2015/2016
MODUL II
PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
BAB I
PENDAHULUAN
Ps
: Head tekanan fluida pada sisi isap (m)
b. Head kecepatan
Adalah perbedaan antara head kecepatan zat cair pada sisi tekan dengan head
kecepatan zat cair pada sisi isap. Head kecepatan dituliskan dengan rumus sebagai
berikut:
2 2
V V
hk = d s (19)
2 g 2g
Keterangan :
hk : Head kecepatan (m)
V 2d
: Head kecepatan zat cair pada sisi tekan (m)
2g
2
Vs
: Head kecepatan zat cair pada sisi isap (m)
2g
c. Head potensial / elevasi
Adalah perbedaan ketinggian antara fluida pada sisi tekan dengan ketinggian
fluida pada sisi isap. Head elevasi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Z =Z d Z s (20)
Keterangan :
Z : Head statis total (m)
Zd : Head statis pada sisi tekan (m)
Zs : Head statis pada sisi isap (m)
venturimeter. Satuan dari kapasitas (Q) yang digunakan dalam pengujian ini adalah
m3/s.
b. Putaran (n)
Yang dimaksud dengan putaran disini adalah putaran poros (impeler) pompa,
dinyatakan dalam satuan rpm. Putaran diukur dengan menggunakan tachometer.
c. Torsi (T)
Torsi didapatkan dari pengukuran gaya dengan menggunakandinamometer,
kemudian hasilnya dikalikan dengan lengan pengukur momen (L). Satuan dari torsi
adalah Nm.
d. Daya (P)
Daya dibagi menjadi dua macam, yaitu daya poros yang merupakan daya dari
motor listrik, serta daya air yang dihasilkan oleh pompa. Satuan daya adalah Watt.
e. Efisiensi ( )
Merupakan perbandingan antara daya air yang dihasilkan dari pompa, dengan
daya poros dari motor listrik.
Gambar 2.1 NPSH bila tekanan atmosfer bekerja pada permukan air yang dihisap.
Sumber: Sularso (2000:44)
dengan tekanan atmosfer pada permukaan zat cair seperti diperlihatkan pada
gambar 2.1, maka besarnya NPSH yang tersedia adalah:
Pa P v
hsv = hs hl (21)
Keterangan:
hsv = NPSH yang tersedia (m)
Pa = Tekanan atmosfer (N/m2)
Pv = Tekanan uap jenuh pada temperatur fluida (N/m2)
= Berat jenis cairan (N/m3)
hs = Head isap statis (m)
hl = Head losses (m)
dengan hs bertanda positif (+) jika pompa terletak di atas permukaan zat cair yang
dihisap dan negatif (-) jika pompa terletak di bawah permukaan zat cair yang
dihisap.
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa NPSH yang tersedia
merupakan head tekanan absolut yang masih tersisa pada sisi isap pompa setelah
dikurangi head tekanan uap, head isap statis dan head loss . Besarnya tergantung
pada kondisi luar pompa dimana pompa tersebut dipasang.
Gambar 2.2 NPSH bila tekanan uap bekerja di dalam tangki air hisap yang tertutup.
Sumber: Sularso (2000:44)
Jika zat cair dihisap dari tangki tertutup seperti pada gambar 2.2, maka P a
menyatakan tekanan absolut yang bekerja pada permukaan zat cair di dalam tangki
tertutup tersebut. Jika tekanan di atas permukan zat cair sama dengan tekanan uap
jenuhnya, maka Pa = Pv, sehingga :
hsv =h shl (22)
Harga hs adalah negatif (-) karena permukaan zat cair dalam tangki lebih
tinggi daripada sisi isap pompa. Pemasangan pompa semacam ini diperlukan untuk
mendapatkan harga hsv atau NPSH yang positif (+).
b. NPSH yang Diperlukan
Tekanan terendah di dalam pompa besarnya terdapat di suatu titik didekat
(setelah) sisi masuk sudu impeler. Di tempat tersebut, tekanannya lebih rendah
daripada tekanan pada sisi isap pompa. Hal ini disebabkan kerugian head di nosel
isap, kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang menyempit, dan
kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu.
Jadi, agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang masuk
pompa dikurangi penurunan tekanan di dalam pompa, harus lebih tinggi daripada
tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besarnya sama dengan penurunan tekanan
ini disebut NPSH yang diperlukan.Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami
kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan
Harga dari NPSH yang diperlukan, diperoleh dari pabrik pompa yang bersangkutan.
2. Rotary Pump
Tekanan yang dihasilkan dari pompa ini adalah akibat gerak putar dari
elemen-elemennya atau gerak gabungan berputar. Bagian utama dari pompa
jenis ini adalah :
rumah pompa yang stasioner
b. Pompa Piston
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya selubung putar
menyebabkan piston bergerak sesuai dengan posisi ujung piston di atas piring
dakian. Fluida terhisap ke dalam silinder dan ditekan ke saluran buang akibat
gerakan naik turun piston. Fungsi dari pompa ini adalah untuk pemenuhan
kebutuhan head tingi dan kapasitas rendah. Skema pompa piston ditunjukkan
pada gambar 2.5.
B. Dynamic Pump
Merupakan pompa yang ruang kerjanya tidak berubah selama pompa
bekerja. Untuk merubah kenaikan tekanan, tidak harus mengubah volume aliran
fluida. Dalam pompa ini terjadi perubahan energi, dari energi mekanik menjadi
energi kinetik, kemudian menjadi energi tekanan. Pompa ini memiliki elemen
utama sebuah rotor dengan suatu impeler yang berputar dengan kecepatan tinggi.
Yang termasuk di dalam jenis pompa ini adalah pompa aksial dan pompa
sentrifugal.
1. Pompa Aksial
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya impeler akan menghisap
fluida yang dipompakan dan menekannya ke sisi tekan dalam arah aksial.
Pompa ini cocok untuk aplikasi yang membutuhkan head rendah dan kapasitas
tinggi, seperti pada sistem pengairan. Contoh pompa aksial terdapat pada
gambar 2.6.
2. Pompa Sentrifugal
Elemen pokok dari pompa ini adalah sebuah rotor dengan sudu-sudu
yang berputar pada kecepatan tinggi. Fluida yang masuk dipercepat oleh
impeler yang menaikkan tekanan maupun kecepatannya, dan melempar fluida
keluar melalui volute atau rumah siput. Pompa ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan head medium sampai tinggi dengan kapasitas aliran medium. Dalam
aplikasinya, pompa sentrifugal banyak digunakan untuk proses pengisian air
pada ketel dan pompa rumah tangga. Bagian-bagian dari pompa sentrifugal
adalah stuffling box, packing, shaft, shaft sleeve, vane, casing, eye of impeller,
impeller, casing wear ring dan discharge nozzle.
Impeler dipasang pada satu ujung poros dan pada ujung yang lain dipasang
kopling untuk meneruskan daya dari penggerak. Poros ditumpu oleh dua buah bantalan.
Sebuah paking atau perapat dipasang pada bagian rumah yang ditembus poros, untuk
mencegah air bocor keluar atau udara masuk dalam pompa.
a. Impeler
Merupakan bagian yang berputar dari pompa dan memberikan daya pada air,
sehingga air akan mendapatkan energi spesifik berupa kecepatan dan tekanan. Di
dalam rumah siput, kecepatan air secara berangsur-angsur diubah menjadi tekanan
statis. Jenis-jenis impeler ditunjukkan pada gambar 2.9. Jenis-jenis impeler yaitu:
Impeler Tertutup
b. Rumah Pompa
Desain rumah pompa ditunjukkan oleh gambar 2.10. Rumah pompa
memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Berfungsi sebagai pengarah fluida yang
dilemparkan impeler. Akibat gaya sentrifugal yang menuju sisi tekan, sebagian
energi kinetik fluida diubah menjadi tekanan.
2. Menutup impeler pada sisi penghisapan
dan pengiriman pada ujung pompa sehingga berbentuk tangki tekanan.
c. Poros Pompa
Sebagai penerus putaran pengerak kepada impeler dan pompa. Poros pompa
dibedakan menjadi dua, yaitu :
Poros pompa datar atau horizontal
Poros pompa tegak atau vertikal
d. Cincin Penahan Keausan atau Cincin Perapat (Waring Ring)
Untuk mencegah keausan rumah pompa dan impeler pada sambungan yang
bergerak (running joint), maka dipasang cincin penahan keausan (waring ring) yang
disebut juga cincin rumah pompa atau cincin perapat.
e. Bantalan Poros
Bantalan yang banyak dipakai pada pompa sentrifugal adalah bantalan anti
gesek, selongsong, rol bola, dan bantalan kingsbury. Bantalan anti gesek dapat
berupa baris tungal atau ganda. Bantalan rol banyak dipakai untuk poros pompa
berukuran besar. Skema bantalan poros ditunjukkan oleh gambar 2.11.
(a) (c)
(b) (d)
Gambar 2.11 Bantalan praktis untuk pompa (a) rol, (b) horizontal, (c) vertikal dan
(d) kingsbury
Sumber: Edward (1996:22)
f. Selongsong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila beroperasi
dengan tinggi isap (suction lift) dan untuk mendistribusikan cairan perapat secara
merata di sekeliling ruang cincin (anular space) antara lubang peti dan permukaan
selongsong poros. Selongsong poros disebut juga sangkar perapat atau cincin
lantern. Skema selongsong poros pompa ditunjukkan oleh gambar 2.12.
Selongsong poros ini menerima cairan yang bertekanan dari pompa atau
sumber tersendiri lainnya. Kadang-kadang digunakan minyak gemuk sebagai
medium perapat apabila cairan yang bersih tidak tersedia atau tidak dapat dipakai
(pompa air kotor).
g. Peti Gasket
Berfungsi untuk mencegah udara bocor ke dalam rumah pompa bila tekanan
di dalamnya berada di bawah tekanan atmosfer.
h. Perapat Poros (Perapat Mekanis)
Digunakan untuk mencegah kebocoran di sekeliling poros. Perapat poros ini
juga dipakai apabila peti gasket tidak dapat mencegah kebocoran secara maksimal.
Permukaan perapat tegak lurus terhadap poros pompa dan biasanya terdiri dari dua
bagian yang dihaluskan dan dilumasi. Perapat poros dibedakan menjadi dua, yaitu
jenis dalam dan jenis luar. Jenis luar dipakai apabila cairan yang dipompa berpasir
dan tidak diinginka adanya kebocoran pada peti gasket. Jenis dalam digunakan
untuk cairan yang mudah menguap. Skema perapat mekanis dapat dilihat pada
gambar 2.13.
gaya sentrifugal, sehingga fluida mengalir keluar dari impeler dengan kecepatan
tertentu. Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan berubah menjadi
energi tekanan di dalam rumah pompa. Besarnya tekanan yang timbul tergantung pada
besarnya kecepatan fluida.
2.3 Teori dan Persamaan yang Mendukung Percobaan
2.3.1 Persamaan Bernoulli
Syarat syarat berlakunya persamaan Bernoulli adalah:
- Aliran steady
- Aliran incompressible
- Aliran tanpa gesekan (inviscid flow)
- Aliran menurut garis arus (sepanjang streamline)
Suatu aliran fluida incompresible yang memiliki tekanan (P), kecepatan (v), dan
beda ketinggian (z) mempunyai energi aliran fluida sebesar :
Persamaan energi :
mv 2
m. g . z + P . + =c (23)
2
2
m mv
m. g . z + P . + =c (24)
2
Persamaan energi spesifik tiap satuan massa:
2
P v Nm
g . z + + =c ( ) (25)
2 kg
Persamaan energi spesifik tiap satuan berat (head):
P v2
z+ + =c(m) (26)
g 2 g
Persamaan Bernoulli umumnya ditulis dalam bentuk :
P1 v 12 P2 v 2 2
z1+ + =z + +
g 2 g 2 g 2 g (27)
dengan : z adalah head elevasi
P
g adalah head tekanan
2
v
2g adalah head kecepatan
Sebagai contoh adalah aliran air di dalam pipa, pada posisi 1 air mempunyai
tekanan P1, luas penampang A1, dan kecepatan v1. Perubahan bentuk energi akan terjadi
bila pada posisi 2 penampangnya diperkecil. Dengan demikian, kecepatan air akan naik
menjadi v2 dan tekanan P2 akan berkurang. Hal ini dapat terlihat jelas apabila letak pipa
dalam keadaan horizontal (z1=z2).
Jadi, persamaan Bernoulli dapat dinyatakan sebagai berikut:pada tiap saat dan
tiap posisi yang ditinjau dari suatu aliran di dalam pipa tanpa gesekan yang tidak
bergerak akan mempunyai jumlah energi ketinggian tempat, tekanan, dan kecepatan
yang sama besarnya.
Terdapat aliran fluida pada satu saluran dengan perubahan luas penampang
seperti terlihat pada gambar 2.14. Pada fluida tak termampatkan, massa jenis fluida
selalu sama di setiap titik yang dilaluinya. Massa fluida yang mengalir dalam pipa
dengan luas penampang A1 selama selang waktu tertentu:
m
= (28)
V
m=V (29)
m1= V 1 (30)
V 1 = A 1 L1= A 1 v 1 t (31)
m1= A 1 v 1 (32)
Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka:
m1=m2 (33)
A 1 v 1= A 2 v 2 (34)
A 1 v 1= A 2 v 2 (35)
Keterangan:
A 1= Luas penampang 1
A 2= Luas penampang 2
v 1= Kecepatan aliran fluida pada penampang 1
v 2= Kecepatan aliran fluida pada penampang 2
Av = Laju aliran volume V/t atau debit
seperti pada Gambar 2.16. Kecepatan relatif w dan kecepatan absolut c dapat diuraikan
menjadi komponen kecepatan tangensial diberi subscript u (searah u) dan komponen
kecepatan meridional dengan subscript m yang dapat dilihat pada gambar 2.16.
b. Pompa Paralel
Instalasi pompa yang disusun paralel bertujuan untuk memperoleh fluida
dengan kapasitas yang tinggi namun head tekanan yang diperoleh rendah. Pada
gambar 2.18 didapatkan kapasitas (Q) aliran yang tinggi diperoleh dengan cara
menjumlahkan kapasitas aliran pompa 1 (Q1) dengan kapasitas aliran pompa 2 (Q2).
Qtotal= Q 1 + Q2 (37)
n (41)
W 1 =F (Watt )
Keterangan: k
k = konstanta brake = 53,35
n = putaran (rpm)
Daya Air (W2) :
W 2=( P dP s ) .Q ( Watt ) (42)
6. Efisiensi ( )
W2
= 100 (43)
W1
Keterangan:
k = konstanta brake = 53,35
n = putaran (rpm)
Daya Air (W2) :
W 2,1 =( Pd 1 P s1 )Q (Watt )
W 2,2 =( Pd 2 P s2 )Q (Watt )
W 2, Total =W 2,1 +W 2,2 (Watt )
5. Efisiensi ( ):
W 2 , Total
= 100
W 1, Total
2. Kapasitas (Q)
0, 189
Q= h (m3 / s )
1000
Keterangan:
h = beda ketinggian fluida pada manometer (mmHg).
3. Torsi (T)
T 1 =F 1L ( N . m)
T 2=F 2L ( N . m)
T Total =T 1 +T 2
Keterangan:
F = Gaya / beban (N)
L = Panjang lengan momen = 0,179 m
4. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
n
W 1,1 =F1 1 (Watt )
k
n2
W 1,2 =F2 (Watt )
k
W 1, Total =W 1,1 +W 1,2 (Watt )
Keterangan:
k = konstanta brake = 53,35
n = putaran (rpm)
Daya Air (W2) :
Q
W 2,1 =( Pd Ps ) ( Watt )
1 1 2
Q
W 2,2 =( Pd P s ) ( Watt )
2 2 2
W 2, Total =W 2,1 +W 2,2 (Watt )
5. Efisiensi ( )
W 2, Total
= 100
W 1, Total
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti.
Variabel kontrol dalam percobaan pompa sentrifugal ini adalah besarnya kecepatan
putaran motor yang dijaga konstan.
Calibration : v=0,2 h
Diameters D = 37,5 mm dan d = 22,2 mm
Note : Electrical Warning Labels Fitted
Literature : Winning Diagram 41109
Instalasi percobaan ini terdiri dari 2 pompa sentrifugal, yaitu pompa I (P 1) dan
pompa II (P2) yang masing-masing digerakkan oleh sebuah motor listrik (M) yang
dihubungkan dengan neraca pegas. Sebuah panel pengaturan dan alat ukur (manometer
raksa dan manometer bourdon). Jaringan pipa dilengkapi dengan dua katup isap yaitu
katup pompa I (A) dan katup pompa II (B). Instalasi percobaan juga dilengkapi dengan
sebuah katup pengatur aliran tunggal, seri dan paralel (C), sebuah katup pengatur
keluaran (D) dan sebuah venturi (V).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Terlampir)
4.3.4 Hubungan Kapasitas dan Daya Poros (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
4.3.5 Hubungan Kapasitas dan Daya Air (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
4.3.6 Hubungan Kapasitas dan Torsi (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
4.3.7 Hubungan Kapasitas dan Efisiensi (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran