Anda di halaman 1dari 5

Beacukai Share

Sharing Ilmu Bea dan Cukai


Beranda
Kepabeanan
Cukai
International Trade
Forum Konsultasi
Sabtu, 01 Desember 2012
Fasilitas Kepabeanan
Penulis : Surono
Referensi : http://www.bppk.depkeu.go.id/webbc

Salah satu aspek dasar pembentukan Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2006,
adalah pemberian insentif terhadap perdagangan dan sektor industri. Pemberian insentif
tersebut diharapkan akan memberikan manfaat pertumbuhan perekonomian nasional.
Bentuk fasilitas kepabeanan secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

fasilitas yang terkait dengan pelayanan, dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih cepat, lebih baik dan lebih murah.
fasilitas yang terkait dengan fiskal kepabeanan, berupa pembebasan bea masuk,
keringanan bea masuk, pengembalian bea masuk dan penangguhan bea masuk.
Fasilitas pelayanan kepabeanan ditujukan untuk memperlancar arus barang, orang
maupun dokumen dalam sistem atau tata laksana kepabeanan di bidang impor. Dalam
skema fasilitas pelayanan, kewajiban pembayaran bea masuk dan PDRI tetap wajib
dilakukan. Umumnya bentuk-bentuk fasilitas pelayanan telah diintegrasikan dalam sistem
tata laksana kepabeanan. Kewenangan pemberian fasilitas pelayanan biasanya
dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pabean setempat. Hal ini merupakan kebijakan dan
terkadang juga merupakan suatu perlakuan diskresi (penyimpangan) dari suatu sistem
tatalaksana yang regular dengan tujuan semata-mata untuk kepentingan kelancaran arus
barang, orang maupun dokumen.

Fasilitas fiskal kepabeanan merupakan suatu bentuk pemberian insentif yang berkaitan
dengan pungutan bea masuk. Bentuk-bentuk perlakuan yang diberikan dapat berupa tidak
dipungut bea masuk, pembebasan bea masuk, pembebasan atau keringanan bea masuk,
penangguhan bea masuk serta pengembalian bea masuk. Fokus utama pemberian insentif
fiskal antara lain adalah untuk kepentingan sektor industri dan perdangangan, kepentingan
publik, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga perlakuan yang lazim dalam
tata pergaulan internasional.
Artikel ini secara khusus mendeskripsikan bentuk-bentuk pemberian fasilitas kepabeanan,
baik berupa fasilitas pelayanan maupun fasilitas fiskal kepabeanan.

Fasilitas Pelayanan
Pengertian fasilitas pelayanan adalah bentuk-bentuk perlakuan khusus dalam proses
penyelesaian formalitas kepabeanan dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
cepat, lebih baik dan lebih murah. Tujuan utamanya adalah untuk memperlancar arus
barang, orang atau dokumen. Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan secara
global mendorong iklim persaingan yang semakin tinggi. Agar produk Indonesia mampu
bersaing, upaya-upaya efisiensi di sektor industri maupun perdagangan harus diiringi pula
dengan tingkat pelayanan birokrasi yang semakin cepat dan murah.

Pemerintah sadar akan hal tersebut dan terus berusaha meningkatkan pelayanan birokrasi
khususnya yang berkaitan dengan formalitas kepabeanan. Materi undang-undang
Kepabeanan maupun peraturan pelaksanaannya telah mengakomodasikan beberapa
bentuk fasilitas pelayanan yang bertujuan memberikan insentif non fiskal. Berikut ini akan
dideskripsikan secara singkat beberapa bentuk fasilitas pelayanan di bidang kepabeanan
yang telah diaplikasikan dalam tata laksana kepabeanan khsususnya di bidang impor.

Pembongkaran atau Penimbunan di Luar Kawasan Pabean


(Referensi : Pasal 10A Undang-undang Kepabeanan)

Pada dasarnya pembongkaran dan penimbunan barang impor wajib dilakukan di suatu
tempat dalam Kawasan pabean. Akan tetapi apabila barang impor karena sesuatu hal, baik
alasan yang menyangkut kondisi barang maupun kelayakan lokasi kawasan pabean, dapat
saja seorang Kepala Kantor memberikan suatu diskresi (penyimpangan) yang mengizinkan
pembongkaran dan penimbunan di luar kawasan pabean. Kebijakan ini semata-mata
memang karena kondisi-kondisi yang disebutkan tersebut dan bukan karena
adanyaprivelege tertentu terhadap importir.
Perlakuan khusus ini merupakan salah satu bentuk pemberian fasilitas pelayanan
kepabeanan. Dalam pelaksanaannya, fasilitas Kepabeanan ini seringkali diberikan oleh
Kepala Kantor Bea dan Cukai di daerah-daerah yang sarana dan prasarana pelabuhan
dan/atau kawasan pabeannya belum lengkap. Untuk pengamanan hak-hak negara, proses
pembongkaran barang impor wajib diawasi oleh petugas Bea dan Cukai serta dilakukan
penyegelan terhadap barang impor yang ditimbun.

Fasilitas Vooruitslag
(Referensi: Pasal 10B Undang-undang Kepabeanan)

Pengertian fasilitas vooruitslag adalah suatu bentuk perlakuan khusus berupa pemberian
izin untuk mengeluarkan terlebih dahulu barang impor yang masih terutang bea masuk dan
PDRI dengan mempertaruhkan jaminan. Fasilitas vooruitslag diberikan kepada importir yang
telah mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau keringanan
bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai, dan atas
permohonan dimaksud belum diterbitkan keputusan mengenai pemberian fasilitas tersebut.
Khusus terhadap barang impor untuk keperluan penanggulangan bencana alam dapat
diberikan persetujuan vooruitslag walaupun importir belum mengajukan permohonan
fasilitas pembebasan dimaksud.

Peraturan pelaksanaan fasilitas vooruitslag diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan


nomor PMK160/PMK.04/2007. Pengeluaran barang impor dengan
fasilitas vooruitslag dilaksanakan dengan mengajukan dokumen pelengkap pabean. Bentuk
jaminan yang dapat dipertaruhkan dapat berupa : jaminan tunai, jaminan bank, jaminan
perusahaan asuransi (Customs Bond) dan jaminan lainnya. Jaminan yang diserahkan
adalah sebesar bea masuk, PDRI dan/atau cukai yang terutang.

Jangka waktu pemberian fasilitas vooruitslag atau batas waktu penyampaian pemberitahuan
pabean (PIB) paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal diserahkannya dokumen
pelengkap pabean. Jangka waktu ini dapat diperpanjang oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai
paling lama 30 (tiga puluh) hari. Apabila proses fasilitas pembebasan belum selesai juga,
maka permohonan perpanjangan dapat diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari lagi oleh
Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya.

Pelayanan Segera (Rush Handling)


(Referensi : Pasal 10B Undang-undang Kepabeanan)

Pelayanan Segera (rush handling) adalah pelayanan kepabeanan yang diberikan atas
barang impor tertentu yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk
dikeluarkan dari kawasan pabean. Pelayanan segera diberikan untuk barang yang terikat
waktu (peka waktu), memerlukan penanganan khusus atau barang-barang lain yang sangat
diperlukan berdasarkan pertimbangan tertentu dari Kepala Kantor.

Ketentuan teknis mengenai prosedur pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan
pelayanan segera, diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor
148/PMK.04/2007. Adapun kategori barang yang diberikan fasilitas pelayanan segera,
mencakup:
Organ tubuh manusia, antara lain: ginjal, kornea mata, atau darah;
Jenazah dan abu jenazah;
Barang yang merusak lingkungan, antara lain barang yang mengandung radiasi;
Binatang hidup;
Tumbuhan hidup;
Surat kabar dan majalah yang peka waktu;
Dokumen (surat);
Barang lain yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera, apabila
mendapat ijin dari Kepala Kantor
Untuk mendapatkan pelayanan segera atas barang yang memenuhi kriteria, importir harus
mengajukan permohonan kepada pejabat bea dan cukai yang dilampiri dengan dokumen
pelengkap pabean dan jaminan, sebesar bea masuk dan PDRI yang wajib dilunasi. Khusus
terhadap kategori barang berupa organ tubuh manusia dan jenazah, Importir wajib
memberitahukan dengan menggunakan PIB khusus (PIBT). Terhadap barang impor dengan
fasilitas pelayanan segera, wajib dilakukan pemeriksaan fisik.

Importir yang mendapat fasilitas pelayanan segera wajib menyerahkan pemberitahuan


pabean (PIB) dan melunasi bea masuk, cukai dan PDRI yang terhutang paling lambat 3
(tiga) hari kerja sejak barang impor dikeluarkan. Apabila kewajiban pembayaran ini tidak
diselesaikan pada waktunya, maka jaminan dicairkan dan dikenakan sanksi administrasi
denda sebesar 10% dari bea masuk yang wajib dilunasi. Bagi importir yang melanggar
ketentuan penyampaian PIB dan pelunasan pembayaran maka Fasilitas pelayanan segera
tidak akan diberikan lagi, sampai dengan yang bersangkutan melunasi kewajibannya.

Fasilitas Jalur Prioritas


(Referansi: Peraturan Dirjend nomor P-42/BC/2007 jo. P-08/BC/2008 )
Pengertian fasilitas jalur prioritas adalah suatu bentuk perlakuan khusus yaitu tidak
dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen atas pemasukan barang impor dalam
sistem tatalaksana impor barang. Dalam implementasinya, jalur prioritas dibedakan menjadi
jalur MITA Prioritas dan jalur MITA non prioritas. Jalur MITA Prioritas adalah proses
pelayanan dan pengawasan yang diberikan kepada MITA Prioritas untuk pengeluaran
Barang Impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen. Selain itu, MITA
Prioritas berhak atas fasilitas pembayaran berkala. Jalur MITA Non Prioritas adalah proses
pelayanan dan pengawasan yang diberikan kepada MITA Non Prioritas untuk pengeluaran
barang impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen, kecuali dalam hal-
hal tertentu yaitu :
barang ekspor yang diimpor kembali;
barang yang terkena pemeriksaan acak; atau
barang impor sementara.
Fasilitas Pemberitahuan Pendahuluan (Prenotification)
(Referensi: Peraturan Dirjend nomor P-42/BC/2007 jo. P-08/BC/2008)

Pengertian fasilitas prenotification adalah pengajuan pemberitahuan Impor Barang (PIB)


sebelum pihak pengangkut menyerahkan inward manifest, dengan ketentuan:
Bagi importir MITA Prioritas tanpa harus mengajukan permohonan; Dalam hal ini
Importir MITA Prioritas wajib menyampaikan rekapitulasi PIB dalam
bentuksoftcopy kepada client coordinator, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Bagi importir lainnya, fasilitas prenotification dapat dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang ditunjuk.
(...bersambung)
Diposkan oleh mr.sur di 03.33
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: pabean
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

Mengenai Saya

mr.sur
Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai sejak tahun 2009. Aktif memberikan
pelatihan Kepabeanan dan Cukai di berbagai Lembaga Pendidikan baik
pemerintah maupun swasta, antara lain: Pusdiklat Bea dan Cukai, STAN,
Pusdiklat Pengembangan Ekspor Indonesia, Pusdiklat Reskrim POLRI, LPK
Widya Bhakti, LPMPI, Ildes, dsb.
Lihat profil lengkapku
Template PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai