Anda di halaman 1dari 6

Mielopati

Etiologi
Mielopathy adalah nama kolektif untuk berbagai jenis masalah yang melibatkan
sumsum tulang belakang. Mielopati hasil dari karsinoma primer, inflamasi, proses
infeksi, radiasi, HIV, meilitis atau perubahan gizi atau neurodegenerative. Penyebab
intradural mencakup kista, pasca traumatik progresif myelomalacic mielopati, dan
neoplasma jinak (meningioma, arachnoid, kista, kista epidermoid) (Lyn Weiss,
Adam C. Isaacson, 2010).

Faktor Resiko
Myelopathy dapat langsung disebabkan oleh cedera tulang belakang yang
mengakibatkan berkurangnya sensasi atau kelumpuhan. Penyakit degeneratif juga
dapat menyebabkan kondisi ini, dengan derajat yang bervariasi dari kehilangan
sensasi dan gerakan, ataupun proses non inflamasi pada medula spinalis misalnya
karena prosestoksik, nutrisional, metabolik dan nekrosis yang menyebabkan lesi
pada Medula spinalis. Juga karena herniasi diskus, instabilitas spinal, kongenital
stenosis (Mansjoer, 2009).
Sedangkan pada pasien berusia 50-an penyebab mielopati tersering adalah
spondilosis servikal.Pada keadaan ini terjadi penyakit degenaratif, akibat penuaan
tulang belakang dan sirkulasi juga (osteoartrosis) vertebra servikal yang dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis karena adanya kalsifikasi, degenerasi,
protrusi,diskus intervertebra, pertumbuhan tulang yang menonjol (osteofit) dan
penebalanligamentum longitudinal.Pada pasien berusia 40-an kebawah penyebab
tersering terjadinya mielopati adalah sklerosis multiple (Mansjoer, 2009).
Jadi penuaan tulang belakang dan sistem sirkulasi menyebabkan masalah pada
vertebra, sehingga diskus intervertebral dapat menjadi kolaps, terbentuknya osteofit
pada saluran saraf dan mengurangi lusas kanalis spinal. Aliran darah pada spinal
yangtidak adekuat menyebabkan jaringan spinalis dan saraf tak mendapat nutrisi
yang cukup, sehingga ligamen yang menahan vertebra menipis dan menekan saluran
saraf serta terganggunya fungsi saraf (Mansjoer, 2009).

Tanda dan gejala


Keluhan yang timbul akibat mielopati bermacam-macam dan banyak yang tidak
spesifik, ditambah dengan perkembangan penyakitnya yang lambat dan bertahap sehingga
menyulitkan untuk dideteksi. Penting untuk diingat bahwa mielopati servikal merupakan
penyakit kelainan pada tulang vertebra servikalis yang bermanifestasi pada ekstremitas atas
dan bawah (Klezl, 2013).

Umumnya gejala yang timbul adalah akibat dari kompresi yang terjadi pada medula
spinalis, tergantung letak segmen yang terkena. Kompresi ini dapat menimbulkan gejala
sensorik (nyeri atau parestesi), gejala motorik (kelumpuhan), atau gejala otonom (gangguan
respirasi, sirkulasi, miksi, dan defekasi) (Klezl, 2013).

Gejala klasik dari mielopati adalah kehilangan keseimbangan dengan koordinasi yang
kurang, keterampilan fungsi sehari-hari menurun, kelemahan, rasa baal, dan pada kasus yang
parah dapat menimbulkan paralisis. Nyeri banyak dikeluhkan pasien, namun pada beberapa
kasus tidak didapatkan adanya keluhan nyeri sehingga menimbulkan keterlambatan dalam
diagnosis (Klezl, 2013).

Lesi pada vertebra C3-C6 menyebabkan kesulitan dalam menulis dan perubahan tidak
spesifik berupa sensasi dan kelemahan lengan. Lesi pada C6-C8 sering menimbulkan
sindroma spastisitas dan hilangnya propriosepsi tungkai. Pasien dapat mengalami gangguan
gaya jalan dan sering terjatuh (Klezl, 2013).

Gejala subyektif yang sering dikeluhkan pasien antara lain:

Tungkai terasa berat


Radikulopati
Kemampuan motorik halus yang menurun
Fenomena LHermittes, yaitu sensasi seperti tersengat listrik yang hilang timbul pada
anggota gerak yang dicetuskan oleh fleksi leher
Baal dan kesemutan anggota gerak

Keluhan-keluhan ini dapat timbul secara akut, subakut, atau kronik progresif.
Terkadang tidak diketahui penyebabnya serta tidak ditemuinya tanda-tanda radang (Klezl,
2013).

Pemeriksaan

Anamnesis
Gejala klasik dari mielopati adalah kehilangan keseimbangan dengan koordinasi yang
kurang, keterampilan fungsi sehari-hari menurun, kelemahan, rasa baal, dan pada kasus yang
parah dapat menimbulkan paralisis. Nyeri banyak dikeluhkan pasien, namun pada beberapa
kasus tidak didapatkan adanya keluhan nyeri sehingga menimbulkan keterlambatan dalam
diagnosis (Klezl, 2013).

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda yang sering ditemukan adalah tanda lesi UMN
(upper motor neuron), seperti (Young, 2000) :

Kelemahan, terutama lebih dirasakan pada ekstremitas atas


Gaya jalan ataxic gait
Hipertonus
Hiperrefleks
Klonus ankle (+)
Babinski (+)
Hoffman (+)

Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologi lokal merupakan hal yang
sangat penting. Pemeriksaan status neurologis lokalis pada pasien cedera medula spinalis
mengacu pada panduan dari American Spinal Cord Injury Association (AISA). Klasifikasi
dibuat berdasar rekomendasi AISA, A: untuk lesi komplit sampai dengan E: untuk keadaan
normal (Young, 2000).

Motorik
Asal Inervasi Otot Fungsi
C5 M. deltoideus dan biceps brachii Abduksi bahu dan fleksi siku
C6 M. extensor carpi radialis longus dan brevis Ekstensi pergelangan tangan
C7 M. flexor carpi radialis Fleksi pergelangan tangan
C8 M. flexor digitorum superfisialis dan Fleksi jari-jari tangan
profunda
T1 M. interosseus palmaris Abduksi jari-jari tangan
L2 M. iliopsoas Fleksi panggul
L3 M. quadricep femoris Ekstensi lutut
L4 M. tibialis anterior Dorsofleksi kaki
L5 M. extensor halluces longus Ekstensi ibu jari kaki
S1 M. gastrocnemius-soleus Plantarfleksi kaki
Sensoris protopatik
Asal inervasi Dermatom
C2 - C4 Dermatom oksiput sampai bagian belakang leher
C5 - T1 Lengan sampai jari-jari
T2 - T12 Bagian dada dan aksila, beberapa titik penting: T4 papila mamae, T10
umbilicus, T12 inguinal
L1 - L5 Tungkai
S1 - S5 Tumit, bagian belakang tungkai, regio perineal
Rekomendasi AISA untuk pemeriksaan neurologi lokal (Pinzon, 2007)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis


mielopati, antara lain (Klezl, 2013).

Laboratorium darah
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi ataupun penyakit
sistemik yang menjadi penyebab mielopati. Pemeriksaan ini lebih bermakna bila dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah ke proses infeksi, namun dapat juga
sebagai penyingkir diagnosis kausa infeksi apabila hasil tidak menunjang (Pinzon,
2007)
Rontgen vertebra
Merupakan pilihan awal untuk mengetahui apakah ada kelainan pada tulang belakang
seperti spondilosis, spondilolistesis, atau osteofit. Dianjurkan melakukan pemeriksaan
tiga posisi standar (AP, lateral, odontoid) untuk vertebra servikal, dan posisi AP dan
lateral untuk vertebra thorakal dan lumbal. Pada kasus yang tidak menunjukkan
kelainan radiologis, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CT-scan atau MRI
(Pinzon, 2007)
CT-scan / MRI
Dilakukan untuk mengetahui gambaran struktur tulang belakang sehingga dapat
diketahui lokasi kelainan atau letak lesi, dapat pula untuk mengetahui kausa apakah
terdapat trauma pada vertebra atau tumor yang menyebabkan kompresi pada medula
spinalis. MRI merupakan alat diagnostik yang paling baik untuk mendeteksi lesi di
medula spinalis akibat cedera/trauma ataupun adanya penyempitan kanalis spinalis
(Pinzon, 2007).

Patogenesis

Patogenesis dari mielopati dapat bermacam-macam, antara lain (Klezel, 2013) :


Trauma vertebra yang berakibat kompresi medula spinalis
Proses inflamasi, contohnya myelitis
Tumor yang mendesak medula spinalis
Penyakit vaskular, seperti mielopati vaskular
Kongenital akibat stenosis kanalis spinalis
Penyakit degeneratif, misal spondilosis atau herniasi diskus intervertebralis yang
berakibat kompresi pada medula spinalis

Penyakit degeneratif merupakan indikasi untuk dilakukannya pembedahan oleh bedah


saraf. Mielopati servikal akibat proses degenerasi sering disebut juga sebagai spondilosis
mielopati servikal (cervical spondylotic myelopathy / CSM) yang menunjukkan bahwa
penyebab utama terseringnya merupakan spondilosis (Young, 2000).

Kanalis spinalis merupakan tabung tertutup yang berjalan di tengah medula spinalis
dan berisi cairan serebrospinal yang berfungsi sebagai proteksi terhadap trauma serta
memberikan fleksibilitas pada leher. Namun pada beberapa orang terlahir dengan kanalis
spinalis yang berukuran lebih kecil dari normal, ini disebut sebagai stenosis kanalis spinalis
kongenital. Stenosis menyebabkan penyempitan kanalis spinalis yang memudahkan
terjadinya kompresi medula spinalis (Young, 2000).

Kanalis spinalis servikal dapat menjadi sempit akibat perubahan dari proses
degenerasi tulang belakang pada orang tua. Terbentuknya osteofit, penonjolan diskus, dan
penebalan ligamen dapat menyebabkan penekanan pada medula spinalis (Young, 2000).

Faktor dinamik biomekanika gerak vertebra servikal normal dapat memperburuk


cedera medula spinalis yang dicetuskan oleh kompresi statis secara langsung. Ketika fleksi,
medula spinalis memanjang sehingga teregang melewati daerah osteofit ventral. Ketika
ekstensi, ligamentum flavum melengkung ke arah medula spinalis menyebabkan
berkurangnya ruang medula spinalis (Young, 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer , Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Weiss, Lyn. Dkk. 2010. Oxford American Handbook of Physical Medicine and
Rehabilitation. Worldwide Best-seller.

Klezl Z, Coughlin TA. 2013. Cervical myelopathy. Nice Shoulder Course.

Young W. Cervical spondylotic myelopathy: a common cause of spinal cord dysfunction in


older persons. Am Fam Physician. 2000;62(5):1064-70.

Pinzon R. 2007. Mielopati servikal trauma. Cermin Dunia Kedokteran. 154; 2007: 39-42.

Anda mungkin juga menyukai