar
Merupakan dimensi atau ukuran nominal dari suatu obyek ukur yang
secara teoritis dianggap tidak mempunyai harga batas ataupun toleransi.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Walaupun harga sebenarnya dari obyek ukur tidak pernah diketahui, namun
secara teoritis di atas dianggap yang paling tepat.(Munadi, 1980: 12)
4. Toleransi
Merupakan perbedaan ukuran dari kedua harga batas yang dihasilkan
sehingga dari perbedaan ukuran ini dapat diketahui dimana ukuran dari
komponen-komponen yang dibuat itu terletak. Besarnya toleransi merupakan
selisih dari ukuran maksimum dan ukuran minimum. (Munadi, 1980: 12)
5. Harga Batas
Ukuran atau dimensi maksimum dan minimum yang diizinkan dari
suatu komponen, di atas dan di bawah ukuran dasar. Pada pembahasan
mengenai statistik akan ada 2 harga batas yaitu harga batas atas dan harga batas
bawah. (Munadi, 1980: 14).
6. Kelonggaran
Merupakan perbedaan ukuran antara pasangan suatu komponen dengan
komponen lain dimana ukuran terbesar dari salah satu komponen adalah lebih
kecil daripada ukuran terkecil dari komponen yang lain. (Munadi, 1980: 14).

1.5 Komponen Alat Ukur


1.5.1 Sensor
Sensor merupakan bagian dari alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan
benda atau objek ukur atau bisa dikatakan juga bahwa sensor adalah peraba dari alat
ukur. Hal ini berarti bahwa sensor adalah bagian dari alat ukur yang mengalami kontak
langsung dengan benda kerja. Contoh dari sensor ini antara lain, kedua ujung
mikrometer, kedua lengan jangka sorong, dan alat ukur kekasaran. (Munadi, 1980: 53).

1.5.2 Pengubah
Pengubah berfungsi sebagai penerus atau pengolah semua isyarat yang diterima
oleh sensor. Dengan adanya pengubah, semua isyarat dari sensor diteruskan ke bagian
lain yaitu penunjuk atau pencatat yang terlebih dahulu diubah oleh pengubah. Dengan
demikian pengubah mempunyai fungsi untuk memperjelas dan memperbesar perbedaan
yang kecil dari dimensi benda ukur. Ada beberapa jenis pengubah, yaitu : Mekanis,
Elektris, Optis, dan Pneumatis (Rochim, 2001: 106)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

1.5.3 Penunjuk
Penunjuk adalah bagian alat ukur melalui mana harga sebagai hasil suatu
pengukuran ditunjukkan atau dicatat (Rochim, 2001: 135). Secara umum, penunjuk ini
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Penunjuk yang mempunyai skala
Skala yang dimaksud disini berarti susunan garis yang beraturan dengan
jarak beraturan antara dua garis yang berdekatan dibuat tetap dan mempunyai arti.
b. Penunjuk berangka
Pada alat ukur dengan penunjuk berangka kita bisa mengetahui hasil
pengukuran dengan cara melihat atau membaca deretan angka yang ada.

1.6 Sifat Umum Alat Ukur


1. Rantai Kalibrasi
Kalibrasi adalah mencocokkan harga-harga yang ada pada skala ukur
dengan harga-harga standart atau harga sebenarnya. (Munadi, 1980: 72)
Rantai kalibrasi dapat dilakukan melalui rangkaian sebagai berikut:
a. Tingkat 1 : Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja
b. Tingkat 2 : Kalibrasi alat ukur standar kerja terhadap alat ukur standar
c. Tingkat 3 : kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur yang terstandar lebih
tinggi, misal standar nasional
d. Tingkat 4 : kalibrasi standar nasional dengan standar internasional
2. Kepekaan
Kepekaan adalah kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan
yang kecil dari harga-harga yang diukur. (Munadi, 1980: 73)
3. Kemudahan Baca
Merupakan kemampuan alat ukur untuk menunjukan harga yang jelas pada
skala ukurnya. Pemberian skala nonius dengan sistem yang lebih rinci memegang
peranan penting dalam kemudahan baca. (Munadi, 1980: 73)
4. Histeristis
Histeristis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul ketika
dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

(mulai dari skala 0 hingga skala maksimum kemudian diulangi dari skala maksium
hingga skala 0) (Taufik Rochim, 2001: 152)
5. Kepasifan
Kepasifan adalah waktu respon yang menjadi pada sebuah alat ukur mulai
dari sensor sampai penujuk, kepasifan terjadi apabila sensor telah memberikan
sinyal, namun penunjuk belum menunjukkkan perubahan nilai harga pada harga
ukur. (Rochim, 2001: 153)
6. Pergeseran
Pergeseran adlah penyimpangan yang terjadi dari harga harga yang
ditunjukan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak
melakukan perubahan apa-apa. (Munadi, 1980: 74)
7. Kestabilan Nol
Merupakan kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor
tidak lagi bekerja. (Munadi, 1980: 75)
8. Pengambangan
Terjadi apabila jarum penunjuk selalu beruba posisinya (bergetar) atau
angka terakhir/paling kanan penunjuk digital berubah-ubah. (Rochim, 2001: 154)

1.7 Karakteristik Geometrik dan Kualitas


1.7.1 Karakteristik Geometrik
Dalam proses pembuatan suatu produk selalu diharapkan hasil yang baik,
ditinjau dari segi bentuk maupun ukuran. Akan tetapi dalam kenyataannya sulit
diperoleh hasil yang sangat sempurna dalam arti ukuran, bentuk dan kehalusannya
sangat tepat. Kalau suatu komponen mesin yang kita buat ternyata mempunyai ukuran
yang sangat tepat dengan bentuk yang sangat sempurna serta kehalusan permukaan
komponen yang sangat halus, maka keadaan yang demikian ini barulah dikatakan
bahwa komponen mesin tersebut memiliki karakteristik geometris yang ideal. (Munadi,
1980 : 14)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

1.8.2 Karakteristik Kualitas


Karakteristik kualitas yaitu karakteristik yang menggambarkan tingkat kualitas
produk atau jasa. Setelah produksi (telah diproses) pemeriksaan kualitas karakteristik
geometrik dilaksanakan dalam rancangan awal produk sebagai karakteristik geometrik
yang sempurna sebagai pembanding. Jadi, perbandingan antara rancangan awal dengan
produk adalah karakteristik kualitas produk tersebut.

1.8.3 Hubungan Karakteristik Geometrik dan Kualitas


Hubungannya adalah karakteristik geometrik menggambarkan suatu produk
yang ideal apabila produk tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki sesuai dengan
karakteristik fungsional, sedangkan karakteristik kualitas menggambarkan tingkat
kualitas produk atau jasa yang berdasarkan perbandingan antara rancangan awal
dengan karakteristik geometris tersebut.

1.8 Sistem dan Standar Pengukuran


Menurut Munadi (1980: 18-23) sistem dan standar pengukuran dapat dibagi
menjadi :
1. Sistem Matrik
Sistem matrik telah dikembangkan oleh para ilmuwan prancis sejak
tahun 1970-an. Sistem ini mendasarkan pada meter untuk pengukuran
panjang dan kilogram untuk pengukuran berat. Dari satuan meter dan
kilogram ini kemudian diturunkan unit satuan lain untuk mengukur
luas,volume, kapasitas, dan tekanan.
Sistem matrik adalah sebuah sistem satuan pengukuran internasional
yang baku. Biasa dikenal dengan satuan mks.
Sistem matrik untuk satuan panjang = meter
Sistem matrik untuk satuan massa = kilogram
Sistem matrik untuk satuan waktu = detik/sekon.
Sebetulnya, kalau dikaji lebih jauh, sistem matrik ini mempunyai
banyak keuntungan dibandingkan sistem british. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain :

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

1. Konversinya lebih mudah, perhitungannya juga lebih cepat dan mudah


karena berdasarkan kelipatan sepuluh, dan terminologinya lebih mudah
dipelajari.
2. Dunia perdagangan dari negara-negara industri sebagian besar
menggunakan sistem matrik sehingga hal ini memungkinkan terjadinya
hubungan kerja sama antara industri satu dengan lainnya karena sistem
pengukuran yang digunakan sama. (Prinsip dasar industri untuk
menghasilkan komponen yang mempunyai sifat mampu ukur).
2. Sistem British
Sistem british secara garis besar berlandaskan pada satuan inchi,
pound, dan detik sebagai dasar satuan panjang, massa, dan waktu.
Kemudain berkembang pula satuan-satuan lain misalnya yard, mil, ounce,
gallon, feet, barrel, dan sebagainya. Pada umumnya sistem british yang
digunakan di Inggris (british standart) dan di Amerika (National Bareau of
standarts) adalah tidak jauh berbeda. Hanya pada hal-hal tertentu ada sedikit
perbedaan. Misalnya satu ton menurut British Standart adalah sama dengan
2240 pound, sedangkan di amerika satu ton adalah sama dengan 2000 pound
; satu yard Amerika = 3600/3937 meter, sedangkan satu yard menurut
British Imperial = 3600000/3937014 meter.
Sistem british/inchi/non metrik adalah sistem yang secara garis besar
berlandaskan pada satuan inchi, pound, dan detik sebagai dasar satuan
panjang, massa, dan waktu.
3. Konversi antara Matrik dan British
Adalah sifat memudahkan hubungan perubahan antara sistem matrik
dan sistem british. Ada tiga jenis konversi antara matrik dan british, yaitu :
1. Konversi secara matematika
Konversi inchi/british ke matrik secara matematika diperlukan faktor
konversi, caranya :
1 yard = 3600/3937 meter = 0,914440
1 yard = 36 inchi, berarti ;
1 inchi = 1/36 x 0,91440 meter = 0,025400
Kita tahu bahwa 1 meter = 1000 milimeter

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Maka :
1 inchi = 0, 025400 x 1000 meter
= 2540000 mm (faktor konversi)

1.10 Macam-Macam Kesalahan Dalam Pengukuran


1.10.1 Definisi kesalahan dalam pengukuran
Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara nilai sebenarnya dari
suatu pekerjaan pengukuran yang di olehseseorang pengamat yang dapat disebabkan
karena benda ukur, alat ukur, pengamat, dan juga karena pengaruh lingkungan. (Rochim,
2001: 156)

1.10.2 Macam macam kesalahan dalam pengukran


Menurut Munadi (1980: 76-79) Ada beberapa kesalahan dalam pengukuran
diantaranya :
a. Kesalahan pengukuran karena alat ukur
Untuk mengurangi terjadinya penyimpangan pengukuran sampai
seminimal mungkin maka alat ukur yang dipakai harus dikalibrasi terlebih
dahulu. Kalibrasi ini diperlukan di samping untuk mengecek kebenaran skala
ukurannya juga untuk menghindari sifat-sifat yang merugikan dari alat ukur.
b. Kesalahan Pengukuran Karena Benda Ukur
Tidak semua benda ukur berbentuk pejal yang terbuat dari besi, seperti
rol atau bola baja, balok dan sebagainya, adapun benda ukur yang terbuat dari
bahan aluminium yang memiliki sifat elastis, artinya bila ada beban dikenakan
pada benda tersebut maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tidak diperhatikan
pada saat pengukuran pasti akan terjadi penyimpangan hasil pengukuran, untuk
mengetahui hal ini biasanya jarak tumpuan ditentuksn sedemikian rupa sehingga
diperoleh kedua ujungnya tetap sejajar.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 1.8 Kesalahan Pengukuran Karena Benda Ukur


Sumber : Munadi (1980 : 76)

c. Kesalahan Pengukuran Karena Pengukur


Manusia memang mempunyai sifat-sifat diri dan juga mempunyai
keterbatasan. Sulit diperoleh hasil yang sama dari kedua orang yang
melakukan pengukuran walaupun kondisi alat ukur yang digunakan sama.
Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu :
Kesalahan karena kondisi manusia
Kondisi badan yang kurang sehat dapat mempengaruhi proses
pengukuran yang mengakibatkan hasil pengukuran juga kurang tepat.
Contoh yang sederhana, misalnya pengukuran diameter poros dengan
jangka sorong. Bila kondisi badan sedikit gemetar maka posisi alat ukur
terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan.
Kesalahan karena metode pengukuran yang digunakan
Alat ukur dalam keadaan baik, badan sehat untuk melakukan
pengukuran tetapi masih juga terjadi penyimpangan pengukuran. Hal ini
disebabkan metode pengukuran yang kurang tepat. Metode pengukuran
berkaitan dengan cara memilih alat ukur dan cara menggunakannya.
Kesalahan karena pembacaan alat ukur
Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala ukur dari alat
ukur yang sedang digunakan akan mengakibatkan banyak terjadi
penyimpangan hasil pengukuran, kebanyakan yang terjadi karena kesalahan
posisi waktu membaca skala linear.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

d. Kesalahan Pengukuran Karena Lingkungan


Suatu kondisi lingkungan dapat mempengaruhi hasil pengukuran seperti
suhu pada saat pelaksanaan pengukuran dan meja perata sebagai alat
pendukung terdapat bagian yang tidak rata.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

BAB II
PENGUKURAN LINIER

2.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum dengan vernier caliper adalah sebagai berikut:
1. Agar praktikan mampu menggunakan vernier caliper dengan baik dan benar.
2. Agar praktikan memahami dan mampu melaksanakan pengukuran dengan
vernier caliper.
3. Agar praktikan mampu menggunakan outside micrometer dengan baik dan
benar.
4. Agar praktikan dapat memahami dan mampu melaksanakan pengukuran dengan
outside micrometer.

2.2 Tinjauan pustaka


2.2.1 Pengukuran linear langsung
2.2.1.1 Vernier Caliper
Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam
praktek sehari-hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, mistar
geser, schuifmaat atau vernier. Pada batang ukurnya terdapat skala utama yang
cara pembacaannya sama seperti pada mistar ukur. Pada ujung yang lain
dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur
gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka mistar
ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, dilengkapi pula dengan
skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam pengukuran yaitu yang
disebut dengan skala nonius. Adanya skala nonius inilah yang membedakan
tingkat ketelitian mistar ingsut (Munadi, 1980: 90)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

A. Mengetahui ketelitian Vernier Caliper.

Gambar 2.1 Vernier Caliper ketelitian 0,05 mm


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016).

Pada gambar diatas terbaca 39 Skala Utama = 20 Skala Nonius Jadi


besarnya 1 skala nonius = 1/20 x 39 Skala Utama = 1,95 Skala Utama Maka :
Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah =2 1,95 = 0,05 mm Atau :
Ketelitian jangka sorong itu adalah : 1 bagian Skala utama itu, dibagi sebanyak
jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm

B. Macam macam Vernier Caliper


a. mistar ingsut jarak senter

Gambar 2.2 Mistar ingsut jarak senter


Sumber : Taufiq Rochim (2006 : 274)

Berfungsi untuk menguur jarak senter lubang,mengukr jatak senter ke tepi.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

b. mistar ingsut diameter alur dalam

Gambar 2.3 Mistar ingsut diameter dalam


Sumber : Taufiq Rochim (2006 : 274)

Berfungsi untuk mengukur alur didalam diameter silinder dengan batas


minimum 30mm

c. mistar ingsut pipa

Gambar 2.4 Mistar ingsut pipa


Sumber : Taufiq Rochim (2006 : 275)

Berfungsi untuk mengukur tebal dinding pipa dan tebal pelat yang
melengkung

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

d. mistar ingsut posisi dan lebar alur

Gambar 2.8 Mistar Ingsut Posisi dan lebar Alur


Sumber : Taufiq Rochim (2006 : 275)

berfungsi untuk mengukur lebar alur dan posisi alur terhadap tepi atau
alur lain.

e mistar ingsut kedalaman

Gambar 2.9 Mistar ingsut kedalaman


Sumber : Taufiq Rochim (2006 : 277)

Berfungsi untuk pengukuran kedalaman dan pengukuran lebar alur dan


posisi alur terhadap tepi atau alur lainnya

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

C. Bagian-bagian vernier caliper dan fungsi

Gambar 2.14 Bagian bagian vernier caliper


Sumber : Taufiq Rochim (2007:13)

1. Rahang sorong
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Rahang caliper ditempelkan
terlebih dahulu pada benda kerja yang akan diukur sebelum rahang geser
ditempelkan kemudian
2. Permukaan untuk mengukur bagian dalam (Internal jaws)
Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser atas. Bagian ini digunakan
untuk mengukur bagian dalam suatu benda kerjaseperti celah pada benda atau
diameter dalam silinder

3. Permukaan untuk mengukur bagian luar (External jaws)


Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser bawah. Bagian ini digunakan
untuk mengukur bagian luar suatu benda kerja seperti tebal benda atau diameter
luar poros
4. Pengukur kedalaman (Depth measuring blade)
Digunakan untuk mengukur kedalaman suatu lubang atau celah
5. Tuas geser
Digunakan untuk menggeser rahang geser dan skala geser sehingga
menempel pada benda kerja yang diukur

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

6. Baut pengunci
Digunakan untuk mengunci rahang geser untuk dilakukan pembacaan hasil
pengukuran
7. Skala pengukuran

Gambar 2.15 Bagian skala pengukuran


Sumber : Sudji Munadi (1980 : 92)

Skala pengukuran jangka sorong terdiri dari:


a. Skala utama
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka di depan koma.
b. Skala geser
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka belakang koma. Pada bagian atas
terdapat skala satuan inchi, sedangkan bagian bawah skala ukur dengan satuan mm.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

b. Cara pembacaan

Gambar 2.16 Cara pembacaan Vernier Caliper


Sumber : Sudji Munadi (1980 : 89)

Pada hasil pengukuran diatas :


a. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis pada skala utama sebelah
kiri terdekat dengan garis indeks (pada skala nonius)
b. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis angaka skala nonius yang
paling dekat jaraknya dengan garis indeks (pada skala utama)
c. Lihat garis skala nonius dan skala utama yang sejajar kemudian kalikan garis
skala nonius yang sejajar tadi dengan ketelitian alat

D. Kalibrasi Vernier Caliper


Kalibrasi vernier caliper bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dalam
pengukuran. Sebelum digunakan alat ukur vernier caliper tersebut, pastikan vernier
caliper sudah terkalibrasi. Jika belum, maka langkah-langkah mengkalibrasi vernier
caliper adalah :
a. Rapatkan kedua permukaan rahang ukur

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

b. Tepatkan garis nol skala nonius dengan garis nol pada batang utama jangka
sorong
c. Lalu lihatlah celah antara rahang ukur, pastikan kedua rahang ukur rapat.

2.2.1.2 Micrometer Outside


Outside micrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai
kecermatan lebih tinggi dari pada mistar ingsut (Rochim, 2001: 278). Outside
micrometer adalah alat ukur yang sangat teliti umumnya walaupun secara
khusus mikrometer dapat didesain dengan ketelitian sebagai berikut
* Mikrometer dengan ketelitian 0,01mm
* Mikrometer dengan ketelitian 0,002mm
* Mikrometer dengan ketelitian 0,001mm

A. Cara Pembacaan Ketelitian Micrometer (mm)

Gambar 2.17 Micrometer Outside


Sumber : Taufiq Rochim (2006 : 292)
Tabung Micrometer terbagi dalam 50 bagian Skala nonius.
1 Putaran Tabung= 0,5 mm Skala Utama.
1 Bagian Skala Tabung = 1/50 x 0,5 mm = 1/100 mm.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

B.Cara Pembacaan

Gambar 2.18 Cara Pembacaan Mikrometer Outside


Sumber: Sudji Munadi (1980 : 104)

Pada hasil pengukuran diatas :


Nilai ukur pada skala tetap dinyatakan dengan garis pada skala
utama.pada skala utam terbaca 7mm Nilai ukur pada skala nonius terlohat dai
gambar adalah 0.37 Jadi cara pembacaanya dengan menjumlahkan skala utama
dan nonious.jadi nilai besaran pada suatu benda tersebut adalah 7,37mm

C.Bagian dan fungsi micrometer

Gambar 2.19 Micrometer Outside


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

1. Anvil
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Anvil ditempelkan terlebih
dahulu mpada benda kerja yang akan diukur sebelum spindle ditempelkan
kemudian dengan memutar thimble.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2. Spindle
Adalah sebuah poros yang diputar melalui thimble sehingga dapat
bergerak maju mundur untuk menyesuaikan ukuran benda yang diuji.
3. Sleeve
Adalah poros berlubang yang berulir tempat spindle dan thimble bergerak
maju mundur
4. Thimble
Digunakan untuk menggerakkan spindle.
5. Ratchet stop
Digunakan untuk memutar spindle ketika ujungnya sudah mendekati
benda kerja yang akan diukur dan kemudian untuk memastikan spindle telah
menempel rapat pada benda kerja yang diukur.
6. Lock lever
Untuk mengunci spindle agar tidak bergeser saat dilepaskan dari benda
kerja yang diukur.

D. Kalibrasi Micrometer Outside menurut Munadi (1980: 99)


Mengecek apakah gerakan silinder putar atau poros ukur betul-betul stabil
dalam arti tidak ada goyangan
Mengecek apakah kedudukan posisi 0 dari skala ukur sudah tepat
Mengecek apakah kedua muka ukur (sensor) mempunyai kerataan bila
dirapatkan
Mengecek apakah harga-harga an ditunjukan oleh skala ukurnya betul-betul
menunjukan harga yang benar menurut standar yang berlaku
Mengecek apakah fungsi dari rachet dan pengunci poros dapat berfungsi
dengan baik.

Macam macam mikrometer out side


1. mikrometer outside analog
Adalah mikrometer outside yang pembacaan mikrometernya
menggunakan perbandingan skala antara skala utama dan skala nonnious

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 2.20 mikrometer analog


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

2. mikrometer digital
adalah suatu mikrometer yang pembacaanya besaran langsung ditunjukkan oleh
penunjuk digital

Gambar 2.21 mikrometer digital


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

2.2.2 Pengukuran linear tak langsung


Dengan memakai vernier caliper dan mikrometer, pengukuran linier dapat
dilaksanakan secara langsung, sebab hasil penukuran dapat langsung dibaca pada
skalanya. Namun tidak semua masalah linier dapat diatasi dengan menggunakan alat
ukur langsung, karena diperlukan kecermatan yang lebih tinggi atau karena kondisi
obyek ukur tidak memungkinkan alat ukur langsung. Untuk itu diperlukan cara
pengukuran tak langsung yang dilaksanakan dengan memakai dua jenis alat ukur, yaitu
alat ukur standar dan alat ukur pembanding (Rochim, 2001: 293)

2.2.2.1 Blok ukur

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Blok ukur adalah alat ukur standart mempunyai dua permukaan yang sangt
halus rata dan sejajar dan dua muka ini dibuat denga jarak nominal tertentu (Rochim,
2001: 293)
a.sifat sifat blok ukur :
1.tahan aus karena kekerasan tinggi
2.tahan korosi serupa dengan stainless steel
3.Koefisien muai yang sama dengan baja komponen mesin (12x10-6 oC-1)
4.kestabilan dimensi yang baik
Blok ukur ini tersedia dalam suatu set yang terdiri dari bermacam macam ukuran
nominal jumlah blok dalam blok ukur bermacam macam dan menurut standart metrik
jumlah tersebut adalah 20,33,50,87,105,112

Tabel 2.1 set blok ukur 112 buah dengan tebal 1 mm

Sumber: Taufiq Rochim (2007:294)

Tabel 2.2 set blok ukur 112 buah dengan tebal 2 mm

Sumber : Taufiq Rochim (2007:294)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

b. pemakaian blok ukur


1. Pemakaian
a. ambil beberapa blok ukur dengan ukuran yang dikehendakiletakkan diatas lap
yang bersih
b. bersihkan vaselin yang menutipinya dengan bensin yang bersih kemudian lap
dengan lap yang halus kemudian letakkan blok ukur diatas lap yang bersih dengan
muka lap yang di samping
c. Cara menyatukan blok ukur adalah dengan meletakan salah satu blok ukur
menyilang (90 )terhadap blok ukur dengan ukuran yanglain dan ditekan yang cukup
salah satu diputar sehingga sejajar
d. blok ukur yang tipis jangan disatukan dengan blok ukur yang tipis karena
dapat menebabkan deformasi
e. susun blok ukur secara berurutan sehingga dicapai ukuran yang di kehendaki
f. setelah digunakan pisahkan susunan tersebut dengan car menggeser satu
persatu jangan dipidsahkan secara kasar.
g. bersihkan blok ukur dengan lap yang halus kemudian kembalikan pada
tempatnya
2.cara ukur
a. contoh ukuran yang diukur 58,975
b.mulailah angka desimal tebelakang dalam hal ini adalah 0,005 ambil blok ukur
dengan ukuran 1,005
c. sisa ukuran 58,975-1,005=57,970
d.perhatikan dua desimal terakhir ambil ukuran 1,47 karena ukuran 1,97 todak
tersedia
e. sisa ukuran adalah 56,5
f. untuk itu dapat dipilih blok ukur ukuran 0,5 dan 50mm
g.Dengan demikian diperoleh susunan sebagai
berikut ,005+1,47+9,5+50=58,975

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 2.21 Blok Ukur


Sumber : Taufiq Rochim (2007:295)

2.2.3 Metrologi lubang dan poros


Metrologi lubang dan poros adalah ilmu yang memepelajari tentang toleransi
dan kualitas lubang dan poros karena adanya ketidak telitian saat pembuatan maka suatu
alat tidak dapat dibuat seperti persis yang diminta agar persyaratan dapat dipenuhi maka
ukuran sebenarnya harus ada pada batas ukuran yang didijinkan.
2.2.3.1 Toleransi lubang dan poros
Toleransi ukuran adalah perbedaan antara ukuran kedua harga batas dimana
ukuran atau jarak permukaan batas geometri komponen harus terletak.untuk setiap
komponen harus didefinisikan suatu basic size sehingga harga ke dua batas dapat
dinyatakan dalam suatu penyimpangan terhadap ukuran dasar.ukuran dasar ini sedapat
mungkin dinyatakan dengan bilangan bulat.penyimpangan dapat diketahui dengan
mengurangkan kuran dasar dengan harga batas yang bersangkutan
Berdasarkan atas pertimbangan akan pentingnya komponen yang berbentuk
silinder dalam bangunan mesin serta untuk pembahasan selanjutnya harga akan
dipandang sebagai komponen silindrik.dengan demikian istilah lubang dan poros dapat
diartikan lebih luas dengan maksut untuk menunujukkan ruang kosong dan ruang padat
yang dibatasi oleh dua buah muka atau bidang bidang singgung contohnya lebar alur
dan tebal pasak

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Gambar ..2.30 Poros dan lubang yang berpasangan


Sumber Taufik Rachim 2003 ;58

Poros dengan lubang yang berpasangan masing masing mempunyai ukuran yang
mengacu pada ukuran dasar yang sama mereka diimajinasikan menempel pada bagian
dibawahnya dengan demikian muncul istilah atas dan bawah .misalnya penyimpangan
bawah libang dengan notasi EI dan penyimpangan bawah poros dengan penyimpangan
ei sedangkan untuk penyimpangan suatu ukuran atau dimensi bisa ditunjukkan pada
gambar (Rochim, 2001: 13-14)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2.2.3.2 Cara penulisan toleransi ukuran/dimensi

Gambar ..2.31 Penulisan toleransi


Sumber (Taufik Rakhim 2006 ; 454)

Bagi dimensi luar poros atau lubang harganya dinyatakn dengan angka yang
dituliskan diatas garis ukuan jika dilihat dengan sepintas maka A kurang memberikan
informasi dibanding dengan B dan C. Sedangkan untuk d meskipun tidak secara
langsung tetapi simbol dan huruf angka mengandung informasi yang sangat
bermanfaat yaitu sifat satuan bila komponen bertemu dengan pasangannya cara
pembuatan dan metode pengukuran
Perincian toleransi adalah sebagai berikut
1. ukuran maksimum dituliskan diatas ukuran minimum meski
memudahkan penyetelan mesin perkakas yang mempunyai alat kontrol terhadap
dimensi produk tetapi tidak praktis dpandang dari segi perancangan yaitu dalam
hal perhituungan toleransi dan penulisan gambar teknik
2. dengan menuliskan ukuran dasar beserta harga harga
penyimpangannya penyimpangan dituliskan di daerah atas penyimpangan bawah
dengan jumlah amgka desimal yang sama (kecuali untuk penyimpangan nol.)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

3. serupa dengan cara 2 tetapi apabila toleransi terletak simetrik terhadap


ukuran dasar maka aharga penyimpangan haruslah dituliskan sekali saja dengan
didahului tanda I
4 cara penulisan ukuran (ukuran nominal) yang menjadi ukuran dasar
bagi toleransi dimensi yang dinyatakan dengan kode atau simbol ajaran ISO

Dalam menentukan toleransi ukuran untuk ukuran dasar ada 2 hal yang harus
ditetapkan :
1 Posisi daerah toleransi, terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran
dasar,penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf. Huruf kapital besr
digunakan untuk penyimpangan lubang sedangkan huruf biasa digunakan untuk
penyimpangan poros
2. Toleransi besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar .simbol yang
dipakai untuk menyatakan besarnya toleransi adalah suatu angka yang sering disebut
dengan angka kualitas
Contoh: 45 g 7 artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm posisi daerah
toleransinyan (penyimpangan terhadap ukuran dasar mengikuti aturan kode huruf dan
besar toleransinya menuruti aturan kode angka 7).

2.2.3.3 kualitas lubang dan poros


Kualitas yang dimaksud adalah sekelompok toleransi yang dianggap mempunyai
ketelitian yang setaraf untuk ukuran dasar .nilai kualitas ini ada 18 tingkatan mulai dari
ITo1, ITo IT o sd 16 yang menyatakn toleransi standart dapat dihitung menggunakan
suatu toleransi ,i (toleransi unit): yaitu
dimana i :adalah satuan toleransi(m)
D:diameter nominal mm harganya ditentukan berdasarkan harga rata rata
geometrik dari dua harga batas pada tingkatan diameter nominal

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Tabel 2.3 Tingkatan nominal sd 500mm

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 72

Harga D merupakan rata rata geometrik dari diameter minimum Dmin dan D
max pada setiap tingkatam diameter yaitu: D=
Selanjutnya berdasarkan satuan toleransi i besarnya toleransi standart dapat dihitung
sesuai dengan kualitasnya mulai dari 5 sampai dengan 16 dengan tabel 2.2

Tabel 2.4 Harga toleransi standar 5 sd 16

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 72

Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat berikutnya.untuk


kualitas sd 1 harga toleransi standart langsung dihitung dengan menggunakan rumus
pada tabel 2.3

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Tabel 2.5 harga toleransi standar untuk 0 dan 1

Sumber ; Taufik Rakhim 2003 ; 72

a. Penyimpangan Fundamental
merupakan harga batas daerah toleransi yang paling dekat dengan garis
nol,seperti pada kualitas harga penyimpangan fundamental juga dihitung dengan
menggunakan rumus rumus dengan diameter nominal CD sebagai variabel utamanya

Tabel 2.6 harga toleransi standar untuk diameter 500 mm

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 73


Tabel 2.6 Penyimpangan fudamental untuk poros kurang dari 500 mm

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 74

Penyimpangan fundamental untuk lubang dari a sampai 6 (EI negatif )


sedangkan untuk penyimpangan atas untuk lubanng dari K hingga 2C (ES negatif )
diturunkan dari penyimpangan fundamental ES,dan es untuk poros
b.Toleransi Standart
penyimpangan fundamental untuk diameter lebih dari 500mm seperti pada
uuran dasar 500mm besarnya toleransi standart lebih dari 500 mm dihitung
berdasarkan satuan toleransinya harganya adalah : I= 0,004D + 2,1 m

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Tabel 2.7 Penyimpangan r sd u

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 75

Sedangkan untuk penyimpangan fundamental untuk poros dan lubang


diperlihatkan pada tabel 2.8

Tabel 2.8 penyimpangan 500 mm

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 76

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Standart toleransi internasional yaitu perbedaan penyimpangan atas dan bawah


harus seksama pemilihannya .agar sesuai dengan persyaratan fungsionalnya kemudian
macam macam nilai numerik dari toleransinya untk tiap pemakaian dapat dipilih oleh
perencana sehingga dapat menghindari keraguan dan untuk keseragaman nilai toleransi
standart telah ditentukan oleh ISO/R286 (ISO limit ofsistemand fits sistem ISO untuk
limit dan suaian)

2.3 Metode Praktikum


2.3.1 Alat dan Bahan
a. Vernier Caliper
1. Hand Gloves

Gambar 2.32 Hand Gloves


Sumber : Data Priadi
2. Benda Kerja

Gambar 2.33 Benda Kerja vernier caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

3. . Benda Kerja

Gambar 2.34 Benda Kerja vernier caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

4. Vernier Caliper

Gambar 2.35 Vernier Caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

b. Micrometer Outside
1. Benda Kerja

Gambar 2.36 Benda Kerja Micrometer Outside


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2. Micrometer Outside

Gambar 2.37 Micrometer Outside


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

2.3.2 Prosedur Pengujian


1. Prosedur Pemakaian vernier caliper
a. Gunakan hand gloves.
b. Keluarkan vernier caliper dari tempatnya.
c. Bersihkanlah cairan pelumas dari alat ukur dengan kain yang telah
disediakan.
d. Periksalah kelengkapan alat ukur serta bagian bagiannya.
e. Ambil vernier caliper dengan hati hati.
f. Gerakan rahang secara bebas dengan menggerakkan kekanan dan kekiri.
g. Jika belum bias bergerak bebas, kendurkan pengunci sampai rahang dapat
bergerak dengan lancer.
h. Ukur benda kerja dengan menggerakkan rahang sampai menempel pada
sisi benda yang diukur.
i. Kencangkan pengunci rahang agar skala yang didapat tidak berubah ubah.
j. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai pada skala nonius.
k. Catat nilai yang sudah terbaca.
l. Setelah pengukuran selesai bersihkan vernier caliper dan olesi dengan oli.
m. Kembalikan vernier caliper ketempat semula dengan rapi.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2. Prosedur Pemakaian Micrometer Outside


a. Gunakan hand gloves
b. Keluarkan micrometer outside dari tempatnya
c. Bersihkan cairan pelumas dari alat ukur dengan kain yang telah disediakan
d. Periksa kelengkapan alat ukur serta bagian-bagiannya
e. Ambil micrometer outside dengan hati-hati
f. Gunakan poros ukur secara bebas dengan memutar gigi gelincirnya
g. Jika belum bisa bergerak bebas, kendurkan pengunci poros ukur sampai poros
ukur dapat bergerak dengan lancar.
h. Periksalah apakah micrometer outside sudah dalam keadaan nol bila range
skalanya dari nol.
i. Jika belum, kalibrasi terlebih dahulu dengan menggeserkan skala tetap
dengan menggunakan peralatan yang telah disediakan, dimana skala utama
dan skala nonius harus di angka nol.
j. Kuncilah poros ukur micrometer outside agar skala yang didapat tidak
berubah
k. Jika telah benar terkalibrasi, ukur benda kerja dengan menggunakan poros
ukut menggunakan gigi gelincir sampai menempel pada sisi benda yang
diukur
l. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai pada skala nonius
m. Catat nilai yang sudah terbaca
n. Setelah selesai pengukuran bersihkan micrometer outside
o. Kembalikan micrometer outside ke tempatnya semula dengan rapi.

2.3.3 Gambar Spesimen


Terlampir.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2.4 Analisa Data danPembahasan


2.4.1 Pengolahan Data
2.4.1.1 Data Kelompok
Pengukuran teoritis kualitas lubang dan poros
Diameter poros = 30,00 mm (30h)
Diameter lubang = 10,20mm (10H)
Pengukuran teoritis geometri linear
Diameter poros = 11.70 mm

Tabel 2.5 Pengujian kualitas lubang dan poros


Diameter poros Diameter lubang
No
(mm) (mm)

1 29,80 10,10

2 30,00 10,15

3 29,90 10,10

4 29,75 10,20

5 29,85 10,15

6 30,10 10,15

7 30,10 10,25

8 30,10 10,15

9 29,90 10,05

10 29,85 10,20

Sumber :Dokumentasipribadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Tabel 2.6 Pengukuran geometri linier


No Diameter poros
(mm)

1 11,71

2 11,7

3 11,71

4 11,69

5 11,70

6 11,70

7 11,70

8 11,70

9 11,70

10 11,70

Sumber :Dokumentasi pribadi

2.4.1.2Pengolahan Statistik

Tabel2.7 Data pengukuran geometri linier.


No Diameter

(mm) (mm) (mm)

1 11,71
0,009 0.000081
2 11,7
-0,001 0.000001
3 11,71
0,009 0.000081

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

4 11,69
-0.011 0.0000121
5 11,70
-0.001 0.000001
6 11,70
-0.001 0.000001
7 11,70
-0.001 0.000001
8 11,70
-0.001 0.000001
9 11,70
-0.001 0.000001
10 11,70
-0.001 0.000001
117,01 0
0.001811
Sumber: Dokumentasi pribadi

1. Pengolahan statistik interval penduga kesalahan pengukuran geometri linier


pengukuran diameter luar.
Diameter rata rata

Standar deviasi

= = 0.000472

Simpangan baku rata-rata

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Kesalahan relative ()

a. Dengan mengambil resiko kesalahan = 5%


Derajat bebas (db) = n-1 = 10-1 = 9
t( ( lihat tabel statistik )

interval penduga kesalahan hasil pengukuran :


x [t(

x (2.262 x 0.000472) x x + (2.262 x 0.000472)


11.701 0,001067664 x 11.701 + 0.001067664
11.69993234 x 11.70206766

Gambar2.15 Interval penduga kesalahan presentase hasil pengukurandengan = 5%


Sumber :Dokumentasi pribadi

b. Dengan mengambil resiko kesalahan = 2%


Derajat bebas (db) = n-1 = 10-1 = 9
t( ( lihat tabel statistic )

interval penduga kesalahan hasil pengukuran :


x [t(

x (2.821 x 0.000472) x x+ (2.821 0.000472)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

11.701 0,001331512 x 11.701 +0,001331512


11.69966849 x 11.70233151

Gambar 2.16 Interval penduga kesalahan presentase hasil pengukuran dengan = 2%


Sumber :Dokumentasi pribadi

c. Dengan mengambil resiko kesalahan = 1%


Derajat bebas (db) = n-1 = 10-1 = 9
t( ( lihat tabel statistic )

interval penduga kesalahan hasil pengukuran :


x [t(

x (3.250 x 0.000472) x x + (3.250 x 0.000472)


11.701 0,001534 x 11.701 + 0,001534
11,699466 x 11,702534

Gambar 2.17 Interval penduga kesalahan presentase hasil pengukuran dengan = 1%


Sumber :Dokumentasi pribadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2.4.2 Pembahasan

1. Pembahasan kualitas lubang dan poros

Tabel2.8 Perbandingan ukuran diameter poros teoritis dan aktual


Diameter
Diameter
poros Besar selisih Angka
No poros aktual Keterangan
teoretis (mm) kualitas poros
(mm)
(mm)
1 30,00 29,80 0,20 30h12 Tidaksesuai

2 30,00 30,00 0 30h Sesuai

3 30,00 29,90 0,10 30h10 Tidaksesuai

4 30,00 29,75 0,25 30h12 Tidaksesuai

5 30,00 29,85 0,15 30h11 Tidaksesuai

6 30,00 30,10 0,10 30h10 Tidaksesuai

7 30,00 30,10 0,10 30h10 Tidaksesuai

8 30,00 30,10 0,10 30h10 Tidaksesuai

9 30,00 29,90 0,10 30h10 Tidaksesuai

10 30,00 29,80 0,15 30h11 Tidaksesuai

Sumber: Dokumentasi pribadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Grafik 2.1.Perbandingan Data Hasil Pengukuran Diameter Poros Aktual dengan Teoritis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Laboratorium Metrologi Industri

Untuk mendapatkan nilai yang akurat dalam pengukuran diameter poros


diperlukan ketelitian dan ketepatan. Ketelitian itu sendiri adalah kemampuan alat
ukur untuk menunjukkan seberapa dekat hasil pengukuran dengan keadaan
sebenarnya, sedangkan ketepatan adalah kemampuan alat ukur untuk
menunjukkan nilai yang sama pada pengujian berulang kali.
Contoh ketelitian adalah pada pengukuran diameter poros adalah pada titik
ke-2 karena pada titik itu menunjukkan angka yang sama sesuai dengan teoritisnya.
Titik dapat dikatakan tepat, karena menunjukkan angka yang sama pada pengujian
yang diulang dengan acuan rata rata pengukurannya, seperti pengukuran diameter
poros pada titik ke-3dan ke-9 yang dapat dikatakan sebagai ketepatan.
Dari table 2.8 di atas didapatkan diameter aktual, diameter teoritis, selisih
diameter dan juga kualitas poros. Kualitas poros dapat diketahui dengan cara
mencocokan selisih dan diameter aktual pada table 2.3 toleransi tanda untuk
diameter sampai dengan 500 (Rachim Taufiq (2001:36)). Rentang diameter yang
digunakan adalah > 18-30 untuk kualitas poros. Kualitas poros didapat bervariasi
dari 30h, 30h10, 30h11, dan30h12. Angka30 menyatakan ukuran dasar poros,
angka h menyatakan daerah toleransi dibelakang huruf h adalah angka kualitasnya.
Semakin besar angka di belakang huruf maka penyimpangan yang terjadi semakin
besar karena selisih antara diameter aktual dengan diameter teoritis semakin besar
begitu pula sebaliknya.
Dari tabel 2.8 dapat diketahui bahwa poros 3 dan 6 memiliki diameter poros
aktual sebesar 29,90 mm dengan angka kualitas poros 30h10, lalu poros 1 dan 2
memiliki diameter poros aktual sebesar 29,80 mm dengan angka kualitas poros
30h12, lalu poros 6,7, dan 8 memiliki diameter poros aktual sebesar 30,10 mm
dengan angka kualitas poros 30h10, poros 4 memiliki diameter poros aktual
sebesar 29,75 mm dengan angka kualitas 30h12, poros 5 memiliki diameter poros
aktual sebesar 29,85 mm dengan angka kualitas 30h11. kemudian memiliki
diameter poros aktua lsebesar 30 mm dengan angka kualitas 30h.
Bila dilihat dari Tabel 2.8 maka dapat diketahui bahwa data yang paling
menyimpang ada pada data ke 1 dan 4 yang menyebabkan nilai kualitas porosnya
menjadi 30h12 dibandingkan poros lainnya yang hanya 30h10, dan 30h11. Artinya

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

semakin besar angka dibelakang h maka penyimpangan yang terjadi semakin


besar.
Penyimpangan terjadi dikarenakan oleh kesalahan metode pengukuran
,posisi pengukur dan alat ukur tidak tegak lurus sehingga terjadi kesalahan. Selain
itu faktor lingkungan juga mempengaruhi seperti kondisi tempat pengukuran yang
tidak rata dan juga kesalahan oleh factor penguku rmelakukan kesalahan saat
mengkalibrasi alat ukur

Tabel 2.9 Perbandingan ukuran diameter lubang teoritis dan aktual

Diameter Diameter Angka


Besar selisih
No lubang teoritis lubang aktual Kualitas Keterangan
(mm)
(mm) (mm) lubang
1 10,20 10,10 0,10 10H11 Tidak sesuai

2 10,20 10,15 0,05 10H09 Tidak sesuai

3 10,20 10,10 0,10 10H11 Tidak sesuai

4 10,20 10,20 0 10H Sesuai

5 10,20 10,15 0,05 10H09 Tidak sesuai

6 10,20 10,15 0,05 10H09 Tidak sesuai

7 10,20 10,25 0,05 10H09 Tidak sesuai

8 10,20 10,15 0,05 10H09 Tidak sesuai

9 10,20 10,05 0,15 10H12 Tidak sesuai

10 10,20 10,20 0 10H Sesuai

Sumber :Dokumentasi pribadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Grafik 2.1.Perbandingan Data Hasil Pengukuran Diameter Lubang Aktual dengan Teoritis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Laboratorium Metrologi Industri

Untuk mendapatkan nilai yang akurat dalam pengukuran diameter poros


diperlukan ketelitian dan ketepatan. Ketelitian itu sendiri adalah kemampuan alat
ukur untuk menunjukkan seberapa dekat hasil pengukuran dengan keadaan
sebenarnya, sedangkan ketepatan adalah kemampuan alat ukur untuk
menunjukkan nilai yang sama pada pengujian berulang kali.
Contoh ketelitian adalah pada pengukuran diameter lubang adalah pada titik
ke-4, dan ke-10 karena pada titik itu menunjukkan angka yang sama sesuai dengan
teoritisnya. Titik dapat dikatakan tepat, karena menunjukkan angka yang sama
pada pengujian yang diulang namun tidak lepas dari hasil pengukuran rata rata,
seperti pengukuran diameter lubang pada titik ke-2, ke-5 , ke-6, dan ke-8 yang
dapat dikatakan sebagai ketepatan.
Dari table 2.9 di atas didapatkan diameter aktual, diameter teoritis, selisih
diameter dan juga kualitas lubang. Kualitas lubang dapat diketahui dengan cara
mencocokkan selisih dan diameter aktual pada table 2.3 toleransi standar untuk
diameter sampai dengan 500 mm ( Rachim, Taufiq (2001:36)). Rentang diameter
yang digunakan adalah > 10-18 mm untuk kualitas lubang. Kualitas lubang
bervariasi dari10H, 10H9, 10H11 dan10H12. Angka10 menyatakan ukuran dasar
dan lubang, angka H menyatakan daerah toleransi, dan di belakang huruf H
adalah angka kualitasnya. Semakin besar angka di belakang huruf H maka
penyimpangan yang terjadi semakin besar karena selisih antara diameter aktual
dengan diameter teoritis semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Dari table 2.9 diketahui bahwa lubang 4 dan 5 memiliki diameter lubang
aktual sebesar 10,20 mm dengan angka kualitas lubang 10,10H, lalu lubang 2, 5,
6, dan 8 memiliki diameter lubang aktual sebesar 10,15 mm dengan angka kualitas
lubang 10H09, lalu lubang 1 dan 3 memiliki diameter lubang aktual sebesar 10,10
mm dengan angka kualitas lubang 10H11, lubang 9 memiliki diameter lubang
aktual sebesar 10,05 mm dengan angka kualitas lubang 10H09, dan lubang 7
memiliki diameter lubang aktual sebesar 10,25 mm dengan angka kualitas lubang
10H09.
Dari Tabel 2.9 dapat diketahui data yang paling menyimpang ada pada
lubang 9 dikarenakan nilai aktualnya sebesar 10,05 mm menyebabkan nilai
kualitas lubangnya menjadi 10H12, dibandingkan lubang lainnya yaitu 10H09 dan

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

10H11. Artinya semakin besar angka dibelakang h dan H maka


penyimpangan yang terjadi semakin besar.
Penyimpangan terjadi dikarenakan olehkesalahan metode pengukuran, posisi
pengukur dan alat ukur tidak tegak lurus sehingga terjadi kesalahan. Selain itu
factor lingkungan juga mempengaruhi seperti kondisi tempat pengukuran yang
tidak rata dan juga kesalahan oleh factor pengukur melakukan kesalahan saat
mengkalibrasi alat ukur.

2. PembahasanGeometri Linier

Tabel 2.10 Perbandingan ukuran diameter poros teoritis dan aktual


No. Diameter Diameter Selisih
Aktual Poros Teoritis Diameter
(mm) Poros (mm) (mm)

1 11,71 11,7 0,01

2 11,7 11,7 0

3 11,71 11,7 0,01

4 11,69 11,7 0,01

5 11,7 11,7 0

6 11,7 11,7 0

7 11,7 11,7 0

8 11,7 11,7 0

9 11,7 11,7 0

10 11,7 11,7 0

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Grafik 2.1.Perbandingan Data Hasil Pengukuran Geometri Linier Diameter Poros Aktual dengan Teoritis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Laboratorium Metrologi Industri

Untuk mendapatkan nilai yang akurat dalam pengukuran geometri linier


diperlukan ketelitian dan ketepatan. Ketelitian itu sendiri adalah kemampuan alat
ukur untuk menunjukkan seberapa dekat hasil pengukuran dengan keadaan
sebenarnya, sedangkan ketepatan adalah kemampuan alat ukur untuk menunjukkan
nilai yang sama pada pengujian berulang kali. Contoh ketelitian adalah pada titik ke-
2, ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9 dan ke-10, titik tersebut juga dapat dikatakan tepat,
karena menunjukkan angka yang sama dengan data teoritis, selain titik itu ada titik
ke-1, ke-3, dan ke-4 yang dapat dikatakan sebagai ketepatan, karena menunjukkan
angka yang sama pada pengujian yang diulang namun tidak lepas dari hasil
pengukuran rata ratanya
Dari grafik diatas terdapat ukuran teoritis dari benda ukur pada pengukuran
geometri linear adalah 11.7 mm dan terdapat hasil pengukuran aktual yaitu 11.69
mm pada titik ke-4, untuk titik ke-1 dan ke-3 11,71 dan pada titik ke-2, ke-5,ke-6ke-
7, ke-8, ke-9, ke-10 sama dengan teoritisnyayaitu 11,70, Dari hasil pengukuran
geometri linier yang aktual ini cenderung sama dari pada teoritisnya, namun ada titik
yang menyimpang yaitu titik ke-1, ke-2, ke-3 karena adanya perbedaan dari nilai
diameter teoritis tetapi masih dalam batas toleransi, Sebagai contoh pada titik ke-4,
nilai yang didapatkan adalah 11,69 sedangkan nilai teoritisnya 11,70. Penyimpangan
terjadi dikarenakan oleh kesalahan metode pengukuran dikarenakan posisi pengukur
dan alat ukur tidak tegak lurus sehingga terjadi kesalahan
Untuk interval penduga kesalahan sebenarnya adalah menyatakan suatu metode
yang menentukan data yang didapat sudah tepat atau menyimpang, karena bila nilai
interval penduga kesalahan semakin besar maka range-nya semakin kecil, dan belum
tentu data yang didapat sudah pasti tepat, seperti pada interval pendugakesalahan 5%
memiliki range yang kecilyaitu sebesar11.674319 x 11.697681
Sedangkanpendugakesalahansebesar 2% sebesar 11.671433 x
11.700567danpendugasebesar 1% adalah 11,66922 x 11,70278, maka dari itu
terdapat interval penduga kesalahan 5, 2 dan 1.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2.5 Kesimpulandan Saran

2.5.1 Kesimpulan
1. Pada pengukuran linier, dibagi menjadi dua pengukuran yaitu pengukuran linier
langsung dan pengukuran linier tidak langsung.
Pengukuran linear langsung
Pengukuran linear langsungadalah proses pengukuran dengan memakai
alat ukur di mana hasil pengukuran langsung terbaca pada alat ukur.
pengukuran linier tidak langsung
Bila dalam proses pengukuran tidak bias digunakan satu alat ukur saja dan
tidak bias dibaca langsung hasil pengukurannya maka pengukuran yang demikian
ini disebut dengan pengukuran tak langsung.
2. Data pengukuran linier
Kualitas lubang dan poros
Kualitas poros yang didapat dalah 30h, 30h10, 30h11 dan 30h12
kualitas lubang yang didapat 10H, 10H09, 10H11, 10H12. Jika semakin besar
angka di belakang huruf h dan H maka penyimpangan yang terjadi semakin
besar karena selisih antara diameter aktual dengan diameter teoritis semakin
besar.
Geometri linier
Hasil pengukuran aktual yang baik didapat yaitu 11.70 mm padat itik
ke-2 , ke- 5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9 dan ke-10 karena sama dengan data
teoritisnya dan hasil yang kurang baik didapat yaitu 11.71 dan 11,69 mm pada
titik ke-1, ke-3, ke-4 karena selisih 0.01 mm dari diameter teoritisnya.
3. Faktor-faktor kesalahan atau penyimpangan.
Kesalahan metodepengukuran yang dikarenakan posisi pengukur dan alat ukur
tidak tegak lurussehinggaterjadikesalahandalampembacaanalatukur.
Kesalahan pengukuran juga dapat terjadi karena faktor lingkungan dimana saat
dilakukan pengukuran kondisi meja tidak rata

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017


Laboratorium Metrologi Industri

2.5.2 Saran
1. Laboratorium
- Laboraturium Metrologi Industri diharapkan lebih menambah penerangan pada saat
praktikum agar dapat memudahkan dalam pembacaan alat ukur.
-Memperpanjang waktu guna ruang laboratorium agar mempermudah asistensi
sehingga ilmu yang didapat lebih banyak
-Memperbanyak dan memperlengkap alat-alat pengukuran
2. Asisten
- Asisten lebih memperjelas dan mendalami lebih banyak lagi materi apabila agar
ilmu yang disampaikan baik dan mampu diaplikasikan.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai