Anda di halaman 1dari 40

BAB II

BATUAN BEKU

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Proses
pembekuan magma tersebut merupakan proses peleburan fase dari fase cair
menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral
primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan berpengaruh terhadap
tekstur dan struktur primer batuan sedangkan koposisi batuan sangat dipengaruhi
oleh sifat magma asal.

2.1.2 Magma Pmbentuk Batuan Beku

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.5002.5000C dan bersifat
mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam
magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk
mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Magma membeku pada suhu tertentu seiring dengan perjalannya


menerobos ke permukaan bumi. Pada saat masih di tempat yang sangat dalam
magma akan membeku dengan lambat karena proses pendinginanya juga lambat.
Semakin dekat ke permukaan bumi pebekuan magma akan berlangsug semakin
cepat, ketika di permukaan bumi maka tentunya pembekuan berlangsung sangat

II - 1
cepat. Cepat lambatnya pembekuan magma berpengaruh pada tekstur batuan
beku yang terbentuk. Magma yang membeku dengan sangat lambat akan
membentuk batuan dengan ukuran kristal penyusunya yang besar-besar.
Sebaliknya jika magma membeku degan cepat maka kristal yang terbentuk akan
berukuran kecil dan sangat kecil sampai tidak berbentuk jika pembekuanya
sangat cepat.

Dalam pembekuan magma, berlangsung reaksi-reaksi kimia di antara


unsur-unsur yang terkandung dalam magma. Komposisi kimia magma sangat
kompleks. Magma tersusun oleh 10 unsur kimia dominan, yaitu Silika (Si),
Titanium (Ti), Aluminium (Al), Besi (Fe), Magmesium (Mg), Kalsium
(Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Unsur-unsur
kimia tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan berupa oksida yaitu SiO2,
TiO2, Al2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan H2O.

Secara umum, SiO2 adalah yang paling dominan, menyusun lebih dari 50 %
berat magma. Kemudian, Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun 44 % berat
magma, dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan H2O menyusun 6 % berat magma.
Namun demikian perlu disadari bahwa kelimpahan unsur-unsur tersebut sangat
bervariasi. Beda tempat, beda benua, beda gunung, rasio unsur-unsur penyusun
magmapun berbeda-bedatergantung pada karakter komposisi magma.

Klasifikasi batuan didasarkan pada kandungan SiO2 pada magma


pembentuk batuan beku (C.J. Hughes, 1962) adalah sebagai berikut:

a. Batuan beku asam kandungan SiO2 > 66%


b. Batuan beku intermediet kandungan SiO2 52% 66%
c. Batuan beku basa kandungan SiO2 45% 52%
d. Batuan beku ultrabasa kandungan SiO2 < 45%

II - 2
2.1.3 Mineral Penyusun Batuan Beku

Mineral pembentuk batuan beku hampir selalu mengandung unsur


Silisium (Si) sehingga sering disebut bahan silikat alam. Mineral tersebut ada
yang tidak berbentuk (amorf) dan ada yang berbentuk kristal. Berdasarkan
warna dan komposisi kimia maka mineral/ kristal pembentuk batuan beku
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Kelompok mineral terang atau felsic minerals, banyak mengandung unsur


aluminium (Al), kalsium (Ca), natrium (sodium; Na), kalium (potassium; K)
dan silisium (Si) umumnyaberwarna cerah. Mineral tersebut antara lain
Kuarsa, Plagioklas, Orthoklas, Muskovit.
2. Kelompok mineral gelap atau mafic minerals, mengandung banyak unsur
magnesium (Mg) dan besi (Fe) umumnya mineral-mineral in berwarna
gelap, misalnya Olivin, Piroksin, Hornblende, Biotit.

Gambar 2.1. Beberapa Contoh Batuan Beku

Banyaknya unsur logam berat seperti halnya Mg dan Fe tersebut


menyebabkan mineral menjadi berwarna gelap. Sebaliknya mineral terang lebih
dominan tersusun oleh logam ringan, seperti halnya Al, Ca, Na dan L.-K
sehingga warnanya menjadi lebih terang. Sesuai dengan reaksi Bowen (Tabel
2.1.2), mineral gelap terdiri dari olivin, piroksen, amfibol dan mika. Secara

II - 3
optik dan kimia piroksen dibagi menjadi piroksen tegak (piroksen orto) dan
piroksen miring (piroksen klino).
Sementara itu mika terdiri dari biotit (mika hitam) dan muskovit (mika
putih). Mineral terang pada prinsipnya terdiri dari feldspar, felspatoid dan
kuarsa. Feldspar dibagi lagi menjadi plagioklas dan alkali feldspar. Secara
mikroskopis dan kimiawi plagioklas dibagi lagi menjadi anortit, bitownit,
labradorit, andesin, oligoklas dan albit.

Tabel 2.1. Reaksi seri Bowen (1928) dari mineral-mineral utama pembentuk batuan
beku.

Sebelah kiri mewakili mineral - mineral hitam (mafic minerals) yang


terbentuk pertama kali dalam temperatur sangat tinggi adalah: olivin, kemudian
disusun oleh piroksen, amfibol, biotit.
Sebelah kanan mewakili mineral - mineral terang (felsic minerals)
seperti plagioklas, di mana mineral kelompok ini tersebar luas mulai batuan
beku asam sampai basa. Sedangkan mineral yang terbentuk paling akhir adalah
kuarsa. Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak

II - 4
stabil, sedangkan mineral yang terbentuk paling akhir adalah mineral yang
paling stabil.
Secara sederhana Deret Bowen memperlihatkan bahwa dalam proses
pendinginan magma, mineral-mineral yang mempunyai temperatur peleburan
paling tinggi akan mengkristal lebih awal daripada mineral-mineral yang
mempunyai titik lebur yang lebih rendah. Kristalisasi berawal sepanjang dua
lintasan atau cabang yang disebut sebagai : Lintasan yang tidak menerus atau
Discontinuous, dan Menerus atau Continuous, yang dapat dijelaskan bahwa
keduanya secara efektif berdiri senciri satu sama lain, kecuali pada temperatur
yang rendah.

2.2 Deskripsi Batuan Beku

2.2.1 Jenis Batuan Beku

Jenis batuan didasarkan pada pembagian batuan beku secara genetik,


yaitu terdiri dari Batuan Beku Dalam dan Batuan Beku Luar. Batuan Beku
Dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam/bawah bumi,
pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun) dan
memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentukya,
tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
tergantung pada kondisi magma dan batuan sekitarnya. Magma dapat
menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan disekelilingnya; sering disebut
batuan beku intrusi. Batuan Beku Luar adalah batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi akibat keluarnya magma melalui rekahan atau lubang
kepundan gunung apisebagai erupsi; sering disebut batuan beku ekstrusi,

2.2.2 Warna Batuan Beku

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral


penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma
pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

II - 5
a) Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang
tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potasium feldspar
dan muskovit.
b) Batuan beku yang berwarna cerah sampai gelap atau abu-abu umumnya
batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya
hampir sama banyak.
c) Batuan beku yang berwarna gelap umumnya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
d) Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik,
disebut dengan batuan beku ultra basa dengan komposisi hampir
seluruhnya mafik.

2.2.3 Struktur Batuan Beku

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan


yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku
struktur yang sering ditemukan adalah:

a. Massif : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas


atau apabila pada batuan tidak menunjukan fragmen batuan lain yang
tertanam ditubuhnya.

Gambar 2.2 Contoh Struktur Massif

II - 6
b. Pillo Lava : disebut juga lava bantal merupakan struktur yang
dinyatakan pada batuan intrusi tertentu, yang dicirikan oleh massa yang
berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini berdiameter 30-60 cm
dan jaraknya berdekatan. Struktur ini khas pada batuan volkanik bawah
laut.

Gambar 2.3 Contoh Struktur Pillow Lava

c. Jointing : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan.


Kenampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

Gambar 2.4 Contoh Struktur Jointing

II - 7
d. Vesikular : dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini
dibagi lagi menjadi 4 yaitu:
i. Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

Gambar 2.5 Contoh Struktur Skorian

ii. Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

Gambar 2.6 Contoh Struktur Pumisan


iii. Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.

Gambar 2.7 Contoh Struktur Airan

II - 8
iv. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder seperti zeolit,karbonat dan bermacam silika.

Gambar 2.8 Contoh Struktur Amigdaloidal

e. Xenolith : struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan


yang masuk atau tertahan kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk
akibat adanya peleberan tidak sempurna dari suatu batuan samping
didalam magma yang menerobos.

Gambar 2.9 Contoh Struktur Xenolith

II - 9
f. Autobreccia : struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava itu sendiri.

Gambar 2.10 Struktur Autobreccia

2.2.4 Tekstur Batuan Beku

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir


mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir,
bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan sesudah kristalisasi.
Pengamatan tekstur meliputi :

2.2.4.1 Tingkat atau Derajat Kristalisasi

Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :

1. Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan
mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral -
mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.
2. Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses

II - 10
kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memungkinkan terbentuknya
mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
3. Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang
keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan
mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.

2.2.4.2 Granularitas

Granularitas merupakan ukuran butir mineral adalah sifat tekstural yang paling
mudah dikenali. Ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.

Granularitas atau ukuran Kristal dalam masa batuan beku dibagi menjadi 2,yaitu:

1. Fanerik : apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat mineral penyusunnya,


meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan hubungan antar butir. Singkatnya, batuan
beku mempunyai tekstur fanerik apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal
maupun gelas atau kaca dapat diamati.

a b
)
Gambar 2.11. Contoh ) a) Granit, b) Gabro
Tekstur Faneritik, pada batuan

II - 11
Tabel berikut menunjukan kisaran harga ukuran individu mineral fanerik :

Tabel 2.2 Kisaran ukuran mineral dari beberapa sumber

Ukuran Butir Cox, Price, Harte W. T. G. Heinric

Halus < 1 mm < 1 mm < 1 mm

Sedang 1 - 5 mm 1 - 5 mm 1 - 10 mm

Kasar > 5 mm 5 - 30 mm 10 - 30 mm

Sangat Kasar > 30 mm > 30 mm

2. Afanitik : kenampakan butir individual mineral didalam batuan beku


sangat halus halus sehingga mineral penyusunnya tidak dapat diamati secara
mata telanjang atau dengan loupe. Jika batuan beku mempunyai tekstur
afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak dapat diketahui, sehingga
harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik
maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.

Gambar 2.12. Contoh Tekstur Afanitik, pada batuan basalt.

2.2.4.3 Kemas

Kemas meliputi bentuk butir dan suasana hubungan mineal di dalam sutu batuan
beku.

II - 12
2.2.4.3.1 Bentuk Butir

a) Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang
sempurna.
b) Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal yang
tidak sempurna.

2.2.4.3.2 Hubungan Antar Butir

Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa
macam yaitu:

a) Granular atau Equigranular


Disebut equigranular apabila memiliki ukuran mineral yang seragam. Tekstur
ini dibagi menjadi 3:

1. Panidiomorfik Granular, apabila sebagian besar mineral didalam batuan


beku tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk euhedral

2.Hipidiomorfik Granular, apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku


tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk subhedral.

3.Allotriomorfik Granular, apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku


tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk anhedral.

b) Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur inequigrqnular ini dapat dibagi
lagi menjadi 2:

II - 13
1.Faneroporfiritik, bila kristal mineral yang besar (Fenokris) dikelilingi kristal
mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata
telanjang. Contoh : Diorit Porfiri.

fenokris

Gambar 2.13 Tekstur Faneroporfiritik

2. Porfiroafanitik, bila Fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.


Contoh : Andesit Porfiri.

Afanitik

fenokris

Gambar 2.14 Tekstur Porfiroafanitik

Didalam beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat


kristal berukuran butir besar, disebut fenokris, dikelilingi oleh kristal mineral
yang lebih kecil (massa dasar/groundmass). Kenampakan demikian disebut
tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur holokristalin porfiritik adalah
apabila didalam batuan beku itu terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam
didalam massa dasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritik
diperuntukan bagi batuan beku yang mempunyai fenokris tertanam didalam

II - 14
massa dasar gelas. Tekstur vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunya
secara dominan adalah gelas, sedangkan kristalnya hanya sedikit (<10%).

c) Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila semuanya
tersusun atas gelas.

2.2.4.4 Tekstur Khusus

Tekstur khusus adalah tekstur yang menunjukan pertumbuhan


bersama mineral-mineral yang berbeda. Tekstur ini sangat sulit diamati secara
megaskopis. Tekstur khusus terdiri dari :

1. Tekstur diabasik, tekstur yang menunjukan pertumbuhan bersama


antara plagioklas dan piroksen, piroksen tidak terlihat dengan jelas,
piroklas radier terhadap piroksen.
2. Tekstur trakhitik, tekstur yang menunjukan ruang antara mineral-
mineral plagioklas diisi oleh mineral piroksen, olivine atau bijih besi.

Tabel 2.3 Klasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi


Komposisi Asam Intermediet Basa Ultrabasa
(Felsik) (Felsik=Mafik) (Mafik) (Ultra
Tekstur Mafik)

Fanerik Granit Diorite Gabro Dunite

Afanitik Rhyolit Andesite Basalt -

Glassy Obsidian Basalt -


Glass
Vesikuler Pumisan Scoria -

II - 15
2.2.5 Komposisi Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4


yaitu:

1.Kelompok Granit Riolit


Berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral-
mineral kuarsa orthoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat hornblende, biotit,
muskovit dalam jumlah yang kecil.

2.Kelompok Diorit Andesit


Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun atas
mineral-mineral plaglioklas, Hornblende, piroksen dan kuarsa biotit,
orthoklas dalam jumlah kecil

3.Kelompok Gabro Basalt


Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral
olivine,plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.

4..Kelompok Ultra Basa


Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin adalah
plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

2.2.6 Identifikasi Mineral

Mineral adalah bahan atau senyawa anorganik yang terbentuk secara


alamiah, padat, mempunyai komposisi, dan mempunyai stuktur dalam/kristal
tertentu. Sedangkan bedanya dengan mineraloid ialah tidak mempunyai struktur
dalam/kristal tertentu (Amorf). Menurut W.T. Huang (1962), komposisi
mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok mineral,
yaitu :

II - 16
1. Mineral Utama (Essensial Minerals)

Mineral - mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan


kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan
warna batuan, mineral-mineral ini dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu

a. Mineral Felsik (mineral yang berwarna terang)

Contohnya :

1. Kelompok Plagioklas (Anortit, Bitownit, Labradorit, Andesin,


Oligoklas, Albit).
2. Kelompoik Alkali Feldspar (Ortoklas, Mikroklin, Anortoklas,
Sanidin).
3. Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit).
4. Kuarsa
5. Muskovit

b. Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap)

Contohnya :

1. Olivin (Forsterite dan Fayalite).

2. Piroksen.

Dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Orto Piroksen dan Klino Piroksen. Yang
termasuk ke dalam Orto Piroksen antara lain: Enstatite, Hypersten.
Yang termasuk ke dalam Klino Piroksen antara lain: Diopsit, Augit,
Pigeonit, Aigirin, Spodemen, Jadeit.

3. Amfibol (Hornblende, Lamprobolit, Riebeckit, Glukofan).

4. Biotit.

II - 17
2. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)

Adalah mineral - mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma,


terdapat dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5 %). Kehadirannya tidak
menentukan nama batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara lain:
Zirkon, Rutil, Magnesit, Apatit, Hematit, Garnet, Kromit, Pyrit, Sphen dan
Zeolit.

3. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)


Merupakan mineral - mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari
hasil pelapukan, reaksi hidrothermal maupun hasil metamorfisme terhadap
mineral utama. Contoh dari mineral sekunder antara lain :
- Serpentin - Kalsit - Serisit - Kalkopirit
- Kaolin - Klorit - Pirit
4. Gelas atau Kaca

Adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf.


Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya
terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunung api, sehingga sering disebut
kaca gunung api (volcanic glass).

Dalam praktikum petrologi, pengamatan dan deskripsi mineral


dilakukan hanya menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan loupe (kaca
pembesar) terhadap contoh setangan (hand speciement), oleh karena itu
deskripsi yang dihasilkan terbatas pada pengamatan megaskopis dan tidak
semua kelompok mineral tersebut diatas dapat dideskripsi secara megaskopis.
Contoh: akan sulit sekali untuk membedakan mineral antara anortit dengan
bitownit secara megaskopis.
Pengamatan dan daya ingat yang kuat dalam mengidintifkasi sifat khas
dari mineral mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum.Tabel
berikut disajikan beberapa contoh ciri-ciri mineral berdasrkan sifat fisik mineral
yang dapat dikenali secara megaskopis.

II - 18
Tabel 2.4 Pengenalan mineral dan sifatnya
Nama Warna Bentuk dan perawakan Belahan Keterangan /
Mineral mineral sifat khusus
Olivine Hijau Tidak teratur, membutir, Tak sempurna, Kilap kaca
massif
Piroksin Hijau tua Prismatic pendek 2 arah Kilap kaca
Ampfibol Hitam, coklat Prismatic panjang, 2 arah, Kilap arang
(hornblende) menyerat, membutir membentuk
sudut arah
Biotit Hitam, coklat Tabular, berlembar 2 arah Kilap kaca
Alkali feldspar merah Prismatic panjang, 2 arah Kilap kaca/
jambu,putih membutir lemak
Plagioklas Putih susu, abu- Prismatic panjang, 3 arah Kilap kaca/
abu membutir lemak
Muskovit Putih, transparan Tabular, berlembar, 1 arah Kilap kaca/
memika mutiara,
Kuarsa Tidak berwarna, Tidak teratur, massif, Tidak ada Kilap kaca/
putih membutir lemak
Kalsit Tidak berwarna, Rhombohedral, massif, Sempurna Membuih bila
putih membutir ditetesi HCL,
kilap kaca
Klorit Hijau Berlembar (memika) Sempurna Kilap kaca

Asbes Putih Masa fibres asbestos, - tersusun atas


menyerat antopilit
Garnet Coklat merah Polygonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/
mutiara
Halite Tak berwarna, Kubus, massif, membutir Sempurna Sebagai garam
putih, merah evaporit
Gypsum Tak berwarna, Memapan membutir, Sempurna Lembr-lembar
putih menyerat tipis terjadi dari
evaporit
Anhidrit Putih, abu-abu, Massif, membutir, Sempurna Karena evaporit
biru pucat

2.2.7 Pembagian dan Penamaan Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama


yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung,
dan berdasarkan susunan mineraloginya.

II - 19
2.2.7.1 Pembagian Berdasarkan Tempat Kejadiannya (Genetik)

Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang


mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku
terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan


bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya
terdiri atas kristal-kristal (struktur holohyalin).
contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.

Tiga prinsip tipe batuan intrusi batuan beku berdasakan bentuk dasar
geometri yaitu :

1) Bentuk yang tidak beraturan, umumnya berbentuk diskordan dan


biasanya memiliki bentuk yang jelas dipermukaan bumi,
contohnya: batholite dan stock.

2) Bentuk Tabular, mempunyai dua bentuk berbeda, yaitu yang


mempunyai bentuk diskordan disebut korok/dyke (retas) dan yang
berbentuk konkordan diantaranya adalah sill dan lacolith.

3) Relatif memiliki tubuh yang kecil yakni hanya pluton-pluton kecil.


Bentuknya khas dari intrusi ini adalah: intrusi silinder/pipa.
Sebagian besar merupakan sisa dari korok atau unung api tua,
biasanya disebut vulkanik nek (teras gunung api).

2. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa


gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga
batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur
dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh
batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
3. Batuan beku luar (volkanik) adalah batuan beku yang terbentuk di dekat
permukaan bumi; sering disebut batan beku ekstrusi/batuan volkanik.
Batuan volkanik terbemtuk dari pembekuan magma yang mendingin

II - 20
secara cepat sehingga pengkristalan berjalan sangat cepat dan akan
menghasilkan batuan berbutir halus. Contohnya yaitu Obsidian, Rhyolite,
Pumice.
2.2.7.2 Pembagian Berdasarkan Komposisi Kimia

Dasar pembagian ini biasanya berdasarkan kandungan oksidasi SiO2 (silika),


dimana batuan digolongkan menjadi empat golongan, seperti tabel berikut :

Tabel 2.5 Penamaan Batuan Berdasrkan Kandungan Silika(SiO2)

No Nama Batuan Kandungan Contoh Contoh


Silika (SiO2) batuan Intrusi batuan
Ekstrusi

1 Batuan Beku >66% Granit Rhyolit


Asam

2 Batuan Beku 52% - 66% Diorite Andesite


Intermediet

3 Batuan Beku 45 - 52% Gabro Basalt


Basa

4 Batuan Beku <45% Peridotit dan -


Ultrabasa Dunit

Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih
gelap dibanding yang komposisinya asam.

2.2.7.3 Pembagian Secara Susunan Mineralogi

Salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang
sulit dan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar klasifikasi batuan
beku menggunakan dasar komposisi mineral pembentuknya. Sebenarnya

II - 21
analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang ditunjukan pada
daftar nilai kesetaraan SiO2 dalam mineral berikut ini :

a. Mineral Felsik : Kuarsa 100%, alkali feldspar 64% - 66%, oligoklas


62%, andesine 59% - 60%, labradorite 52% - 53%.

b. Mineral Mafik : hornblende 42% - 50%, biotit 35% - 38%, augit 47% -
51%, magnesian dan diopsit piroksen 50% - 55%, dan lain-lain.

Dengan melihat komposisi mineral dan teksturnya, dapat diketahui


jenis magma asal, tempat pembentukan, pendugaan temperatur
pembentukan dan lainnya.

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat


mencerminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia.
Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti
bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik
menggambarkan pembekuan yang cepat.

Seperti yang kita ketahui, batuan beku berbeda-beda pada tekstur dan
pada kedalaman saat pembekuan. Dari keterangan tersebut, Fenton
mengklasifikasikan batuan beku menjadi empat kelompok menurut tekstur
dan tempat pembentukannya :

a. Kelompok batuan beku berbutir kasar didominasi oleh batuan batuan


yang pembekuannya jauh didalam tanah, pada kelompok ini kristal-
kristalnya dapat dilihat tanpa batuan mikroskop. Contohnya adalah
batu granit dan diorte.

b. Kelompok batuan berbutir halus memadat dipermukaan atau sangat


dekat dengan permukaan, pada kelompok ini kristal-kristal pada
batuan tidak dapat terlihat tanpa bantuan mikroskop. Contohnya adalah
Rhyolit dan Basalt.

II - 22
c. Kelompok batuan seperti kaca atau hampir tidak berbutir, pada
umumya mengeras pada permukaan aliran lava. Batuan ini terjadi
karena lava mendingin dengan sangat cepat sehingga mineral-mineral
tidak dapat mengkristal. Hali ini mungkin terjadi saat magma atau lava
bersentuhan dengan material yang lebih dingin pada permukaan bumi.
Contonya Obsidian dan batu apung.

d. Kelompok batuan fragmental, adalah batuan yang terlempar keluar


oleh letusan yang keras. Kebanyakan batuan ini mengandung pecahan-
pecahan seperi kaca. Batuan fragmental terdiri dari banyak butiran atau
pecahan yang telah disatukan oleh panas dari letusan gunung berapi.
Contohnta tuff dan volkanik breccias.

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,


tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat
dibagi menjadi :

1. Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan
tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar. Terbentuk kurang
lebih 3-4 kilometer dibawah permukaan bumi, dan batuan dalam sering
juga disebut batuan plutonik atau batuan abisik. Struktur kristalnya adalah
holokristalin atau berhablur penuh. Contohnya gabro dan granodiorit.
2. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik atau bertekstur
porfiritik dengan massa dasar afanitik. Terbentuk dalam celah-celah
ataureak kulit bumi, pada jalan magma menuju permukaan bumi. Batuan
gang sering disebut juga batuab hypoabisik dan struktur kristalnya adalah
holokristalin dan porfir atau amorf. Contohnya diorit porfiri dan granit
porfiri.
3. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan
atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Tebentu melalui pembekuan

II - 23
tiba-tiba ketika magma sampai ke pemukaan bumi dan berubah menjadi
lava yang langsung menjadi padat karena pendinginan dari lingkungan .
Sedangkan batuan lelehan memiliki struktur kristal yang kecil-kecil atau
bahkan tidak mempunyai bentuk kristal (Amorf). Contohnya Rhyolit dan
Obsidian.
Kelebihan dari klasifikasi Russel B. Travis adalah akan lebih dapat
mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar kimia.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa keluarga atau kelompok yaitu:

1. keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali


felsparnya melebihi plagioklas
2. keluarga granodiorit qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K
Felspar
3. keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak
dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas,
kadang plagioklas juga tidak hadir
4. keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-
Felspar
5. keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar
melebihi plagioklas
6. keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa
dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
7. keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar,
plagioklas melimpah
8. keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas
(Ca), sedikit Qz dan K-felspar
9. keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama
felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun
tidak hadir

II - 24
10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

2.2.7.4 Pembagian Berdasarkan Cara Terjadi


Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-
1976) batuan beku dibagi menjadi :
1. Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
2. Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
3. Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi.
Oleh W . T . Huang (1962), jenis batuan deep seated disebut plutonik,
sedangkan batuan effusive disebut batuan vulkanik.

2.2.7.5 Pembagian berdasarkan indeks warna


Pembagian berdasarkan indeks warna dibagi menjadi 2 yaitu menurut
S.J. Shand (1943) dan S.J. Ellis (1948), yaitu:
Klasifikasi berdasarkan indeks warna menurut S.J. Shand (1943), yaitu :
1. Leucoctaris rock, apabila mengandung <30% mineral mafik
2. Mesococtik rock, apabila mengandung 30%-60% mineral mafik
3. Melanocractik rock, apabila mengandung >60% mineral mafik

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948), yaitu :


1. Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna <10%
2. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10%-40%
3. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks 40%-70%
4. Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna >70%

2.2.7.6 Pembagian yang dipakai di laboratorium petrologi


Pembagian yang digunakan di laboraturium Petrologi berdasarkan
pembagian yang dikemukakan olehg Huang (1962) yaitu berdasarkan
kandungan kuarsa bebas atau silika dan kemas batuan tersebut selain itu

II - 25
dipertimbangkan pula proporsi alkali feldspar, palgioklas dan mineral utama
lainnya.
Beberapa hal yang perlu dicermati pembagian menurut Huang (1962) :
a. Nama batuan yang tertera pada lajur, menunjukan jenis teksturnya
(termasuk jenis batuan vulkanik atau plutonik)
b. Jenis dan kelompok batuan dibatasi oleh kolom-kolom, dengan
kandungan moneral tertentu.
c. Quartz diving line bagian kiri adalah batuan-batuan yang mengandung
kuarsa >10% sedangkan yang sebelah kanan adalah batuan yang
mengandung kuarsa <10% batuan intermediet dan kuarsa.
d. Orthoklas meliputi keseluruhan alkali feldspar seperti sanidin,
mikrolin,anortoklas dan lainnya, sedangkan plagioklas dibedakan
menjadi plagioklas asam dan basa. Plagioklas asam umunya bersifat
relatif lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas basa, secara
megaskopis sulit untuk membedakannya. Untuk membedakannya
dilihat presentase kandungan mineral mafiknya.
e. Jika alkali feldspar dan kuarsanya semakin bertambah dan
plagioklasnya semakin asam maka sebagian batuan beku dalam asam
dinamakan granit, sedangkan batuan beku luarnya adalah rhyolit. Di
dalam batuan beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadi dalam
biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibole. Batuan beku dalam
sangat asam dimana alkali feldspar lebih banyak daripada plagioklas
adalah sienit, sedangkan pegmatit hanya tersusun oleh alkali feldspar
dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut
obsidian, dan apbila bertekstur perlapisan disebut perlit .
f. Batuan beku dalam asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit
sedangkan batuan beku kluarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya
hampir mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambahkan kuarsa dan
alkali feldspar, sementara plagioklasnya secara berangsur berubah ke
asam.

II - 26
g. Batuan beku dalam mafik disebut gabro terdiri dari olivin, piroksen
dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah
basal. Batuan beku dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh
piroksen, amfibol dan plagioklas menengah, sedang batuan beku
luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan basal ada nama batuan
transisi yang disebut andesit basal (basaltic andesit).
h. Dunit tersusun selurunya oleh mineral olivin sedangkan piroksenitoleh
piroksen dan anartosit oleh plagioklas basa terdiri dari mineral olivin
dan piroksin; norit secara dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas
basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya berstruktur gelas atau
vitrofirik dan disebut pikrit.
Penamaan batuan beku sering ditambah aspek tekstur, struktur dan
atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Contoh andesit, porfiri,
basal vesikuler dan andesit pioksen. Penamaan batuan beku berdasarkan
komposisi mineral umumnya diberikan apabila presentase kehadirannya
minimal 10% perkiraan presentase kehadiran mineral pembentuk batuan.

Gambar 2.15 Diagram persentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan volume

II - 27
Gambar 2.16 Klasifikasi batuan beku (ODunn & Sill, 1986).

2.3 Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi,
sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan magma
yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya dinamakan sebagai
piroklastik, yang berasal dari kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke
permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya
fragmen, pecahan atau klastika.

II - 28
2.3.1 Genesa

Secara genetic batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe utama,
yaitu:

a. Endapan Jatuhan Piroklastik (Piroclastic Fall Deposits)

Endapan piroklastik ini dihasilkan dari erupsi eksploasif yang


melemparkan material material vulkanik ke atmosfir dan jatuh di sekitar
erupsi. Bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh
ke darat melalui medium udara. Ciri yang nampak dari endapan ini adalah
berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatan struktur butiran
bersusun, dengan beberapa struktur yang pada strata sedimen, antara lain
kenempakan gradasi normal pada pumis maupun lithik fragments. Contoh
endapan ini adalah : Agglomerate, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.

Jika bahan bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi


yang berada di darat maupun di bawah permukaan laut kemudian
diendapakan pada kondisi air yang tenang dan tidak mengalami reworking
serta tidak tercampur dengan bahan yang bukan piroklastik, maka jenis ini
tidak didapatkan struktur struktur sedimen internal dan komposisi
seluruhnya dalam bahan piroklastik. Bila dilihat paleo environtment, maka
jenis ini termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik.

b. Endapan Aliran Piroklastik (Proclastic Flow Deposits)

Material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan


disuatu tempat. Endapan ini dihasilkan dari hasil gerakan material
piroklastik kearah lateral berupa aliran gas atau material setengah padat
berkonsentrasi tinggi diatas permukaan tanah. Proses pengendapan
sepenuhnya dikontrol oleh topografi. Lembah dan depresi disekitar pusat
erupsi akan terisi oleh endapan tersebut. Ciri yang dijumpai antara lain
sortasi yang jelek dan jika ada perlapisan maka pada lithic fragments di

II - 29
jumpai gradasi normal sedangkan pada pumis dijumpai gradasi yang
berlawanan (reverse granding). Hal ini disebabkan densitas yang lebih
rendah daripada mediannya (aliran gas atau padatan). Endapan ini meliputi :
glowing avalanche, lava collapse, hot ash avalanche. Aliran ini umumnya
berlangsung pada suhu tinggi antara 500o 600o C.

c. Piroclastic Surge Deposits

Piroclastic Surge Deposits adalah awan campuran dari bahan padat


dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan
kecepatan tinggi secara turbulen diatas permukaan. Endapan ini cenderung
menyebar dan menyelimuti area disekitar pusat erupsi namun umumnya
lebih terkonsentrasi di lembah lembah dan daerah depresi. Struktur yang
mencirikan endapan ini antara lain : perlapisan silang siur, dune, antiidune,
laminasi planar, baji dan bergelombang.

d. Lahar

Pada suhu di atas 100o C material piroklastik cenderung tertransport


oleh media berfase gas. Jika media pembawa berupa air bersuhu rendah
maka terbentuk semacam aliran lumpur yang disebut lahar. Istilah lahar ini
berasal dari bahasa Indonesia yang kini digunakan secara internasional.

Sebagaimana halnya piroklastik, aliran lahar ini lebih terkonsentrasi


dilembah, alur dan tempat lain yang bertopografi rendah. Panjang aliran lhar
dapat mencapai 10 20 km, bahkan dibeberapa tempat diketahui alirannya
mencapai lebih dari 300 km dari sumbernya. Ciri ciri umum endapan lahar
: tidak ada pemalihan, graded dan reverse bedding, tidak ada perlapisan,
sering di jumpai adanya fragmen kayu, lebih padat atau kompak dari
endapan piroklastik aliran.

Cara terjadinya lahar :

1) Terbentuk langsung dari erupsi melalui danau kepundan atau disebut


lahar panas

II - 30
2) Berasal dari endapan piroklaaastik aliran panas yang kemudian
bercampur dengan salju atau air menuju lereng gunung api.

2.3.2 Struktur Batuan Piroklastik

Struktur batuan piroklastik pada prisipnya same dengan struktur batuan


sedimen klastik, juga dapat dibagi pula seperti struktur pada batuan beku,
contoh: vesikuler, scoria, dan amigdaloidal.

2.3.3 Lithologi

Aspek litologi dapat dipakai untuk batuan piroklastik. Dasar klasifikasi


yang sering dipakai antara lain:

a. Ukuran Butir

Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan)


dan setelah menjadi batuan piroklastik, penamaannya seperti pada tabel
berikut ini:

Tabel 2.6 Klasifikasi batuan piroklastik

Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan

> 64 mm Bom gunungapi Aglomerat

Blok/bongkah gunungapi Breksi piroklastik

2 64 mm Lapili Batulapili

1 2 mm Abu gunungapi kasar Tuf kasar


(pasir kasar)

< 1 mm Abu gunungapi halus Tuf halus

Bom gunung api adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai


struktur-struktur pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan

II - 31
membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu
struktur yang sangat khas adalah struktur kerak roti (bread crust structure).

Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini
sangat tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin
encer magma yang dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek
puntiran pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain
itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas
tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga
terbentuk struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada
permukaannya.

Bom gunung api berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan


sifatnya ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya
berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging
dan bahkan coklat sampai hitam. Batuapung umumnya dihasilkan oleh
letusan besar atau kuat suatu gunungapi dengan magma berkomposisi asam
hingga menengah, serta relatif kental.

Bom gunung api yang juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya


tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah
lebah disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya merah,
coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat daripada batuapung dan dihasilkan
oleh letusan gunungapi lemah berkomposisi basa serta relatif encer.

Bom gunung api berwarna hitam, struktur masif, sangat khas


bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti
botol pecah) dinamakan obsidian. Blok atau bongkah gunungapi dapat
merupakan bom gunungapi yang bentuknya meruncing, permukaan halus
gelasan sampai hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur
pendinginan.

Dengan demikian blok dapat merupakan pecahan daripada bom


gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di permukaan tanah/batu. Bom dan

II - 32
blok gunungapi yang berasal dari pendinginan magma secara langsung
tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial atau juvenile).
Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan gunungapi yang
telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau fragmen non-
gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).

Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf


gelas, tuf kristal dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing-
masing berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi
menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan
beku. Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria
dapat juga disebut tuf batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk
aglomerat batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria,
batulapili batuapung dan batu lapili skoria.

b. Komposisi Fragmen piroklastik

Komponen komponen dalam endapan piroklastik lebih mudah


dikenali dari pada endapan muda, tak terlithifikasi atau sedikit terlithifikasi.
Pada material piroklastik berukuran halus dan telah terlithifikasi, identifikasi
komposisi sulit dilakukan.

c. Tingkat dan tipe welding

Jika material piroklastik khususnya beerbutir halus, terdeposisiskan


saat masih panas, maka butiran butiran itu seakan akan tereleaskan atau
terpateri satu sama lain. Peristiwa ini disebut welding.

Dengan demikian, pada prinsipnya batuan piroklastik adalah batuan


beku luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapan,
batuan piroklastik ini mengikuti hukum hukum didalam proses
pembentukan batuan sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan
membentuk struktur-struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara
keseluruhan batuannya seperti batuan sedimen. Pada kenyataannya, setelah

II - 33
menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu
sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi (sebagai
endapan primer piroklastik), atau sudah mengalami pengerjaan kembali
(reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder
piroklastik atau endapan epiklastika.

2.3.4 Istilah istilah

1. Ash Flow (Tuff) Fragmental Flow


a. Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas
fragmen runcing runcing hasil endapan piroklastik (Fisher, 1960)
b. Ignimbrit adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas (Mac
Donald, 1972)
c. Welded tuf adalah endapan aliran abu panas yang terlepaskan akibat
deposisi pada saat masih panas.
2. Ash Fall : yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami
pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum
mengalami pembatuan atau lithifikasi (Fisher, 1960).
a. Agglomerate ; diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil
konsolidasi material yang mengandung bom (tuff agglomerate merupakan
batuan yag kandungan bom sebanding atau lebih banyak dari abu
vulkanik)(Widiasmoro, 1970)
b. Aglutinete ; merupakan hasil akumulasi fragmen fragmen pipih yang
terelaskan, berasal dari erupsi basaltik yang sangat encer (Tyrell, 1931)
c. Breksi piroklastik ; batuan yang mengandung blok lebih dari 50% (Mac
Donald, 1972 dan Fisher, 1958)
d. Tuff pyroclastic brecia ; batuan yang mengandung ssebanding dengan abu
vulkanik atau bisa juga lebih dominan abu vulkanik (Norton, 1917 dan
Mac Donald, 1972)
e. Lapili stone : batuan yang penyusun utamanya berukuranlapili yaitu 2 64
mm (Fisher, 1961)

II - 34
f. Lapili tuff ; batuan yang kandungan lapili da abu vulkanik sebanding atau
lebih dominan abu vulkanik (Fisher, 1961 dan Mac Donald, 1972)
g. Tuff ; batuan yang tersusun dari abu vulkanik
3. Nama batuan yang tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi
vulkanik adalah batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen vulkanik
yang runcing runcing, dengan matriks berukuran 2 mm dengan bermacam
macam komposisi dan tekstur (biasa berupa endapan piroklastik,
autoklastik dan lain - lain),(Fisher, 1958).
4. Breksi vulkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang
terkandung di lava atau akibat pergerakan lava yang sebelum mengalami
pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada
tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher, 1960,
Wrigth dan Brown, 1963, Mac Donald, 1972)
b. Breksi letusa akibat letusa gas, yang terkandung di lava seehingga terjadi
fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku
5. Breksi vulkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil
fragmentasi, batuan yang telah ada sebelum mengalami pekerjaan proses
vulkanisme:
a. Breksi intrusi : yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang
diterobos magama dalam matriks batuan beku (Harker, 1908 dan Bowes,
1960)
b. Explosion brecia : merupakan breksi hancuran batuan karena adanya
ledakan vulkanik yang terjadi di bawah permukaan (Wrigth dan Bowes,
1960)
c. Tuffsite brecia : merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan
yang intrusi magma dengan tuff sebagai matriks yang mengandung bekas
aliran gas di dalamnya (Wrigth dan bowes, 1960)

II - 35
6. Breksi vulkanik epiklastik
a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur pekat
berupa pencampuran antara butiran vulkanik berukuran bergam dengan
batuan non vulkanik (Fisher, 1960)
b. Batu pasir tuffan atau konglomerat tuffan merupakan batuan sedimen
epiklastik yang terngkut juga di dalamnya kompone piroklastik misalnya
pumis atau shard.
c. Batu pasir atau konglomerat vulkanikmerupakan batuan epiklastik yang
tersusun dari fragmen fragmen yang berupa vulkanik yang telah
mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian diendapkan.

2.4 Tipe Endapan Piroklastik

2.4.1 Endapan Piroklastik Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated)

1.Bom Gunung Api

Bom Gunung api adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai


ukuran lebih besar dari 64mm. Daerah ini sebagian atau semuanya berujud
plastik pada waktu tererupsi. Beberapabombmempunyai ukuranyang sangat
besar.

2.Blok Gunung Api

Blok Gunung api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh


erupsieksplosivedari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan
ukuran lebih besar dari 64 mm. Blok-blok ini selalu menyudut bentuknya
atauequidimensional.

3.Lapili

Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi
eksplosif gunung api yang berukuruan 2mm-64mm. Selain dari fragmen
batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augti, olivine,
plagioklas.

II - 36
4.Debu Gunung Api

Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-


1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi
eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses
penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam
keadaan belum terkonsolidasi, ( Endarto, Danang, 2005).

2.4.2 Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated)

1.Breksi piroklastik

Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh block block


gunungapi yang telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50 % serta
mengandung lebih kurang 25 % lapili dan abu.

2.Aglomerat

Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material


material dengan kandungan yang didominasi oleh bomb gunung api dimana
kandungan lapili dan abu kurang dari 25 %

3.Batu lapilli

Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili
dengan ukuran 2 64 mm

4.Tuff

Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami


konsolidasi, dengan kandungan abu mencapai 75 %. Macamnya : tuff lapili,
tuff aglomerat, tuff breksi piroklastik ( Endarto, Danang, 2005 ).

II - 37
2.4.3 Endapan Piroklastik Jatuhan (Fall)

Endapan jatuhan piroklastik terjadi akibat letusan gunungapi yang


eksplosif. Pada erupsi preatik, abu gunungapi tidak sebanyak pada erupsi
magmatis. Ketebalan endapan piroklastik jatuhan relatif seragam
denganpemilahan yang baik, akibat proses fraksinasi oleh angin saat
pengendapannya.

2.5 Identifikasi Batuan Beku

Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara


identifikasio yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan
dilapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan dilapangan diikuti pengamatan
contoh setangan.

Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku dalam dengan
batuan beku luar. Pada batuan beku luar identifikasi dititik beratkan pada struktur dan
hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan bahan piroklastik) sedangkan
dengan identifikasi batuan beku dalam lebih dititik beratkan pada hubungan unit
unit pembentuk batuan yaitu kristal kristal mineral.

2.5.1. Deskripsi Contoh Setangan

Hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengandata


pengamatan singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data
tersebut akan saling melengkapi seperti berikut :

1. Pengamatan kenampakan lapuk dan warna segar batuan, kekerasan mineral


relatif baik yang telah mengalami pelapukan ataupun belum.
Mengidentifikasi mineral yang mengalami pelapukan dari warna hasil
lapukannya.
2. Untuk contoh yang menyimpan data yang penting dapat dilakukan analisa
petrografi dengan membuat sayatan yang tipis pada bagian yang segar.
3. Mengamati warna pelapukan segar dan apabila mungkin membuat estimasi
mengenai color indeks.

II - 38
4. Pengamatan butiran pada batuan contoh setangan bilabatuannya afanitik,
catat tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik
atau mafik.
1. Amati hubungan antara mineral dan batuan yang memiliki kristal kasar
sampai medium.
2. Amati dan catat hubungan fenokris dan massa dasar pada batuan yang
bertekstur porfiritik.
3. Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi, aliran,
bending,lubang gas, tekstur, dan inklusi.
4. Amati dan catat proporsi mineral mineral yang berbeda dan deskripsi
mineral seperti warna, kilap, pecahan, belahan, kekerasan, ciri khas, dan
lain lain.
5. Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama menggunakan
klsifikasi tertentu, pada praktikum ini menggunakan klasifikasi Huang
(1962).

2.5.2. Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh


aspek terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer
terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada
batuan tersebut. Untuk batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma.

Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari


pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai
macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu
terbentuk, batuan itu kemudian terkena proses sekunder, antara lain berupa
oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral (replacement),
dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat berubah total dari
batuan semula atau primernya.

Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama


(dalam ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan

II - 39
bumi, sehingga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya
bersifat interpretatif. Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-
hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas tertentu.
Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau deskriptif
hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi mineral dan
kenampakan khusus lainnya.

Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari


jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan Mengapa (Why) dan
Bagaimana (How) terhadap data perian batuan. Misalnya, mengapa batuan
beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku
dalam bertekstur kristalin dan berstruktur masif. Mengapa basal berwarna gelap
sedang pegmatit berwarna cerah ? Bagaimana kejadiannya olivin dapat muncul
bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan ? Bagaimana terbentuknya
andesit dari basal dan riolit ?

Berdasarkan pengetahuan teori dari kuliah mineralogi-kristalografi,


kuliah petrologi dan membaca buku literatur, diharapkan praktikan dapat
menjelaskan petrogenesa batuan peraga yang dijadikan bahan praktikum,
berdasarkan data pemeriannya.

II - 40

Anda mungkin juga menyukai