Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANALISISKARAKTERISTIKPARAMETERKOEFISIEN
RESAPANDAERAHGENANGANKECAMATAN
PANAKUKANG
KOTAMAKASSAR
DISUSUN OLEH :
ALLEEN V. M. PATANDUK
D111 09 326
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2013
2
2
2
KATA PENGANTAR
PujidansyukurkamipanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsa,karenaatas
segalaberkatdankaruniaNyasehinggapenulisdapatmenyelesaikantugasakhirini
salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Sipil
FakultasTeknikUniversitasHasanuddin.
1. Drs. Isak Patanduk dan Marosniati Basongan, SE., selaku orang tua yang selalu
memberikan dukungan doa, moril dan materil demi kesuksesan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, MT., selaku Pembantu Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Lawalenna Samang, MS.M.Eng., selaku ketua Jurusan
4. Bapak Dr. Ir. Johannes Patanduk, M.S., selaku dosen pembimbing I, yang telah
5. Bapak Ir. H. Muh. Iskandar Maricar , MT., selaku dosen pembimbing II,atas
6. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas
Hasanuddin.
7. Ir. Yosrihard basongan, MT., dan Dra. Veryati Sanggona selaku orang tua selama
Jcein, Risyane, Rensi, Hery, Imam, Rusmadi, Tamsil, Risal, Siauw, Yusuf dan
Diaz.
10. Seluruh teman-teman angkatan 2009 anggota KMKO Teknik dan KMKO Sipil
khususnya angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan doa kepada
penulis.
11. Y. Deril Salempang, ST,. yang selalu menemani, mendukung dan menemani
penulis.
Dan seluruh pihak lain yang turut membantu menyusun tugas akhir ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, dengan dukungan dan doa akhirnya penulis
Penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini terdapat banyak kekurangan,
mengingat adanya berbagai kendala dan keterbatasan yang ada. Oleh karena itu,
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan Rahmat dan
Kasih-Nya kepada kita, dan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, khususnya mahasiswa yang akan melakukan penelitian dalam bidang yang
serupa. Amin.
Penulis
Alleen V. M. Patanduk
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
5
2.7 Kepadatan Tanah.................................................................................... II 19
2.8.3.1. AASHTO.......................................................................... II - 23
2.8.3.2. USCS................................................................................ II - 29
4.1. Hasil...................................................................................................... IV - 1
4.2 Pembahasan............................................................................................ IV - 2
6
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................. V1
7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi......................................................... II - 1
Gambar 2.2. Lokasi Genangan Kota Makassar.............................. II - 9
Gambar 2.3. Lokasi Genangan di Daerah Panakukang.................. II - 10
Gambar 2.4. Lokasi Pengambilan Sampel..................................... II - 11
Gambar 3.1. Bagan Pelaksanaan Penelitian.................................... III 2
Gambar 3.2 Alat Pengujian Permeabilitas (falling head)..............
Gambar 3.3 Alat rainfall simulator modifikasi............................. III - 13
Gambar 4.1. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Tanah Jln. racing
Center......................................................................... IV - 4
Gambar 4.2. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Tanah
Jln. Pettarani III......................................................... IV - 5
Gambar 4.3 Muka Air Tanah ........................................................ IV 9
Gambar 4.4 Sketsa Tinggi Muka Air Tanah di Lokasi Genangan.. IV 9
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kadar Air dan
Berat Isi Kering Jln. Racing Center............................ IV 10
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kadar Air dan
Berat Isi Kering Jln. Pettarani III................................ IV 11
Gambar 4.7 Grafik hubungan Laju resapan dan Waktu.................. IV 14
Gambar 4.8 Grafik hubungan Laju Limpasan dan Waktu IV 16
8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Volume Genangan Kota Makassar.................................. II - 12
Tabel 2.2. Nilai Tingkat Kerembesan (k)......................................... II - 16
Tabel 2.3. Nilai Koefisien Permeabilitas (k) Beberapa Peneliti...... II - 16
Tabel 2.4. Spesifikasi Specific Gravity (Gs)................................... II - 20
Tabel 2.5. Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO............................... II - 25
Tabel 2.6. Sistem Klasifikasi Tanah USCS...................................... II - 28
Tabel 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian......................................... III - 4
Tabel 4.1. Rekap Hasil Pengujian Tanah Pada Lokasi
Jln. Racing center........................................................... IV - 1
Tabel 4.2. Rekap Hasil Pengujian Tanah Pada Lokasi
Jln. Pettarani III.............................................................. IV - 2
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Karateristik Tanah
Jln. Racing center........................................................... IV - 7
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Karateristik Tanah
Jln. Pettarani III............................................................... IV - 8
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan laju resapan pengujian tanah ............ IV - 12
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan laju resapan pengujian tanah ............ IV - 14
9
DAFTAR LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini kota Makassar merupakan salah satu kota yang sangat berkembang di
Indonesia Timur, bahkan sering disebut sebagai kota Metropolitan. Kota Makassar
resapan air hujan di kota Makassar sangat sulit ditemukan, banyak lahan terbuka telah
beralih fungsi menjadi kawasan perumahan hingga areal pertokoan dan pusat-pusat
perkantoran. Hal ini menyebabkan muka air tanah menjadi dangkal, di atas muka air
tanah biasa dan juga dapat menyebabkan perubahan struktur tanah menjadi sulit
mengalirkan air.
Dengan keadaan yang demikian bila musim penghujan tiba, ada beberapa
wilayah yang tergenang. Beberapa titik rawan genangan, seperti di wilayah timur kota
tergenang air khususnya di Jln. Racing Centre dan Jln. Pettarani III. Secara umum
penyebab dari masalah genangan yang sering terjadi di Kecamatan Panakukang kota
Makassar meliputi pengalihan fungsi lahan merupakan dan perubahan muka air tanah
menjadi dangkal.
beserta jajarannya saat ini untuk mengatasi masalah diatas yakni normalisasi saluran
dan pembangunan kanal. Akan tetapi upaya ini belum dapat mengatasi permasalahan
yang terjadi di kota Makassar. Sehingga dilakukan alternatif lain dengan menganalisa
pembuatan lubang resapan biopori atau lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk
permukaan yang terjadi dapat diminimalisir karena air yang mengalir di permukaan
akan dimungkinkan berinfiltrasi ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih banyak dan
dalam waktu yang lebih singkat. Untuk mendukung kegiatan tersebut maka
2. Berapa besar nilai koefisien permeabilitas (k) jenis tanah di daerah genangan?
3. Apa pengaruh nilai koefisien permeabilitas (k) terhadap laju resapan dan laju
genangan.
3. Menganalisis pengaruh koefisien permeabilitas (k) terhadap laju resapan dan
2
a. Pengujian karateristik tanah mengacu pada standar ASTM dan SNI.
b. Material tanah yang dipergunakan adalah tanah yang diambil dari dua lokasi
III.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini berbentuk penelitian eksperimental. Dimana terdiri
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan batasan masalah serta sistematika
penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, merupakan bab yang memberikan uraian tentang
air dalam tanah, air tanah, genangan banjir pada tititk genangan di kecamatan
rembesan, kepadatan tanah, karateristik tanah, struktur tanah, klasifikasi tanah, bahan
material pengganti yaitu bongkahan bangunan dan bongkahan batu gunung. Serta
tanah untuk mengetahui daya resapan, pengujian kepadatan, pengujian berat jenis,
kompaksi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN, merupakan bab yang menganalisa dan
membahas hasil penelitian yang diperoleh dari analisa perhitungan yang dilakukan
sebelumnya.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan bab yang berisi kesimpulan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus hidrologi adalah gerakan air dari laut dan danau ke udara mealalui
penguapan akibat radiasi matahari (evaporasi) dan kemudian bergerak dibawa oleh
angin, selanjutnya jatuhnya ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk
presepitasi (hujan, salju, hujan bongkahan es dan sebagainya), dan akhirnya mengalir
4
ke laut dan danau kembali. Presipitasi itu sebagian jatuh ke dalam tanah yang
membentuk limpasan permukaan (suface runoff) yang mengalir kembali ke danau dan
Air yang ada di bumi terdiri dari tiga bentuk yaitu cair, padat dan gas dengan
tingkat gerakan bervariasi. Penguapan dari badan air di laut dan danau, yang formasi
gerakannya seperti awan, hujan, salju, sungai dan air tanah, maka semua bentuk
Sebagian air masuk ke dalam tanah (infiltration) dan bergerak jauh menembus
jauh ke dalam tanah (percolation) menjadi air tanah (ground water). Sebagian air
yang jatuh tertahan oleh pohon, bangunan dan sebagainya disebut intersepsi
(interception) gerakan air dari laut dan danau ke udara mealalui penguapan akibat
radiasi matahari dan kemudian bergerak dibawa oleh angin, selanjutnya jatuhnya ke
5
permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presepitasi (salju,es dan sebagainya),
dan akhirnya mengalir ke laut dan danau kembali ke atmosfir sebelum sampai ke laut
Jadi siklus hidrologi merupakan alat yang baik untuk menggambarkan lingkup
hidrologi yang memisahakan antara presipitasi pada daratan dan kembalinya air ke
atmosfer atau lau. Siklus tersebut jg menunjukan 4 macam proses yang perlu
- Presipitasi (precipitation)
- Evaporasi (evaporation)
- Infiltrasi (infiltration)
- Limpasan permukaan/air tanah (surface stream flow/ ground water)
salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat ruang pori
di antara butir tanah. Air sangat berpengaruh pada sifat-sifat teknis tanah, khususnya
tanah berbutir halus. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah di sebut permeable,
seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit
dilalui air tanah disebut lapisan impermeabel, seperti lapisan lempung atau geluh.
Terdapat tiga zona penting pada lapisan tanah yang dekat dengan permukaan
bumi, yaitu :
2. Zona kapiler
6
Pada zona jenuh atau zona di bawah muka air tanah, air mengisi seluruh
rongga-rongga tanah. Pada zona ini tanah dianggap dalam keadaan jenuh sempurna.
Batas atas dari zona jenuh adalah permukaan air tanah atau permukaan freatis, karena
itu air yang berada di dalam zona ini di sebut air tanah atau permukaan freatis.
Zona kapiler terletak di atas zona jenuh, ketebalan zona ini tergantung dari
macam tanah. Akibat tekanan kapiler, air mengalami isapan atau tekanan negatif.
Zona tak jenuh yang berkedudukan paling atas, adalah zona di dekat permukaan
tanah, di mana air dipengaruhi oleh penguapan akibat sinar matahari dan akar
2.3 Permeabilitas
Kemampuan tanah untuk dapat dirembesi air disebut daya rembesan
(permeability). Rembesan air dalam tanah hampir selalu berjalan secara linear yaitu
jalan atau garis yang ditempuh air merupakan garis dengan bentuk teratur (smooth
curve). Dalam hal ini kecepatan merembes adalah menurut suatu hukum yang disebut
Hukum Darcy (Darcys Law). Sebab utama rembesan terjadi adalah karena
kecenderungan air mengalir akibat gravitasi atau terdorong oleh suatu kondisi.
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berongga yang memungkinkan
air atau cairan lainnya untuk menembus atau merembes melalui hubungan antarpori.
(Djatmiko Soedarmo,dkk,2001)
Permeabilitas tanah merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk
memperkirakan volume air rembesan pada pekerjaan galian sedalam muka air tanah
atau lebih dalam. Air yang merembes di dalam tanah, biasa mengalir mengikuti
7
Koefisien permeabilitas terutama tegantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara
garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin
rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang
mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah
ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-
lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk
aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada
dalam percobaan ini bila ada cukup banyak air dapat merembes ke dalam
contoh tanah dalam waktu tidak terlampau lama maka percobaan ini dapat
dilakukan.
Persamaannya adalah:
QL
k= . (2.1)
A h t
8
t = waktu pengujian (detik)
apabila daya rembes tanah kecil, maka air yang merembes ke dalam
dt= aL ( )
dh
0 hi Ak h
aLh 1
hi
t=
Ak
ln ( )
hf
aL hi
k =2,303
At( ) ( )
log
hf
........................................(2.2)
Dimana : k = koefisien permeabilitas (cm/detik)
a = luas potongan melintang (cm2)
l = panjang sampel (cm)
A = luas potongan melitang sampel (cm2)
hi = tinggi air mula-mula (cm)
hf = tinggi air akhir percobaan (cm)
t = waktu pengujian (detik)
9
Koefisien Permeabilitas (k)
Jenis Tanah Keterangan
No. m/det
1. Kerikil >10-1 Permeabilitas tinggi
4. Pasir lanau - -
Lanau 0,001-0,00001
Das (1995)
Lempung Kurang dari 0,000001
Secara umum untuk bahan drainase, nilai kerembesan (k) tanah yang cocok
adalah:
Q= A v (2.4)
Q= A k i (2.5)
Teori rembesan yang dipelajari didasarkan pada analisis dua dimensi. Bila tanah
dianggap homogen dan isotropis, maka dalam bidang x-z hukum Darcy dinyatakan
sebagai berikut:
h
Vx = kix = -k
. (2.6)
(tinggi x energi
total h
h
Vz = kiz =-k
z .. (2.7)
berkurang dalam arah Vxd an Vz)
Sebuah elemen tanah jenuh air memiliki dimensi dx, dy dan dz pada bidang x,y,
dan z, dengan aliran air hanya pada bidang x dan z. komponen-komponen kecepatan
aliran yang memasuki elemen-elemen tersebut adalah Vxd an Vz dan laju perubahan
kecepatan aliran tersebut dalam arah x dan z berturut-turut adalah Vx/x dan Vz/z.
11
Pori-pori tanah saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain,
sehingga air dapat mengalir dari titik dengan energi tinggi ke titik dengan tinggi
energy yang lebih rendah. Untuk tanah, permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah
Tahanan terhadap aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, bentuk
butiran, rapat massa, serta berbentuk geometri rongga pori. Temperatur juga
mempengaruhi tahanan aliran. Walaupun secara teoritis, semua jenis tanah lebih atau
kurang mempunyai rongga pori, dalam praktek, istilah mudah meloloskan air
Sebaliknya, tanah disebut kedap air (impermeable), bila tanah tersebut mempunyai
kemampuan meloloskan air yang sangat kecil. (Hary Christady Hardiyatmo, Maret
2010)
faktor. Setidaknya ada enam faktor utama yang mempengaruhi permeabilitas tanah,
yaitu:
1. Viskositas cairan, yaitu semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas
12
6. Derajat kejenuhan tanah, yaitu semakin jenuh tanahnya, koefisien
permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori
makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal. Tanah adalah
kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini
memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga dari satu titik
yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang memungkinkan air
melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. Sifat ini
berasal dari sifat alami granular tanah, meskipun dapat dipengaruhi oleh faktor lain
(seperti air terikat di tanah liat). Jadi, tanah yang berbeda akan memiliki permeabilitas
yang berbeda.
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara
garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin
rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang
mengandung butiran-butiran halus memiliki harga K yang lebih rendah dan pada
tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya
berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas
untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar
13
1. Tekstur, tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini
tanah yang bertekstur pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah.
2. Struktur, struktur juga mempengaruhi permeabilitas. Semakin
biasanya diisi air atau udara. Pori sangat menentukan sekali dalam
kental air tersebut, maka semakin sulit juga air untuk menembus tanah
tersebut.
5. Gaya gravitasi, gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat
14
5. Erosi, pengikisan juga dipengaruhi oleh permebilitas, semakin baik
Melihat cara pergerakannya, air kapiler itu dapat dibagi dalam air kapiler yang
maximum air yang naik, maka dalam penyelidikan pergerakan air kapiler, gaya itu
balik terhadap diameter pipa kapiler. Jadi makin banyak tanah itu mengandung butir-
butir yang halus, makin tinggi kenaikan air dan makin besar butir-butir tanah makin
kecil kenaikan airnya. Sebaliknya makin kecil butir-butir tanah, makin kecil
sendiri dan tidak berhubungan dengan air tanah. Pergerakan air adhesif itu terutama
hanya terjadi pada permukaan butir-butir tanah untuk mengisi bagian-bagian kosong
Lokasi titik genangan banjir pada kota Makassar pada umumnya berada pada
kawasan permukiman, di mana pada saat curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran
permukaan tidak cepat diserap atau saluran pembuangan ada yang kurang dapat
menampung aliran air hujan yang ada. Kategori banjir atau genangan yang ada di
15
Dari 14 kecamatan di Kota Makassar, kacamatan Panakukang diantaranya
masuk kategori rawan bencana, baik banjir, kebakaran dan angin kencang. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi geografis maupun pola tata ruang dan kepadatan penduduk
Kota Makassar, mencatat terdapat lebih dari 70 titik genangan yang tersebar di hampir
16
Keterangan
Lokasi genangan
Lokasi Tidak Tergenang
17
Keterangan
Lokasi genangan
Lokasi Tidak Tergenang
18
Pada wilayah Kecamatan Panakukang beberapa daerah banjir disebabkan karena
tidak adanya aliran drainase yang baik dan kondisi tanahnya tidak mampu menyerap
air dengan baik, seperti yang terjadi pada Jl. Pettarani III dan di sepanjang Jl. Racing
1111
1
Gambar 2.4 Lokasi Pengambilan sampel (Jln. Racing Center dan Jln.Pettarani III).
Sumber : Johannes Patanduk, 2011.
Berdasarkan peta lokasi genangan di atas, terdapat 2 titik yang menjadi lokasi
pengambilan sampel yakni titik 1 (Sampel Jln. Racing Centre) dan titik 2 (Sampel Jln.
Pettarani III).
19
Tabel 2.1 Volume Genangan Kota Makassar
(d) dari tanah yang bersangkutan. Apabila air ditambahkan ke dalam tanah
yang sedang dipadatkan, air tersebut berfungsi sebagai pelumas dari butiran tanah
sehingga butiran tanah tersebut akan mudah bergerak untuk mendekat satu sama lain
hingga keadaan yang paling padat dapat dicapai. Untuk tenaga pemadatan yang sama,
berat volume tanah yang dipadatkan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar
air. Kadar air dimana kepadatan maksimum dicapai oleh suatu telah dinamakan
20
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan tanah adalah :
- Spesifik gravity
b. Kadar air
2. Jenis tanah (gradasi, kohesif atau tidak, ukuran butir, dan sebagainya)
3. Kadar air
Kepadatan tanah dapat dilihat dari nilai bulk densitas. Bulk densitas (berat isi)
merupakan kepadatan massa tanah utuh dibagi seluruh volume yang ditempati tanah,
Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran
Ww
W= 100 (2.8)
Ws
21
w 1w 2
W= 100
w 2w 3
(2.9)
(gram)
(2.11)
w 2w 1
Gs=
( w 4w 1 )(w 3w 2)
22
(2.12)
yang ada pada tanah. Ada dua cara yang umum yang dilakukan untuk mendapatkan
melalui satu ayakan dimana lubang-lubang ayakan tesebut makin kecil secara
23
berurutan. Hasil-hasil dari analisa saringan biasanya dinyatakan dalam persentase dari
berat total.
Ukuran dari partikel tanah sangat beragam dengan variasi cukup besar. Tanah
umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), atau
lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah
beberapa jenis tanah yang berbeda-beda. Selain itu ada tiga parameter dasar yang
dapat ditentukan dari kurva tersebut, dan dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
(coefficient of gradation).
(2.13)
Cc = koefisien gradasi
24
D30 = Diameter butiran yang berhubungan dengan 30% lolos (mm)
menjelaskan bahwa tanah tersebut semakin seragam. Cu sama dengan 1 berarti tanah
hanya mempunyai satu ukuran. Tanah dengan gradasi baik memiliki nilai Cu> 15 atau
lebih dan nilai Cc antara 1 dan 3. Tanah yang bergradasi sangat jelek misalnya, pasir
subkelompok yang menunjukkan sifat atau kelakuan yang sama. Klasifikasi tanah
sangat membantu perancang dalam memberikan pengarahan secara empiris yang telah
Sebagian besar sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan
rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti ukuran
butiran dan plastisitas. Saat ini terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah tetapi tidak
ada satupun yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas mengenai segala
bervariasi.
tanah, formasi batuannya, ukuran butirnya, warna, tekstur dan konsistensi dari
biasanya tanah secara sepintas dibagi dalam tanah berbutir kasar dan berbutir halus
berdasarkan suatu hasil analisa mekanis. Ada 2 sistem klasifikasi yang paling sering
25
digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah, yaitu sistem klasifikasi AASHTO dan
USCS.
tanah dalam perancangan timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem klasifikasi
ini pertama kali di kembangkan oleh Hogentogler dan Terzaghi pada tahun 1929,
A-7 termasuk sub-sub kelompok. Tanah yang diklasifikasikan kedalam A-1, A-2, dan
A-3 adalah tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut
lolos ayakan No. 200. Tanah dimana lebih dari 35% butiran lolos ayakan No. 200
diklasifikasikan kedalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Tanah-tanah dalam tiap
rumus empiris. Pengujian yang digunakan hanya analisis saringan dan batas-batas
Atterberg.
Indeks kelompok (group indeks) (GI) digunakan untuk mengetahui lebih lanjut
GI = (F 35) [(0,2 + 0,005) (LL 40)] + 0,01 (F 15) (PI 10) .............................(2.15)
Dimana:
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
26
Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin tinggi, semakin berkurang ketepatan
sampai A-3. Tanah A-1 granuler yang bergradasi baik, sedang A-3 adalah pasir yang
bergradasi buruk. Tanah A-2 termasuk tanah granuler (kurang dari 35% lolos saringan
no. 200), tetapi masih terdiri atas lanau dan lempung. Tanah berbutir halus
diklasifikasikan dari A-4 sampai A-7, yaitu tanah lempung-lanau. Sistem klasifikasi
a. Ukuran butiran:
Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm
(0,075 mm).
b. Plastisitas:
27
2.5 Tabel Sistem Klasifikasi AASTHO
28
2.7.3.2 Sistem Klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System)
pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang. Sistem klasifikasi ini biasanya juga
pasir dimana kurang dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan
No. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau
dari 50 % berat total contoh tanah lolos saringan No. 200. Simbol dari
gambut (peat), muck dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang
tinggi.
GP, GM, GC, SW, SP, SM, dan SC. Untuk klasifikasi yang benar,
1. Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi
halus)
2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 40
29
3. Koefisien keseragaman (uniformity coefficient, Cu) dan
No.200).
Bilamana persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 adalah antara 5
12%, simbol ganda seperti GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GS, SW-SM, SW-
Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol seperti ML, CL, OL, MH,
CH, dan OH didapat dengan cara menggambar batas cair dan indeks plastisitas
diberikan dalam tabel 2.2. garis diagonal pada bagan plastisitas dinamakan garis
LL = Batas Cair
30
Tabel 2.6 sistem klasifikasi tanah USCS
31
2.8 Peneliti Terdahulu
daerah genangan Perumahan Bung, BTN Hamzy, dan Kompleks BTP adalah sebagai
berikut :
1. Nilai koefisien permeabilitas (k) pada Perumahan Bung, BTN Hamzy, dan Kompleks
BTP secara berturut turut yaitu 1,38x104 cm/det, 1,23x104 cm/det, dan
permeabilitas rendah. Berdasarkan pengujian berat jenis tanah (specific gravity) hasil
yang diperoleh yaitu 2,41, 2.35, dan 2,45, menunjukkan bahwa tanah di ketiga lokasi
(berat volume dan kadar air) menunjukkan bahwa kondisi tanah ketiga lokasi dalam
keadaan lembab.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi resapan adalah jenis tanah dan ukuran butiran , nilai
permeabilitas, kepadatan tanah, kadar air dalam tanah, dan tinggi muka air tanah.
3. Salah satu cara penanggulangan banjir adalah dengan pembuatan sumur resapan
pada daerah pemukiman. Nilai debit (Q) pada sumur resapan dari ketiga lokasi
adalah Perumahan Bung sebesar 0,00168 cm/det , BTN Hamzy sebesar 0,00134
cm/det dan Kompleks BTP sebesar 0,00093 cm/det. Dengan melihat tinggi
muka air tanah yang kurang dari 3 m, maka pada tempat penelitian tidak dapat
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah penelitian
eksperimen laboratorium berupa pengujian sifat teknis dan sifat fisik tanah. Tanah diperoleh
mekanika tanah. Penentuan lokasi genangan banjir yang akan diteliti didasarkan pada daerah
yang memiliki bebrapa titik genangan pada kecamatan yang sama pada kecamatan
Panakukang. Pada penelitian ini mengambil dua wilayah yaitu Jln. Racing Centre dan Jln.
Pettarani III.
Hal-hal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mempersiapkan material yang
akan digunakan dan alat yang akan digunakan dalam pengambilan sampel di lapangan dan
pengujian di laboratorium.
sebagai berikut:
a) Studi pendahuluan; terdiri dari pengumpulan bahan pustaka dan penyiapan peta
Pengambilan Sampel di
Lapangan
Analisa Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
3. 2. 1 Data Sekunder
yang ada di lembaga atau instansi yang terkait dengan lokasi penelitian. Adapun data
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari pengujian
e) Batas-batas atterberg
g) Permodelan
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
(hand boring)
g) Kunci pipa
a) Tabung permeabilitas
b) Batu berpori
c) Corong
d) Buret
e) Gelas ukur
f) Slang
g) Stopwatch
h) Aquades
i) Jangkas sorong
j) Ring contoh
c) Oven
d) Desicator
f) Jangka sorong
g) Pan
Pengujian Berat Jenis
a) Oven
b) Saringan no.40
d) Timbangan
e) Corong
a) Timbangan
b) Talam
c) Oven
d) Palu karet
e) Kuas
g) Sieve shaker
Pengujian hydrometer
b) Saringan no.200
f) Stopwatch
a) Saringan no.40
b) Plat kaca
c) Spatula
e) Grooving tool
f) Container
g) Timbangan
h) Oven
j) Mangkuk porselin
k) Mangkuk peluber
Pengujian Kompaksi
f) Square pan
g) Conatainer
h) Graduated cylinder
i) Scoop,trowel,pisau pemotong
j) Rubber mallet
Pengujian permodelan
b) Sampel Tanah
j) Kontainer/cawan
k) Plastik Penutup
l) Timbangan
m) Waterpass
n) Stopwatch
Tiap daerah genangan ditentukan satu titik. Pengambilan sampel tanah tidak
ditentukan dengan kedalaman 1 m. Sampel tanah yang telah diambil dari lubang
kelembaban air, dengan tujuan untuk menjaga struktur tanah dan komposisi fisik
sesuai dengan kondisi aslinya sampai dikeluarkan dari tabung untuk ditest di
laboratorium.
e. Mencatat tinggi hidrolik awal dan akhir air yg masuk ke dalam buret
h
Luas pipa (a)
h0
Contoh tanah
h (Luas A)
Percobaan Kadar air dan Berat Isi, dilakukan dengan cara pengujian kadar air
sebagai berikut:
a. Menimbang kosong cincin atau ring dengan diameter 6,35 cm dan tebal 2
cm.
b. Memasukkan ring pada tanah di lapangan sampai cincin terisi penuh oleh
tanah.
menggunakan spatula.
kadar airnya.
tanah.
berikut :
gram.
d. Menambahkan air suling ke dalam piknometer yang berisi tanah hingga
mendiamkannya.
terlebih dahulu.
b. Menyiapkan satu set saringan (saringan 4, 10, 18, 40, 60, 100, 200 dan
pan)
gram.
tertinggal.
berikut :
a. Tanah dari hasil analisa saringan yang lolos saringan no.200 sebanyak 50
gram.
24 jam.
d. Menambahkan air suling ke dalam gelas ukur hingga volume 1000 ml.
menit.
bagian permukaannya.
d. Buat alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam cawan,
gram dan buat gulungan tanah di atas plat kaca dengan diameter
sepanjang 1 cm.
cara menggunakan air raksa, isi mangkok dengan air raksa, ratakan
lubang.
c. Ambil salah satu sampel kemudian tambahkan dengan air sedikit demi
tangan lalu dibuka, tidak hancur dan tidak lengket. Setelah di dapat
campuran tanah seperti ini, catat jumlah air yang ditambahkan tadi.
e. Timbang mold standar dalam keadaan bersih dan kosong, kemudian olesi
dengan oli.
f. Setelah itu masukkan tanah ke dalam mold lalu padatkan dalam tiga
timbang.
g. Keluarkan sampel tanah dari mold, kemudian ambil sebagian sampel
Center dan 35,71 % untuk sampel tanah Jln. Petterani III, maka dilakukan
penambahan air sesuai dengan perhitungan kadar air 38,71 % dan 35,71
pengujian
f. Tanah yang akan digunakan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan /
dihitung volumenya.
g. Memasukkan tanah tiap sepertiga bagian dan dikompaksi dengan alat
kompaksi.
h. Kompaksi dilakukan dengan penumbukan tujuh kali untuk setiap titik
diinginkan sebesar 60 %.
i. Model pengujian resapan tanah dilakukan dengan intensitas 351,892
Selanjutnya air limpasan (run off) ditampung pada wadah yang berbeda,
dan diukur besarnya setiap lima menit selama satu jam pengujian hingga
resapannya.
4.1 Hasil
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, diperoleh karakteristik tanah genangan di dua
Tabel 4.1 Rekap Hasil Pengujian Tanah pada Lokasi Jln. Racing Center
Batas-batas atterberg
5 a. Batas cair 40,49 %
b. Batas plastis 26,62 %
c. Batas susut 23,57 %
d. Indeks plastis 14,32 %
6. Kompaksi
a. Kadar air optimum 38,71 %
b. Berat isi kering 1,23 gr/cm3
Tabel 4.2 Rekap Hasil Pengujian Tanah pada Lokasi Jln. Pettarani III
4.2 Pembahasan
Banjir banyak terjadi pada daerah dataran rendah dan daerah dekat sungai. Seperti
pada daerah penelitian yaitu pada Jln. Racing Center dan Jln. Pettarani III. Dari hasil
Pada kedua lokasi tergolong sebagai wilayah dataran rendah dan datar sehingga
rentan terhadap bencana banjir. Genangan banjir terjadi akibat kurangnya kemampuan tanah
dalam meloloskan air. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
jenis (specific gravity) antara 2,373- 2,491. Dimana untuk Jln. Racing Center
nilai Gs sebesar 2,373, untuk Jln. Pettarani III sebesar 2,491. Hal ini
mineral halloysite. Dimana kedua jenis tanah genangan termasuk dalam salah
satu mineral lempung. Jenis tanah lempung menurut USCS memiliki ukuran
butiran < 0,075 mm. Suatu jenis tanah berbutir halus, bila terkena air dan
partikel tiap daerah penelitian. Menurut AASHTO dan USCS klasifikasi tanah
kurang dari 35% seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 mengandung
diperoleh tanah yang lolos ayakan No.200 antara 2,2-5,4 %. Dimana untuk Jln.
Racing Center sebesar 2,2 %, untuk Jln. Pettarani III sebesar 5,4 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua jenis tanah lokasi genangan tersebut berjenis A-2-7
yaitu tanah Sand Clay atau Pasir Berlempung Campuran Pasir Lempung.
110
100
90
80
Persen Lolos (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
10 1 0.1 0.01
Diameter Saringan (mm)
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Ukuran Partikel Tanah Jln. Racing Center
110
100
90
80
70
Persen Lolos (%)
60
50
40
30
20
10
0
10 1 0.1 0.01
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Ukuran Partikel Tanah Jln. Pettarani III
2. Permeabilitas
Racing Center sebesar 2,099 x 10-4 cm/det, untuk Jl. Pettarani III ,.856 x 10-4
3. Konsitensi Tanah
Kadar air dinyatakan dalam persen dimana terjadi transisi dari keadaan
padat ke keadaaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit).
batas plastis (plastic limit). Dan dari keadaan plastis ke keadaan cair disebut
4. Kepadatan Tanah
Semakin tinggi kepadatan tanah pada suatu lahan maka rembesan yang
terjadi akan semakin kecil. Hal ini disebabkan pada tingkat kepadatan yang
semakin tinggi maka ruang antar pori di dalam tanah juga semakin rapat.
Dimana partikel-partikel tanah akan saling berimpit satu sama lain. Hal ini
mengakibatkan air hujan yang jatuh akan semakin cepat berubah menjadi aliran
terjadi ketika tanah sudah mencapai titik jenuh atau tanah sudah terendam
Racing Center 40,74 % dan Jln. Pettarani III 35,00 %. Dari nilai kadar air di
Jika tanah dalam kondisi lembab maka infiltrasi akan lebih rendah
dibanding tanah dalam kondisi kering. Ini disebabkan tanah yang lembab
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Karakteristik Tanah Jln. Racing Center
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Karakteristik Tanah Jln. Pettarani III
lokasi hampir mendekati permukaan ini sehingga ketika hujan tanah menjadi
jenuh dan air hujan tidak mampu meresap ke lapisan tanah karena itu terjadi
(a) (b)
40 cm
120 cm
120 cm
karakteristik pemadatan dari sampel sehingga dapat diketahui berat tanah gembur
1.50
1.40
1.30
1.20
1.10
1.00
0.90
0.80
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Kadar Air (%)
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kadar Air dan Berat Isi Kering Jln. Racing Center
Grafik Hubungan Kadar Air dengan Berat Isi Kering
1.70
1.60
1.50
Berat Isi Kering (gr/cm3)
1.40
1.30
1.20
1.10
1.00
0.90
0.80
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Kadar Air (%)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kadar Air dan Berat Isi Kering Jln. Pettarani III
pengujian permeabilitas diperoleh jenis tanah lanau dimana jenis tanah ini lambat
meloloskan air maka sangat mudah terjadi genangan. Peneliti terdahulu tidak
USCS.
dimana hasil yang didapatkan penulis di daerah genangan Jln. Racing Center dan
meloloskan air atau memiliki nilai koefisien permeabilitas yang sangat rendah.
genangan Perumahan Bung, BTN Hamzy, Kompleks BTP, Jln. Racing center,
dan Jln. Pettarani III memiliki jenis tanah yang hampir sama.
4.2.2 Analisis Pengaruh Koefisien Resapan Terhadap Laju Resapan dan Laju
Limpasan
mengetahui kemampuan material tanah untuk dapat dirembesi oleh air. Dari hasil
tanah pada daerah genangan Jln. racing center 2,099 x 10-4 cm/detik. Daerah
tergenang memiliki kadar air tanah 40,74 %, berat volume basah tanah 1,850
gr/cm3 dan berat volume kering tanah 1,300 gr/cm3. Pada daerah genangan Jln.
tergenang memiliki kadar air tanah 35,00 %, berat volume basah tanah 1,740
Contoh perhitungan laju resapan material tanah Jln. Racing Centre dengan
ketinggian 15 cm :
= 16 cm3/menit
= 125 cm x 50 cm
= 6250 cm2
= 16/6250
= 0.00256 cm/menit
= 0.025 mm/menit
Dari hasil perhitungan laju resapan pada tanah dapat diperlihatkan pada
Sampel Tanah Jln. Racing Centre Sampel Tanah Jln. Pettarani III
Waktu Resapan Laju Resapan Waktu Resapan Laju Resapan
(menit) (ml) (mm/menit) (menit) (ml) (mm/menit)
5 0 0 5 0 0
10 80 0,0256 10 95 0,0304
15 125 0,04 15 225 0,072
20 455 0,145 20 520 0,1664
25 650 0,208 25 725 0,232
30 855 0,274 30 975 0,312
35 952 0,305 35 1045 0,3344
40 1150 0,368 40 1190 0,3808
45 1255 0,402 45 1275 0,408
50 1270 0,41 50 1305 0,4176
55 1285 0,411 55 1305 0,4176
60 1285 0,411 60 1305 0,4176
0.45
0.4
Hasil perhitungan laju resapan sampel tanah Jln. Racing center dengan
ketebalan lapisan tanah 15 cm terjadi pada menit ke-10 dengan laju resapan
sebesar 0,0256 mm/menit. Resapan konstan terjadi pada saat menit ke-55, berarti
tanah sudah jenuh terhadap resapan. Sedangkan hasil perhitungan laju resapan
sampel tanah Jln. Pettarani III dengan ketebalan lapisan tanah 15 cm terjadi pada
menit ke-10 dengan laju resapan sebesar 0,0304 mm/menit. Resapan konstan
terjadi pada saat menit ke-50, berarti tanah sudah jenuh terhadap resapan. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel tanah dengan nilai permeabilitas yang kecil akan
memungkinkan terjadinya resapan yang kecil dan lebih lambat apabila terjadi
hujan.
Grafik laju resapan terhadap waktu berawal dari bawah dan terus meningkat
diakibatkan karena pada saat waktu awal volume air hujan yang diterima masih
sedikit dibandingkan dengan volume air hujan pada saat akhir percobaan. Seiring
meningkat. Namun, pada saat tanah mencapai titik jenuh kemampuan resapan
semakin sangat kecil sehingga dapat diperkirakan dalam waktu lebih dari 60
tertentu tidak terjadi lagi resapan tetapi akan terjadi genangan. Maka dapat
diperoleh grafik dari data resapan tidak akan terus meningkat tetapi akan kembali
menurun akibat poro-pori tanah yang telah terisi air (kondisi tanah jenuh) yang
nantinya akan menyebabkan genangan. Dan dengan jenis tanah yang tergolong
tanah pasir berlempung dimana pada saat kering kondisi tanah keras, namun
pada saat basah kondisi tanah menjadi lengket atau disebut memiliki sifat plastis
dan pada pengujian karakteristik tanah, tanah termasuk dalam kondisi tanah
lembab. Dari kedua kondisi tanah di atas secara tidak langsung menyebabkan
laju resapan pada waktu awal menjadi sama dengan waktu berikutnya karena
volume pori tanah dan jenis tanah yang awalnya telah di aliri air.
Dari hasil perhitungan laju limpasan dengan intensitas curah hujan sebesar
351,892 mm/jam atau dengan ketinggian 5,3 cm didapatkan dari simulasi hujan
Contoh perhitungan laju limpasan material tanah Jln. Racing centre dengan
ketebalan 15 cm :
= 1,56 liter/menit
= 1560 cm3/menit
= 125 cm x 50 cm
= 6250 cm2
= 1560/6250
= 0,2496 cm/menit
= 2,496 mm/menit
Sampel Tanah Jln. Racing Centre Sampel Tanah Jln. Pettarani III
Laju Laju
Waktu Limpasan Waktu Limpasan
Limpasan Limpasan
(menit) (liter) (mm/menit) (menit) (liter) (mm/menit)
5 0 0 5 0 0
10 0 0 10 0 0
15 7,8 2,496 15 6,5 2,080
20 10,25 3,280 20 9,5 3,040
25 12,5 4,000 25 10,4 3,328
30 13,3 4,256 30 12,5 4
35 14,6 4,672 35 13,5 4,320
40 14,9 4,768 40 14,1 4,512
45 15,25 4,888 45 14,5 4,640
50 15,85 5,072 50 14,9 4,768
55 15,85 5,072 55 15,3 4,896
60 15,85 5,072 60 15,3 4,896
6
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)
Dari hasil perhitungan laju limpasan sampel tanah sampel Jln. Racing
digunakan akan terjadi limpasan pada menit ke-15 dengan laju limpasan sebesar
2,496 mm/menit dan limpasan konstan pada menit ke-50 dengan laju limpasan
sebesar 5,072 mm/menit. Ini berarti bahwa genangan terjadi pada menit ke-50.
Hasil perhitungan laju limpasan sampel tanah Jln. Pettarani III dengan ketebalan
pada menit ke-15 dengan laju limpasan sebesar 2,080 mm/menit dan limpasan
konstan pada menit ke-55 dengan laju limpasan sebesar 4,896 mm/menit. Ini
berarti bahwa genangan terjadi pada menit ke-55. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadinya genangan dan limpasan yang besar dan lebih cepat apabila terjadi
hujan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
hasil Analisa Saringan menunjukkan bahwa kedua jenis tanah lokasi genangan
tersebut berjenis A-2-7 yaitu tanah Sand Clay atau Pasir Berlempung
lempung.
5. Nilai koefisien permeabilitas (k) pada Jl. Racing Center sebesar 2,099 x 10-4
cm/det cm/det, untuk Jl. Pettarani III 2,856 x 10-4 cm/det, menunjukkan bahwa
tanah termasuk dalam jenis tanah yang memiliki permeabilitas rendah, sulit
genangan.
6. Berdasarkan hasil pengujian Laju resapan dan Laju limpasan Jln Racing Center
genangan terjadi pada menit ke-50 dan pada Jln. Pettarani III genangan terjadi
pada menit ke-55. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah dengan nilai
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengujian pada semua titik daerah
Imran, A Widiasari M, Meny S, Gebion L, Nusbih I, Dina , Amrin, Fatmawaty, Abd Azis,
Hadir A, 2010 Tugas Makalah Konsep Penanggulangan Genangan Kota Makassar.
Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Patanduk Johannes. 2011. Thesis Efektifitas Resapan Tipe Trapesium Berpori Fungsi
Kendali Banjir Pada Lahan Marginal Perkotaan (STUDI KASUS : KOTA
METROPOLITAN MAKASSAR). Makassar
Sosrodarsono S., Takeda K., 1985, Hidrologi Untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Tim penyusun 2009 Penuntun Praktikum Laboratorium Mekanika Tanah. Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makassar
LAMPIRAN A
Tabel Perhitungan Karakteristik Tanah
JC-KIDS
LAMPIRAN A
Dokumentasi
JC-KIDS
DOKUMENTASI
1. Lokasi Pengambilan Sampel
2. Hand Boring