SKRIPSI
HARI WIBOWO
0906618356
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan
masyarakat
HARI WIBOWO
0906618356
NPM : 0906618356
Tanda tangan :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
2. Dr. dr. Ratna Djuwita Hatma MPH, selaku Ketua Program Sarjana Reguler Departemen
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
3. dr. Syahrizal Syarief, MPH.PHD selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan sebagian besar waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis dalam
menyusun skripsi ini.
4. Bapak dr. Yovsyah, M.Kes dan ibu dra. T. Widjajastuti, MSi selaku dewan penguji.
5. Seluruh pengajar dan staf Departemen Epidemiologi yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
6. Kepada bapak Sutanto selaku pembimbing lapangan di RS.Awal Bros yang telah
memberikan waktunya dalam memberikan arahan kepada penulis dalam pengambilan
data.
7. Seluruh rekan karyawan rekam medis RS.Awal Bros Bekasi atas kerjasama dan dukungan
yang luar biasa kepada penulis.
8. Ibu, Bapak, Kakak-kakakku, Gabriel dan Ignatius serta seluruh keluarga besar atas
ketulusan, dukungan dan doa yang tak henti-hentinya mengalir. Bersyukur sekali kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dititipkan dalam keluarga yang sangat luar biasa
yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat saya, Gita Rashela, Herlina Hutagalung, Hilmar Sinaga, Herlan, Yulia
Dhanti, Reno Mardina, Erni Astutik, Luriana Nur Pratiwi, Nicola, Ditya Hafsari
Ningrum, yang selalu membantu, memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan
skripsi ini. Kalian adalah sahabat-sahabat terbaikku. Semoga Everlasting Friendship kita
Hari Wibowo
NPM : 0906618356
Agama : Protestan
Bekasi Timur
Latar Belakang : Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan
terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki laki maupun perempuan. Angka kejadian diare di
rumah sakit Awal Bros Bekasi terbilang cukup tinggi. Hal ini dapat juga
menegaskan bahwa, diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare
yang ada di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross
sectional dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari dokumen rekam
medis. Jumlah kasus yang diperoleh adalah seluruh kasus diare di lokasi
penelitian. Analisis dilakukan secara univariat. Penelitian ini dilakukan pada Mei
2011.
Hasil : Dari penelitian ini didapat hasil, penderita diare di Rumah Sakit Awal
Bros pada tahun 2011 berjumlah 414 orang, dengan rata-rata umur penderita
adalah 26,17 tahun. Jenis kelamin laki-laki mendominasi yaitu 55,6%, dan pada
kelompok umur balita, dengan lokasi tempat tinggal penderita sebagian besar
bertempat tinggal di Bekasi Selatan yaitu sebanyak 50,7%. Lama rawat
penderita diare di Rumah Sakit Awal Bros tergolong sebentar. Bulan Rawat
yang paling banyak penderita diarenya adalah bulan April yaitu 11,1%.
Sebagian Besar penderita diare di Rumah Sakit Awal Bros menempati ruang
kelas III. Dengan data yang didapat peneliti, diharapkan instansi terkait
dalam hal ini Rumah Sakit Awal Bros Bekasi dapat lebih mengoptimalkan
pelayanan terhadap penderita penyakit diare.
length of stay
x Universitas Indonesia
Background : Diarrhea is a very dangerous disease and occurs in almost all geographic
regions in the world and can strike all age groups both male or female. The incidence of
diarrhea in RS. Awal Bros Bekasi is quite high. It can also affirm that, diarrhea attack
anyone without a known age. The purpose of this study was to determine the
epidemiological picture of diarrheal disease in RS. Awal Bros Bekasi.
Method : The method of this research is cross sectional study by using secondary
data taken from the medical record documents. The number of cases obtained are all
cases of diarrhea in the study site. Univariate analysis was done.
Result : Results obtained from this study, patients with diarrhea RS. Awal Bros in 2011
amounted to 414 people, with an average age of patients was 26.17 years. Male gender
dominates is 55.6%, and the toddler age group, with the location where the patient lived
mostly residing in South Bekasi as many as 50.7%. Length of stay patient with diarrhea
at the RS. Awal Bros briefly considered. Months of stay most patients of the diarrhea
was in April, 11.1%. Mostly people with diarrhea in RS. Awal Bros Bekasi occupies
classrooms III.
xi Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. ii
SURAT PERNYATAAN..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi Deskriptif............................................................................ 8
2.2 Penyakit Diare........................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Diare................................................................................... 9
2.2.2 Jenis-Jenis Diare .................................................................................. 9
2.2.3 Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................. 10
2.2.3.1 Penyebaran Kuman yang Menyebabkan Diare......................... 10
2.2.3.2 Faktor Pejamu yang Meningkatkan Kerentanan terhadap
diare .................................................................................................... 11
2.2.3.3 Faktor Lngkungan dan Perilaku................................................ 11
2.2.3.4 Variabel Epidemiologi deskriptif.............................................. 11
2.2.3.4.1 Distribusi Penyakit Diare Menurut Variabel Orang..... 12
2.2.3.4.2 Distribusi Penyakit Diare Menurut Variabel Tempat... 13
2.2.3.4.3 Distribusi Penyakit Diare Menurut Variabel Waktu .... 14
2.2.4 Etiologi Penyakit Diare...................................................................... 15
2.2.4.1 Faktor Infeksi ............................................................................ 15
2.2.4.2 Keracunan Makanan ................................................................. 18
2.2.5 Cara Penularan ................................................................................... 18
2.2.6 Masa Inkubasi .................................................................................... 19
2.3 Gejala Klinis dan Komplikasi ................................................................. 19
2.3.1 Komplikasi Saluran Cerna ................................................................. 20
2.3.2 Komplikasi Sistematik ....................................................................... 21
2.3.3 Diagnosis............................................................................................ 24
2.4 Pengobatan dn Penatalaksanaan.............................................................. 24
xii Universitas Indonesia
4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..................................................................................... 39
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 39
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 39
4.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 39
4.3.2 Sampel Penelitian............................................................................. 39
4.4 Pengumpulan Data .................................................................................. 40
4.5 Pengolahan Data...................................................................................... 40
5. HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Awal Bros ............................................ 41
5.2 Umur ....................................................................................................... 42
5.2.1 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur .................. 43
5.2.2 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Kategori Umur .................. 43
5.3 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 44
5.4 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat.............. 44
5.5 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat
Tinggal .................................................................................................... 45
5.6 Lama Rawat ........................................................................................... 46
5.6.1 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat ....... 46
5.6.2 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat....... 47
5.7 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Rawat ............ 48
5.8 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Jenis Kelamin.......................... 49
5.9 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Lama Rawat ............................ 50
5.10 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kelas Rawat .......................... 51
5.12 Distribusi Kategori Jenis Kelamin Berdasarkan Lama Rawat ............. 53
6. PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 54
6.2 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur .......................... 54
6.3 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 56
6.4 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat ............... 57
6.5 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat
Tinggal............................................................................................................ 58
6.6 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat ............... 59
6.7 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat ............... 59
6.8 Kategori Umur Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin .... 60
xv Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah
untuk ditanggulangi di antaranya adalah program pemberantasan penyakit diare yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit diare.
Diare merupakan salah satu gejala dari sekumpulan penyakit yang mempunyai
gejala utama sama, yaitu yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih
dari biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari. (Depkes RI, 1998). Penyakit
Universitas Indonesia
ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus segera ditanggulangi, karena
angka kesakitan yang tinggi, menyebabkan banyak kematian dan kekurangan gizi
serta beberapa etiologi dapat timbul sebagai penyebab kejadian luar biasa. (Depkes
RI, 2000).
Banyak faktor yang dapat membuat seseorang terserang penyakit diare. Pada
waktu-waktu tertentu misalnya musim hujan penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Seperti halnya kolera dengan jumlah yang
banyak dalam satu waktu yang singkat. Ataupun ketika banjir terjadi pada lingkungan
kumuh, dan membuat masyarakatnya kesulitan mendapatkan air bersih sehingga
mengunakan air tanah yang sudah tercemar dengan air banjir yang meresap kedalam
tanah, membuat kasus diare menjadi banyak.(Anonim,2007).
Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang
masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare.
Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya
penyakit infeksi yaitu diare.(Notoatmodjo S, 2004). Diare merupakan salah satu
penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita.
Menurut Parashar tahun 2007, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap
tahunnya karena penyakit diare. Dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang termasuk Indonesia(DepkesRI, 2007).
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di
seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik
laki laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat
dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara
berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per
tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua
penyebab kematian (Depkes, 2010).
Universitas Indonesia
kematian pada tahun 2003 (WHO, 2003), di Indonesia, angka kematian diare juga
telah menurun tajam. Berdasarkan data hasil survei rumah tangga, kematian karena
diare diperkirakan menurun dari 40% pada tahun 1972 hingga 26,9% pada tahun
1980, 26,4% tahun 1986 hingga 13% tahun 2001 dari semua kasus kematian.
Angka kejadian diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi terbilang cukup tinggi,
yaitu 414 penderita di tahun 2011 dengan distribusi umur yang hampir merata. Hal ini
dapat juga menegaskan bahwa, diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Bagi Masyarakat
Menimbulkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan
penyakit diare, serta kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertologan, dengan
mengetahui isi dari penelitian ini.
Universitas Indonesia
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap diRS.Awal
Bros Bekasi tahun 2010-2011. Dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh kasus
diare di RS.Awal Bros Bekasi pada Tahun 2011.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan disain studi cross sectional dan
bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran epidemiologi kejadian diare pada di
RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011. Data dan informasi yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan SPSS statistik 17.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi berasal dari kata Yunani, Epi = pada atau atas, demo =
Orang atau Penduduk dan Logos = ilmu pengetahuan. Penelitian epidemiologi
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu observasional dan eksperimental. Penelitian
observasional dibagi menjadi dua yaitu deskriptif dan analitik. Observasional
deskriptif melihat karakteristik sehubungan dengan adanya suatu penyakit atau
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit. Tiga variabel yang sangat
penting yaitu orang, tempat dan waktu.
Universitas Indonesia
Penyakit diare merupakan penyebab kematian yang paling utama pada balita
di negara berkembang termasuk Indonesia. Sudah banyak penelitian yang membahas
tentang penyakit ini serta berbagai pencegahan dan penanggulangannya. Dengan
begitu diharapkan agar masyarakat di Indonesia dapat sedikit mengerti akan penyakit
ini, sehingga dapat waspada akan penyakit yang menjadi masalah kesehatan terutama
pada balita.
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang
frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari) (DEPKES RI,
2000). Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer
lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini
diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringat pertama di
Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan
orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama
terjadi pada baik dan anak balita ( Zubir, 2006 ).
1. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlansung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
Universitas Indonesia
2. Disentri
3. Diare Persisten
Diare Persisten, yaitu diare yang berlansung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau
penyakit lainnya.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak lansung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh
4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan
pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau
menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
Universitas Indonesia
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua fakor ini
akan berinteraksi dangan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menmbulkan kejadian diare.
Universitas Indonesia
Variabel orang dapat dideskripsikan pada siapa yang menderita penyakit dan
menghadapi masalah kesehatan, bagaimana dengan identitas orangnya seperti umur,
jenis kelamin, kelas sosial, status pekerjaan, pendidikan, golongan etnik, status
perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1. Variabel Umur
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita pada
daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
dapat menyerang semua umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 40-50 per
100 penduduk setiap tahun, dimana 70%-80% diantaranya terjadi pada golongan
umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun. (Sunoto, 1997).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh WHO (1996) yang
menyatakan bahwa diare lebih banyak terjadi pada anak berumur 0-4 tahun.
Beberapa alasan dapat menerangkan hubungan antara kejadian diare dengan umur
adalah :
Universitas Indonesia
Seperti halnya dengan variabel umur, faktor jenis kelamin merupakan salah
satu variabel deskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian
pada diare pada pria dan wanita. Perbedaan insiden menurut jenis kelamin, dapat
timbul karena bentuk anatomis, fisiologis, dan sistem hormonal yang berbeda.
3. Variabel Pendidikan
4. Variabel Pekerjaan
Universitas Indonesia
Penyebaran diare dapat berada dalam frekuensi dan waktu tertentu. Variasi
kejadian diare menurut waktu berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Penelitian
WHO menunjukan bahwa insiden diare di pengaruhi oleh iklim.(WHO, 1985).
Di Indonesia angka kejadian diare banyak terjadi pada musim hujan dan saat
pergantian musim kemarau ke musim hujan (Sutrisna, 1985).
Kenaikan kasus diare pertahun terjadi pada bulan Juni (1999), Agustus
(2002). Keadaan ini menggambarka bahwa peningkatan kasus terjadi pada musim
hujan. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa terdapat kecenderungan penderita
diare meningkat pada waktu musim hujan.
Universitas Indonesia
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeki yang umumnya menyerang antara lain :
1. Infeks oleh bakteri :
Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling penting
penyakit diare terutama yang menyerang bayi yaitu antara lain :
a. Vibrio Cholera
Bersumber pada makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi vibrio Cholera
b. Salmonela
Bersumber dari daging, susu dan telur yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri salmonela. Terdapat lebh dari 2000
serotipe Salmonella, dimana sekitar 6-10, diantaranya
menyebabkan gastroenteritis pada manusia. Dalam hal ini binatang
seperti unggas adalah reservoir utama. Oleh karena itu penularan
penyakit oleh samonella dapat terjadi apabila mengkonsumsi
makanan yang berasal dari hewan unggas, daging, telur dan susu.
Gastroenteritis yang diakibatkan salmonella yang menyerang
anak kecil relatif jarang terjadi di negara berkembang dibanding
dengan daerah industri. Hal ini kemungkinan terjadi karena di
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Virus menyebabkan 50% semua diare pada anak yang datang berobat
ke sarana kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel usus, mengubah
fungsi dan regenerasinya. Keadaan ini menyebabkan diare dan gejala
umum misalnya malaise dan demam. Penyembuhan terjadi bila
permukaan mukosa telah regenerasi (Depkes RI, 1990)
4. Infeksi parasit
Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat
menyebabkan diare yaitu :
a. Entamoeba histolytica
Insiden penyakit ini bertambah sesuai dengan pertambahan
usia. Infeksi ini sering salah didiagnosikan sebab menentukan
protozoa ini tidak mudah dan parasit ini sering dikira leukosit
polimorfonuklear. Penyebaran terjadi melalui makanan dan
minuman. Kista E.histolyca sangat kebal terhadap desinfektan
kimia, termasuk klorinasasi. (Depkes RI, 1990).
b. Cryptosporidium
Cryptosporiium adalah parast bentuk kokus yang pada awalnya
dikenal sebagai penyebab diare pada binatang. Mula-mula
ditemukan sebagai penyebab diare cair pada yang menurun
kekebalan tubuhnya, khususnya penderita AIDS. Di negara
berkembang parsit ini menyebabkan 4-11 % kasus diare pada
anak. Cryptosporidiasis ditularkan melalui jalur fekal-oral.
(Depkes RI, 1990).
c. Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan angka
prevalensi infeksi sampai 100% pada beberapa penduduk. Anak
berumur 1-5 tahun paling sering dijangkiti. Infeksi Giardia lamlia
biasanya melalui makanan, minuman atau menular dari orang ke
orang. Penularan dari orang ke orang terjadi terutama pada anak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penularan diare terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau
yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya.
Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa
inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya
memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki
masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.
Universitas Indonesia
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Komplikasi Saluran Cerna dan Komplikasi
Sistematik.
1. Perforasi
Perforasi terjadi akibat vaskulitas atau ulkus transmural dan biasanya
terjadi pada anak dengan Kurang Energi Protein (KEP) berat, Angka
kejadian perforasi kecil. Pada penelitian di Bangladesh pada 173 kasus
disentri yang diotopsi didapatkan hanya 3 kasus yang mengalami
perforasi.Diagnosis ditegakkan secara klinis dan dibantu dengan
pemeriksaan radiologis berdasarkan temuan udara bebas intra peritoneal,
serta ditemukan nya tanda-tanda peritonitis.
2. Megakolon toksik
Megakolon toksin biasanya terjadi pada pankolitis Diduga toksin shiga
yang besifat neurotoksik berperan penting dalam mempengaruhi motilitas
usus, dimana terjadi penurunan mtilitas kolon yang berat diikuti oleh
distensi usus yang berat,Keadaan ini terjadi terutama disekitar ulkus
transmural sehingga disebut pulau mukosa.Distensi dan penurunan
motilitas akan menyababkan tumbuh ganda bakteri enterik , ballooning
effect ( mengembangnya usus sehingga seluruh lapisan dinding menipis,
terjadi penjepitan pembuluh darah yang menimbulkan anoksia,
melumpuhkan fungsi usus serta memperlemah bamer mechanism ),
sehingga gabungan pankolitis dan megakolon pada megakolon toksik
hampir selalu menimbulkan gejala sepsis. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan temuan klinis dari Bangladesh dilaporkan 3 % dari penderita
disentri yang meninggal dirumah sakit dan diotopsi disertai dengan gejala
Universitas Indonesia
1. Hipoglikemia
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada shigellosis dibanding
penyebab disentri lain hipoglikemia sangat berperan dalam menimbulkan
kematian hipoglikemia terjadi karena gagalnya proses glukoneogenesis
secara klasik menifestasi klinis hipoglikemia adalah kaki tangan
berkeringat dingin, tachikardi dan letargik. Hipoglikemia berat dapat
menimbulkan perubahan kesadaran dan kejang. Tetapi gejala ini akan
tersamar kalau diketemukan komplikasi lain jadi pada tiap disentri dengan
komplikasi harus diperiksa kadar glukosa darahnya Diagnosis ditegakkan
melalui pengukuran kadar gula darah.
2. Hiponatremia
Komplikasi ini juga banyak terjadi pada Shigellosis dibanding
penyebab lain.Hiponatremia muncul akibat gangguan reabsorpi natrium di
usus,kematian pasien dengan hipogelikemia sering dibanding
hiponatremia.Manifesrasi klinis hiponatrea adalah hipotonia dan apati,
Kalau berat dapat menimbulkan kejang. Tetapi gejala ini juga akan
bersamar kalau diketemukan komplikasi lain, jadi pada tiap disentri
dengan komplikasi harus diperiksa kadar natrium darahnya. Idealnya,
sekaligus diperiksa juga kadar kalium darah.
3. Sepsis
Komplikasi ini paling sering menyebabkan kematian dibandingkan
komplikasi lainnya data dari ICCDR menunjukkan 28,8 % dari 239 kasus
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kejang yang muncul pada disentri tentu saja dapat berupa kejang
demam sederhana (KDS), tetapi kejang dapat merupakan bagian dari
ensefalopati, dengan kumpulan gejala hiperpireksi penurunan kesadaran
dan kejang yang dapat membedakannya dengan KDS, ensefalopati muncul
akibat toksin Shiga/Sit diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
5. Sindrom Uremik Hemolitik
Sindrom ini ditandai dengan trias anemi hemolitik akibat
mikroangiopati, gagal ginjal akut dan trombositopeni. Anemia hemolitik
akut ditandai dengan ditemukannya fragmentosit pada sediaan hapus,
Gagal ginjalakut ditandai oleh oliguria perubahan kesadaran dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin. Trombositopea dapat
meninbulkangajala perdarahan spotan. Manifestasi perdarhan juga daa
disebabkan oleh mikroangiopati,yang dapat berlanjut menjadi
Dissemination Intravasculair Coagulation (DIC) kematian dapat
disebabkan oleh terjadinya gagal ginjalakut dan gagal jantung. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan temuan klinis serta pemeriksaan penunjang untuk
memastikan adanya trombositopenia, anemia hemolitik akut, serta
peningkatan kadar ureum /kreatinin. Pada keadaan yang berat bisa
menyebabkan kematian karena gagal ginjal.
6. Pneumonia
Komplikasi pneumoni bisa juga terjadi pada disentri terutama yang
disebabkan oleh Shigella. Dari laporan ICDDRB pada penderita yang
meninggal karena disentri, 32% ditemukan pneumoni setelah dilakukan
otopsi diagnosisditegakkan sesuai standar yang berlaku.
7. Kurang Energi Protein (KEP)
Disentri terutama karena shigella bisa menyebabkan gangguan gizi
atau kurang energi protein (KEP) pada anak yang belum nya gizinya baik
hal ini bisa terjadi karena masukkan yang kurang pemakaian kalori yang
meningkat karena proses radang dan hilang nutrein, khususnya protein
Universitas Indonesia
2.3.3 Diagnosis
Universitas Indonesia
b. Zinc
Dinegara berkembang, umumnya anak sudah mengalami defisiensi
Zinc. Bila anak diare, kehilangan Zinc bersama dengan tinja,
menyebabkan defisiensi menjadi lebih berat.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Lebih dari 300 macam enzim dalam tubuh memerlukan Zincsebagai
kofaktornya, termasuk enzim superoksida dismutase (Linder, 1999).
Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal bebas superoksida
sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses
inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat
merusak berbagai jenis jaringan, termasuk jaringan epitel dalam usus
(Cousins et al, 2006). Zinc juga berefek dalam menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat
selama diare dan mengakibatkan hiperekskresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama sebagian besar kejadian diare. Kerusakan
morfologi epitel usus antara lain terjadi pada diare karena rotavirus yang
merupakan penyebab terbesar diare akut (Wapnir, 2000).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada 3 bulan berikutnya (Black, 2003). Penelitian di Indonesia
menunjukan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare dan
menurunkan kekambuhan diare sebanyak 11% dan menurut hasil pilot
Universitas Indonesia
studi menunjukan bahwa Zinc mempunya tingkat hasil guna sebesar 67%
(Hidayat, 1998 dan Soenarto, 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak
dengan diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Zinc diberikan pada setiap diare dengan dosis, untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg( tablet) Zinc per hari, sedangkan
untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet Zinc 20 mg.
Pemberian Zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun diare sudah
membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kejadian diare
selanjutnya selama 3 bulan kedepan.
Cara pemberian Zinc :
- Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI.
c. Pemberian ASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih
sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna sedikit demi sedikit tetapi sering. Setelah diberiberhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan anak.
d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare yang memerlukan (8,4%). Antibiotik hanya bermanfaat
pada anak dengan diare berdarah (sebagian besar karena shigellosis),
suspek kolera, dan infeksi-infeksi di luar saluran pencernaan yang berat,
seperti pneumonia. Walaupun demikian, pemberian antibiotikyang
irasional masih banyak ditemukan. Sebuah studi melaporkan bahwa 85%
Universitas Indonesia
2.5 Pencegahan
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada
bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh,
pada 6 bulan pertama kehidupan, mempunyai resiko terkena diare 30x
lebih besar.
2. Menggunakan air bersih yang cukup
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.6 KLB
Universitas Indonesia
1. 100% Rumah Sakit, Puskesmas, dan swasta melaporkan kasus diare tepat
waktu (tanggal 10 setiap bulannya),
2. Angka kematian 0%,
3. Kejadian luar biasa (KLB) diare 0%,
4. 100% masyarakat terlayani air bersih,
5. 100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan mampu
melakukan rehidrasi intravena,
6. Angka kesakitan < 1% (50 / 1000 penduduk tahun 2005),
7. 100% kader terlatih tentang penanganan penderita diare,
8. 100% penderita diare tertangani,
9. 100% oralit tersedia di kader minimal 10 sacchet (@ 200 ml),
10. 100% tenaga medis dan paramedis melakukan tatalaksana diare (MTBS),
11. 100% ketepatan diagnosis,
12. 100% cakupan imunisasi campak,
13. 100% Puskesmas mempunyai protap tatalaksana diare,
14. 100% penderita diare diobati dan mendapat oralit,
15. 100% PDAM bebas kuman,
16. 100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan mempunyai
pojok oralit,
17. 100% Puskesmas Kecamatan mempunyai klinik sanitasi, dan
18. 100% masyarakat menggunakan jamban pada daerah kumuh.
Universitas Indonesia
Orang :
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Orangtua
Pekerjaan Orangtua
Imunodefisiensi
Status Gizi
Kelas sosial
Golongan etnik
Tempat : DIARE
Kepadatan Lingkungan
Sarana air bersih
Tempat Pembuangan Tinja
Sanitasi
Waktu :
Bulan dirawat
Universitas Indonesia
angka/rate kejadian pada pria dan wanita. Golongan etnik merupakan salah satu hal
yang juga harus diperhatikan dalam penetuan variabel penelitian dalam hal ini
gambaran epidemiologi penyakit diare. Pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan
status sosial ekonomi, sedangkan diare adalah suatu penyakit yang sering timbul
dalam keluarga yang mempunyai penghasilan rendah, yang pada kenyataanya tidak
dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Faktor pengetahuan juga merupakan salah
satu hal penting dalam memberikan keterangan seseorang terkena penyakit diare.
Karena dalam hal ini seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi akan dengan
sendiri nya sadar dan tahu tentang bagaimana mencegah agar tidak terjangkit
penyakit ini.
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Orang :
Umur
Jenis Kelamin
Tempat :
DIARE
Lokasi tempat tinggal
Kelas dirawat
Waktu :
Bulan dirawat
Lama Rawat
Universitas Indonesia
Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, variabel bebas
(Independent Variable) dalam penelitian ini adalah faktor Orang ( umur, jenis
kelamin, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua) , faktor tempat ( lokasi
tempat tinggal ), dan faktor waktu ( lama dirawat, dan bulan dirawat). Variabel
terikat ( dependent variable ) adalah kejadian diare pada balita. Dalam penelitian ini
tidak ditelitinya semua variabel yang ada dalam kerangka teori dikarenakan
keterbatasan peneliti.
Definisi Skala
no. Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
VARIABEL DEPENDEN
VARIABEL INDEPENDEN
N Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
no. Operasional Ukur
Universitas Indonesia
3=bekasi
selatan
4=kabupaten
bekasi
5=luar bekasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diare yang berobat di
RS.Awal Bros tahun 2011
Universitas Indonesia
Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yang diambil dari bagian
rekam medik. Langkah pengumpulan data dimulai dengan memverifikasi
kelengkapan laporan rekam medik yang lengkap yang memenuhi kelengkapan dari
variabel-variabel yang akan diteliti kemudian data dari variabel yang akan diteliti
dimasukan kedalam instrumen pengumpulan data.
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isisan formulir
pengumulan data, apakah data yang ada du formulir sudah lengkap.
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan. Koding ini adalah untuk mempermudah pada saat
analisa data dan juga mempercepat pada saat entri data.
3. Proccessing
Setelah semua isian pengumpulan data terisi penuh dan benar dan sudah
melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar dapat dianalisa. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data
ke paket komputer, yaitu dengan paket program SPSS 10 for windows.
4. Cleaning
Cleaning ( Pembersihan data ) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak.
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi (RSAB) berdiri diatas tanah seluas 10.130 m2
yang terletak di Jl. K. H. Noer Alie Kav 17-18, Kayuringin, Bekasi Barat. RSAB
mulai beroperasi pada tanggal 8 Agustus 2008 dan terdiri dari 6 lantai. RSAB
merupakan salah satu rumah sakit yang dimiliki oleh Rumah Sakit Awal Bros Grup.
ISO 9001-2000 untuk sistem Manajemen Mutu, dan pada tanggal 10 Juni 2011 telah
RSAB memiliki kelas spesifikasi rumah sakit tipe B, yang ditetapkan pada
tanggal 18 Oktober 2010. Dengan jumlah tenaga kerja seperti berikut ini.
Universitas Indonesia
Tabel 5.1.
Jumlah Tenaga Kerja RS Awal Bros Bekasi
No. Tenaga Kerja Jumlah
1 Perawat 213
Outsorcing (Gizi, Lab, Running Boy
2 Rekam Medis, Cleaning Service, 258
Security)
3 Farmasi 35
4 Marketing 13
5 Dokter umum 18
6 Dokter Spesialis 80
7 Keungan dan Akuntansi 12
8 SDM dan Umum 6
9 IT 4
10 Staf Diklat 1
11 Staf Logistik 1
12 Rekam Medis 8
13 Radiologi 9
14 Administrasi dan Kasir 36
15 Rehabilitasi Medis 12
TOTAL 701
5.2 Umur
Umur adalah hitungan lama hidup seseorang dari lahir hingga saat penelitian
dilakukan. Berikut adalah analisa untuk melihat distribusi penderita penyakit diare
berdasarkan umur. Variabel umur disajikan dalam data absolut dan pengkategorian
umur menurut WHO.
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah distribusi penderita penyakit diare dalam data absolut
berdasarkan umur di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011.
Tabel 5.2
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Variabel N Mean Min-Max Sd 95% CI
Hasil analisis diatas didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah 26,17
tahun (95% CI : 23,96 28,37) dengan standar deviasi 22, 82 tahun. Umur termuda
responden adalah 0 tahun dan yang tertua 84 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur responden adalah 23,96
sampai dengan 28,37 tahun.
Universitas Indonesia
Tabel 5.4
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 414 responden, terdapat 230 responden
(55,6 %) berjenis kelamin laki- laki, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 184 orang (44,4 %).
Universitas Indonesia
yaitu waktu mulai masuk rumah sakit sampai konsistensi feses menjadi lembek.
Berikut adalah tabel distribusi penderita diare berdasarkan kelas rawat di rumah sakit
Awal Bros Bekasi tahun 2011.
Tabel 5.5
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
SVIP 7 1,7
VIP 80 19,3
I 97 23,4
II 110 26,6
III 120 29,0
TOTAL 414 100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi kelas rawat yang terendah
yaitu sebanyak 7 responden (1,7%) menempati ruangan kelas SVIP. Paling banyak
responden menempati ruangan kelas III yaitu sebanyak 120 responden (29 %).
Sedangkan untuk kelas rawat I, II, dan VIP masing- masing adalah 97 responden
(23,4 %), 110 responden (26,6 %), VIP 80 responden (19,3 %).
Berikut ini adalah distribusi penderita penyakit diare dalam data absolut
berdasarkan umur di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011.
Universitas Indonesia
Tabel 5.6
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 414 penderita diare yang
berobat di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 sebagian besar bertempat
tinggal di Bekasi Selatan yaitu sebanyak 210 responden (50,7%). Paling sedikit
responden bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Bekasi Utara yaitu sebanyak 8
responden (1,9%). Selain itu, responden yang tinggal di Bekasi Timur, Bekasi Barat,
Kabupaten Bekasi, Luar Bekasi masing-masing 51 responden (12,3%), 54 responden
(13%), 25 Responden (6,0%), 66 responden (15,9%).
Berikut adalah penyebaran penderita diare dilihat dari lama rawat responden
di rumah sakit Awal Bros Bekasi 2011.
Universitas Indonesia
Tabel 5.7
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Tabel 5.8
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat
Responden Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Universitas Indonesia
Tabel 5.9
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Rawat
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Januari 28 6,8
Februari 26 6,3
Maret 37 8,9
April 46 11,1
Mei 43 10,4
Juni 25 6,0
Juli 36 8,7
Agustus 30 7,2
September 36 8,7
Oktober 33 8,0
November 29 7,0
Desember 45 10,9
Total 414 100
Universitas Indonesia
sebanyak 37 orang (8,9%), pada bulan mei terdapat 43 orang (10,4%) penderita diare,
selanjutnya bulan juli sebanyak 36 orang (8,7%), agustus terdapat 30 orang (7,2%)
penderita diare, pada bulan september sebanyak 36 orang (8,7%), pada bulan oktober
penderita diare mencapai 33 orang (8,0%), November sebanyak 29 orang (7,0%), dan
pada bulan desember sebanyak 45 orang (10,9%) penderita diare).
Tabel 5.10
Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Kategori Jenis Kelamin Total
Umur Laki-Laki Perempuan
N % N % N %
Balita 142 100 0 0 142 100
Anak-anak 26 100 0 0 26 100
Remaja 25 92,6 2 7,4 27 100
Dewasa 37 23,3 122 76,7 159 100
Lansia 0 0 60 100 60 100
Total 230 55,6 184 44,4 414 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam hal ini penderita
diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 terbanyak adalah balita yang
berjenis kelamin laki-laki yaitu 142 orang, sedangkan balita yang berjenis kelamin
perempuan tidak ada, sehingga proporsi untuk responden balita laki-laki yang
menderita diare di rumah sakit Awal Bros adalah 100%. Begitu pula pada kategori
Universitas Indonesia
Tabel 5.11
Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kategori Lama Rawat Pada Penderita
Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Kategori Lama rawat Total
Umur Sebentar Lama
N % N % N %
Balita 103 72,5 39 27,5 142 100
Anak-anak 17 65,4 9 34,6 26 100
Remaja 20 74,1 7 25,9 27 100
Dewasa 112 70,4 47 29,6 159 100
Lansia 39 65 21 35 60 100
Total 230 55,6 184 44,4 414 100
Tabel diatas menerangkan bahwa dari 414 responden balita laki-laki yang
menderita diare sebanyak 103 orang (72,5%) lama rawatnya relatif sebentar, sisanya
Universitas Indonesia
39 orang (27,5%) mengalami perawatan dalam jangka waktu yang lama. Pada Anak-
anak sebanyak 17 orang (65,4%) intensitas perawatan yang dilakukan tergolong
sebentar, sisanya 9 orang (34,6%) dalam hal jangka waktu perawatannya tergolong
lama.
Responden remaja sebanyak 20 orang (74,1%) dirawat sebentar dan 7 orang
(25,9%) sisanya dirawat lama. Pada golongan umur dewasa 112 orang (70,4%) yang
menderita diare di rumah sakit Awal Bros pada tahun 2011 masa rawat nya adalah
sebentar, sisanya 47 orang (29,6%) masa perawatannya tergolong lama. Lansia
hampir merata pada lama masa perawatanya, yaitu 39 orang (65%) penderita diare
dirawat sebentar, dan 21 orang (35%) sisanya dirawat lama.
Tabel 5.12
Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kelas rawat Pada Penderita Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Kelas Rawat
Kategori Total
I II III VIP SVIP
Umur
N % N % N % N % N % N %
Balita 23 16,2 41 28,9 52 36,6 25 17,6 1 7 142 100
Anak-anak 5 19,2 9 34,6 7 26,9 4 15,4 1 3,8 26 100
Remaja 5 18,5 10 37 7 25.9 4 14,8 1 3,7 27 100
Dewasa 45 28,3 38 23,9 44 27,7 29 18,2 3 1,9 159 100
Lansia 19 31,7 12 20 10 16,7 18 30 1 1,7 60 100
Total 97 23,4 110 26,6 120 29 80 19,3 7 1,7 414 100
Universitas Indonesia
Pada tabel diatas dapat dilihat penyebaran umur penderita diare menempati
ruangan kelas rawat yang tersedia di rumah sakit Awal Bros Bekasi pada tahun 2011
hampir terbagi secara merata, kecuali pada ruang rawat kelas SVIP. Pada setiap umur,
dapat dilihat penderita diare di rumah sakit Awal Bros pada tahun 2011 sebagian
besar menempati ruang kelas III, yaitu 120 orang (29%), dengan pembagian pada
setiap golongan umur sebagai berikut, balita 52 orang( 36,6%), anak-anak 7 orang
(26,9%), remaja 7 orang (25,9%), dewasa 44 orang (27,7%), lansia 10 orang (16,7%).
Berbeda pada kelas SVIP, kelas ini paling sedikit ditempati oleh penderita diare di
rumah sakit tahun 2011 yaitu, balita 1 orang (7%), anak-anak 1 orang (3,8%), remaja
1 orang (3,7%), dewasa 3 orang (1,9%), lansia 1 orang (1,7%).
Setelah ruang rawat kelas III yang banyak ditempati responden, selanjutnya
diikuti oleh ruang rawat kelas II dengan intensitas pemakaian oleh responden yaitu
110 orang (26,6%) dengan pembagian umur berdasarkan kelas rawat sebagai berikut,
golongan umur balita sebanyak 41 orang (28,9%), anak-anak sebanyak 9 orang
(34,6%), remaja 10 orang (37%), dewasa 38 orang (23,9%), lansia 12 orang (20%).
Pada ruang rawat kelas I dan VIP, responden yang menempati ruangan tersebut
hampir sama jumlahnya yaitu 97 orang (23,4%), dan 80 orang (19,3%) dengan
pembagian masing-masing kelas tersebut adalah balita 23 orang (16,2%), anak-anak 5
orang (19,2%), remaja 5 orang (18,5%), dewasa 45 orang (28,3%), lansia 19 orang
(31,7%). Untuk ruang rawat kelas VIP pada golongan umur balita adalah 25 orang
(17,6%), anak-anak 4 orang (15,4%), remaja 4 orang (14,8%), dewasa 29 orang
(18,2%), lansia 18 orang (30%).
Universitas Indonesia
Tabel 5.13
Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan Lama Rawat Pada Penderita Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Jenis Kategori Lama Rawat Total
Kelamin Sebentar Lama
N % N % N %
Laki-Laki 161 70 69 30 230 100
Perempuan 130 70,7 54 29,3 184 100
Total 291 70,3 123 29,7 414 100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yaitu penderita diare di rumah
sakit Awal Bros tahun 2011 yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan relatif
sebentar masa rawatnya. Jumlah responden dengan penyebaran jenis kelamin
berdasarkan lama rawatnya masing-masing adalah sebagai berikut, laki-laki sebanyak
161 orang (70%) dirawat sebentar, sisanya 69 orang (30%) dirawat lama. Responden
perempuan sebanyak 130 orang (70,7%) dirawat sebentar, dan sisanya 54 orang
(29,3%) dirawat lama.
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
a. Penelitian ini dilakukan dengan studi case series, dimana desain ini tidak
ada faktor pembanding sehingga tidak dapat digunakan untuk memberikan
suatu hubungan asosiasi yang valid secara statistik.
b. Peneliti tidak dapat melihat dan meneliti gambaran penyakit diare lewat
penderita secara langsung dilokasi penelitian, dikarenakan peneliti
menggunakan data sekunder yang didapat dari dokumen rekam medis.
c. Keterbatasan data pasien yang ada di rekam medis rumah sakit Awal Bros
Bekasi.
Secara teoritis, umur sebagai salah satu sifat karakteristik tentang orang yang
dalam studi epidemiologi merupakan variabel yang cukup penting karena cukup
banyak penyakit ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang dsebabkan oleh
umur. Peranan variabel umur menjadi cukup penting antara lain, dapat
menggambarkan tentang penyebab penyakit tersebut. Umur juga merupakan faktor
sekunder yang harus diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti perbedaan
frekuensi penyakit terhadap variabel lainnya.
Selain itu, umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang
sangat utama, karena umur mempunyai hubungan erat dengan keterpaparan. Umur
juga mempunyai hubungan dengan besarnya risiko terhadap penyakit tertentu dan
sifat resistensi pada berbagai kelompok umur tertentu.
Pada beberapa penyakit menular tertentu, dalam hal ini diare, menunjukan
bahwa umur muda mempunyai resiko yang tinggi, bukan saja karena tingkat
Universitas Indonesia
Penelitian ini dilakukan pada subyek dengan kriteria seluruh kelompok umur.
Distribusi atau penyebaran umur penderita diare di rumah sakit Awal Bros sangat
bervariasi. Dari 414 responden yang menderita penyakit diare disini, terdapat bahwa
umur termuda responden adalah 0 tahun dan yang tertua 84 tahun. Dari hasil analisa
diyakini bahwa 95% rata-rata umur responden adalah 23,96 sampai dengan 28,37
tahun.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh divisi Research and
Science Analitico UI dengan data sekunder yang didapat dari Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2007 menyatakan bahwa, diare paling banyak diderita oleh kelompok umur 1-
4 tahun, disusul dengan kelompok umur dibawah 1 tahun. Begitu pula hal nya dengan
pendapat Notoatmodjo, S tahun 2004 yang pada bukunya tertulis bahwa diare lebih
dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga
balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Balita merupakan
kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi yaitu
diare.
Universitas Indonesia
Hal ini dapat disebabkan karena responden yang berobat dirumah sakit Awal
Bros paling banyak adalah kelompok umur dewasa. Umur berkaitan dengan tingkat
kedewasaan atau maturitas. Dalam arti semakin meningkat umur, akan meningkat
pula kedewasaan secara teknik perilaku maupun psikologis. Tetapi terkadang
seseorang dewasa sering lalai dalam perilakunya. Perilaku seorang dewasa yang tidak
lagi perlu kontrol dari orang yang lebih tua, dapat mengakibatkan seseorang terkena
diare.
Secara teoritis jenis kelamin didefinisikan dengan ciri-ciri fisik, karakter dan
sifat yang berbeda, sehingga jenis kelamin mempengaruhi kebersihan seseorang
(Baharuddin, 1996). Oleh karena itu, setiap karakter dan sifat yang berbeda baik
perempuan maupun laki-laki harus selalu dimotivasi dalam hal menjaga kebersihan
dan kesehatan seseorang.
Universitas Indonesia
disebakan pula karena laki-laki memiliki karakter atau sifat yang cenderung kurang
memperhatikan kebersihan dan kesehatan dibandingkan dengan perempuan.
Tangan dan mulut pria lebih besar dibanding wanita, maka memilliki
permukaan yang luas juga untuk bakteri dapat tumbuh dan berkembang
biak.(Kompas.com)
Universitas Indonesia
Jika dilihat dari kelas rawat yang paling banyak digunakan yaitu kelas rawat
III dengan tarif rendah, dapat dikatakan responden atau penderita diare di rumah sakit
Awal Bros Bekasi sebagian besar memilliki status ekonomi rendah.
Dapat disimpulkan bahwa kejadian diare lebih sering muncul pada seseorang
yang status ekonominya rendah.
Hal ini didukung oleh Warman (2006) yang melakukan penelitian di
Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir yang
menyatakan faktor sosial ekonomi mempengaruhi kejadian diare dengan hasil
penelitian seperti berikut keluarga prasejahtera 3,9%, keluarga sejahtera I 79,1%,
keluarga sejahtera II 4,8%, keluarga sejahtera III 4,4%, keluarga sejahtera III plus
7,8%. Pada penelitian Wulandari (2009) di Desa Blimbing Kabupaten Sragen yang
menyatakan sumber air tak terlindungi sebesar 54,3%, dan jenis jamban tidak sehat
yang dimilliki oleh desa tersebut mendapatkan analisa hasil yaitu p= 0,001 atau
signifikan, yang artinya kebutuhan kesehatan yaitu misalnya penyedian air minum
sehat dan jamban dapat dipenuhi jika status ekonomi baik.
Sebagian besar responden yang berobat di rumah sakit Awal Bros tinggal di
Bekasi, ada juga yang tinggal diluar kota Bekasi. Peneliti membagi daerah lokasi
tempat tinggal responden menjadi 5 wilayah, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi
Selatan, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Kabupaten Bekasi, dan Luar bekasi. Kota Bekasi
memilliki luas wilayah sekitar 210,49 km2. Kondisi topografi kota Bekasi dengan
kemiringan antara 0 2 % dan terletak pada ketinggian antara 11m - 81m di atas
permukaan laut.
Sebagian besar penderita diare di rumah sakit Awal Bros tinggal di wilayah
kecamatan Bekasi Selatan yaitu 210 orang (50,7%). Paling sedikit responden
bertempat tinggal di Kecamatan Bekasi Utara yaitu sebanyak 8 orang (1,9%). Selain
alasan karena berobat dekat dengan rumah, hal ini sejalan dengan data topografi yang
Universitas Indonesia
ada pada profil Kota Bekasi, yang menerangkan bahwa, wilayah dengan ketinggian
dan kemiringan rendah menyebabkan daerah tersebut terjadi banjir, terutama pada
saat musim hujan yaitu, salah satunya adalah Kecamatan Bekasi Selatan.(profil kota
Bekasi)
Lama rawat dalam hal ini pada penderita diare adalah jangka waktu
seseorang yang sakit mendapatkan perawatan mulai dari pertama kali masuk
perawatan hingga dinyatakan sembuh/waktu mulai masuk rumah sakit sampai
konsistensi feses menjadi lembek. Lama rawat tersingkat penderita diare di rumah
sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 adalah 0 hari, sedangkan lama rawat terpanjang
adalah 14 hari. Rata-rata lama rawat penderita diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi
pada tahun 2011 adalah 3,07 hari.
Universitas Indonesia
jendela data dan informasi kesehatan volume 2, triwulan 2 DEPKES). Pada tahun
2009 terlihat peningkatan kasus Diare di Indonesia lebih dari 2 kali lipat dari kasus
sebelumnya pada bulan Agustus, dan pada tahun 2010 kasus terbanyak diare di
indonesia pada bulan Februari.
Sedangkan bulan rawat penderita diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi
tahun 2011 paling banyak di bulan April yaitu 46 (11,1%) kasus dan Desember
sebanyak 45 kasus (10,9%) dan kemudian mei sebanyak 43 kasus (10,4%).
Sedangkan Penderita diare yang dirawat inap berjumlah paling sedikit pada bulan juni
sebanyak 25 kasus (6,0%).
Pada rumah sakit Awal Bros untuk kategori umur balita laki-laki masih
menempati urutan petama dengan jumlah 142 balita yang menderita, hal ini sejalan
dengan data yang ada di subdit surveillans dan KLB ditjen PP dan PL bahwa jumlah
kasus diare pada tahun 2010 menurut golongan umur balita menempati urutan
pertama terbanyak. Jenis kelamin balita yang dirawat di rumah sakit Awal Bros
berbanding terbalik antara usia balita dan anak-anak dengan usia lansia, pada lansia
semua penderita diare berjenis kelamin perempuan sedangkan pada balita dan anak-
anak semua yang menderita diare berjenis kelamin laki laki. Pada penelitian sebelum-
sebelumnya tidak ada yang menggambarkan tentang kategori umur penderita diare
berdasarkan jenis kelamin.
Universitas Indonesia
sebentar, anak-anak sebanyak 65,4%, Remaja 74,1%, dewasa 70,4%, lansia 65%.
Tidak ada penelitian sebelumnya yang menggambarkan penyakit diare pada suatu
rumah sakit yang melihat pada kategori umur berdasarkan kategori lama rawatnya.
Umur penderita diare di rumah sakit Awal Bros tahun 2011 hampir merata
dalam hal menempati kelas rawat, kecuali pada kelas rawat SVIP. Seluruh kelompok
umur sebagian besar menempati ruang kelas III yaitu 29%. Sedangkan ruang SVIP
paling sedikit ditempati oleh penderita diare yaitu sebesar 7%. Tidak ada penelitian
sebelumnya yang menggambarkan penyakit diare pada suatu rumah sakit yang
melihat pada kategori umur berdasarkan kategori kelas rawatnya.
Universitas Indonesia
BAB 7
7.1 Kesimpulan
1. Dari 414 penderita diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012, rata-
rata umur penderita adalah 26,17. Angka ini didapat dari penghitungan SPSS.
Umur termuda responden adalah 0 tahun dan yang tertua 84 tahun. Penderita
diare di rumah sakit Awal Bros pada tahun 2011 sebagian besar adalah
kelompok umur dewasa yaitu 38,5%, sedangkan anak-anak menempati urutan
terbawah sebagai kelompok umur yang menderita diare, yaitu 6,3%.
2. Jenis kelamin penderita diare di rumah sakit Awal Bros tahun 2011, yaitu
laki-laki berjumlah 55,6 % dan perempuan 44,4%.
3. Dari 414 penderita diare, didapatkan kelas rawat yang sering dipakai di rumah
sakit Awal Bros Bekasi pada tahun 2011 adalah kelas III yaitu sebesar 29%.
Yang paling sedikit adalah kelas SVIP yaitu 1,7%.
4. Dari 414 penderita diare yang berobat di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun
2011 sebagian besar bertempat tinggal di Bekasi Selatan yaitu sebanyak
50,7%. Paling sedikit responden bertempat tinggal di wilayah Kecamatan
Bekasi Utara yaitu 1,9%.
5. Bulan rawat pasien diare dirumah sakit Awal Bros paling banyak pada bulan
April yaitu 11,1%, diikuti bulan Desember dan Mei yang masing-masing
yaitu, 10,9% dan 10,4%.
6. Kategori umur balita laki-laki masih menempati urutan petama dengan jumlah
142 balita menderita diare di rumah sakit Awal Bros.
7. Dari 414 penderita diare dirumah sakit Awal Bros, setiap kelompok umur
masa perawatannya tergolong sebentar yaitu kurang dari 3 hari.
Universitas Indonesia
8. Umur penderita diare di rumah sakit Awal Bros tahun 2011 hampir merata
dalam hal menempati kelas rawat, kecuali pada kelas rawat SVIP. Seluruh
kelompok umur sebagian besar menempati ruang kelas III yaitu 29%.
Sedangkan ruang SVIP paling sedikit ditempati oleh penderita diare yaitu
sebesar 7%
9. Dapat digambarkan bahwa responden laki-laki dan perempuan relatif sebentar
masa rawatnya. Laki-laki sebesar 70%, dan perempuan sebesar 70,7% dirawat
sebentar.
7.2 Saran
.
1. Mengadakan seminar awam terkait dengan PHBS (Prilaku Hidup Bersih dan
Sehat), sasaran utamanya adalah penderita diare yang pernah dirawat di RSAB
2. Bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dalam hal pelaporan kasus
diare, dengan usulan perbaikan program diare.
6. Memperbanyak ruang kelas dengan fasilitas yang sama dengan ruang kelas III.
7. Perencanaan peralatan (baik ruangan, alat medis) dan obat obatan untuk
persiapan peningkatan kasus diare di bulan bulan tertentu.
pelayanan yang optimal bagi balita yang menderita diare dengan lebih baik
lagi.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Black RE, Bhutta ZA, Bird SM, Brown KH, Meeks JG, Hidayat A, dkk.
Am J Nutr. 2000:72;1516-22
Cousins RJ, Hempe JM. 1996. Zink dalam : Brown ML (ed). Present knowledge in
Nutrient 6 th ed. ILSI press. 251-67. Washington, D.C
Departemen Kesehatan RI, 1990. Buku Ajar Diare. Ditjen P2m & PL Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan P2 Diare. Ditjen P2M
& PL Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2006. Telaah Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Asi Pertama ( kolostrum ). www.litbang.depkes.go.id.
Wapnir RA. Zinc deficiency, Malnutrition and The Gastrointestinal Tract. J Nutr
2000;130:1388s-92s.
Widjaya, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita, Jakarta: Kawan Pustaka.
Zubir. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diaer Akut Pada Anak 0-35 bulan
(Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten
Bantul. Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-
332
Universitas Indonesia
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur responden 414 100.0% 0 .0% 414 100.0%
Descriptives
Median 26.00
Variance 520.812
Minimum 0
Maximum 84
Range 84
Interquartile Range 43
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
N Valid 414
Missing 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Lokasi_tempattinggal
N Valid 414
Missing 0
Lokasi_tempattinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Descriptives
Median 3.00
Variance 2.910
Minimum 0
Maximum 14
Range 14
Interquartile Range 2
kat_lamaRawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
5. Kelas Rawat
bulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstab
L P Total
umur balita Count 142 0 142
% within umur 100.0% .0% 100.0%
anak-anak Count 26 0 26
% within umur 100.0% .0% 100.0%
remaja Count 25 2 27
% within umur 92.6% 7.4% 100.0%
dewasa Count 37 122 159
% within umur 23.3% 76.7% 100.0%
lansia Count 0 60 60
% within umur .0% 100.0% 100.0%
Total Count 230 184 414
% within umur 55.6% 44.4% 100.0%
Crosstab
kat_lamaRawat
Crosstab
kat_lamaRawat