Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kerusakan Lingkungkungan akibat illegal logging

BAB I
PENDAHULUAN

3.1. Latar Belakang


Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya dan merupakan bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh
dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim
dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua
besar Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki hutan terluas di
asia dan di dunia meski Indonesia terus mengembangkan lahan-lahan tersebut
untuk mengakomodasi populasinya yang semakin meningkat serta pertumbuhan
ekonominya. Sekitar tujuh belas ribu pulau-pulau di Indonesia membentuk
kepulauan yang membentang di dua alam biogeografi - Indomalayan dan
Australasian - dan tujuh wilayah biogeografi, serta menyokong luar biasa
banyaknya keanekaragaman dan penyebaran spesies. Dari sebanyak 3.305 spesies
amfibi, burung, mamalia, dan reptil yang diketahui di Indonesia, sebesar 31,1
persen masih ada dan 9,9 persen terancam. Indonesia merupakan rumah bagi
setidaknya 29.375 spesies, pemerintah memiliki lembaga dan undang-undang yang
mengatur tentang hal ini. Namun pada kenyataannya meskipun ada peraturan dan
perundang-undangan tersebut masih banyak ditemukan praktek-praktek kejahatan
antara lain seperti Pembalakan Liar atau Ilegal Logging

1.1. Rumusan Masalah


Untuk membatasi makalah ini maka penulis telah menulis rumusan masalah yang
akan dibahas,yaitu sebagai berikut :
a. Pengertian pembalakan liar atau illegal logging
b. Faktor-faktor penyebab illegal logging
c. Dampak dari illegal logging
d. Solusi untuk mengatasi illegal logging
1.2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ada maka penulisan makalah ini
bertujuan:
a. Mengetahui Pengertian pembalakan liar atau illegal logging
b. Mengetahui Faktor-faktor penyebab illegal logging
c. Mengetahui Dampak dari illegal logging
d . Mengetahui Solusi untuk mengatasi illegal logging

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Illegal Logging


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia Pembalakan liar atau penebangan liar
(bahasa Inggris: illegal logging) adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan
penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.
illegal Logging menurut UU No 41/1999 tentang Kehutanan adalah perbuatan
melanggar hukum yang dilakukan oleh setiap orang/kelompok orang atau badan
hukum dalam bidang kehutanan dan perdagangan hasil hutan berupa; menebang
atau memungut hasil hutan kayu (HHK) dari kawasan hutan tanpa izin, menerima
atau membeli HHK yang diduga dipungut secara tidak sah, serta mengangkut atau
memiliki HHK yang tidak dilengkapi Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan
(SKSHH).
Illegal Logging berdasarkan terminologi berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu
illegal berarti perbuatan yang tidak sah (melanggar), sedangkan logging berarti
kegiatan pembalakan kayu sehingga illegal logging diartikan sebagai
perbuatan/kegiatan pembalakan kayu yang tidak sah.
2.2. Faktor-faktor Penyebab Illegal Logging
Praktek illegal logging yang selama ini dilakukan oleh oknum-oknum yangtidak
bertanggung jawab terjadi karena beberapa hal yang kesemuanya salingterkait.
Penyebab tersebut adalah :
pertama adanya krisis ekonomi yang berkelanjutan mengakibatkan tingginya harga
barang konsumsi,sementara masyarakat disekitar hutan yang sudah miskin tidak
lagi mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga salah satu cara yang paling
mudah adalah memanfaatkan hutan untuk kepentingan diri sendiri dengan jalan
memanfaatkan hutan dengan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah pemanfaatan
hutan, khususnya kayu, dengan cara yang tidak benar.

Kedua dengan krisis ekonomi pula mengakibatkan perusahaan yang bergerak


disektor kehutanan,khususnya industri kayu, banyak yang mengalami kemunduran
usaha, karena tingginya harga barang produksi, sehingga untuk mendapatkan
bahan baku kayu dengan harga murah dilakukan pembelian dari kayu yang tidak
sah yang berasal dari hasil praktek illegal logging.
Ketiga, lemahnya penegakan hukum, karena tidak adanya concerted action yang
dapat menyuburkan praktekkorupsi, kolusi dan nepotisme. Disamping itu
kurangnya dana atau lack of budgetdalam upaya mendukung kemampuan politik
dan kurangnya tekanan publik.Pada tataran masyarakat, kondisi moral, sosial dan
budaya masyarakat, sertaaparat cenderung menjadi tidak kondusif terhadap
kelestarian hutan dan dilainpihak masih banyak industri pengolahan kayu yang
membeli dan mengolah kayu dari hasil illegal logging.
Faktor lainnya yaitu faktor kemiskinan dan faktor lapangan kerja. Umumnya hal
ini terjadi kepada masyarakat yang berdomisili dekat ataupun di dalam hutan.
Ditengah sulitnya persaingan di dunia kerja dan himpitan akan ekonomi,
masyarakat mau tidak mau berprofesi sebagai pembalak liar dan dari sini
masyarakat dapat menopang kehidupannya. Hal inilah yang terkadang suka
dimanfaatkan oleh cukong-cukong untuk mengeksploitasi hasil hutan tanpa ada
perizinan dari pihak yang berwenang. Padahal apabila dilihat upah tersebut
sangatlah tidak seberapa dibandingkan dengan akibat yang akan dirasakan
nantinya.
2.3. Dampak Illegal Logging
Kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan hutan tidak hanya kerusakan secara
nilai ekonomi, akan tetapi juga mengakibatkan hilangnya nyawa yang tidak ternilai
harganya. Adapun dampak-dampak Illegal Logging sebagai berikut.
*) Longsor dan Banjir di berbagai wilayah
Banjir dan tanah longsor di Indonesia telah memakan korban harta dan jiwa yang
sangat besar. Kerusakan lingkungan yang paling terlihat yaitu di daerah Sumatera
yang baru saja dilanda banjir badang dan tanah longsong sangat parah. Bahkan
tidak sedikit masyarakat yang kehilangan harta benda, rumah, dan sanak saudara
mereka akibat banjir dan tanah longsor.Banjir dan tanah longsor ini terjadi akibat
dari Illegal Logging di Indonesia.Hutan yang tersisa sudah tidak mampu lagi
menyerap air hujan yang turun dalam curah yang besar, dan pada akhirnya banjir
menyerang pemukiman penduduk. Para pembalak liar hidup di tempat yang
mewah, sedangkan masyarakat yang hidup di daerah dekat hutan dan tidak
melakukan Illegal Logging hidup miskin dan menjadi korban atas perbuatan
biadap para pembalak liar. Hal ini merupakan ketidakadilan sosial yang sangat
menyakitkan masyarakat.
*) Berkurangnya sumber mata air di daerah perhutanan.
Pohon-pohon di hutan yang biasanya menjadi penyerap air untuk menyediakan
sumber mata air untuk kepentingan masyarakat setempat, sekarang habis dilalap
para pembalak liar. Hal ini mengakibatkan masyarakat di daerah sekitar hutan
kekurangan air bersih dan air untuk irigasi
*) Semakin berkurangnya lapisan tanah yang subur.
Lapisan tanah yang subur sering terbawa arus banjir yang melanda Indonesia.
Akibatnya tanah yang subur semakin berkurang. Jadi secara tidak langsung Illegal
Logging juga menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur di daerah
pegunungan dan daerah sekitar hutan.
*) Musnahnya berbagai fauna dan flora, erosi
Konflik di kalangan masyarakat, devaluasi harga kayu, hilangnya mata
pencaharian, dan rendahnya pendapatan negara dan daerah dari sektor kehutanan,
kecuali pemasukan dari pelelangan atas kayu sitaan dan kayu temuan oleh pihak
terkait.Semakin langkanya orang utan juga merupakan dampak dari adanya Illegal
Logging yang semakin marak di Indonesia. Krisis ekonomi tergabung dengan
bencana-bencana alam dan Illegal Logging oleh manusia membawa orang utan
semakin terancam punah. Menurut taksiran para ahli, orang utan liar bisa menjadi
punah dalam jangka waktu sepuluh tahun lagi. Untuk kesekian kalinya masyarakat
dan flora fauna yang tidak bersalah menjadi korban Illegal Logging. Ini akan
menjadi pelajaran yang berharga bagi pemerintah dan masyarakat agar ikut aktif
dalam mengatasi masalah Illegal Logging di Indonesia.
*) Global warming
Yang sekarang sedang mengancam dunia dalam kekalutan dan ketakutan yang
mendalam. Bahkan di Indonesia juga telah megalami dampak global warming yang
dimulai dengan adanya tsunami pada tahun 2004 di Aceh yang menewaskan
ratusan ribu orang di Indonesia dan negara-negara tetangga.
*) Sulitnya lapangan kerja
Mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran, menjadikan hutan sebagai
lahan atau tempat tumpuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakatdengan
cara memanfaatkan hutan dengan sebanyak-banyaknya, meskipun dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku.
2.4. Solusi untuk mengatasi Illegal Logging
1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
3. Manipulasi lingkungan serta pengendalian hama dan penyakit juga bisa
dilakukan untuk memulihkan kembali hutan di Indonesia.
4. Penanaman hutan secara intensif menjadi pilihan terbaik karena bisa
diprediksi,Sehinggan kebutuhan kayu bisa diperhitungkan tanpa harus merusak
habitat hutan alami yang masik baik.
5. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan. Misalkan dengan upaya pengawasan dan penindakan yang
dilakukan di TKP (tempat kejadian perkara), yaitu di lokasi kawasan hutan dimana
tempat dilakukannya penembangan kayu secara illegal. Mengingat kawasan hutan
yang ada cukup luas dan tidak sebanding dengan jumlah aparat yang ada, sehingga
upaya ini sulit dapat diandalkan, kecuali menjalin kerjasama dengan masyarakat
setempat. Ini pun akan mendapat kesulitan jika anggota masyarakat itu justru
mendapatkan keuntungan materiil dari tindakan illegal logging.
6. Upaya lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pos-pos
tempat penarikan retribusi yang banyak terdapat di pinggir-pinggir jalan luar kota.
Petugas pos retribusi hanya melakukan pekerjaan menarik uang dari truk yang
membawa kayu, hanya sekedar itu. Seharusnya di samping melakukan penarikan
uang retribusi juga sekaligus melakukan pengecekan terhadap dokumen yang
melegalkan pengangkutan kayu.

BAB III
PENUTUP

3.2. Kesimpulan
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam
menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan
sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun
sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran
akan masa depan kehidupan generasi berikutnya seperti tindakan Illegal Logging.
Illegal Logging adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu
yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.Illegal logging
apabila terus dibiarkan, maka kehidupan anak cucu kita nanti dapat terancam.
3.3. Saran
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin
negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi.Setiap orang harus
melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan
sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi
anak cucu kita kelak.

LAMPIRAN

http://media.treehugger.com/assets/images/2012/10/rainforest-
mafia.jpeg.492x0_q85_crop-smart.jpg

http://voices.nationalgeographic.com/files/2014/11/jpg
http://www.environment-green.com/images/logging.jpg

http://3.bp.blogspot.com/-SN4FyY_soAs/UywGC-
Mq7TI/AAAAAAAAAEA/Z6fJQeYOmck/s1600/3.jpg

http://4w4n.blogdetik.com/files/2014/03/335bb36c5d0c204d075e545003261467_p
erburuan-liar2.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-
faKxoOUMD3Y/TgXznOudspI/AAAAAAAAAIk/7ea49J3S6ho/s1600/Sagip+12.j
pg

DAFTAR PUSTAKA

PENGERTIAN ILLEGAL LOGGING


Yang dimaksud dengan illegal logging berdasarkan berdasarkan Inpres No. 5
Tahun 2001, tentang Pemberantasan Penebangan Kayu illegal (Illegal Logging)
dan Peredaran Hasil hutan Illegal di Kawasan Ekosistem Leuser dan taman
Nasional Tanjung Puting, adalah penebangan kayu dikawasan hutan dengan tidak
sah.

Menurut pendapat Haryadi Kartodiharjo, illegal logging merupakan


penebangan kayu secara tidak sah dan melanggar peraturan perundang-undangan,
yaitu berupa pencurian kayu didalam kawasan hutan Negara atau hutan hak (milik)
dan atau pemegang ijin melakukan penebangan lebih dari jatah yang telah
ditetapkan dalam perizinan.

ILLEGAL LOGGING DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA CARA


Pertama : Dilakukan oleh operator sah yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam
ijin yang dimiliki
Kedua : Melibatkan pencuri kayu dimana pohon-pohon ditebang oleh orang yang
sama sekali tidak mempunyai hak legal untuk menebang.

PENYEBAB ILLEGAL LOGGING

Pertama : Adanya krisis ekonomi yang berkelanjutan mengakibatkan tingginya


harga harga barang konsumsi, sementara masyarakat disekitar hutan yang sudah
miskin tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga salah satu cara
yang paling mudah adalah memanfaatkan hutan untuk kepentingan diri sendiri
dengan jalan memanfaatkan hutan dengan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
pemanfaatan hutan, khususnya kayu, dengan cara yang tidak benar.

Kedua : dengan krisis ekonomi pula mengakibatkan perusahaan yang bergerak


disektor kehutanan, khususnya industri kayu, banyak yang mengalami kemunduran
usaha, karena tingginya harga harga barang produksi, sehingga untuk
mendapatkan bahan baku kayu dengan harga murah dilakukan pembelian dari kayu
yang tidak syah yang berasal dari hasil praktek illegal logging.

Ketiga : lemahnya penegakan hukum, karena tidak adanya concerted action yang
dapat menyuburkan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Disamping itu
kurangnya dana atau lack of budget dalam upaya mendukung kemampuan politik
dan kurangnya tekanan publik. Pada tataran masyarakat, kondisi moral, sosial dan
budaya masyarakat, serta aparat cenderung menjadi tidak kondusif terhadap
kelestarian hutan dan dilain pihak masih banyak industri pengolahan kayu yang
membeli dan mengolah kayu dari hasil illegal logging.

DAMPAK ILLEGAL LOGGING


Penebangan hutan secara ilegal itu sangat berdampak terhadap keadaan
ekosistem di Indonesia. Penebangan memberi dampak yang sangat merugikan
masyarakat sekitar, bahkan masyarakat dunia. Kerugian yang diakibatkan oleh
kerusakan hutan tidak hanya kerusakan secara nilai ekonomi, akan tetapi juga
mengakibatkan hilangnya nyawa yang tidak ternilai harganya. Adapun dampak-
dampak Illegal Logging sebagai berikut:

Pertama, dampak yang sudah mulai terasa sekarang ini adalah pada saat musim
hujan wilayah Indonesia sering dilanda banjir dan tanah longsor. Menurut kompas,
pada tahun 2007 Indonesia telah mengalami 236 kali banjir di 136 kabupaten dan
26 propinsi, disamping itu juga terjadi 111 kejadian longsor di 48 kabupaten dan 13
propinsi.

Banjir dan tanah longsor di Indonesia telah memakan korban harta dan jiwa yang
sangat besar. Kerusakan lingkungan yang paling terlihat yaitu di daerah Sumatera
yang baru saja dilanda banjir badang dan tanah longsong sangat parah. Bahkan
tidak sedikit masyarakat yang kehilangan harta benda, rumah, dan sanak saudara
mereka akibat banjir dan tanah longsor. Bahkan menurut Kompas, di Indonesia
terdapat 19 propinsi yang lahan sawahnya terendam banjir dan 263.071 hektar
sawah terendam dan gagal panen.

Banjir dan tanah longsor ini terjadi akibat dari Illegal Logging di Indonesia. Hutan
yang tersisa sudah tidak mampu lagi menyerap air hujan yang turun dalam curah
yang besar, dan pada akhirnya banjir menyerang pemukiman penduduk. Para
pembalak liar hidup di tempat yang mewah, sedangkan masyarakat yang hidup di
daerah dekat hutan dan tidak melakukan Illegal Logging hidup miskin dan menjadi
korban atas perbuatan biadap para pembalak liar. Hal ini merupakan ketidakadilan
sosial yang sangat menyakitkan masyarakat.

Kedua, Illegal Logging juga mengakibatkan berkurangnya sumber mata air di


daerah perhutanan. Pohon-pohon di hutan yang biasanya menjadi penyerap air
untuk menyediakan sumber mata air untuk kepentingan masyarakat setempat,
sekarang habis dilalap para pembalak liar. Hal ini mengakibatkan masyarakat di
daerah sekitar hutan kekurangan air bersih dan air untuk irigasi. Menurut kompas,
pada tahun 2007 ini tercatat 78 kejadian kekeringan yang tersebar di 11 propinsi
dan 36 kabupaten.

Ketiga, semakin berkurangnya lapisan tanah yang subur. Lapisan tanah yang subur
sering terbawa arus banjir yang melanda Indonesia. Akibatnya tanah yang subur
semakin berkurang. Jadi secara tidak langsung Illegal Logging juga menyebabkan
hilangnya lapisan tanah yang subur di daerah pegunungan dan daerah sekitar
hutan.

Keempat, Illegal Logging juga membawa dampak musnahnya berbagai fauna dan
flora, erosi, konflik di kalangan masyarakat, devaluasi harga kayu, hilangnya mata
pencaharian, dan rendahnya pendapatan negara dan daerah dari sektor kehutanan,
kecuali pemasukan dari pelelangan atas kayu sitaan dan kayu temuan oleh pihak
terkait. Hingga tahun 2005, setiap tahun negara dirugikan Rp 50,42 triliun dari
penebangan liar dan sekitar 50 persen terkait dengan penyelundupan kayu ke luar
negeri.

Semakin langkanya orang utan juga merupakan dampak dari adanya Illegal
Logging yang semakin marak di Indonesia. Krisis ekonomi tergabung dengan
bencana-bencana alam dan Illegal Logging oleh manusia membawa orang utan
semakin terancam punah. Selama 20 puluh tahun belakangan ini kira-kira 80%
hutan tempat orang utan tinggal sudah hilang. Pada waktu kebakaran hutan tahun
1997-1998 kurang lebih sepertiga dari jumlah orang utan liar dikorbankan juga.
Tinggal kira-kira 12.000 sampai 15.000 ekor orang utan di pulau Borneo
(dibandingkan dengan 20.000 pada tahun 1996), dan kira-kira 4.000 sampai 6.000
di Sumatra (dibandingkan dengan 10.000 pada tahun 1996). Menurut taksiran para
ahli, orang utan liar bisa menjadi punah dalam jangka waktu sepuluh tahun lagi.
Untuk kesekian kalinya masyarakat dan flora fauna yang tidak bersalah menjadi
korban Illegal Logging. Ini akan menjadi pelajaran yang berharga bagi pemerintah
dan masyarakat agar ikut aktif dalam mengatasi masalah Illegal Logging di
Indonesia.

Kelima, dampak yang paling kompleks dari adanya Illegal Logging ini
adalah global warming yang sekarang sedang mengancam dunia dalam kekalutan
dan ketakutan yang mendalam. Bahkan di Indonesia juga telah megalami
dampak global warming yang dimulai dengan adanya tsunami pada tahun 2004 di
Aceh yang menewaskan ratusan ribu orang di Indonesia dan negara-negara
tetangga.

Global warming membawa dampak seringnya terjadi bencana alam di


Indonesia, seperti angin puyuh, seringnya terjadi ombak yang tinggi, dan sulitnya
memprediksi cuaca yang mengakibatkan para petani yang merupakan mayoritas
penduduk di Indonesia sering mengalami gagal panen. Global warming juga
mengakibatkan semakin tingginya suhu dunia, sehingga es di kutub mencair yang
mengakibatkan pulau-pulau di dunia akan semakin hilang terendan air laut yang
semakin tinggi volumenya. Global warming terjadi oleh efek rumah kaca dan
kurangnya daerah resapan CO2 seperi hutan. Hutan di Indonesia yang menjadi
paru-paru dunia telah hancur oleh ulah para pembalak liar, maka untuk itu kita
harus bersama-sama membangun hutan kita kembali dan memusnahkan para
pembalak liar yang berupaya menghancurkan dunia.

UPAYA PENANGGULANGAN ILLEGAL LOGGING

Seperti diketahui bahwa illegal logging mempunyai dampak yang cukup


serius, baik itu dari segi sosial maupun ekonomi bahkan terhadap ekologi.
Penanganan illegal logging tidak dapat jika hanya ditangani didalam negeri, tetapi
juga harus melibatkan luar negeri, karena illegal logging sangat terkait erat dengan
banyaknya permintaan kayu dari luar negeri. Namun demikian masih terdapat cara-
cara dalam rangka menanggulangi illegal logging. Pertama secara prefentif, yaitu
cara cara yang dilakukan dengan jalan pencegahan dan cara ini telah ditempuh
oleh Departemen Kehutanan dengan melakukan hal hal sebagai berikut :

a. Menerbitkan SK Menhut. No.:541/Kpts-II/2002, yang isinya antara lain


mencabut SK Menhut. No.: 05.1/Kpts-II/2000, untuk menghentikan sementara
kewenangan Gubernur atau Bupati / Walikota dalam menerbitkan HPH / Ijin
pemanfaatan hasil hutan.

b. Menerbitkan SK Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan


Perdagangan No.: 1132/Kpts-II/2001 dan No.: 292/MPP/Kep/10/2001, tenang
penghentian ekspor kayu bulat/bahan baku serpih yang dikuatkan dengan PP No.:
34 tahun 2002, yang tegas melarang ekspor log dari Indonesia.

c. Kerjasama dengan negara lain, yaitu penandatanganan MOU dengan Pemerintah


Inggris pada tanggal 18 April 2002 dan dengan Pemerintah RRC pada tanggal 18
Desember 2002 dalam rangka memberantas illegal logging dan illegal trade.

Kemudian yang kedua adalah dengan cara represif, yaitu melakukan operasi secara
mendadak dilapangan dengan melakukan kerjasama dengan TNI Al dalam
pelaksanaan Operasi Wanabahari, serta dengan Polri dalam pelaksanaan operasi
Wanalaga. Dalam upaya menanggulangi praktek illegal logging ini, secara
internasional telah mendapat dukungan dari Presiden Amerika George W.
Bush dalam Global Climate Change pada tanggal 14 Februari 2002 yang
menyatakan Ive also ordered the Secretary of State to develop a new initiative
to help developing countries stop illegal logging, a practice that destroys
biodiversity and releases millions of tons of greenhouse gases into the
atmosphere.

Namun demikian upaya-upaya tersebut tidak akan berhasil dan terlambat


apabila dari pemerintah tidak segera melakukan langkah-langkah pencegahan
secara serius dan terintegrasi. Seperti apa yang dikatakan Sumardi dkk
(2004) dalam Dasar-dasar Perlindungan Hutan, bahwa perlindungan tidak dapat
dianggap sebagai satu penyelesaian masalah kerusakan sesaat atau hanya
merupakan tindakan darurat, akan tetapi lebih merupakan prosedur yang sesuai dan
cocok dengan sistem perencanaan pengelolaan hutan. Artinya sumber-sumber
kerusakan yang potensial sedapat mungkin dikenali dan dievaluasi sebelum
kerusakan yang besar dan kondisi darurat yang terjadi. Meskipun langkahlangkah
telah dilakukan, namun pada kenyataannya langkah-langkah itu belum effektif dan
oleh karena itu perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penegakan hukum yang tegas dan nyata dan tinggalkan perlakuan diskriminatif.
Siapa yang terlibat harus ditindak, tanpa kecuali.

2. Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan. Meskipun Perum Perhutani telah


melaksanakan program PHBM ( Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat ),
namum demikian masih sangat perlu dukungan dari Pemerintah Daerah, karena
dengan adanya Undang-undang otonomi daerah, Pemerintah Daerah mempunyai
kewenangan yang penuh untuk melangsungkan pembangunan berkelanjutan.

3. Pemberantasan terhadap pedagang - pedagang sebagai penadah kayu dan


industri-industri kayu yang menggunakan bahan baku kayu dari hasil illegal
logging secara kontinu dan terprogram dengan melibatkan berbagai unsure dalam
masyarakat.

4. Memberikan penghargaan pada masyarakat atau aparat yang dapat menunjukkan


atau menangkap pedagang pedagang dan industri industry yang menggunakan
kayu dari hasil illegal logging.

5. Penebangan liar bukanlah merupakan masalah yang berdiri sendiri atau


tanggung jawab Departemen Kehutanan (untuk Pulau Jawa termasuk Perum
Perhutani), akan tetapi merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan
dengan melibatkan instansi-instansi yang terkait termasuk Departemen Industri dan
Perdagangan. Oleh karena kebijakan-kebijakn yang diambil oleh pemerintah
merupakan kebijakan antar Departemen.

SILA PANCASILA KE-4


Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

Penjelasan Sila Pancasila Ke-4


a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.
HUBUNGAN SILA PANCASILA KE-4 DENGAN ILLEGAL LOGGING

Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang harus dicermati, yakni:
a. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat.
b. pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat.
c. manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;
d. keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil
rakyat.

Penerapan sila ke empat ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan,
antara lain (Koesnadi Hardjasoemantri) :
a. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan
hidup;
b. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
c. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
antara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Tindak pidana dibidang kehutanan diatur dan dirumuskan dalam pasal 50


dan pasal 78 Undang-undang No.41 tahun 1999, namun mengenai definisi yang
dimaksudkan dengan illegal logging tidak dirumuskan secara limitatif sehingga
banyak para praktisi hukum yang menafsirkan illegal logging sendiri-sendiri.

Subyek hukum illegal logging menurut UU No. 41 Tahun 1999 adalah orang
dalam pengertian baik pribadi, badan hukum maupun badan usaha, diatur dalam
satu pasal yang sama tidak dibedakan pasal mengenai pribadi atau korporasi
sehingga korporasi dikenakan ancaman sanksi yang sama dengan pribadi. Tentang
pejabat yang mempunyai kewenangan dalam bidang kehutanan yang berpotensi
meningkatkan intensitas kejahatan illegal logging. Belum terakomodasi dalam
undang-undang ini oleh karena itu, hal tersebut menjadi celah hukum yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku yang tidak diatur secara tegas dalam undang undang
tersebut untuk lolos dari tuntutan hukum.

Ancaman pidana yang dikenakan adalah sanksi pidana bersifat kumulatif,


pidana pokok yakni penjara dan denda, pidana tambahan berupa perampasan hasil
kejahatan dan atau alat-alat untuk melakukan kejahatan, ganti rugi serta sanksi tata
tertib. disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan di PUTM

Anda mungkin juga menyukai