Anda di halaman 1dari 90

UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE


DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BEKASI TAHUN 2011

SKRIPSI

HARI WIBOWO
0906618356

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
JANUARI 2012

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE

DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BEKASI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan
masyarakat

HARI WIBOWO

0906618356

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Hari Wibowo

NPM : 0906618356

Tanggal : 11 Juli 2012

Tanda tangan :

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012
Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
2. Dr. dr. Ratna Djuwita Hatma MPH, selaku Ketua Program Sarjana Reguler Departemen
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
3. dr. Syahrizal Syarief, MPH.PHD selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan sebagian besar waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis dalam
menyusun skripsi ini.
4. Bapak dr. Yovsyah, M.Kes dan ibu dra. T. Widjajastuti, MSi selaku dewan penguji.
5. Seluruh pengajar dan staf Departemen Epidemiologi yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
6. Kepada bapak Sutanto selaku pembimbing lapangan di RS.Awal Bros yang telah
memberikan waktunya dalam memberikan arahan kepada penulis dalam pengambilan
data.
7. Seluruh rekan karyawan rekam medis RS.Awal Bros Bekasi atas kerjasama dan dukungan
yang luar biasa kepada penulis.
8. Ibu, Bapak, Kakak-kakakku, Gabriel dan Ignatius serta seluruh keluarga besar atas
ketulusan, dukungan dan doa yang tak henti-hentinya mengalir. Bersyukur sekali kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dititipkan dalam keluarga yang sangat luar biasa
yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat saya, Gita Rashela, Herlina Hutagalung, Hilmar Sinaga, Herlan, Yulia
Dhanti, Reno Mardina, Erni Astutik, Luriana Nur Pratiwi, Nicola, Ditya Hafsari
Ningrum, yang selalu membantu, memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan
skripsi ini. Kalian adalah sahabat-sahabat terbaikku. Semoga Everlasting Friendship kita

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


dapat terjalin selamanya. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis
mempunyai sahabat-sahabat seperti kalian.
10. Bapak Pendeta Abraham Hizkia Datulong dan seluruh teman di GKO Bekasi 3 yang
selalu memberi semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
11. Seluruh teman seperjuangan skripsi Epidemiologi 2009 yang selalu memberikan
dukungan kepada saya.
12. Erni Astutik, Luriana dan seluruh mahasiswa reguler epidemiologi yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasinya selama ini.
13. Seluruh teman lintas peminatan yang selalu mendukung saya untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
14. Seluruh teman teman reguler lintas peminatan dan teman-teman saya yang lain yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas dukungannya.

Depok, 11 Juli 2012

Hari Wibowo

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hari Wibowo

NPM : 0906618356

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 30 November 1986

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Protestan

Alamat Rumah : Jl. P. Buton 5. No.183 Rt/Rw : 05/017 Perumnas 3 Kelurahan


Aren Jaya kode pos : 17111

Bekasi Timur

Alamat Email : viva_balon1186@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan Formal

1. 1993 1999 : SD SETIA MEKAR Bekasi Timur


2. 1999 2002 : SLTP Negeri 3 Bekasi
3. 2002 2005 : SMU PGRI 1 Bekasi
4. 2005 2008 : POLITEKNIK KESEHATAN Jakarta II
5. 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Pendidikan Non Formal
1. 2005 : Sekolah musik Purwacaraka
2. 2007 : Kursus Komputer Trijaya Bekasi
Riwayat pekerjaan
1. 2008 : RS. OMNI Pulo Mas
2. 2008 2009 : Karyawan KSO CT-Scan di RSUD Bekasi
3. 2009 2010 : RS. Elisabeth Bekasi
4. 2011 2012 : Klinik Averous Depok
5. Pengalaman mengikuti Praktek Kerja Lapangan dibeberapa rumah sakit, serta MCU.

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Hari Wibowo


Program Studi : Sarjana Kesehatan Masyarakat
Departemen : Epidemiologi
Judul : Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare di Rumah Sakit Awal
Bros Bekasi Tahun 2011.

Latar Belakang : Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan
terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki laki maupun perempuan. Angka kejadian diare di
rumah sakit Awal Bros Bekasi terbilang cukup tinggi. Hal ini dapat juga
menegaskan bahwa, diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare
yang ada di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross
sectional dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari dokumen rekam
medis. Jumlah kasus yang diperoleh adalah seluruh kasus diare di lokasi
penelitian. Analisis dilakukan secara univariat. Penelitian ini dilakukan pada Mei
2011.
Hasil : Dari penelitian ini didapat hasil, penderita diare di Rumah Sakit Awal
Bros pada tahun 2011 berjumlah 414 orang, dengan rata-rata umur penderita
adalah 26,17 tahun. Jenis kelamin laki-laki mendominasi yaitu 55,6%, dan pada
kelompok umur balita, dengan lokasi tempat tinggal penderita sebagian besar
bertempat tinggal di Bekasi Selatan yaitu sebanyak 50,7%. Lama rawat
penderita diare di Rumah Sakit Awal Bros tergolong sebentar. Bulan Rawat
yang paling banyak penderita diarenya adalah bulan April yaitu 11,1%.
Sebagian Besar penderita diare di Rumah Sakit Awal Bros menempati ruang
kelas III. Dengan data yang didapat peneliti, diharapkan instansi terkait
dalam hal ini Rumah Sakit Awal Bros Bekasi dapat lebih mengoptimalkan
pelayanan terhadap penderita penyakit diare.

Kata Kunci : Diare, Rumah Sakit

length of stay

x Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


ABSTRACT

Name : Hari Wibowo


Study Program : Extension Program Bachelor Degree of Epidemiology
Departement : Epidemiology
Title : Epidemiology Description Diarrhea Diseases at RS Awal
Bros Bekasi 2011

Background : Diarrhea is a very dangerous disease and occurs in almost all geographic
regions in the world and can strike all age groups both male or female. The incidence of
diarrhea in RS. Awal Bros Bekasi is quite high. It can also affirm that, diarrhea attack
anyone without a known age. The purpose of this study was to determine the
epidemiological picture of diarrheal disease in RS. Awal Bros Bekasi.
Method : The method of this research is cross sectional study by using secondary
data taken from the medical record documents. The number of cases obtained are all
cases of diarrhea in the study site. Univariate analysis was done.
Result : Results obtained from this study, patients with diarrhea RS. Awal Bros in 2011
amounted to 414 people, with an average age of patients was 26.17 years. Male gender
dominates is 55.6%, and the toddler age group, with the location where the patient lived
mostly residing in South Bekasi as many as 50.7%. Length of stay patient with diarrhea
at the RS. Awal Bros briefly considered. Months of stay most patients of the diarrhea
was in April, 11.1%. Mostly people with diarrhea in RS. Awal Bros Bekasi occupies
classrooms III.

Keywords : diarrhea, Hospital

xi Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. ii
SURAT PERNYATAAN..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvi

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi Deskriptif............................................................................ 8
2.2 Penyakit Diare........................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Diare................................................................................... 9
2.2.2 Jenis-Jenis Diare .................................................................................. 9
2.2.3 Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................. 10
2.2.3.1 Penyebaran Kuman yang Menyebabkan Diare......................... 10
2.2.3.2 Faktor Pejamu yang Meningkatkan Kerentanan terhadap
diare .................................................................................................... 11
2.2.3.3 Faktor Lngkungan dan Perilaku................................................ 11
2.2.3.4 Variabel Epidemiologi deskriptif.............................................. 11
2.2.3.4.1 Distribusi Penyakit Diare Menurut Variabel Orang..... 12
2.2.3.4.2 Distribusi Penyakit Diare Menurut Variabel Tempat... 13
2.2.3.4.3 Distribusi Penyakit Diare Menurut Variabel Waktu .... 14
2.2.4 Etiologi Penyakit Diare...................................................................... 15
2.2.4.1 Faktor Infeksi ............................................................................ 15
2.2.4.2 Keracunan Makanan ................................................................. 18
2.2.5 Cara Penularan ................................................................................... 18
2.2.6 Masa Inkubasi .................................................................................... 19
2.3 Gejala Klinis dan Komplikasi ................................................................. 19
2.3.1 Komplikasi Saluran Cerna ................................................................. 20
2.3.2 Komplikasi Sistematik ....................................................................... 21
2.3.3 Diagnosis............................................................................................ 24
2.4 Pengobatan dn Penatalaksanaan.............................................................. 24
xii Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


2.5 Pencegahan.............................................................................................. 27
2.6 KLB......................................................................................................... 28
2.7 Program Pemberantasan Diare................................................................ 29
2.8 Kerangka Teori........................................................................................ 33

3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 35
3.2 Definisi Operasional................................................................................ 36

4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..................................................................................... 39
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 39
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 39
4.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 39
4.3.2 Sampel Penelitian............................................................................. 39
4.4 Pengumpulan Data .................................................................................. 40
4.5 Pengolahan Data...................................................................................... 40

5. HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Awal Bros ............................................ 41
5.2 Umur ....................................................................................................... 42
5.2.1 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur .................. 43
5.2.2 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Kategori Umur .................. 43
5.3 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 44
5.4 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat.............. 44
5.5 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat
Tinggal .................................................................................................... 45
5.6 Lama Rawat ........................................................................................... 46
5.6.1 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat ....... 46
5.6.2 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat....... 47
5.7 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Rawat ............ 48
5.8 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Jenis Kelamin.......................... 49
5.9 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Lama Rawat ............................ 50
5.10 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kelas Rawat .......................... 51
5.12 Distribusi Kategori Jenis Kelamin Berdasarkan Lama Rawat ............. 53

6. PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 54
6.2 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur .......................... 54
6.3 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 56
6.4 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat ............... 57
6.5 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat
Tinggal............................................................................................................ 58
6.6 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat ............... 59
6.7 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat ............... 59
6.8 Kategori Umur Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin .... 60

xiii Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


6.9 Kategori Umur Penderita Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat ...... 60
6.10 Kategori Umur Penderita Diare Berdasarkan Kelas Rawat ................... 61
6.11 Kategori Jenis Kelamin Penderita Berdasarkan Lama Rawat................ 61

7. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan.............................................................................................. 62
7.2 Saran........................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65

xiv Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Jumlah Tenaga Kerja RS. Awal Bros................................................. 42


Tabel 5.2 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ................................... 43
Tabel 5.3 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Kategori Umur di Rumah
Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ................................................... 43
Tabel 5.4 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin di
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ..................................... 44
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat di
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ...................................... 45
Tabel 5.6 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal di
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ................................... .. 46
Tabel 5.7 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat di
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ...................................... 47
Tabel 5.8 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kategori Lama
Rawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ....................... 47
Tabel 5.9 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Rawat di
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ..................................... 48
Tabel 5.10 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita
Diare di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ........................ 49
Tabel 5.11 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Lama Rawat Pada Penderita
Diare di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ........................ 50
Tabel 5.12 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kelas Rawat Pada Penderita
Diare di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ........................ 51
Tabel 5.13 Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan Lama Rawat Pada Penderita
Diare di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 ........................ 53

xv Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Output SPSS Uji Distribusi Frekuensi

xvi Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia. Hal ini ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Republik Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya-


upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular banyak dijumpai dinegara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang masih
sering dijumpai masyarakat yang tinggal didaerah-daerah kumuh. Ini dapat
menimbulkan berbagai penyakit menular.

Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah
untuk ditanggulangi di antaranya adalah program pemberantasan penyakit diare yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit diare.

Diare merupakan salah satu gejala dari sekumpulan penyakit yang mempunyai
gejala utama sama, yaitu yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih
dari biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari. (Depkes RI, 1998). Penyakit

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


2

ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus segera ditanggulangi, karena
angka kesakitan yang tinggi, menyebabkan banyak kematian dan kekurangan gizi
serta beberapa etiologi dapat timbul sebagai penyebab kejadian luar biasa. (Depkes
RI, 2000).

Banyak faktor yang dapat membuat seseorang terserang penyakit diare. Pada
waktu-waktu tertentu misalnya musim hujan penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Seperti halnya kolera dengan jumlah yang
banyak dalam satu waktu yang singkat. Ataupun ketika banjir terjadi pada lingkungan
kumuh, dan membuat masyarakatnya kesulitan mendapatkan air bersih sehingga
mengunakan air tanah yang sudah tercemar dengan air banjir yang meresap kedalam
tanah, membuat kasus diare menjadi banyak.(Anonim,2007).

Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang
masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare.
Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya
penyakit infeksi yaitu diare.(Notoatmodjo S, 2004). Diare merupakan salah satu
penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita.
Menurut Parashar tahun 2007, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap
tahunnya karena penyakit diare. Dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang termasuk Indonesia(DepkesRI, 2007).

Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di
seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik
laki laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat
dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara
berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per
tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua
penyebab kematian (Depkes, 2010).

Berdasarkan laporan WHO, kematian karena diare di negara berkembang


diperkirakan sudah menurun dari 4,6 juta kematian pada tahun 1982 menjadi 2 juta

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


3

kematian pada tahun 2003 (WHO, 2003), di Indonesia, angka kematian diare juga
telah menurun tajam. Berdasarkan data hasil survei rumah tangga, kematian karena
diare diperkirakan menurun dari 40% pada tahun 1972 hingga 26,9% pada tahun
1980, 26,4% tahun 1986 hingga 13% tahun 2001 dari semua kasus kematian.

Walaupun angka kematian karena diare telah menurun, angka kesakitan


karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Di
Indonesia dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per
tahun (Depkes, 2006). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun
2002 2003, prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di
Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan (19,4%), 12-23 bulan (14,8%), dan
24 35 bulan (12,0%)(Biro Statistik, 2003). Kesakitan balita karena diare makin
meningkat sehingga dikhawatirkan terjadi peningkatan kasus gizi buruk.

Berdasarkan hasil Survei Cepat Evaluasi Indikator CHN-III, di Kabupaten


Bekasi menunjukan proporsi balita yang mengalami diare yaitu 10,40%. Prevalensi
diare balita di salah satu Kelurahan Bekasi sebesar 10,99% ( Laporan Bulanan
Puskesmas Kelurahan Kayuringin tahun 2007 ). Diperkirakan terdapat terdapat 10
kejadian diare per 100 balita di Kelurahan tersebut.

Angka kejadian diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi terbilang cukup tinggi,
yaitu 414 penderita di tahun 2011 dengan distribusi umur yang hampir merata. Hal ini
dapat juga menegaskan bahwa, diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia.

1.2 Rumusan Masalah


Di RS.Awal Bros Bekasi upaya pencegahan dan pemberantasan diare melalui
program pemberantasan penyakit diare telah cukup intensif dilakukan tetapi angka
kejadian diare pada semua kelompok umur masih cukup tinggi bahkan cenderung
meningkat setiap tahunnya. Namun gambaran epidemiologi penyakit diare di
RS.Awal bros Bekasi pada tahun 2011, belum diketahui.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


4

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan pada
karakteristik umur di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011?
2. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik jenis kelamin di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik lama rawat di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011?
4. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik lokasi tempat tinggal di RS.Awal Bros Bekasipada tahun 2011?
5. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik Kelas rawat di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011?
6. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik bulan dirawat pada RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011?
7. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori umur responden berdasarkan jenis kelamin di RS.Awal
Bros Bekasi pada tahun 2011?
8. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori umur responden berdasarkan lama rawat di RS.Awal
Bros Bekasi pada tahun 2011?
9. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori umur responden berdasarkan kelas rawat di RS.Awal
Bros Bekasi pada tahun 2011?
10. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori jenis kelamin berdasarkan lama rawat di RS.Awal Bros
Bekasi pada tahun 2011?

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


5

1.4 Tujuan Penelitian


Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan orang,
tempat, waktu pada kejadian diare pada balita di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun
2011.
Yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan karakteristik
umur di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011.
2. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan karakteristik
Jenis Kelamin di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011.
3. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan karakteristik
lama rawat di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011.
4. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan karakteristik
lokasi tempat tinggal di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011.
5. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan karakteristik
kelas Rawat di RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011.
6. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan karakteristik
Bulan dirawat pada RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011.
7. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori umur responden berdasarkan jenis kelamin di RS.Awal
Bros Bekasi pada tahun 2011?
8. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori umur responden berdasarkan lama rawat di RS.Awal
Bros Bekasi pada tahun 2011?
9. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori umur responden berdasarkan kelas rawat di RS.Awal
Bros Bekasi pada tahun 2011?
10. Bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan
karakteristik kategori jenis kelamin berdasarkan lama rawat di RS.Awal Bros
Bekasi pada tahun 2011?

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


6

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat luas, dengan
klasifikasi manfaat terapan seperti dbawah ini :

1.5.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, khususnya
dibidang epidemiologi dan Prilaku.

1.5.2 Manfaat Metodologi


Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian
berikutnya dan wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, khususnya
dibidang epidemiologi dan Prilaku.

1.5.3 Manfaat Praktis


1) Bagi Instansi Terkait
1. Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat khususnya dalam
mengatasi masalah diare.
2. Sebagai masukan dalam merencanakan program untuk upaya pencegahan
penyakit diare di masyarakat

2) Bagi Masyarakat
Menimbulkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan
penyakit diare, serta kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertologan, dengan
mengetahui isi dari penelitian ini.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berada dalam lingkup studi Kesehatan Masyarakat bidang


Epidemiologi. Penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan dan pengumpulan data
sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang didapat dari laporan
tahunan rawat inap bagian Rekam Medis RS.Awal Bros Bekasi.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap diRS.Awal
Bros Bekasi tahun 2010-2011. Dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh kasus
diare di RS.Awal Bros Bekasi pada Tahun 2011.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan disain studi cross sectional dan
bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran epidemiologi kejadian diare pada di
RS.Awal Bros Bekasi pada tahun 2011. Data dan informasi yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan SPSS statistik 17.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi berasal dari kata Yunani, Epi = pada atau atas, demo =
Orang atau Penduduk dan Logos = ilmu pengetahuan. Penelitian epidemiologi
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu observasional dan eksperimental. Penelitian
observasional dibagi menjadi dua yaitu deskriptif dan analitik. Observasional
deskriptif melihat karakteristik sehubungan dengan adanya suatu penyakit atau
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit. Tiga variabel yang sangat
penting yaitu orang, tempat dan waktu.

Variabel orang adalah variabel yang sering digunakan dalam berbagai


frekuensi penyakit yakni umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan,
penghasilan, golongan etnik, status perkawinan, struktur keluarga, dan paritas.

Variabel tempat adalah perbandingan pola penyakit menurut tempat, dapat


diklasifikasikan sebagai berikut; batas-batas daerah pemerintahan, batas-batas kota
dan desa, daerah berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai dan laut), negara-
negara lain dan regional. Untuk kepentingan tersebut, batas-batas alam lebih berguna
daripada menurut batas-batas admnistrasi pemerintah. Variasi geografis pada
terjadinya suatu penyakit dipengaruhi oleh beberapa beberapa faktor, misalnya
lingkungan fisik, kimia, sosial budaya, karakteristik geografis, variasi administratif
dan lain-lain.

Variabel waktu, dalam analisis epidemiologi hubungan waktu dan penyakit


merupakan kebutuhan yang dasar, karena perubahan penyakit menurut waktu
menunjukan adanya perubahan-perubahan faktor etiologi.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


9

2.2 Penyakit Diare

Penyakit diare merupakan penyebab kematian yang paling utama pada balita
di negara berkembang termasuk Indonesia. Sudah banyak penelitian yang membahas
tentang penyakit ini serta berbagai pencegahan dan penanggulangannya. Dengan
begitu diharapkan agar masyarakat di Indonesia dapat sedikit mengerti akan penyakit
ini, sehingga dapat waspada akan penyakit yang menjadi masalah kesehatan terutama
pada balita.

2.2.1 Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang
frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari) (DEPKES RI,
2000). Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer
lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini
diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringat pertama di
Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan
orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama
terjadi pada baik dan anak balita ( Zubir, 2006 ).

2.2.2 Jenis-jenis Diare

Menurut Depkes RI (2002), berdasarkan jenisnya diare terbagi menjadi 4


(empat), yaitu :

1. Diare Akut

Diare akut yaitu, diare yang berlansung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


10

2. Disentri

Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat


disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.

3. Diare Persisten

Diare Persisten, yaitu diare yang berlansung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.

4. Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau
penyakit lainnya.

2.2.3 Epidemiologi Penyakit Diare

Menurut Depkes RI (2005), Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai


berikut.

2.2.3.1 Penyebaran kuman yang menyebabkan diare :

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak lansung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh
4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan
pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau
menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


11

2.2.3.2 Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Beberapa faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insidens, beberapa


penyakit dan lamanya diare. Faktor tersebut antara lain (DepKes, 2002) :

- Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang


dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare
- Kurang Gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada
penderita gizi buruk.
- Campak. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir.

2.2.3.3 Faktor Lingkungan dan Perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua fakor ini
akan berinteraksi dangan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menmbulkan kejadian diare.

2.2.3.4 Variabel Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif merupakan studi terhadap jumlah dan distribusi suatu


penyakit pada manusia yang karakteristiknya berhubungan dengan orang yang
menderita (person), tempat (place) dan waktu terjadinya (time) penyakit (Mauser,
1985). Jadi variabel variabel yang digunakan dalam epidemiologi deskriptif adalah
variabel orang, variabel tempat, variabel waktu.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


12

2.2.3.4.1 Distribusi Penyakit Diare menurut Variabel Orang

Variabel orang dapat dideskripsikan pada siapa yang menderita penyakit dan
menghadapi masalah kesehatan, bagaimana dengan identitas orangnya seperti umur,
jenis kelamin, kelas sosial, status pekerjaan, pendidikan, golongan etnik, status
perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.

1. Variabel Umur

Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita pada
daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
dapat menyerang semua umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 40-50 per
100 penduduk setiap tahun, dimana 70%-80% diantaranya terjadi pada golongan
umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun. (Sunoto, 1997).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh WHO (1996) yang
menyatakan bahwa diare lebih banyak terjadi pada anak berumur 0-4 tahun.
Beberapa alasan dapat menerangkan hubungan antara kejadian diare dengan umur
adalah :

- Kejadian tersebut merupakan fungsi dari proses umur, perkembangan


fisiologis atau imunitas.
- Kejadian tersebut merupakan hasil perubahan daya tahan tubuh.
- Kejadian tersebut merupakan akibat perubahan kebiasaan makan yang
berbeda-beda antara golngan umur.
- Disamping itu ada empat faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
penyakit diare pada bayi atau balita, yaitu faktor lingkungan, gizi, sikap
masyarakat dan sosial ekonomi.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


13

2. Variabel Jenis Kelamin

Seperti halnya dengan variabel umur, faktor jenis kelamin merupakan salah
satu variabel deskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian
pada diare pada pria dan wanita. Perbedaan insiden menurut jenis kelamin, dapat
timbul karena bentuk anatomis, fisiologis, dan sistem hormonal yang berbeda.

3. Variabel Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan


SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi
oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status
pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.

4. Variabel Pekerjaan

Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan


tingkat/derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat
pekerjaan, lingkungan kerja, dan sifat sosial ekonomin karyawan pada pekerjaan
tertentu.ada berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat pekerjaan,
seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja. Pekerjaan juga
mempunyai hubungan erat dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai
penyakit yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan
yang mempengaruhi pendapatan keluarga.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


14

2.2.3.4.2 Distribusi Penyakit Diare menurut Variabel Tempat

Penyebaran diare disuatu tempat dengan tempat lainnya berbeda. Perbedaan


tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu
diantaranya : keadaan geografis kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan
pelayanan Kesehatan (Depkes RI, 1990).

Penyakit diare umumnya terdapat didaerah yang mempunyai sanitasi buruk


dan sarana air bersih yang kurang memadai dan buruk. Hasil penelitian WHO di
Venezuela tahun 1996 menunjukan bahwa daerah yang sanitasinya buruk mempunyai
angka kesakitan diare dan angka kematan akibat diare sangat tinggi. (WHO, 1989).

Keadaan ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh penggunaan sarana sanitasi


yang rendah, sehingga menyebabkan masyarakat berperilaku kurang higienis. Hal ini
akan memudahkan penyebaran penyakit diare.

2.2.3.4.3 Distribusi Penyakit Diare menurut Variabel Waktu

Hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam


analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu
menunjukan adanya perubahan faktor-faktor etiologis.

Penyebaran diare dapat berada dalam frekuensi dan waktu tertentu. Variasi
kejadian diare menurut waktu berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Penelitian
WHO menunjukan bahwa insiden diare di pengaruhi oleh iklim.(WHO, 1985).

Di Indonesia angka kejadian diare banyak terjadi pada musim hujan dan saat
pergantian musim kemarau ke musim hujan (Sutrisna, 1985).

Kenaikan kasus diare pertahun terjadi pada bulan Juni (1999), Agustus
(2002). Keadaan ini menggambarka bahwa peningkatan kasus terjadi pada musim
hujan. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa terdapat kecenderungan penderita
diare meningkat pada waktu musim hujan.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


15

2.2.4 Etiologi Penyakit Diare

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi


(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.

2.2.4.1 Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeki yang umumnya menyerang antara lain :
1. Infeks oleh bakteri :
Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling penting
penyakit diare terutama yang menyerang bayi yaitu antara lain :
a. Vibrio Cholera
Bersumber pada makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi vibrio Cholera
b. Salmonela
Bersumber dari daging, susu dan telur yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri salmonela. Terdapat lebh dari 2000
serotipe Salmonella, dimana sekitar 6-10, diantaranya
menyebabkan gastroenteritis pada manusia. Dalam hal ini binatang
seperti unggas adalah reservoir utama. Oleh karena itu penularan
penyakit oleh samonella dapat terjadi apabila mengkonsumsi
makanan yang berasal dari hewan unggas, daging, telur dan susu.
Gastroenteritis yang diakibatkan salmonella yang menyerang
anak kecil relatif jarang terjadi di negara berkembang dibanding
dengan daerah industri. Hal ini kemungkinan terjadi karena di

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


16

negara berkembang pada umumnya anak kecil jarang diberi


makanan dalam kaleng yang merupakan media bagi salmonella.
Gastroenteritis yang diakibatkan salmonella biasanya berbentuk
diare cair akut dengan diikuti rasa mual, nyeri perut dan
demam(Depkes RI, 1990).
c. Sighella
Genus Shigella dibagi menjadi 4 kelompok serologik yaitu :
o Shigella flexneri, adalah kelompok yang paling sering
terdapat di negara berkembang.
o Shigella sonei, adalah kelompok yang terdapat dine
negara maju.
o Shigella dysentriae, adalah tipe 1 adalah penyebab
epidemi dengan angka kematian tinggi.
o Shiella boydii, kelompok ini jarang ditemui.
Pada umumnya shigella hanya ditemukan pada manusa pada
manusia dan beberapa jenis binatang primata. Penyebarannya
melalui kontak lansungantara orang yang satu dengan orang
lainnya. Dengan dosis infeksius yang rendah (10 sampai dengan
100 organisme) sudah dapat menyebabkan sakit. Penularan
penyakit terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Depkes RI,1990).
d. Escherecia Coli
Sampai saat ini ditemukan lima kelompok E.coli yaitu extero-
toxigenic(ETEC), enteropathogenic (EPEC), enteroadherent
(EAEC), enteroinvasive (EIEC), dan enterohaemorhagic (EHEC).
Biasanya bersumber dari makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri escherecia coli
2. Infeksi basil (disentri)
3. Infeksi virus rotavirus

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


17

Virus menyebabkan 50% semua diare pada anak yang datang berobat
ke sarana kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel usus, mengubah
fungsi dan regenerasinya. Keadaan ini menyebabkan diare dan gejala
umum misalnya malaise dan demam. Penyembuhan terjadi bila
permukaan mukosa telah regenerasi (Depkes RI, 1990)
4. Infeksi parasit
Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat
menyebabkan diare yaitu :
a. Entamoeba histolytica
Insiden penyakit ini bertambah sesuai dengan pertambahan
usia. Infeksi ini sering salah didiagnosikan sebab menentukan
protozoa ini tidak mudah dan parasit ini sering dikira leukosit
polimorfonuklear. Penyebaran terjadi melalui makanan dan
minuman. Kista E.histolyca sangat kebal terhadap desinfektan
kimia, termasuk klorinasasi. (Depkes RI, 1990).
b. Cryptosporidium
Cryptosporiium adalah parast bentuk kokus yang pada awalnya
dikenal sebagai penyebab diare pada binatang. Mula-mula
ditemukan sebagai penyebab diare cair pada yang menurun
kekebalan tubuhnya, khususnya penderita AIDS. Di negara
berkembang parsit ini menyebabkan 4-11 % kasus diare pada
anak. Cryptosporidiasis ditularkan melalui jalur fekal-oral.
(Depkes RI, 1990).
c. Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan angka
prevalensi infeksi sampai 100% pada beberapa penduduk. Anak
berumur 1-5 tahun paling sering dijangkiti. Infeksi Giardia lamlia
biasanya melalui makanan, minuman atau menular dari orang ke
orang. Penularan dari orang ke orang terjadi terutama pada anak

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


18

yang ditinggal di keluarga yang terlalu padat atau tempat penitipan


anak (Sunoto, 1990).
5. Infeksi akibat organ lain, sepert radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.

2.2.4.2 Keracunan Makanan


a. Faktor Malabsorsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorsi karbhohidrat
dan lemak. Malabsorpsi karbhohidrat, pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat , tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut.
Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak
yang disebut triglysera. Triglysera, dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorsi usus. Jika tidak ada
lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena
lemak tidak terserap dengan baik.
b. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar ,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare
pada anak-anak balita.
c. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita,
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


19

2.2.5 Cara Penularan

Penularan diare terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :

a. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah


dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
b. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat
bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
c. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar
d. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.

2.2.6 Masa Inkubasi

Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau
yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya.
Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa
inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya
memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki
masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.

2.3 Gejala Klinis dan Komplikasi


Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar komplikasi
disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan didalam tubuh. Komplikasi diare

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


20

diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Komplikasi Saluran Cerna dan Komplikasi
Sistematik.

2.3.1 Komplikasi Saluran Cerna

1. Perforasi
Perforasi terjadi akibat vaskulitas atau ulkus transmural dan biasanya
terjadi pada anak dengan Kurang Energi Protein (KEP) berat, Angka
kejadian perforasi kecil. Pada penelitian di Bangladesh pada 173 kasus
disentri yang diotopsi didapatkan hanya 3 kasus yang mengalami
perforasi.Diagnosis ditegakkan secara klinis dan dibantu dengan
pemeriksaan radiologis berdasarkan temuan udara bebas intra peritoneal,
serta ditemukan nya tanda-tanda peritonitis.
2. Megakolon toksik
Megakolon toksin biasanya terjadi pada pankolitis Diduga toksin shiga
yang besifat neurotoksik berperan penting dalam mempengaruhi motilitas
usus, dimana terjadi penurunan mtilitas kolon yang berat diikuti oleh
distensi usus yang berat,Keadaan ini terjadi terutama disekitar ulkus
transmural sehingga disebut pulau mukosa.Distensi dan penurunan
motilitas akan menyababkan tumbuh ganda bakteri enterik , ballooning
effect ( mengembangnya usus sehingga seluruh lapisan dinding menipis,
terjadi penjepitan pembuluh darah yang menimbulkan anoksia,
melumpuhkan fungsi usus serta memperlemah bamer mechanism ),
sehingga gabungan pankolitis dan megakolon pada megakolon toksik
hampir selalu menimbulkan gejala sepsis. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan temuan klinis dari Bangladesh dilaporkan 3 % dari penderita
disentri yang meninggal dirumah sakit dan diotopsi disertai dengan gejala

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


21

obstruksi usus sehingga harus dipikirkan sebagai diagnosis banding


megakolon toksik,

2.3.2 Komplikasi Sistematik

1. Hipoglikemia
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada shigellosis dibanding
penyebab disentri lain hipoglikemia sangat berperan dalam menimbulkan
kematian hipoglikemia terjadi karena gagalnya proses glukoneogenesis
secara klasik menifestasi klinis hipoglikemia adalah kaki tangan
berkeringat dingin, tachikardi dan letargik. Hipoglikemia berat dapat
menimbulkan perubahan kesadaran dan kejang. Tetapi gejala ini akan
tersamar kalau diketemukan komplikasi lain jadi pada tiap disentri dengan
komplikasi harus diperiksa kadar glukosa darahnya Diagnosis ditegakkan
melalui pengukuran kadar gula darah.
2. Hiponatremia
Komplikasi ini juga banyak terjadi pada Shigellosis dibanding
penyebab lain.Hiponatremia muncul akibat gangguan reabsorpi natrium di
usus,kematian pasien dengan hipogelikemia sering dibanding
hiponatremia.Manifesrasi klinis hiponatrea adalah hipotonia dan apati,
Kalau berat dapat menimbulkan kejang. Tetapi gejala ini juga akan
bersamar kalau diketemukan komplikasi lain, jadi pada tiap disentri
dengan komplikasi harus diperiksa kadar natrium darahnya. Idealnya,
sekaligus diperiksa juga kadar kalium darah.
3. Sepsis
Komplikasi ini paling sering menyebabkan kematian dibandingkan
komplikasi lainnya data dari ICCDR menunjukkan 28,8 % dari 239 kasus

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


22

kematian akibat Shigellosis meninggal karena sepsis. Pengertian sepsis


saat ini telah berubah.dulu sepsid didefinisikan sebagai bakteriemia yang
disertai gejala klinis, sekarang bakteriemia tidak lagi merupakan
persyaratan diagnosis sepsis. Asalkan Ditemukan manifestasi umum
infeksi yang disertai gangguan fungsi organ multipel sudah dianggap ada
sepsis, gangguan fungsi organ multipel dapat ditimbulkan mediator
kimiawi, endotoksin, eksotoksin atau septikemianya sendiri manifestasi
umum/ganguan fungsi organ multipel ini dapat berupa hiperpireksi, cutis
marmoratae (akibat distensi kapiler), menggigil, gaduh gelisah, proteinuria
dan lain sebagainya. Yang paling menonjol terjadinya gangguan sirkulasi
yang menimbulkan syok septik. Gangguan fungsi organ multipel ini akan
berlanjut menjadi gagal organ multipel, syok menjadi ireversibel, Gagal
organ multipel hampir selalu diikuti kematian, Syok septik sangat sulit
diobati, jadi untuk mencegah kematia kita harus mengambil tindakan
intensif pada tahap awal dimanabaru muncul tanda umum infeksi yang
berat dan gangguan fungsi organ belum menonjol. Bakteriemia pada
disentri dengan sepsis jarang yang disebabkan langsung oleh
shigella/kuman penyebab disentri lain, lebih banyak disebabkan invasi
bakteri enterik. Jadi dalam memilih antibiotik disamping memberikan
antibiotik yang dapat membunuh penyebab disentrinya, kita juga harus
memberikan antibiotik yang dapat mengatasi bakteri enterik yang
berinvasi ini. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis gejala
umum infeksi serta gangguan fungsi organ multipel dibantu dengan
temuan pemeriksaan penunjang leukopenia atau leukositosis, disertai
hitung jenis yang bergeser ke kiri adanya granulasi toksi trombositepenia
anemia dan CFP positif juga terjadi ganguan faktor pembekuan :
penurunan kadar protrombin fibrinogen, faktor VIII, serta manifestasi
disseminated intravascular coagulation (DIC) dan bakteriemia.
4. Kejang dan Ensephalopati

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


23

Kejang yang muncul pada disentri tentu saja dapat berupa kejang
demam sederhana (KDS), tetapi kejang dapat merupakan bagian dari
ensefalopati, dengan kumpulan gejala hiperpireksi penurunan kesadaran
dan kejang yang dapat membedakannya dengan KDS, ensefalopati muncul
akibat toksin Shiga/Sit diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
5. Sindrom Uremik Hemolitik
Sindrom ini ditandai dengan trias anemi hemolitik akibat
mikroangiopati, gagal ginjal akut dan trombositopeni. Anemia hemolitik
akut ditandai dengan ditemukannya fragmentosit pada sediaan hapus,
Gagal ginjalakut ditandai oleh oliguria perubahan kesadaran dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin. Trombositopea dapat
meninbulkangajala perdarahan spotan. Manifestasi perdarhan juga daa
disebabkan oleh mikroangiopati,yang dapat berlanjut menjadi
Dissemination Intravasculair Coagulation (DIC) kematian dapat
disebabkan oleh terjadinya gagal ginjalakut dan gagal jantung. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan temuan klinis serta pemeriksaan penunjang untuk
memastikan adanya trombositopenia, anemia hemolitik akut, serta
peningkatan kadar ureum /kreatinin. Pada keadaan yang berat bisa
menyebabkan kematian karena gagal ginjal.
6. Pneumonia
Komplikasi pneumoni bisa juga terjadi pada disentri terutama yang
disebabkan oleh Shigella. Dari laporan ICDDRB pada penderita yang
meninggal karena disentri, 32% ditemukan pneumoni setelah dilakukan
otopsi diagnosisditegakkan sesuai standar yang berlaku.
7. Kurang Energi Protein (KEP)
Disentri terutama karena shigella bisa menyebabkan gangguan gizi
atau kurang energi protein (KEP) pada anak yang belum nya gizinya baik
hal ini bisa terjadi karena masukkan yang kurang pemakaian kalori yang
meningkat karena proses radang dan hilang nutrein, khususnya protein

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


24

selama diare dipihak lain kurang energi protein (KEP) sendiri


mempermudah terjadinya disentri. Desentri yang terjadi selama atau
sesudah menderita campak sangat cepat menimbulkan KEP. Diagnosis
ditegakkansesuai standar. Pengukuran berat badan serta kadar albumen
darah secara berkala dapat menggambarkan derajat progresi timbulnya
Kurang Energi Protein (KEP).

2.3.3 Diagnosis

Diagnosa diare ditegakan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Amati konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar. Jika tinja encer dengan
frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka orang tersebut
menderita diare.

Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahu kadar elektrolt dan


jumlah sel darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu
dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

2.4 Pengobatan dan Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah


Tuntaskan Diare), yang terdiri dari :

a. Oralit Osmolaritas Rendah


Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
dengan memberikan oralit. Bila tidak tersedia, berikan lebih banyak cairan
rumah tangga yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan
seperti air tajin, kuah sayur dan air matang.
Macam cairan yang digunakan bergantung pada :
1. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
2. Tersedianya cairan/ sari makanan yang cocok

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


25

3. Jangkauan pelayanan kesehatan

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera


dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan yang cepat dan tepat dengan oralit.

b. Zinc
Dinegara berkembang, umumnya anak sudah mengalami defisiensi
Zinc. Bila anak diare, kehilangan Zinc bersama dengan tinja,
menyebabkan defisiensi menjadi lebih berat.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Lebih dari 300 macam enzim dalam tubuh memerlukan Zincsebagai
kofaktornya, termasuk enzim superoksida dismutase (Linder, 1999).
Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal bebas superoksida
sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses
inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat
merusak berbagai jenis jaringan, termasuk jaringan epitel dalam usus
(Cousins et al, 2006). Zinc juga berefek dalam menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat
selama diare dan mengakibatkan hiperekskresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama sebagian besar kejadian diare. Kerusakan
morfologi epitel usus antara lain terjadi pada diare karena rotavirus yang
merupakan penyebab terbesar diare akut (Wapnir, 2000).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada 3 bulan berikutnya (Black, 2003). Penelitian di Indonesia
menunjukan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare dan
menurunkan kekambuhan diare sebanyak 11% dan menurut hasil pilot

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


26

studi menunjukan bahwa Zinc mempunya tingkat hasil guna sebesar 67%
(Hidayat, 1998 dan Soenarto, 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak
dengan diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Zinc diberikan pada setiap diare dengan dosis, untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg( tablet) Zinc per hari, sedangkan
untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet Zinc 20 mg.
Pemberian Zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun diare sudah
membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kejadian diare
selanjutnya selama 3 bulan kedepan.
Cara pemberian Zinc :
- Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI.
c. Pemberian ASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih
sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna sedikit demi sedikit tetapi sering. Setelah diberiberhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan anak.
d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare yang memerlukan (8,4%). Antibiotik hanya bermanfaat
pada anak dengan diare berdarah (sebagian besar karena shigellosis),
suspek kolera, dan infeksi-infeksi di luar saluran pencernaan yang berat,
seperti pneumonia. Walaupun demikian, pemberian antibiotikyang
irasional masih banyak ditemukan. Sebuah studi melaporkan bahwa 85%

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


27

anak yang berkunjung ke puskesmas di 5 provinsi di Indonesia menerima


antibiotik (Dwiprahasto, 1998).
Obat-obatan anti-diare tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun menngkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
antiprotozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit.

2.5 Pencegahan

Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan diare


dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Salah satu
pencegahan yg dapat dilakukan adalah dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya
adalah :

1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada
bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh,
pada 6 bulan pertama kehidupan, mempunyai resiko terkena diare 30x
lebih besar.
2. Menggunakan air bersih yang cukup

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


28

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui


fecal-oral, kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare
yaitu dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
3. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air, sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak
dalam kejadian diare.
4. Menggunakan Jamban
Penggunaan jamban sangat berdampak besar dalam penurunan resiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus
mebuat jamban dan seluruh anggota keluarga harus buang air besar di
jamban tersebut.
5. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus
dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
SPAL yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, menganggu
estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya
tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


29

2.6 KLB

Kejadian Luar Biasa ( KLB ) yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian


kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah. (Permenkes RI No.949/Menkes/SK/VIII/2004)

Kriteria KLB Diare :

1. Jumlah penderita dan atau kematian penderita diare di suatu periode (


harian/mingguan/bulanan ).
2. Peningkatan jumlah penderita dan atau kematian/ CFR karena diare dalam
periode tertentu (mingguan/bulan) dibanding dengan periode yang sama
pada tahun lalu.
3. Terdapat satu atau lebih penderita atau kematian karena diare dengan
gejala suspek kolera dalam satu wilayah.
4. Apabila ada penderita/kematian karena diare yang dari hasil pemeriksaan
laboratorium usap duburnya diketahui positif vibrio cholera.

2.7 Program Pemberantasan Penyakit Diare

Program Pemberantasan Penyakit Diare adalah salah satu usaha pokok di


Puskesmas. Kebijaksanaan Program P2D ini adalah menurunkan angka kesakitan,
kematian, dan penanggulangan KLB karena diare yang akan terus dilaksanakan
dengan mengintensifkan peningkatan mutu pelayanan (quality assurance),
meningkatkan kerja sama lintas program dan sektoral terkait serta mengikutsertakan
partisipasi aktif masyarakat secara luas, antara lain dengan organisasi profesi dan
LSM di pusat maupun daerah.1

Target atau cakupan yang ditetapkan sebagai indikator keberhasilan dalam


pemberantasan penyakit diare di propinsi DKI Jakarta meliputi :

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


30

1. 100% Rumah Sakit, Puskesmas, dan swasta melaporkan kasus diare tepat
waktu (tanggal 10 setiap bulannya),
2. Angka kematian 0%,
3. Kejadian luar biasa (KLB) diare 0%,
4. 100% masyarakat terlayani air bersih,
5. 100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan mampu
melakukan rehidrasi intravena,
6. Angka kesakitan < 1% (50 / 1000 penduduk tahun 2005),
7. 100% kader terlatih tentang penanganan penderita diare,
8. 100% penderita diare tertangani,
9. 100% oralit tersedia di kader minimal 10 sacchet (@ 200 ml),
10. 100% tenaga medis dan paramedis melakukan tatalaksana diare (MTBS),
11. 100% ketepatan diagnosis,
12. 100% cakupan imunisasi campak,
13. 100% Puskesmas mempunyai protap tatalaksana diare,
14. 100% penderita diare diobati dan mendapat oralit,
15. 100% PDAM bebas kuman,
16. 100% Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan mempunyai
pojok oralit,
17. 100% Puskesmas Kecamatan mempunyai klinik sanitasi, dan
18. 100% masyarakat menggunakan jamban pada daerah kumuh.

Program P2D dilakukan dengan berfokus pada pelanggan, yaitu menjalankan


segala kegiatan yang dapat memuaskan pelanggan dengan pelayanan yang
profesional, sarana dan prasaran yang memadai, dan informasi yang mudah didapat.
Hal ini meliputi:
1. Semua penderita diare didiagnosis dan diberikan pengobatan sesuai
dengan tatalaksana atau dengan menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS).
2. Pengambilan anal swab dilakukan bila penderita dicurigai kolera dan bila
terjadi kejadian luar biasa.
3. Pengobatan penderita dengan memberikan oralit tanpa obat anti diare atau
antibiotik, kecuali pada kasus disentri atau kolera.
4. Pelayanan prima bagi penderita diare meliputi :
5. Waktu tunggu 5 menit
6. Waktu tunggu gawat darurat 1 menit
7. Petugas harus ramah
Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


31

8. Petugas menguasai standar operasional prosedur pelayanan


9. Lokasi pelayanan mudah dijangkau.
10. Informasi tentang diare mudah dimengerti oleh masyarakat.
11. Penderita diare mendapatkan pelayanan yang sama di semua unit
pelayanan kesehatan, baik Puskesmas maupun Rumah Sakit.
12. Masyarakat menginginkan pelayanan cepat, tepat / akurat, murah, mudah
dijangkau, dilayani secara manusiawi dengan pengobatan sesuai standar
dan mendapat informasi yang jelas tentang cara-cara penanggulangan
diare.
13. Pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dilengkapi buku pedoman penanggulangan diare.
14. Pelatihan bagi petugas kesehatan untuk peningkatan ketrampilan.
15. Petugas kesehatan menginginkan prosedur kerja sederhana, tersedianya
sarana pengobatan yang memadai, serta website diare.

Pengorganisasian program P2D di Puskesmas kelurahan meliputi (1)


penyediaan pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan rujukan ke Puskesmas
kecamatan dan rumah sakit serta (2) koordinasi dengan Puskesmas kecamatan bila
terjadi peningkatan kasus di wilayah kerjanya.

Sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program P2D di Puskesmas


kelurahan adalah dokter umum sebagai pemeriksa dan perawat sebagai wasor
program diare dan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Dokter umum harus
memiliki kompetensi untuk melaksanakan penanggulangan diare sesuai dengan
standar. Perawat / wasor harus mampu menganalisis data dalam rangka sistem
kewaspadaan dini serta mampu memberikan penyuluhan (KIE komunikasi,
informasi, dan edukasi) dan pemeriksaan di Posyandu. Selain itu, pada kegiatan
Posyandu diperlukan kader / toma yang membantu perawat atau bidan dalam
memberikan penyuluhan. Untuk memperlengkapi petugas dengan kompetensi dan
ketrampilan tersebut, dibutuhkan beberapa pelatihan tentang (1) program
pemberantasan diare (P2D) yang meliputi aspek manajemen, aspek klinik, aspek
epidemiologi, dan aspek laboratorium, (2) peningkatan peran serta masyarakat bagi
kader kesehatan di Posyandu, (3) tatalaksana diare bagi petugas Puskesmas, dan (4)
tatalaksana diare dengan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) bagi
Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


32

petugas kesehatan di Puskesmas. Selain kompetensi tersebut, petugas juga perlu


memiliki sikap dan perilaku tertentu, yaitu dokter umum harus memiliki sikap peduli,
cepat, dan tanggap dalam menangani penderita diare, perawat / wasor harus
mempunyai sikap peduli, cepat, dan tanggap dalam melaksanakan perawatan
kesehatan masyarakat, dan kader harus mampu memotivasi dan menggerakkan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Secara umum program penanggulangan P2D :

1. Penemuan kasus dini dan pencegahan penularan dan KLB


2. Diagnosis untuk tatalaksana cepat dan akurat
3. Pengobatan sedini mungkin
4. Survailens
5. Penyedian distribusi logistik
6. KIE (komunikasi, Informasi, dan Edukasi.
7. Laboratorium
8. Kemitraan
9. Pencatan dan pelaporan

2.8 Kerangka Teori

Dalam epidemiologi deskriptif penjelasan epidemiologi harus sebanyak


mungkin keterangan yang ada sehingga memungkinkan untuk mebedakan besarnya
kejadian insiden maupun prevalensi pada setiap karakteristik tertentu, terutama
karakteristik tentang Orang/person (siapa yang terkena dengan sifat karakteristiknya
masing-masing), tentang waktu kejadian (di mana peristiwanya terjadi), dan tentang
waktu kejadian (kapan dan berapa lama kejadiannya).(Nur Nasry, 2008) Penyakit
diare adalah penyakit multi faktor, dmana berbagai faktor saling berpengaruh dan
terkait, tidak hanya faktor kesehatan lingkungan saja yang berpengaruh terhadap
kejadian diare, tetapi banyak faktor lain yatu gizi, kependudukan, pendidikan, sosial
ekonomi, dan prilaku masyarakat (Depkes RI,2000). Sehingga sebuah penelitian

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


33

epidemiologi deskriptif terkait penyakit diare menghasilkan kerangka teori seperti


dibawah ini.

Orang :
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Orangtua
Pekerjaan Orangtua
Imunodefisiensi
Status Gizi
Kelas sosial
Golongan etnik

Tempat : DIARE
Kepadatan Lingkungan
Sarana air bersih
Tempat Pembuangan Tinja
Sanitasi

Waktu :
Bulan dirawat

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber: Nur Nasry (2008)

Ketiga karakteristik tersebut meliputi karakteristik tentang orang, tempat, dan


waktu, dan ketiganya merupakan dasar pokok epidemiologi deskriptif. Dalam
karakteristik Orang terdapat umur, variabel ini cukup penting karena penyakit diare
dapat ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur.
Seperti halnya dengan variabel umur, faktor jenis kelamin memberikan perbedaan

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


34

angka/rate kejadian pada pria dan wanita. Golongan etnik merupakan salah satu hal
yang juga harus diperhatikan dalam penetuan variabel penelitian dalam hal ini
gambaran epidemiologi penyakit diare. Pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan
status sosial ekonomi, sedangkan diare adalah suatu penyakit yang sering timbul
dalam keluarga yang mempunyai penghasilan rendah, yang pada kenyataanya tidak
dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Faktor pengetahuan juga merupakan salah
satu hal penting dalam memberikan keterangan seseorang terkena penyakit diare.
Karena dalam hal ini seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi akan dengan
sendiri nya sadar dan tahu tentang bagaimana mencegah agar tidak terjangkit
penyakit ini.

Pada karakteristik tempat terdapat kepadatan penduduk, sarana air bersih,


tempat pembuangan tinja dan sanitasi yang kesemua itu sangat erat hubungannya
dengan kejadian diare. Pada variabel bulan dirawat dapat diketahui para penderita
diare diwaktu tertentu mengalami peningkatan insiden.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


35

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Mengacu pada kerangka teori yang diuraikan sebelumnya, dirancanglah
kerangka konsep atau kerangka pikir yang merupakan integrasi dari apa yang
diinginkan.
Untuk lebih jelasnya bentuk kerangka konsep dari penelitian, digambarkan
sebagai berikut dibawah ini :

Orang :
Umur
Jenis Kelamin

Tempat :
DIARE
Lokasi tempat tinggal
Kelas dirawat

Waktu :
Bulan dirawat
Lama Rawat

Gambar 2. Kerangka Konsep

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


36

Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, variabel bebas
(Independent Variable) dalam penelitian ini adalah faktor Orang ( umur, jenis
kelamin, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua) , faktor tempat ( lokasi
tempat tinggal ), dan faktor waktu ( lama dirawat, dan bulan dirawat). Variabel
terikat ( dependent variable ) adalah kejadian diare pada balita. Dalam penelitian ini
tidak ditelitinya semua variabel yang ada dalam kerangka teori dikarenakan
keterbatasan peneliti.

3.2 Definisi Operasional

Definisi Skala
no. Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

VARIABEL DEPENDEN

1 Diare Air besar lembek Observasi Dokumen Jumlah interval


1. atau cair dapat (telaah Rekam kejadian kasus
berupa air saja dokumen) Medis diare
yang frekuensi
lebih sering dari
biasanya (tiga kali
atau lebih dalam
sehari)

VARIABEL INDEPENDEN

N Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
no. Operasional Ukur

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


37

1 Umur Hitungan lama Observasi Dokumen Usia dalam interval


1. hidup seseorang (telaah Rekam tahun
dari lahir hingga dokumen) Medis
saat penelitian
dilakukan.

2 Jenis Aspek biologi Observasi Dokumen 1=laki-laki Nominal


2. Kelamin seseorang meliputi (telaah Rekam 2= perempuan
perbedaan dokumen) Medis
komposisi kimia
dan hormon dalam
tubuh, anatomi
fisik, reproduksi
dan karakteristik
biologis lainya.

5 Lokasi Tempat dimana Observasi Dokumen 0=bekasi timur Nominal


3. tempat pasien tinggal dan (telaah Rekam 1= bekasi utara
tinggal menetap. dokumen) Medis
2= bekasi barat

3=bekasi
selatan

4=kabupaten
bekasi

5=luar bekasi

6 Lama rawat Jangka waktu Observasi Dokumen 1 = Sebentar Nominal


4. seseorang yang (telaah Rekam (< 3 hari)
sakit mendapatkan dokumen) Medis
2 = Lama
perawatan mulai Dengan

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


38

dari pertama kali menghitung (3 hari)


masuk perawatan rata-rata
hingga dinyatakan lama rawat
sembuh/waktu responden,
mulai masuk didapat
rumah sakit hasil 3,07
sampai konsistensi hari.
fese menjadi
lembek

7 Bulan waktu seseorang Observasi Dokumen Nama bulan Nominal


5. dirawat dirawat dihitung (telaah Rekam
dalam hitungan dokumen) Medis
bulan

Kelas Rawat Tempat dimana Observasi Dokumen 1 = VIP dan Nominal


pasien (telaah Rekam SVIP
mendapatkan dokumen) Medis 2 = Kelas I, II,
6
perawatan untuk dan III
6.
kesembuhan
penyakitnya

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


39

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan


metode deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder kasus diare yang
diambil dari unit Rekam Medis RS.Awal Bros periode 2011.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian mengambil tempat di RS.Awal Bros dengan menggunakan


data sekunder berupa laporan tahunan dari unit Rekam Medis. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2012

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diare yang berobat di
RS.Awal Bros tahun 2011

4.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu pengambilan


sampel yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan peneliti, yaitu seluruh
pasien kasus diare. Peneliti tidak menetapkan kriteria inklus dan ekslusi, sehingga
sampel yang di ambil dari penelitian ini adalah seluruh kasus diare pada pasien yang
dirawat di RS.Awal Bros tahun 2011.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


40

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yang diambil dari bagian
rekam medik. Langkah pengumpulan data dimulai dengan memverifikasi
kelengkapan laporan rekam medik yang lengkap yang memenuhi kelengkapan dari
variabel-variabel yang akan diteliti kemudian data dari variabel yang akan diteliti
dimasukan kedalam instrumen pengumpulan data.

4.5 Pengolahan Data

Pengolahan data sekunder dilakukan melalui 4 tahap yaitu :

1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isisan formulir
pengumulan data, apakah data yang ada du formulir sudah lengkap.
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan. Koding ini adalah untuk mempermudah pada saat
analisa data dan juga mempercepat pada saat entri data.
3. Proccessing
Setelah semua isian pengumpulan data terisi penuh dan benar dan sudah
melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar dapat dianalisa. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data
ke paket komputer, yaitu dengan paket program SPSS 10 for windows.
4. Cleaning
Cleaning ( Pembersihan data ) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


41

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Awal Bros

Rumah Sakit Awal Bros Bekasi (RSAB) berdiri diatas tanah seluas 10.130 m2

yang terletak di Jl. K. H. Noer Alie Kav 17-18, Kayuringin, Bekasi Barat. RSAB

mulai beroperasi pada tanggal 8 Agustus 2008 dan terdiri dari 6 lantai. RSAB

merupakan salah satu rumah sakit yang dimiliki oleh Rumah Sakit Awal Bros Grup.

RSAB didirikan oleh PT. Famon Global Awal Bros.

Pada tanggal 15 Februari 2010 RSAB telah bberhasil memperoleh sertifikasi

ISO 9001-2000 untuk sistem Manajemen Mutu, dan pada tanggal 10 Juni 2011 telah

memperoleh Akreditasi penuh di 16 bidang pelayanan yaitu Administrasi dan

Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Rekam Medis, Farmasi,

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Radiologi, Laboratorium, Ruang Operasi,

Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, Perinatal, Risiko Tinggi, Pelayanan Rehabilitasi

Medis, Gizi, Pelayanan Intensif dan Pelayanan Darah.

RSAB memiliki kelas spesifikasi rumah sakit tipe B, yang ditetapkan pada

tanggal 18 Oktober 2010. Dengan jumlah tenaga kerja seperti berikut ini.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


42

Tabel 5.1.
Jumlah Tenaga Kerja RS Awal Bros Bekasi
No. Tenaga Kerja Jumlah
1 Perawat 213
Outsorcing (Gizi, Lab, Running Boy
2 Rekam Medis, Cleaning Service, 258
Security)
3 Farmasi 35
4 Marketing 13
5 Dokter umum 18
6 Dokter Spesialis 80
7 Keungan dan Akuntansi 12
8 SDM dan Umum 6
9 IT 4
10 Staf Diklat 1
11 Staf Logistik 1
12 Rekam Medis 8
13 Radiologi 9
14 Administrasi dan Kasir 36
15 Rehabilitasi Medis 12
TOTAL 701

5.2 Umur
Umur adalah hitungan lama hidup seseorang dari lahir hingga saat penelitian
dilakukan. Berikut adalah analisa untuk melihat distribusi penderita penyakit diare
berdasarkan umur. Variabel umur disajikan dalam data absolut dan pengkategorian
umur menurut WHO.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


43

5.2.1 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur

Berikut ini adalah distribusi penderita penyakit diare dalam data absolut
berdasarkan umur di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011.
Tabel 5.2
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Variabel N Mean Min-Max Sd 95% CI

Umur 414 26,17 0-84 22,82 23,96 28,37

Hasil analisis diatas didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah 26,17
tahun (95% CI : 23,96 28,37) dengan standar deviasi 22, 82 tahun. Umur termuda
responden adalah 0 tahun dan yang tertua 84 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur responden adalah 23,96
sampai dengan 28,37 tahun.

5.2.2 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan kategori Umur


Tabel 5.3
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan kategori Umur
di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011

Umur Frekuensi Persentase (%)

Balita (0-4 tahun) 142 34,3


Anak-anak (5-14 tahun) 26 6,3
Remaja (15-24 tahun) 27 6,5
Dewasa (25-54 tahun) 159 38,5
Lansia (55 tahun) 60 14,5
TOTAL 414 100

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


44

Tabel diatas menerangkan bahwa responden yang menderita diare di rumah


sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 sebagian besar adalah responden dewasa yaitu
159 responden (38,5%). Sedangkan anak-anak adalah responden penderita diare di
rumah sakit Awal Bros dengan frekuensi terendah yaitu 26 responden (6,3%). Selain
itu untuk responden balita, remaja, dan lansia adalah sebagai berikut 142 responden
(34,3%), 27 responden (6,5%), 60 responden (14,5%).

5.3 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis kelamin adalah aspek biologi seseorang meliputi perbedaan komposisi
kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik biologis
lainya. berikut adalah distribusi penyakit diare berdasarkan jenis kelamin di rumah
sakit awal Bros Bekasi tahun 2011.

Tabel 5.4
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011

Jenis Kelamin Frekuensi Persen


(%)
Laki-laki 230 55,6
Perempuan 184 44,4
Total 414 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 414 responden, terdapat 230 responden
(55,6 %) berjenis kelamin laki- laki, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 184 orang (44,4 %).

5.4 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat

Jangka waktu seseorang yang sakit mendapatkan perawatan mulai dari


pertama kali masuk perawatan hingga dinyatakan sembuh. Dalam hal ini adalah diare,

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


45

yaitu waktu mulai masuk rumah sakit sampai konsistensi feses menjadi lembek.
Berikut adalah tabel distribusi penderita diare berdasarkan kelas rawat di rumah sakit
Awal Bros Bekasi tahun 2011.

Tabel 5.5
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011

Kelas Rawat Frekuensi Persentase (%)

SVIP 7 1,7
VIP 80 19,3
I 97 23,4
II 110 26,6
III 120 29,0
TOTAL 414 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi kelas rawat yang terendah
yaitu sebanyak 7 responden (1,7%) menempati ruangan kelas SVIP. Paling banyak
responden menempati ruangan kelas III yaitu sebanyak 120 responden (29 %).
Sedangkan untuk kelas rawat I, II, dan VIP masing- masing adalah 97 responden
(23,4 %), 110 responden (26,6 %), VIP 80 responden (19,3 %).

5.5 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal

Berikut ini adalah distribusi penderita penyakit diare dalam data absolut
berdasarkan umur di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


46

Tabel 5.6
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011

Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%)


Responden
Bekasi Timur 51 12,3
Bekasi Utara 8 1,9
Bekasi Barat 54 13,0
Bekasi Selatan 210 50,7
Kabupaten Bekasi 25 6,0
Luar Bekasi 66 15,9
Total 414 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 414 penderita diare yang
berobat di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 sebagian besar bertempat
tinggal di Bekasi Selatan yaitu sebanyak 210 responden (50,7%). Paling sedikit
responden bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Bekasi Utara yaitu sebanyak 8
responden (1,9%). Selain itu, responden yang tinggal di Bekasi Timur, Bekasi Barat,
Kabupaten Bekasi, Luar Bekasi masing-masing 51 responden (12,3%), 54 responden
(13%), 25 Responden (6,0%), 66 responden (15,9%).

5.6 Lama Rawat

Jangka waktu seseorang yang sakit mendapatkan perawatan mulai dari


pertama kali masuk perawatan hingga dinyatakan sembuh/waktu mulai masuk rumah
sakit sampai konsistensi fese menjadi lembek.

5.6.1 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat

Berikut adalah penyebaran penderita diare dilihat dari lama rawat responden
di rumah sakit Awal Bros Bekasi 2011.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


47

Tabel 5.7
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011

Variabel N Mean Min-Max Sd 95% CI

Lama Rawat Responden 414 3,07 0-14 1,71 2,91 3,24

Tabel diatas menerangkan bahwa rata-rata lama rawat responden atau


penderita diare di rumah sakit Awal Bros tahun 2011 adalah 3,07 hari ( 95% CI : 2,91
3,24 ), dengan standar deviasi 1,71 hari. Dengan lama rawat tersingkat 0 hari dan
lama rawat terpanjang adalah 14 hari. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata lama rawat responden atau penderita diare di
rumah sakit Awal Bros tahun 2011 adalah diantara 2,91 sampai dengan 3,24 hari.

5.6.2 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat

Lama Rawat merupakan salah satu variabel penting untuk mengetahui


gambaran penyakit diare. Pengkategorian lama rawat dapat mempermudah untuk bisa
mengetahui masa rawat seseorang.

Tabel 5.8
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat
Responden Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011

Lama Rawat Frekuensi Persentase


(%)

Sebentar 291 70,3


Lama 123 29,7
Total 414 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden dengan lama


rawat yang dapat digolongkan dalam kategori sebentar sebanyak 291 responden

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


48

(70,3%), sedangkan jumlah responden yang tergolong lama berdasarkan lama


rawatnya adalah 123 orang (29,7%).

5.7 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Rawat


Waktu seseorang dirawat dihitung dalam hitungan bulan. Berikut adalah tabel
distribusi penderita diare berdasarkan bulan dirawat responden di rumah sakit Awal
Bros.

Tabel 5.9
Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Rawat
Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011

Bulan Rawat Frekuensi Persentase


(%)

Januari 28 6,8
Februari 26 6,3
Maret 37 8,9
April 46 11,1
Mei 43 10,4
Juni 25 6,0
Juli 36 8,7
Agustus 30 7,2
September 36 8,7
Oktober 33 8,0
November 29 7,0
Desember 45 10,9
Total 414 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden sebagian besar


terserang penyakit diare pada bulan april yaitu 46 orang (11,1%). Sedangkan paling
sedikit responden terserang diare pada bulan juni yaitu 25 orang (6,0%).
Setiap bulannya rumah sakit Awal Bros Bekasi pada tahun 2011 menerima
pasien penderita diare dengan jumlah yang hampir sama. Pada bulan januari jumlah
penderita diare adalah 28 orang (6,8%), bulan Februari yaitu 26 orang (6,3%), maret

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


49

sebanyak 37 orang (8,9%), pada bulan mei terdapat 43 orang (10,4%) penderita diare,
selanjutnya bulan juli sebanyak 36 orang (8,7%), agustus terdapat 30 orang (7,2%)
penderita diare, pada bulan september sebanyak 36 orang (8,7%), pada bulan oktober
penderita diare mencapai 33 orang (8,0%), November sebanyak 29 orang (7,0%), dan
pada bulan desember sebanyak 45 orang (10,9%) penderita diare).

5.8 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut adalah penyebaran penderita diare dilihat dari kategori umur


berdasarkan jenis kelamin di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011.

Tabel 5.10
Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Kategori Jenis Kelamin Total
Umur Laki-Laki Perempuan
N % N % N %
Balita 142 100 0 0 142 100
Anak-anak 26 100 0 0 26 100
Remaja 25 92,6 2 7,4 27 100
Dewasa 37 23,3 122 76,7 159 100
Lansia 0 0 60 100 60 100
Total 230 55,6 184 44,4 414 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam hal ini penderita
diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 terbanyak adalah balita yang
berjenis kelamin laki-laki yaitu 142 orang, sedangkan balita yang berjenis kelamin
perempuan tidak ada, sehingga proporsi untuk responden balita laki-laki yang
menderita diare di rumah sakit Awal Bros adalah 100%. Begitu pula pada kategori

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


50

umur anak-anak, seluruh penderitanya adalah laki-laki yaitu sebanyak 26 orang


(100%).
Sebaliknya pada kategori umur lansia yang menderita diare seluruhnya adalah
responden perempuan yaitu 60 orang (100%). Pada kategori umur remaja dan dewasa
penderita diare terbagi berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan
nilai proporsi yang agak berbeda jauh, yaitu remaja laki-laki 25 orang (92,6%),
remaja perempuan 2 orang (7,4%), dewasa laki-laki 37 orang (23,3%), dan dewasa
perempuan 122 orang (76,7%).

5.9 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kategori Lama Rawat


Berikut adalah penyebaran penderita diare dilihat dari kategori umur
berdasarkan lama rawat di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011.

Tabel 5.11
Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kategori Lama Rawat Pada Penderita
Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Kategori Lama rawat Total
Umur Sebentar Lama
N % N % N %
Balita 103 72,5 39 27,5 142 100
Anak-anak 17 65,4 9 34,6 26 100
Remaja 20 74,1 7 25,9 27 100
Dewasa 112 70,4 47 29,6 159 100
Lansia 39 65 21 35 60 100
Total 230 55,6 184 44,4 414 100

Tabel diatas menerangkan bahwa dari 414 responden balita laki-laki yang
menderita diare sebanyak 103 orang (72,5%) lama rawatnya relatif sebentar, sisanya

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


51

39 orang (27,5%) mengalami perawatan dalam jangka waktu yang lama. Pada Anak-
anak sebanyak 17 orang (65,4%) intensitas perawatan yang dilakukan tergolong
sebentar, sisanya 9 orang (34,6%) dalam hal jangka waktu perawatannya tergolong
lama.
Responden remaja sebanyak 20 orang (74,1%) dirawat sebentar dan 7 orang
(25,9%) sisanya dirawat lama. Pada golongan umur dewasa 112 orang (70,4%) yang
menderita diare di rumah sakit Awal Bros pada tahun 2011 masa rawat nya adalah
sebentar, sisanya 47 orang (29,6%) masa perawatannya tergolong lama. Lansia
hampir merata pada lama masa perawatanya, yaitu 39 orang (65%) penderita diare
dirawat sebentar, dan 21 orang (35%) sisanya dirawat lama.

5.10 Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kelas Rawat


Berikut adalah penyebaran penderita diare dilihat dari kategori umur
berdasarkan kelas rawat di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011.

Tabel 5.12
Distribusi Kategori Umur Berdasarkan Kelas rawat Pada Penderita Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Kelas Rawat
Kategori Total
I II III VIP SVIP
Umur
N % N % N % N % N % N %
Balita 23 16,2 41 28,9 52 36,6 25 17,6 1 7 142 100
Anak-anak 5 19,2 9 34,6 7 26,9 4 15,4 1 3,8 26 100
Remaja 5 18,5 10 37 7 25.9 4 14,8 1 3,7 27 100
Dewasa 45 28,3 38 23,9 44 27,7 29 18,2 3 1,9 159 100
Lansia 19 31,7 12 20 10 16,7 18 30 1 1,7 60 100
Total 97 23,4 110 26,6 120 29 80 19,3 7 1,7 414 100

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


52

Pada tabel diatas dapat dilihat penyebaran umur penderita diare menempati
ruangan kelas rawat yang tersedia di rumah sakit Awal Bros Bekasi pada tahun 2011
hampir terbagi secara merata, kecuali pada ruang rawat kelas SVIP. Pada setiap umur,
dapat dilihat penderita diare di rumah sakit Awal Bros pada tahun 2011 sebagian
besar menempati ruang kelas III, yaitu 120 orang (29%), dengan pembagian pada
setiap golongan umur sebagai berikut, balita 52 orang( 36,6%), anak-anak 7 orang
(26,9%), remaja 7 orang (25,9%), dewasa 44 orang (27,7%), lansia 10 orang (16,7%).
Berbeda pada kelas SVIP, kelas ini paling sedikit ditempati oleh penderita diare di
rumah sakit tahun 2011 yaitu, balita 1 orang (7%), anak-anak 1 orang (3,8%), remaja
1 orang (3,7%), dewasa 3 orang (1,9%), lansia 1 orang (1,7%).
Setelah ruang rawat kelas III yang banyak ditempati responden, selanjutnya
diikuti oleh ruang rawat kelas II dengan intensitas pemakaian oleh responden yaitu
110 orang (26,6%) dengan pembagian umur berdasarkan kelas rawat sebagai berikut,
golongan umur balita sebanyak 41 orang (28,9%), anak-anak sebanyak 9 orang
(34,6%), remaja 10 orang (37%), dewasa 38 orang (23,9%), lansia 12 orang (20%).
Pada ruang rawat kelas I dan VIP, responden yang menempati ruangan tersebut
hampir sama jumlahnya yaitu 97 orang (23,4%), dan 80 orang (19,3%) dengan
pembagian masing-masing kelas tersebut adalah balita 23 orang (16,2%), anak-anak 5
orang (19,2%), remaja 5 orang (18,5%), dewasa 45 orang (28,3%), lansia 19 orang
(31,7%). Untuk ruang rawat kelas VIP pada golongan umur balita adalah 25 orang
(17,6%), anak-anak 4 orang (15,4%), remaja 4 orang (14,8%), dewasa 29 orang
(18,2%), lansia 18 orang (30%).

5.11 Distribusi Kategori Jenis Kelamin Berdasarkan Lama Rawat


Berikut ini adalah penyebaran penderita diare dilihat dari jenis kelaminnya
berdasarkan lama rawat.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


53

Tabel 5.13
Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan Lama Rawat Pada Penderita Diare
di Rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011
Jenis Kategori Lama Rawat Total
Kelamin Sebentar Lama
N % N % N %
Laki-Laki 161 70 69 30 230 100
Perempuan 130 70,7 54 29,3 184 100
Total 291 70,3 123 29,7 414 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yaitu penderita diare di rumah
sakit Awal Bros tahun 2011 yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan relatif
sebentar masa rawatnya. Jumlah responden dengan penyebaran jenis kelamin
berdasarkan lama rawatnya masing-masing adalah sebagai berikut, laki-laki sebanyak
161 orang (70%) dirawat sebentar, sisanya 69 orang (30%) dirawat lama. Responden
perempuan sebanyak 130 orang (70,7%) dirawat sebentar, dan sisanya 54 orang
(29,3%) dirawat lama.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


54

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian ini dilakukan dengan studi case series, dimana desain ini tidak
ada faktor pembanding sehingga tidak dapat digunakan untuk memberikan
suatu hubungan asosiasi yang valid secara statistik.

b. Peneliti tidak dapat melihat dan meneliti gambaran penyakit diare lewat
penderita secara langsung dilokasi penelitian, dikarenakan peneliti
menggunakan data sekunder yang didapat dari dokumen rekam medis.

c. Keterbatasan data pasien yang ada di rekam medis rumah sakit Awal Bros
Bekasi.

6.2 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Umur

Secara teoritis, umur sebagai salah satu sifat karakteristik tentang orang yang
dalam studi epidemiologi merupakan variabel yang cukup penting karena cukup
banyak penyakit ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang dsebabkan oleh
umur. Peranan variabel umur menjadi cukup penting antara lain, dapat
menggambarkan tentang penyebab penyakit tersebut. Umur juga merupakan faktor
sekunder yang harus diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti perbedaan
frekuensi penyakit terhadap variabel lainnya.

Selain itu, umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang
sangat utama, karena umur mempunyai hubungan erat dengan keterpaparan. Umur
juga mempunyai hubungan dengan besarnya risiko terhadap penyakit tertentu dan
sifat resistensi pada berbagai kelompok umur tertentu.

Pada beberapa penyakit menular tertentu, dalam hal ini diare, menunjukan
bahwa umur muda mempunyai resiko yang tinggi, bukan saja karena tingkat

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


55

kerentananya, melainkan juga pengalaman terhadap penyakit diare yang biasanya


sudah dialami oleh mereka yang berumur lebih tinggi. Begitu pula pada umur tua,
dikarenakan pengaruh tingkat keterpaparan serta proses patogenesisnya yang
memakan waktu lama (Noor Nasry, 2008).

Penelitian ini dilakukan pada subyek dengan kriteria seluruh kelompok umur.
Distribusi atau penyebaran umur penderita diare di rumah sakit Awal Bros sangat
bervariasi. Dari 414 responden yang menderita penyakit diare disini, terdapat bahwa
umur termuda responden adalah 0 tahun dan yang tertua 84 tahun. Dari hasil analisa
diyakini bahwa 95% rata-rata umur responden adalah 23,96 sampai dengan 28,37
tahun.

Untuk mempermudah dalam hal mendeskripsikan variabel umur, peneliti


membagi dalam beberapa kategori, yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa dan
lansia. Berdasarkan analisa peneliti, didapat bahwa responden yang menderita diare
di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 sebagian besar adalah responden
dewasa yaitu 159 responden (38,5%). Sedangkan anak-anak adalah responden
penderita diare di rumah sakit Awal Bros dengan frekuensi terendah yaitu 26
responden (6,3%). Selain itu untuk responden balita, remaja, dan lansia adalah
sebagai berikut 142 responden (34,3%), 27 responden (6,5%), 60 responden (14,5%).

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh divisi Research and
Science Analitico UI dengan data sekunder yang didapat dari Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2007 menyatakan bahwa, diare paling banyak diderita oleh kelompok umur 1-
4 tahun, disusul dengan kelompok umur dibawah 1 tahun. Begitu pula hal nya dengan
pendapat Notoatmodjo, S tahun 2004 yang pada bukunya tertulis bahwa diare lebih
dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga
balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Balita merupakan
kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi yaitu
diare.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


56

Hal ini menjadi menarik, dikarenakan hampir disetiap penelitian yang


dilakukan seseorang atau kelompok orang dalam suatu instansi mendapatkan hasil
dan menyatakan bahwa, penyakit diare banyak diderita oleh kelompok umur dibawah
5 tahun. Pada kenyataan di rumah sakit Awal Bros responden yang menderita diare
paling banyak adalah kelompok umur dewasa (>24 -54 th).

Hal ini dapat disebabkan karena responden yang berobat dirumah sakit Awal
Bros paling banyak adalah kelompok umur dewasa. Umur berkaitan dengan tingkat
kedewasaan atau maturitas. Dalam arti semakin meningkat umur, akan meningkat
pula kedewasaan secara teknik perilaku maupun psikologis. Tetapi terkadang
seseorang dewasa sering lalai dalam perilakunya. Perilaku seorang dewasa yang tidak
lagi perlu kontrol dari orang yang lebih tua, dapat mengakibatkan seseorang terkena
diare.

6.3 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin

Secara teoritis jenis kelamin didefinisikan dengan ciri-ciri fisik, karakter dan
sifat yang berbeda, sehingga jenis kelamin mempengaruhi kebersihan seseorang
(Baharuddin, 1996). Oleh karena itu, setiap karakter dan sifat yang berbeda baik
perempuan maupun laki-laki harus selalu dimotivasi dalam hal menjaga kebersihan
dan kesehatan seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin yang menderita penyakit diare di


rumah sakit awal Bros Bekasi tahun 2012, responden lak-laki lebih banyak yang
menderita diare, yaitu 55,6 % dibandingkan dengan responden perempuan, yaitu
sebesar 44,4 %. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di wilayah
kerja puskesmas bara baraya makasar yang menyatakan bahwa responden
perempuan lebih banyak menderita diare dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat
disebabkan karena responden yang berobat di rumah sakit awal bross bekasi lebih
banyak responden laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, dapat

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


57

disebakan pula karena laki-laki memiliki karakter atau sifat yang cenderung kurang
memperhatikan kebersihan dan kesehatan dibandingkan dengan perempuan.

Tangan dan mulut pria lebih besar dibanding wanita, maka memilliki
permukaan yang luas juga untuk bakteri dapat tumbuh dan berkembang
biak.(Kompas.com)

6.4 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kelas Rawat

Kelas rawat merupakan tempat dimana pasien mendapatkan perawatan untuk


kesembuhan penyakitnya. Kelas rawat di rumah sakit Awal Bros Bekasi secara
reguler terbagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas I, II, III, VIP dan SVIP. Kelas yang
terbagi mempunyai tarif yang berbeda, tentunya dengan didukung oleh fasilitas yang
tersedia dimasing-masing kelas. Tarif kelas I sebesar Rp 480.000; kelas II sebesar Rp
250.000; kelas III sebesar Rp 128.000; kelas VIP sebesar Rp 835.000; dan kelas SVIP
sebesar Rp 1.050.000.

Dengan keterbatasan data yang diperoleh peneliti, yaitu pekerjaan responden


atau orang tua responden (untuk penderita diare balita dan anak-anak), peneliti
menggunakan variabel kelas rawat untuk mendapatkan gambaran tingkat kemampuan
ekonomi responden. Dengan pendekatan asumsi peneliti yaitu, responden yang
menempati kelas dengan biaya tinggi yaitu kelas VIP dan SVIP memilliki status
ekonomi yang tinggi, sebaliknya responden yang menempati kelas rawat dengan
biaya terendah yaitu kelas III, memilliki status ekonomi lebih rendah.
Dari hasil penelitian distribusi penderita penyakit diare berdasarkan kelas
rawat, ternyata didapatkan kelas rawat yang banyak dipakai penderita diare adalah
kelas III yaitu sebesar 120 responden (29%), dan kelas yang paling sedikit dipakai
penderita diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 adalah kelas SVIP yaitu
7 responden (1,7%).

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


58

Jika dilihat dari kelas rawat yang paling banyak digunakan yaitu kelas rawat
III dengan tarif rendah, dapat dikatakan responden atau penderita diare di rumah sakit
Awal Bros Bekasi sebagian besar memilliki status ekonomi rendah.
Dapat disimpulkan bahwa kejadian diare lebih sering muncul pada seseorang
yang status ekonominya rendah.
Hal ini didukung oleh Warman (2006) yang melakukan penelitian di
Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir yang
menyatakan faktor sosial ekonomi mempengaruhi kejadian diare dengan hasil
penelitian seperti berikut keluarga prasejahtera 3,9%, keluarga sejahtera I 79,1%,
keluarga sejahtera II 4,8%, keluarga sejahtera III 4,4%, keluarga sejahtera III plus
7,8%. Pada penelitian Wulandari (2009) di Desa Blimbing Kabupaten Sragen yang
menyatakan sumber air tak terlindungi sebesar 54,3%, dan jenis jamban tidak sehat
yang dimilliki oleh desa tersebut mendapatkan analisa hasil yaitu p= 0,001 atau
signifikan, yang artinya kebutuhan kesehatan yaitu misalnya penyedian air minum
sehat dan jamban dapat dipenuhi jika status ekonomi baik.

6.5 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal

Sebagian besar responden yang berobat di rumah sakit Awal Bros tinggal di
Bekasi, ada juga yang tinggal diluar kota Bekasi. Peneliti membagi daerah lokasi
tempat tinggal responden menjadi 5 wilayah, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi
Selatan, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Kabupaten Bekasi, dan Luar bekasi. Kota Bekasi
memilliki luas wilayah sekitar 210,49 km2. Kondisi topografi kota Bekasi dengan
kemiringan antara 0 2 % dan terletak pada ketinggian antara 11m - 81m di atas
permukaan laut.
Sebagian besar penderita diare di rumah sakit Awal Bros tinggal di wilayah
kecamatan Bekasi Selatan yaitu 210 orang (50,7%). Paling sedikit responden
bertempat tinggal di Kecamatan Bekasi Utara yaitu sebanyak 8 orang (1,9%). Selain
alasan karena berobat dekat dengan rumah, hal ini sejalan dengan data topografi yang

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


59

ada pada profil Kota Bekasi, yang menerangkan bahwa, wilayah dengan ketinggian
dan kemiringan rendah menyebabkan daerah tersebut terjadi banjir, terutama pada
saat musim hujan yaitu, salah satunya adalah Kecamatan Bekasi Selatan.(profil kota
Bekasi)

6.6 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Lama Rawat

Lama rawat dalam hal ini pada penderita diare adalah jangka waktu
seseorang yang sakit mendapatkan perawatan mulai dari pertama kali masuk
perawatan hingga dinyatakan sembuh/waktu mulai masuk rumah sakit sampai
konsistensi feses menjadi lembek. Lama rawat tersingkat penderita diare di rumah
sakit Awal Bros Bekasi tahun 2011 adalah 0 hari, sedangkan lama rawat terpanjang
adalah 14 hari. Rata-rata lama rawat penderita diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi
pada tahun 2011 adalah 3,07 hari.

Peneliti mengkategorikan lama rawat menjadi 2 variabel yaitu, sebentar dan


lama. Responden dikatakan lama dalam masa rawatnya apabila jangka waktu
perawatannya melebihi rata-rata lama rawat seluruh responden dalam setahun, yaitu
3,07 hari. Dikatakan sebentar apabila responden dirawat kurang dari 3,07 hari.
Setelah di analisa, didapatkan sebanyak 70,3% tergolong sebentar dalam masa
perawatanya, sisanya 29,7% termasuk dalam kategori lama dalam masa perawatanya.

Tidak berbeda jauh seperti halnya penelitian yang dilakukan di Surakarta,


mendapatkan keterangan dari unit pelayanan medis RSUD DR. Moewardi Surakarta
tahun 2008 yang menjelaskan bahwa standar pelayanan medis untuk lama perawatan
pasien dengan diagnosis diare adalah 3-5 hari.

6.7 Distribusi Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat

Diare dan gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama terbanyak yang


menyebakan pasien rawat inap di rumah sakit di indonesia tahun 2008 (buletin

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


60

jendela data dan informasi kesehatan volume 2, triwulan 2 DEPKES). Pada tahun
2009 terlihat peningkatan kasus Diare di Indonesia lebih dari 2 kali lipat dari kasus
sebelumnya pada bulan Agustus, dan pada tahun 2010 kasus terbanyak diare di
indonesia pada bulan Februari.

Sedangkan bulan rawat penderita diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi
tahun 2011 paling banyak di bulan April yaitu 46 (11,1%) kasus dan Desember
sebanyak 45 kasus (10,9%) dan kemudian mei sebanyak 43 kasus (10,4%).
Sedangkan Penderita diare yang dirawat inap berjumlah paling sedikit pada bulan juni
sebanyak 25 kasus (6,0%).

6.8 Kategori Umur Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada rumah sakit Awal Bros untuk kategori umur balita laki-laki masih
menempati urutan petama dengan jumlah 142 balita yang menderita, hal ini sejalan
dengan data yang ada di subdit surveillans dan KLB ditjen PP dan PL bahwa jumlah
kasus diare pada tahun 2010 menurut golongan umur balita menempati urutan
pertama terbanyak. Jenis kelamin balita yang dirawat di rumah sakit Awal Bros
berbanding terbalik antara usia balita dan anak-anak dengan usia lansia, pada lansia
semua penderita diare berjenis kelamin perempuan sedangkan pada balita dan anak-
anak semua yang menderita diare berjenis kelamin laki laki. Pada penelitian sebelum-
sebelumnya tidak ada yang menggambarkan tentang kategori umur penderita diare
berdasarkan jenis kelamin.

6.9 Kategori Umur Penderita Diare Berdasarkan Kategori Lama Rawat

Dengan menganalisa variabel kategori umur berdasarkan lama rawat, peneliti


ingin menggambarkan seberapa lama masing-masing kelompok umur dirawat.
Kelompok umur balita yaitu sebanyak 72,5% tergolong relatif sebentar dalam masa
rawatnya. Juga pada masing-masing kelompok umur, masa perawatanya tergolong

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


61

sebentar, anak-anak sebanyak 65,4%, Remaja 74,1%, dewasa 70,4%, lansia 65%.
Tidak ada penelitian sebelumnya yang menggambarkan penyakit diare pada suatu
rumah sakit yang melihat pada kategori umur berdasarkan kategori lama rawatnya.

6.10 Kategori Umur Penderita Diare Berdasarkan Kelas Rawat

Umur penderita diare di rumah sakit Awal Bros tahun 2011 hampir merata
dalam hal menempati kelas rawat, kecuali pada kelas rawat SVIP. Seluruh kelompok
umur sebagian besar menempati ruang kelas III yaitu 29%. Sedangkan ruang SVIP
paling sedikit ditempati oleh penderita diare yaitu sebesar 7%. Tidak ada penelitian
sebelumnya yang menggambarkan penyakit diare pada suatu rumah sakit yang
melihat pada kategori umur berdasarkan kategori kelas rawatnya.

6.11 Kategori Jenis Kelamin Penderita Berdasarkan Lama Rawat

Dengan menganalisa variabel kategori jenis kelamin berdasarkan lama rawat,


peneliti ingin menggambarkan seberapa banyak responden laki-laki dan perempuan
yang menderita diare dalam masa rawatnya. Laki-laki sebesar 70%, dan perempuan
sebesar 70,7% dirawat sebentar. Dapat digambarkan bahwa responden laki-laki dan
perempuan relatif sebentar masa rawatnya. Tidak ada penelitian sebelumnya yang
menggambarkan penyakit diare pada suatu rumah sakit yang melihat pada kategori
jenis kelamin berdasarkan kategori lama rawatnya.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


62

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Dari 414 penderita diare di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012, rata-
rata umur penderita adalah 26,17. Angka ini didapat dari penghitungan SPSS.
Umur termuda responden adalah 0 tahun dan yang tertua 84 tahun. Penderita
diare di rumah sakit Awal Bros pada tahun 2011 sebagian besar adalah
kelompok umur dewasa yaitu 38,5%, sedangkan anak-anak menempati urutan
terbawah sebagai kelompok umur yang menderita diare, yaitu 6,3%.
2. Jenis kelamin penderita diare di rumah sakit Awal Bros tahun 2011, yaitu
laki-laki berjumlah 55,6 % dan perempuan 44,4%.
3. Dari 414 penderita diare, didapatkan kelas rawat yang sering dipakai di rumah
sakit Awal Bros Bekasi pada tahun 2011 adalah kelas III yaitu sebesar 29%.
Yang paling sedikit adalah kelas SVIP yaitu 1,7%.
4. Dari 414 penderita diare yang berobat di rumah sakit Awal Bros Bekasi tahun
2011 sebagian besar bertempat tinggal di Bekasi Selatan yaitu sebanyak
50,7%. Paling sedikit responden bertempat tinggal di wilayah Kecamatan
Bekasi Utara yaitu 1,9%.
5. Bulan rawat pasien diare dirumah sakit Awal Bros paling banyak pada bulan
April yaitu 11,1%, diikuti bulan Desember dan Mei yang masing-masing
yaitu, 10,9% dan 10,4%.
6. Kategori umur balita laki-laki masih menempati urutan petama dengan jumlah
142 balita menderita diare di rumah sakit Awal Bros.
7. Dari 414 penderita diare dirumah sakit Awal Bros, setiap kelompok umur
masa perawatannya tergolong sebentar yaitu kurang dari 3 hari.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


63

8. Umur penderita diare di rumah sakit Awal Bros tahun 2011 hampir merata
dalam hal menempati kelas rawat, kecuali pada kelas rawat SVIP. Seluruh
kelompok umur sebagian besar menempati ruang kelas III yaitu 29%.
Sedangkan ruang SVIP paling sedikit ditempati oleh penderita diare yaitu
sebesar 7%
9. Dapat digambarkan bahwa responden laki-laki dan perempuan relatif sebentar
masa rawatnya. Laki-laki sebesar 70%, dan perempuan sebesar 70,7% dirawat
sebentar.

7.2 Saran
.

1. Mengadakan seminar awam terkait dengan PHBS (Prilaku Hidup Bersih dan
Sehat), sasaran utamanya adalah penderita diare yang pernah dirawat di RSAB

2. Bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dalam hal pelaporan kasus
diare, dengan usulan perbaikan program diare.

3. Lebih meningkatkan sistem informasi pendataan pasien dan medical record


khusunya untuk kasus diare di RS.Awal Bros

4. Mengoptimalkan pelayanan terhadap pasien usia balita di RS.Awal Bros.

5. Membuat grafik minimum dan maksimun kasus Diare berdasarkan bulan di


RS.Awal Bros

6. Memperbanyak ruang kelas dengan fasilitas yang sama dengan ruang kelas III.

7. Perencanaan peralatan (baik ruangan, alat medis) dan obat obatan untuk
persiapan peningkatan kasus diare di bulan bulan tertentu.

8. Dengan melihat gambaran penderita diare di rumah sakit Awal Bros,yaitu


frekuensi balita yang cukup ti
nggi, diharapkan instansi yang bersangkutan mempersiapkan ruangan,
Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


64

pelayanan yang optimal bagi balita yang menderita diare dengan lebih baik
lagi.

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


65

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Diare available at http://id.wikipedia.org/wiki/diare.Oktober

Black RE, Bhutta ZA, Bird SM, Brown KH, Meeks JG, Hidayat A, dkk.

Therapeutic effects of oral zinc in acute and persistent diarrhea in children

in developing countries: pooled analysis of randomized controlled trials.

Am J Nutr. 2000:72;1516-22

Cousins RJ, Hempe JM. 1996. Zink dalam : Brown ML (ed). Present knowledge in
Nutrient 6 th ed. ILSI press. 251-67. Washington, D.C

Departemen Kesehatan RI, 1990. Buku Ajar Diare. Ditjen P2m & PL Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1999. Pemetaan Masalah Manajemen P2M-PL. Ditjen


P2M &PL Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan P2 Diare. Ditjen P2M
& PL Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan


RI.No.125/Mencret/Sk/XI/2001. Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakt
Diare. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta : Depkes RI


2002.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta:


Ditjen PPM dan PL.

Departemen Kesehatan RI, 2006. Telaah Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Asi Pertama ( kolostrum ). www.litbang.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi ke


5. Dep.Kes. R.I.
Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


66

Departemen Kesehatan RI, 2010. Indikator PHBS Rumah Tangga.

Notoatmodjo, soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit : Rineka


Cipta, Jakarta : 35 hal.

Permenkes RI No. 949. Menkes/SK/VIII/2004.

Sunoto, 1990. Upaya Nasional menurunkan Pemberantasan Diare. IAKMI

Sunoto, 1997. Penatalaksanaan Diare Secara Nasional, Majalah, Kesehatan


Masyarakat Indonesia. Tahun XVI.

Wapnir RA. Zinc deficiency, Malnutrition and The Gastrointestinal Tract. J Nutr
2000;130:1388s-92s.

WHO, 2003. Yellow Book, http:// www.cdc.gov

Widjaya, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita, Jakarta: Kawan Pustaka.

Zubir. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diaer Akut Pada Anak 0-35 bulan
(Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten
Bantul. Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-
332

Universitas Indonesia

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


1. Umur

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur responden 414 100.0% 0 .0% 414 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


umur responden Mean 26.17 1.122
95% Confidence Interval for Lower Bound 23.96
Mean
Upper Bound 28.37

5% Trimmed Mean 25.19

Median 26.00

Variance 520.812

Std. Deviation 22.821

Minimum 0

Maximum 84

Range 84

Interquartile Range 43

Skewness .339 .120


Kurtosis -1.185 .239

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid balita 142 34.3 34.3 34.3

anak-anak 26 6.3 6.3 40.6

remaja 27 6.5 6.5 47.1

dewasa 159 38.4 38.4 85.5

lansia 60 14.5 14.5 100.0

Total 414 100.0 100.0

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


2. Jenis Kelamin

Statistics

jenis kelamin responden

N Valid 414

Missing 0

jenis kelamin responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid L 230 55.6 55.6 55.6

P 184 44.4 44.4 100.0

Total 414 100.0 100.0

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


3. Lokasi Tempat Tinggal

Statistics

Lokasi_tempattinggal

N Valid 414

Missing 0

Lokasi_tempattinggal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid bekasi timur 51 12.3 12.3 12.3

bekasi utara 8 1.9 1.9 14.3

bekasi barat 54 13.0 13.0 27.3

bekasi selatan 210 50.7 50.7 78.0

kabupaten bekasi 25 6.0 6.0 84.1

luar bekasi 66 15.9 15.9 100.0

Total 414 100.0 100.0

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


4. Lama Rawat

Descriptives

Statistic Std. Error


Lama Rawat Responden Mean 3.07 .084
95% Confidence Interval for Lower Bound 2.91
Mean
Upper Bound 3.24

5% Trimmed Mean 2.92

Median 3.00

Variance 2.910

Std. Deviation 1.706

Minimum 0

Maximum 14

Range 14

Interquartile Range 2

Skewness 2.213 .120


Kurtosis 9.682 .239

Kategori lama rawat

kat_lamaRawat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sebentar 291 70.3 70.3 70.3

lama 123 29.7 29.7 100.0

Total 414 100.0 100.0

5. Kelas Rawat

kelas rawat responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid I 97 23.4 23.4 23.4
II 110 26.6 26.6 50.0
III 120 29.0 29.0 79.0
SVIP 7 1.7 1.7 80.7
VIP 80 19.3 19.3 100.0
Total 414 100.0 100.0

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


6. Bulan Rawat

bulan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid januari 28 6.8 6.8 6.8

februari 26 6.3 6.3 13.0

maret 37 8.9 8.9 22.0

april 46 11.1 11.1 33.1

mei 43 10.4 10.4 43.5

juni 25 6.0 6.0 49.5

juli 36 8.7 8.7 58.2

agustus 30 7.2 7.2 65.5

september 36 8.7 8.7 74.2

oktober 33 8.0 8.0 82.1

november 29 7.0 7.0 89.1

desember 45 10.9 10.9 100.0

Total 414 100.0 100.0

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


7. Umur Berdasarkan Jenis kelamin

Crosstab

jenis kelamin responden

L P Total
umur balita Count 142 0 142
% within umur 100.0% .0% 100.0%
anak-anak Count 26 0 26
% within umur 100.0% .0% 100.0%
remaja Count 25 2 27
% within umur 92.6% 7.4% 100.0%
dewasa Count 37 122 159
% within umur 23.3% 76.7% 100.0%
lansia Count 0 60 60
% within umur .0% 100.0% 100.0%
Total Count 230 184 414
% within umur 55.6% 44.4% 100.0%

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


8. Umur Berdasarkan Lama Rawat

Crosstab

kat_lamaRawat

sebentar lama Total


umur balita Count 103 39 142
% within umur 72.5% 27.5% 100.0%
anak-anak Count 17 9 26
% within umur 65.4% 34.6% 100.0%
remaja Count 20 7 27
% within umur 74.1% 25.9% 100.0%
dewasa Count 112 47 159
% within umur 70.4% 29.6% 100.0%
lansia Count 39 21 60
% within umur 65.0% 35.0% 100.0%
Total Count 291 123 414
% within umur 70.3% 29.7% 100.0%

9. Umur Berdasarkan Kelas rawat

Crosstab

kelas rawat responden

I II III SVIP VIP Total


umur balita Count 23 41 52 1 25 142
% within umur 16.2% 28.9% 36.6% .7% 17.6% 100.0%
anak-anak Count 5 9 7 1 4 26
% within umur 19.2% 34.6% 26.9% 3.8% 15.4% 100.0%
remaja Count 5 10 7 1 4 27
% within umur 18.5% 37.0% 25.9% 3.7% 14.8% 100.0%
dewasa Count 45 38 44 3 29 159
% within umur 28.3% 23.9% 27.7% 1.9% 18.2% 100.0%
lansia Count 19 12 10 1 18 60
% within umur 31.7% 20.0% 16.7% 1.7% 30.0% 100.0%
Total Count 97 110 120 7 80 414
% within umur 23.4% 26.6% 29.0% 1.7% 19.3% 100.0%

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012


10. Jenis Kelamin Berdasarkan Lama Rawat

jenis kelamin responden * kat_lamaRawat Crosstabulation

kat_lamaRawat

sebentar lama Total

jenis kelamin responden L Count 161 69 230

% within jenis kelamin 70.0% 30.0% 100.0%


responden

P Count 130 54 184

% within jenis kelamin 70.7% 29.3% 100.0%


responden

Total Count 291 123 414

% within jenis kelamin 70.3% 29.7% 100.0%


responden

Gambaran epidemiologi..., Hari Wibowo, FKM UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai