Makalah: Standar Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri P2 Pembimbing: Budi Astiandini, S.Si.T, M.kes
Makalah: Standar Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri P2 Pembimbing: Budi Astiandini, S.Si.T, M.kes
Disusun oleh :
1. Ana Suciati
2. Dwi Afriyani
4. Fiki Idaamatussilmi
Semester : VI A
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahualaihi wa sallam sehingga tugas makalah yang berjudul Standar
Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas praktikum.
Dalam kesempatan ini, Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam
membuat tugas kelompok ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan dari Ibu
Budi Astiandini,S.Si.T,M.kes selaku Dosen pembimbing, serta teman-teman sekalian
akhirnya tugas ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini kami masih menyadari
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyampaian atau isi makalah ini. Oleh
karena itu kami sangat memperlukan kritikan dan saran yang bersifat membangun dalam
rangka untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi teman-teman, mahasiswa pada umumnya , dan orang-orang yang membaca makalah ini.
Penyusun
2
Daftar isi
Bab 1 PENDAHULUAN
A. Standar 16 ...................................................................................................... 5
B. Standar 17 ................................................................... .................................. 7
C. Standar 18 ...................................................................................................... 10
D. Standar 20 ..................................................................................................... . 14
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem,
baik pasien, penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan , ataupun
manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat dalam
menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Disamping standar untuk pelayanan kebidanan dasar (antenatal, persalinan dan
nifas), disini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan obstetri
neonatal. Bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawatdarurat
obstetri neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi.
B. Tujuan
1) Mengetahui standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal pada
standar 16, 17, 18 dan 20
C. Rumusan Masalah
1) Apa saja Standar Pelayanan Kebidanan point E. Standar Penanganan
Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal pada standar 16, 17, 18, 20
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
Proses
Bidan harus :
1. Cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien.
Gunakan sarung tangan bersih kapan pun menangani benda yang terkontaminasi oleh
darah atau cairan tubuh.
2. Memeriksakan dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahan dari jalan
lahir.
3. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir
sebelum bayi baru lahir kepada ibu atau suami / keluarganya pada setiap kunjungan.
4. Nasehat ibu hamil, suaminya atau keluarganya untuk memanggil bidan bila
terjadi perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam kehamilan.
5. Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia kehamilannya.
6. Jangan melakukan periksa dalam.
7. Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester III ke Rumah Sakit
terdekat
8. Jika tanda atau gejala syok jelas terlihat atau jika ibu mengalami perdarahan
hebat, rujuk segera.
9. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah.
10. Buat catatan lengkap. Dokumentasi dengan seksama semua perawatan yang
diberikan.
11. Dampingi ibu hamil yang dirujuk ke Rumah Sakit dan mintalah keluarga yang
akan menyumbangkan darahnya untuk ikut serta.
12. Mengikuti langkah langkah untuk merujuk.
Ingat
Jangan melakukan periksa dalam jika terjadi perdarahan pada kehamilan lebih
dari 22 minggu.
Rujuk segera, jangan ditunda. Perdarahan akan semakin banyak atau mungkin
terjadi perdarahan yang tidak tampak kedalam uterus.
Jika syok, maka baringkan ibu pada sisi kiri tubuhnya dan ganjal kakinya dengan
bantal.
Jika terlihat adanya gejala dan tanda syok berat, berikan cairan secara intravena.
6
B. STANDAR 17 : PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA
EKLAMSIA.
Tujuan :
Mengenali secara dini tanda tanda dan gejala gejala preeklamsia berat dan
memberikan perawatan yang tepat dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan
segera dalam penanganan kegawadaruratan bila eklamsia terjadi.
Pernyataan Standar :
Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala preeklamsia ringan,
preeklamsia berat dan eklamsia. Bidan akan mengambil tindakan yang tepat, memulai
perawatan, merujuk ibu dan / atau melaksanakan penanganan kegawatdaruratan yang
tepat.
Hasil :
Penurunan kejadian eklamsia.
Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat.
Ibu dengan tanda tanda preeklamsia ringan akan mendapatkan perawatan yang
tepat waktu dan memadai serta pemantauan.
Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia.
Prasyarat :
1. Kebijakan dan protokol nasional / setempat yang mendukung bidan memberikan
pengobatan awal untuk penatalaksanaan kegawatdaruratan preeklamsia berat dan
eklamsia.
2. Bidan melakukan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil termasuk pemantauan
rutin tekanan darah.
3. Bidan secara rutin memantau ibu dalam proses persalinan dan selama periode
postpartum terhadap tanda dan gejala preeklamsia termasuk pengukuran tekanan
darah.
4. Bidan terlatih dan terampil untuk :
Mengenal tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan
eklamsia.
Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada preeklamsia ringan,
preeklamsia berat dan eklamsia.
7
5.Tersedia perlengkapan penting untuk memantau tekanan darah dan memberikan
cairan IV . Jika mungkin perlengkapan untuk memantau protein dalam air seni.
6. Tersedia obat anti hipertensi yang dibutuhkan untuk kegawatdaruratan misalnya
Magnesium Sulfat, Kalsium glukonas.
7. Adanya sarana pencatatan : KMS Ibu hamil / Kartu Ibu, Buku KIA dan Partograf.
Proses
Bidan Harus :
1. Selalu waspada terhadap gejala dan tanda preeklamsia ringan. Pantau tekanan darah
ibu hamil pada setiap pemeriksaan antenatal, selama proses persalinan, dan masa
nifas.
2. Selalu waspada terhadap tanda dan gejala preeklamsia berat.
3. Catat tekanan darah ibu, segera periksa adanya gejala dan tanda preeklamsia atau
eklamsia. Gejala dan tanda preeklamsia berat, memerlukan penanganan yang cepat
karena besar kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan bertindak sangat penting.
4. Penanganan preeklamsia berat dan eklamsia sama :
Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu rutin ke rumah sakit.
Jelaskan dengan tenang dan secepatnya kepada ibu, suami dan keluarga
tentang apa yang terjadi.
Berikan ibu pada posisi miring kekiri, berikan oksigen (4 6 liter / menit) jika
ada.
Berika IV ringer laktat 500 cc dengan jarum berlubang besar (16 dan 18 G)
5.Jika terjadi kejang, baringkan ibu pada posisi miring ke kiri, di bagian tempat tidur
atau lantai yang aman, mencegah ibu terjatuh, tapi jangan mengikat ibu. Jika ada
kesempatan, letakkan benda yang dibungkus dengan kain lembut diantara gigi ibu.
Jangan memaksakan membuka mulut ibu ketika kejang terjadi. Setelah kejang berlalu,
hisap lendir pada mulut dan tenggorokan ibu bila perlu.
6. Pantau dengan cermat tanda dan gejala keracunan MgSO4 sebagai berikut :
Frekuensi pernafasan < 16 kali / menit.
Pengeluaran air seni < 30 cc / jam selama 4 jam terakhir.
Jangan berikan dosis MgSO4 selanjutnya bila ditemukan tanda tanda dan gejala
keracunan tersebut di atas.
8
7. Jika terjadi henti nafas ( apnea ) setelah pemberian MgSO4, berikan Kalsium
Glukosa 1 gr (10 cc dalam laruta 10%) IV perlahan lahan sampai pernafasan mulai
lagi. Lakukan ventilasi ibu dengan menggunakan ambu bag dan masker.
8. Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu dibaringkan miring ke kiri dengan
kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas tetap terbuka.
9. Catat semua obat yang diberikan, keadaan ibu, termasuk tekanan darahnya setiap
15 menit.
10. Bawa segera ibu kerumah sakit setelah serangan kejang berikutnya. Dampingi ibu
dalam perjalanan dan berikan obat obatan lagi jika perlu.
FASE KEJANG PADA EKLAMSIA
Awal : Berlangsung 10 20 detik, bola mata berputar putar membelalak, muka
dan otot tangan kejang kejang, penurunan kesadaran.
Tonik : Berlangsung 10 20 detik, otot otot berkontraksi dengan kuat, spasme
diafragma, pernafasan berhenti, mukosa, anggota badan dan bibir menjadi biru,
punggung melenting, gigi terkurap dan mata menonjol.
Klonik : Berlangsung 1 - 2 menit, otot otot berkontraksi dengan kuat, air liur
berbusa, bernafasan sulit, terjadi aspirasi air liur, muka tampak sembab, lidah bisa
tergigit.
Koma : Berlangsung beberapa menit sampai berjam jam, tergantung individu,
nafas ngorok dan cepat, muka bengkak, tidak sianotik. Selanjutnya dapat terjadi
kejang, karena itu perlu perawatan hari hati dan pemberian obat penenang.
Ingat
Ibu harus belajar mengenali tanda dan gejala preeklamsia, dan harus dianjurkan
untuk mencari perawatan bidan, puskesmas atau rumah sakit bila mengalami tanda
preeklamsia (nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik,
pembengkakan pada wajah).
Memantau dengan cermat tekanan darah ibu hamil, ibu dalam proses persalinan,
dan ibu dalam masa nifas.
Jangan berikan metergin pada ibu yang tekanan darahnya naik, preeklamsia atau
eklamsia.
Beberapa wanita dengan eklamsia memiliki tekanan darah yang normal. Tangani
semua ibu yang mengalami sebagai ibu dengan eklamsia hingga ditentukan diagnosa
lain.
9
Selalu waspada untuk segera merujuk ibu yang mengalami preeklamsia.
10
Bidan menggunakan sarung tangan.
5. Tersedianya partograf dan Kartu Ibu, Buku KIA, Patograf digunakan dengan
tepat untuk setiap ibu dalam proses persalinan.
Proses
Bidan harus :
1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan
persalinan pada partograf dan catat persalinan.
2.Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan persalianan, maka lakukan palpasi
uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala gejala dan tanda lingkaran retraksi
patologis / lingkaran Bandl.
3. Jaga ibu untuk mendapat hidrasi yang baik selama proses persalinan, anjurkan ibu
agar sering minum.
4. Menganjurkan ibu untuk berjalan jalan dan merubah posisi selama proses
persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu berbaring telentang selama proses
persalinan dan kelahiran.
5.Mintalah ibu sering buang air kecil selama proses persalinan. Kandung kemih yang
penuh akan memperlambat penurunan bayi dan membuat ibu tidak nyaman. Pakailah
kateter hanya bila ibu tidak bisa kencing sendiri dan kandung kemih dapat dipalpasi.
Hanya gunakan kateter dan karet.
6. Amati tanda tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi abdominal,
menilai penurunan janin, dan periksa dalam, menilai penyusupan janin dan
pembukaan serviks paling sedikit setiap 4 jam selama fase laten dan aktif persalinan.
Catat semua temuan pada partograf.
7. Selalu amati tanda tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan cepat dan tepat
jika hal ini terjadi.
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan,
sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan DTT
/ steril untuk semua periksa dalam. Selalu menggunakan teknik aseptik pada saat
melakukan periksa dalam. periksa dengan teliti vagina dan kondisinya (jika vagina
panas / gejala infeksi dan kering / gejala ketuban minimal, maka menunjukkan ibu
dalam keadaan bahaya). Periksa juga letak janin, pembukaan serviks serta apakah
serviks tipis, tagang atau mengalami edema. Coba untuk menentukan posisi dan
derajat penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila garis waspada pada partograf
dilewati persiapkan rujukan yang tepat.
11
Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang (0 4 cm) :
berlangsur lebih dari 8 jam.
Rujuk dengan tepat untuk fase aktif persalinan yang memanjang kurang dari 1 cm /
jam dan garis waspada pada partograf telah dilewati.
Rujuk dengan tepat untuk kala II persalinan yang memanjang :
o 2 jam meneran untuk primipara.
o 1 jam meneran untuk multipara.
9. Jika ada tanda dan gejala persalianan macet, gawat janin, atau tanda bahaya pada
ibu, maka ibu dibaringkan miring ke sisi kiri dan berikan cairan IV. Rujuk segara ke
rumah sakit , dampingi ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik. Jelaskan
kepada ibu, suami / keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa ke
rumah sakit.
10.Jika dicurigai adanya ruptura uteri maka rujuk segera. Berikan antibiotika dan
cairan IV, biasanya diberikan ampisilin 1 gr IM, diikuti pemberian 500 mg setiap 6
jam secara IM, lalu 500 mg per oral setiap 6 jam setelah bayi lahir.
11.Bila kondisi ibu / bayi buruk dan pembukaan serviks sudah lengkap, maka bantu
kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum.
12.Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir :
Lakukan episiotomi.
Dengan ibu dalam posisi berbaring telentang, minta ibu melipat kedua paha, dan
menekuk lutut ke arah dada sedekat mungkin ( Manuver Mc Robert ).
Gunakan sarung tangan steril / DTT.
Lakukan tarikan kepala curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan.
Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta seseorang untuk melakukan
tekanan suprapubis kebawa untuk membantu kelahiran bahu. Jangan pernah
melakukan dorongan pada fundus. Pemberian dorongan pada fundus nantinya akan
dapat mempengaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan ruptura uteri.
Jika bayi tetap tidak lahir :
Dengan menggunakan sarung tangan DTT / steril, masukkan satu tangan ke dalam
vagina.
Berikan tekanan pada bahu anterior ke arah sternum bayi untuk mengurangi
diameter bahu.
Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir :
12
Masukkan satu tangan ke dalam vagina.
Pasang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterio, lengan fleksi dibagian
siku, tempatkan lengan melintang di dada. Cara ini akan memberikan ruang untuk
bahu anterior bergerak di bawah simfisis pubis.
Mematahkan clavicula hanya dilakukan jika semua pilihan lain telah gagal.
13. Isi partograf, Kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan dengan lengkap dan
menyeluruh. Jika ibu dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas kirimkan satu copy
partograf ibu dan dokumen lain bersama ibu.
Gejala dan Tanda Persalinan Macet
Ibu tampak kelelahan dan lemah.
Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
Molding sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki ( partograf + + ).
Lingkungan retraksi patologis ( Lingkungan Bandl ) timbul, nyeri di bawah
lingkungan Bandl merupakan tanda akan terjadi ruptura uteri.
Tidak adanya his dan syok yang tiba tiba merupakan tanda ruptura uteri :
Tanda tanda gawat ibu :
Meningkatnya denyut nadi, denyut melemah.
Menurunnya tekanan darah.
Nafas cepat dan dangkal atau pernafasan melambat.
Dehidrasi.
Gelisah.
Kontraksi uterus yang terlalu kuat atau terlalu sering.
Tanda gawat janin :
DJJ dibawah 100 kali / menit atau diatas 180 kali / menit atau DJJ tidak segera
kembali normal setelah his (late decelaration).
Ingat !
1. Menggunakan partograf untuk setiap ibu yang mau bersalin adalah penting untuk
mendeteksi komplikasi secara partus lama atau macet.
2. Segera merujuk ibu jika dalam proses persalinan garis waspada dilewati atau jika
tanda tanda gawat ibu / janin.
Prinsip penatalaksaan partus lama / macet :
13
1. Memberikan rehidrasi pada ibu.
2. Berikan antibiotika.
3. Rujukan segera.
4. Bayi harus dilahirkan.
5. Selalu bertindak aseptik.
6. Perhatikan perawatan kandung kencing.
7. Perawatan nifas yang bermutu.
14
2. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta.
3. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi
penatalaksanaan aktif persalinan kala III dengan memberikan oksitoksin 10 IU IM
dan teruskan penegangan tali puasat terkendali dengan hati hati. Teruskan
melakukan penatalaksaan aktif persalinan kala III 15 menit atau lebih, dan jika
placenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir
kalinya. Jika plasenta masih tetap belum lahir dan ibu tidak mengalami perdarahan
hebat rujuk segera ke rumah sakit atau ke puskesmas terdekat.
4. Bila terjadi perdarahan maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual.
Bila tidak berhasil rujuk segera.
5. Berikan cairan IV : NaCl 0,9 % atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang
besar untuk mengganti cairan yang hilang sampai nadi dan tekanan darah membaik
atau kembali normal.
6. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual, yang harus dilakukan secara
septik.
7. Baringkan ibu telentang dengan posisi lutut ditekuk dan ke dua kaki di tempat
tidur.
8. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan diazepan 10 mg
IM.
9. Cuci tangan sampai ke bagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir dan
handuk bersih, gunakan sarung tangan bersih / DTT.
10. Masukkan tangan kanan dengan hati hati. Jaga agar jari jari tetap rapat dan
melengkung mengikuti tali pusat sampai mencapai placenta.
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus
agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam uterus carilah tepi
plasenta yang terlepas, telapak tangan kanan menghadap ke atas lalu lakukan gerakan
mengikis kesamping untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus.
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan hati
hati dan perlahan.
13. Bila plasenta sudah lahir, segera melakukan masase uterus bila tidak ada
kontraksi.
14. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tak lengkap, periksa lagi cavum uteri dan
keluarkan potongan plasenta yang tertinggal.
15. Periksa robekan terhadap vagina jahit robekan bila perlu.
15
16. Bersihkan ibu bila merasa nyaman.
17. Jika tidak yakin placenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak
terkendali, maka rujuk ibu kerumah sakit dengan segera.
18. Buat pencatatan yang akurat.
Ingat !
Sesudah persalinan dengan tindakan placenta manual, ibu memerlukan antibiotik
berspektrum luas ( ampicilin 1gr secara IV ) kemudian diikuti 500 mg per oral setiap
6 jam dan mentronidazol 500 mg per oral setiap 6 jam selama 5 hari.
Lakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan ampisilin.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar Pelayanan
Kebidananan terdiri dari 24 Standar. Standar 17 : Penanganan Kegawatan
pada Eklamsia, Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama /
Macet, Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstrator, Standar
20 : Penanganan Retensio Plasenta.
Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standar pelayanan
kebidanan juga dapat digunakan untuk:
1. Menilai mutu pelayanan
2. Menyususn rencana diklat bidan
3. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan
B. Saran
Bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawatdarurat
obstetri neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sondakh, Jenny. 2013, Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika
18