BATUAN BEKU
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Proses
pembekuan magma tersebut merupakan proses peleburan fase dari fase cair
menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral
primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan berpengaruh terhadap
tekstur dan struktur primer batuan sedangkan koposisi batuan sangat dipengaruhi
oleh sifat magma asal.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.5002.5000C dan bersifat
mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam
magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk
mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
II - 1
cepat. Cepat lambatnya pembekuan magma berpengaruh pada tekstur batuan
beku yang terbentuk. Magma yang membeku dengan sangat lambat akan
membentuk batuan dengan ukuran kristal penyusunya yang besar-besar.
Sebaliknya jika magma membeku degan cepat maka kristal yang terbentuk akan
berukuran kecil dan sangat kecil sampai tidak berbentuk jika pembekuanya
sangat cepat.
Secara umum, SiO2 adalah yang paling dominan, menyusun lebih dari 50 %
berat magma. Kemudian, Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun 44 % berat
magma, dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan H2O menyusun 6 % berat magma.
Namun demikian perlu disadari bahwa kelimpahan unsur-unsur tersebut sangat
bervariasi. Beda tempat, beda benua, beda gunung, rasio unsur-unsur penyusun
magmapun berbeda-bedatergantung pada karakter komposisi magma.
II - 2
2.1.3 Mineral Penyusun Batuan Beku
II - 3
optik dan kimia piroksen dibagi menjadi piroksen tegak (piroksen orto) dan
piroksen miring (piroksen klino).
Sementara itu mika terdiri dari biotit (mika hitam) dan muskovit (mika
putih). Mineral terang pada prinsipnya terdiri dari feldspar, felspatoid dan
kuarsa. Feldspar dibagi lagi menjadi plagioklas dan alkali feldspar. Secara
mikroskopis dan kimiawi plagioklas dibagi lagi menjadi anortit, bitownit,
labradorit, andesin, oligoklas dan albit.
Tabel 2.1. Reaksi seri Bowen (1928) dari mineral-mineral utama pembentuk batuan
beku.
II - 4
stabil, sedangkan mineral yang terbentuk paling akhir adalah mineral yang
paling stabil.
Secara sederhana Deret Bowen memperlihatkan bahwa dalam proses
pendinginan magma, mineral-mineral yang mempunyai temperatur peleburan
paling tinggi akan mengkristal lebih awal daripada mineral-mineral yang
mempunyai titik lebur yang lebih rendah. Kristalisasi berawal sepanjang dua
lintasan atau cabang yang disebut sebagai : Lintasan yang tidak menerus atau
Discontinuous, dan Menerus atau Continuous, yang dapat dijelaskan bahwa
keduanya secara efektif berdiri senciri satu sama lain, kecuali pada temperatur
yang rendah.
II - 5
a) Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang
tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potasium feldspar
dan muskovit.
b) Batuan beku yang berwarna cerah sampai gelap atau abu-abu umumnya
batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya
hampir sama banyak.
c) Batuan beku yang berwarna gelap umumnya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
d) Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik,
disebut dengan batuan beku ultra basa dengan komposisi hampir
seluruhnya mafik.
II - 6
b. Pillo Lava : disebut juga lava bantal merupakan struktur yang
dinyatakan pada batuan intrusi tertentu, yang dicirikan oleh massa yang
berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini berdiameter 30-60 cm
dan jaraknya berdekatan. Struktur ini khas pada batuan volkanik bawah
laut.
II - 7
d. Vesikular : dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini
dibagi lagi menjadi 4 yaitu:
i. Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
II - 8
iv. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder seperti zeolit,karbonat dan bermacam silika.
II - 9
f. Autobreccia : struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava itu sendiri.
1. Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan
mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral -
mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.
2. Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses
II - 10
kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memungkinkan terbentuknya
mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
3. Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang
keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan
mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.
2.2.4.2 Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir mineral adalah sifat tekstural yang paling
mudah dikenali. Ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
Granularitas atau ukuran Kristal dalam masa batuan beku dibagi menjadi 2,yaitu:
a b
)
Gambar 2.11. Contoh ) a) Granit, b) Gabro
Tekstur Faneritik, pada batuan
II - 11
Tabel berikut menunjukan kisaran harga ukuran individu mineral fanerik :
Sedang 1 - 5 mm 1 - 5 mm 1 - 10 mm
Kasar > 5 mm 5 - 30 mm 10 - 30 mm
2.2.4.3 Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan suasana hubungan mineal di dalam sutu batuan
beku.
II - 12
2.2.4.3.1 Bentuk Butir
a) Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang
sempurna.
b) Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal yang
tidak sempurna.
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa
macam yaitu:
b) Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur inequigrqnular ini dapat dibagi
lagi menjadi 2:
II - 13
1.Faneroporfiritik, bila kristal mineral yang besar (Fenokris) dikelilingi kristal
mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata
telanjang. Contoh : Diorit Porfiri.
fenokris
Afanitik
fenokris
II - 14
massa dasar gelas. Tekstur vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunya
secara dominan adalah gelas, sedangkan kristalnya hanya sedikit (<10%).
c) Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila semuanya
tersusun atas gelas.
II - 15
2.2.5 Komposisi Mineral
II - 16
1. Mineral Utama (Essensial Minerals)
Contohnya :
Contohnya :
2. Piroksen.
Dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Orto Piroksen dan Klino Piroksen. Yang
termasuk ke dalam Orto Piroksen antara lain: Enstatite, Hypersten.
Yang termasuk ke dalam Klino Piroksen antara lain: Diopsit, Augit,
Pigeonit, Aigirin, Spodemen, Jadeit.
4. Biotit.
II - 17
2. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)
II - 18
Tabel 2.4 Pengenalan mineral dan sifatnya
Nama Warna Bentuk dan perawakan Belahan Keterangan /
Mineral mineral sifat khusus
Olivine Hijau Tidak teratur, membutir, Tak sempurna, Kilap kaca
massif
Piroksin Hijau tua Prismatic pendek 2 arah Kilap kaca
Ampfibol Hitam, coklat Prismatic panjang, 2 arah, Kilap arang
(hornblende) menyerat, membutir membentuk
sudut arah
Biotit Hitam, coklat Tabular, berlembar 2 arah Kilap kaca
Alkali feldspar merah Prismatic panjang, 2 arah Kilap kaca/
jambu,putih membutir lemak
Plagioklas Putih susu, abu- Prismatic panjang, 3 arah Kilap kaca/
abu membutir lemak
Muskovit Putih, transparan Tabular, berlembar, 1 arah Kilap kaca/
memika mutiara,
Kuarsa Tidak berwarna, Tidak teratur, massif, Tidak ada Kilap kaca/
putih membutir lemak
Kalsit Tidak berwarna, Rhombohedral, massif, Sempurna Membuih bila
putih membutir ditetesi HCL,
kilap kaca
Klorit Hijau Berlembar (memika) Sempurna Kilap kaca
II - 19
2.2.7.1 Pembagian Berdasarkan Tempat Kejadiannya (Genetik)
Tiga prinsip tipe batuan intrusi batuan beku berdasakan bentuk dasar
geometri yaitu :
II - 20
secara cepat sehingga pengkristalan berjalan sangat cepat dan akan
menghasilkan batuan berbutir halus. Contohnya yaitu Obsidian, Rhyolite,
Pumice.
2.2.7.2 Pembagian Berdasarkan Komposisi Kimia
Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih
gelap dibanding yang komposisinya asam.
Salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang
sulit dan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar klasifikasi batuan
beku menggunakan dasar komposisi mineral pembentuknya. Sebenarnya
II - 21
analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang ditunjukan pada
daftar nilai kesetaraan SiO2 dalam mineral berikut ini :
b. Mineral Mafik : hornblende 42% - 50%, biotit 35% - 38%, augit 47% -
51%, magnesian dan diopsit piroksen 50% - 55%, dan lain-lain.
Seperti yang kita ketahui, batuan beku berbeda-beda pada tekstur dan
pada kedalaman saat pembekuan. Dari keterangan tersebut, Fenton
mengklasifikasikan batuan beku menjadi empat kelompok menurut tekstur
dan tempat pembentukannya :
II - 22
c. Kelompok batuan seperti kaca atau hampir tidak berbutir, pada
umumya mengeras pada permukaan aliran lava. Batuan ini terjadi
karena lava mendingin dengan sangat cepat sehingga mineral-mineral
tidak dapat mengkristal. Hali ini mungkin terjadi saat magma atau lava
bersentuhan dengan material yang lebih dingin pada permukaan bumi.
Contonya Obsidian dan batu apung.
1. Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan
tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar. Terbentuk kurang
lebih 3-4 kilometer dibawah permukaan bumi, dan batuan dalam sering
juga disebut batuan plutonik atau batuan abisik. Struktur kristalnya adalah
holokristalin atau berhablur penuh. Contohnya gabro dan granodiorit.
2. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik atau bertekstur
porfiritik dengan massa dasar afanitik. Terbentuk dalam celah-celah
ataureak kulit bumi, pada jalan magma menuju permukaan bumi. Batuan
gang sering disebut juga batuab hypoabisik dan struktur kristalnya adalah
holokristalin dan porfir atau amorf. Contohnya diorit porfiri dan granit
porfiri.
3. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan
atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Tebentu melalui pembekuan
II - 23
tiba-tiba ketika magma sampai ke pemukaan bumi dan berubah menjadi
lava yang langsung menjadi padat karena pendinginan dari lingkungan .
Sedangkan batuan lelehan memiliki struktur kristal yang kecil-kecil atau
bahkan tidak mempunyai bentuk kristal (Amorf). Contohnya Rhyolit dan
Obsidian.
Kelebihan dari klasifikasi Russel B. Travis adalah akan lebih dapat
mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar kimia.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
II - 24
10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
II - 25
dipertimbangkan pula proporsi alkali feldspar, palgioklas dan mineral utama
lainnya.
Beberapa hal yang perlu dicermati pembagian menurut Huang (1962) :
a. Nama batuan yang tertera pada lajur, menunjukan jenis teksturnya
(termasuk jenis batuan vulkanik atau plutonik)
b. Jenis dan kelompok batuan dibatasi oleh kolom-kolom, dengan
kandungan moneral tertentu.
c. Quartz diving line bagian kiri adalah batuan-batuan yang mengandung
kuarsa >10% sedangkan yang sebelah kanan adalah batuan yang
mengandung kuarsa <10% batuan intermediet dan kuarsa.
d. Orthoklas meliputi keseluruhan alkali feldspar seperti sanidin,
mikrolin,anortoklas dan lainnya, sedangkan plagioklas dibedakan
menjadi plagioklas asam dan basa. Plagioklas asam umunya bersifat
relatif lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas basa, secara
megaskopis sulit untuk membedakannya. Untuk membedakannya
dilihat presentase kandungan mineral mafiknya.
e. Jika alkali feldspar dan kuarsanya semakin bertambah dan
plagioklasnya semakin asam maka sebagian batuan beku dalam asam
dinamakan granit, sedangkan batuan beku luarnya adalah rhyolit. Di
dalam batuan beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadi dalam
biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibole. Batuan beku dalam
sangat asam dimana alkali feldspar lebih banyak daripada plagioklas
adalah sienit, sedangkan pegmatit hanya tersusun oleh alkali feldspar
dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut
obsidian, dan apbila bertekstur perlapisan disebut perlit .
f. Batuan beku dalam asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit
sedangkan batuan beku kluarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya
hampir mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambahkan kuarsa dan
alkali feldspar, sementara plagioklasnya secara berangsur berubah ke
asam.
II - 26
g. Batuan beku dalam mafik disebut gabro terdiri dari olivin, piroksen
dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah
basal. Batuan beku dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh
piroksen, amfibol dan plagioklas menengah, sedang batuan beku
luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan basal ada nama batuan
transisi yang disebut andesit basal (basaltic andesit).
h. Dunit tersusun selurunya oleh mineral olivin sedangkan piroksenitoleh
piroksen dan anartosit oleh plagioklas basa terdiri dari mineral olivin
dan piroksin; norit secara dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas
basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya berstruktur gelas atau
vitrofirik dan disebut pikrit.
Penamaan batuan beku sering ditambah aspek tekstur, struktur dan
atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Contoh andesit, porfiri,
basal vesikuler dan andesit pioksen. Penamaan batuan beku berdasarkan
komposisi mineral umumnya diberikan apabila presentase kehadirannya
minimal 10% perkiraan presentase kehadiran mineral pembentuk batuan.
II - 27
Gambar 2.16 Klasifikasi batuan beku (ODunn & Sill, 1986).
Batuan piroklastik adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi,
sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan magma
yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya dinamakan sebagai
piroklastik, yang berasal dari kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke
permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya
fragmen, pecahan atau klastika.
II - 28
2.3.1 Genesa
Secara genetic batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe utama,
yaitu:
II - 29
jumpai gradasi normal sedangkan pada pumis dijumpai gradasi yang
berlawanan (reverse granding). Hal ini disebabkan densitas yang lebih
rendah daripada mediannya (aliran gas atau padatan). Endapan ini meliputi :
glowing avalanche, lava collapse, hot ash avalanche. Aliran ini umumnya
berlangsung pada suhu tinggi antara 500o 600o C.
d. Lahar
II - 30
2) Berasal dari endapan piroklaaastik aliran panas yang kemudian
bercampur dengan salju atau air menuju lereng gunung api.
2.3.3 Lithologi
a. Ukuran Butir
2 64 mm Lapili Batulapili
II - 31
membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu
struktur yang sangat khas adalah struktur kerak roti (bread crust structure).
Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini
sangat tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin
encer magma yang dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek
puntiran pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain
itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas
tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga
terbentuk struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada
permukaannya.
II - 32
blok gunungapi yang berasal dari pendinginan magma secara langsung
tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial atau juvenile).
Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan gunungapi yang
telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau fragmen non-
gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
II - 33
menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu
sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi (sebagai
endapan primer piroklastik), atau sudah mengalami pengerjaan kembali
(reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder
piroklastik atau endapan epiklastika.
II - 34
f. Lapili tuff ; batuan yang kandungan lapili da abu vulkanik sebanding atau
lebih dominan abu vulkanik (Fisher, 1961 dan Mac Donald, 1972)
g. Tuff ; batuan yang tersusun dari abu vulkanik
3. Nama batuan yang tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi
vulkanik adalah batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen vulkanik
yang runcing runcing, dengan matriks berukuran 2 mm dengan bermacam
macam komposisi dan tekstur (biasa berupa endapan piroklastik,
autoklastik dan lain - lain),(Fisher, 1958).
4. Breksi vulkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang
terkandung di lava atau akibat pergerakan lava yang sebelum mengalami
pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada
tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher, 1960,
Wrigth dan Brown, 1963, Mac Donald, 1972)
b. Breksi letusa akibat letusa gas, yang terkandung di lava seehingga terjadi
fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku
5. Breksi vulkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil
fragmentasi, batuan yang telah ada sebelum mengalami pekerjaan proses
vulkanisme:
a. Breksi intrusi : yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang
diterobos magama dalam matriks batuan beku (Harker, 1908 dan Bowes,
1960)
b. Explosion brecia : merupakan breksi hancuran batuan karena adanya
ledakan vulkanik yang terjadi di bawah permukaan (Wrigth dan Bowes,
1960)
c. Tuffsite brecia : merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan
yang intrusi magma dengan tuff sebagai matriks yang mengandung bekas
aliran gas di dalamnya (Wrigth dan bowes, 1960)
II - 35
6. Breksi vulkanik epiklastik
a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur pekat
berupa pencampuran antara butiran vulkanik berukuran bergam dengan
batuan non vulkanik (Fisher, 1960)
b. Batu pasir tuffan atau konglomerat tuffan merupakan batuan sedimen
epiklastik yang terngkut juga di dalamnya kompone piroklastik misalnya
pumis atau shard.
c. Batu pasir atau konglomerat vulkanikmerupakan batuan epiklastik yang
tersusun dari fragmen fragmen yang berupa vulkanik yang telah
mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian diendapkan.
3.Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi
eksplosif gunung api yang berukuruan 2mm-64mm. Selain dari fragmen
batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augti, olivine,
plagioklas.
II - 36
4.Debu Gunung Api
1.Breksi piroklastik
2.Aglomerat
3.Batu lapilli
Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili
dengan ukuran 2 64 mm
4.Tuff
II - 37
2.4.3 Endapan Piroklastik Jatuhan (Fall)
Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku dalam dengan
batuan beku luar. Pada batuan beku luar identifikasi dititik beratkan pada struktur dan
hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan bahan piroklastik) sedangkan
dengan identifikasi batuan beku dalam lebih dititik beratkan pada hubungan unit
unit pembentuk batuan yaitu kristal kristal mineral.
II - 38
4. Pengamatan butiran pada batuan contoh setangan bilabatuannya afanitik,
catat tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik
atau mafik.
1. Amati hubungan antara mineral dan batuan yang memiliki kristal kasar
sampai medium.
2. Amati dan catat hubungan fenokris dan massa dasar pada batuan yang
bertekstur porfiritik.
3. Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi, aliran,
bending,lubang gas, tekstur, dan inklusi.
4. Amati dan catat proporsi mineral mineral yang berbeda dan deskripsi
mineral seperti warna, kilap, pecahan, belahan, kekerasan, ciri khas, dan
lain lain.
5. Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama menggunakan
klsifikasi tertentu, pada praktikum ini menggunakan klasifikasi Huang
(1962).
II - 39
bumi, sehingga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya
bersifat interpretatif. Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-
hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas tertentu.
Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau deskriptif
hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi mineral dan
kenampakan khusus lainnya.
II - 40