Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Teori yang mengatakan bahwa kerak bumi tidak bersifat permanen, tetapi
bergerak secara mengapung, mulai diperkenalkan pada awal abad 20. Setelah
melalui berbagai perdebatan yang sengit selama beberapa tahun, ide atau teori ini
ditolak oleh sebagian besar ahli ilmu bumi. Tetapi, selama periode tahun 1950-an
sampai 1960-an banyak bukti-bukti yang ditemukan oleh para peneliti yang
mendukung teori tersebut, sehingga teori yang sudah pernah ditinggalkan ini
menjadi pembicaraan lagi atau mulai diperhatikan lagi. Pada tahun 1968 teori
tentang kontinen mengapung ini telah diterima secara luas, dan selanjutnya
disebut Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonics/Tektonik Lempeng).
Teori ini menyatakan bahwa bagian luar dari bumi, yaitu pada bagian litosfer,
terdapat sekitar 20 segmen yang padat yang dinamakan lempeng. Dari semua itu,
yang terbesar adalah lempeng Pasifik, yang menempati sebagian besar lautan,
kecuali pada sebagian kecil dari Amerika Utara yang meliputi Kalifornia bagian
Baratdaya dan Semenanjung Baja. Semua lempeng besar lainnya dapat berupa
kerak-kerak kontinen maupun kerak samudera. Sedang lempeng-lempeng yang
lebih kecil umumnya hanya sebagai kerak samudera, contohnya lempeng Nazca
yang terdapat di lepas pantai Barat Amerika Selatan.
Litosfer terletak di atas zona atau material yang lebih lemah dan lebih panas,
yang disebut astenosfer. Dengan demikian, lempeng-lempeng litosfer yang
sifatnya padat dilapisbawahi oleh material yang lebih plastis. Nampaknya ada
hubungan antara ketebalan dari lempeng-lempeng litosfer dengan sifat dari
material kerak yang menutupinya. Lempeng-lempeng samudera sifatnya lebih
tipis, dengan variasi ketebalan antara 80 sampai 100 km atau lempeng atau blok
kontinen mempunyai ketebalan 100 km atau lebih, bahkan pada beberapa daerah
dapat mencapai 400 km.
Salah satu prinsip utama dari teori tektonik lempeng adalah bahwa setiap
lempeng bergerak-gerak sebagai satu unit terhadap unit lempeng lainnya. Jika
sebuah lempeng bergerak, maka jarak antara dua kota yang berada dalam satu
lempeng, seperti New York dan Denver, akan tetap sama, sedangkan jarak antara
New York dan London yang berada pada dua lempeng yang berbeda, akan
berubah. Karena setiap lempeng bergerak sebagai satu unit, maka banyak interaksi
yang dapat terjadi antara satu lempeng dengan lempeng lainnya di sepanjang
batas-batas dari lempeng-lempeng tersebut. Berdasarkan hal inilah, maka sebagian
besar aktivitas seismik, volkanisma dan pembentukan pegunungan terjadi di
sepanjang batas-batas yang dinamis tersebut.
Teori tektonik lempeng pada dasarnya adalah suatu teori yang menjelaskan
mengenai sifat sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya yang
berasal dari dalam bumi. Konsep dari tektonik lempeng adalah bahwasanya
lapisan kerak Bumi (litosfir) terpecah-pecah dalam 13 lempeng besar dan
beberapa lempeng kecil. Adapun lempeng-lempeng tersebut terlihat pada gambar
5-1 sebagai berikut:
Dan beberapa lempeng kecil seperti : 1). Lempeng Nasca (Nasca plate), 2).
Lempeng Arab (Arabian plate), 3). Lempeng Karibia (Caribian plate). 4).
Lempeng Philippines (Phillippines plate), 5). Lempeng Scotia (Scotia plate), 6).
Lempeng Cocos (Cocos plate)
1. Batas Konvergen
Pada saat dua buah lempeng samudera saling bertumbukan, maka salah
satunya akan menunjam di bawah yang lain, yang juga akan diikuti oleh
terjadinya aktivitas volkanik, seperti pada tumbukan kontinen-samudera. Tetapi,
dalam kasus ini volkanisma akan terjadi di lantai samudera, bukan di daerah
kontinen. Jika aktivitas volkanik ini terjadi terus menerus, maka sebuah benua
baru akan muncul dari laut dalam. Pada tahap awal dari proses ini, benua baru
yang terbentuk tersebut akan terdiri atas jajaran kepulauan volkanik yang kecil,
yang disebut busur kepulauan. Busur kepulauan ini umumnya berlokasi sekitar
beberapa ratus kilometer dari palung laut dalam, dimana aktivitas subdaksi sedang
terjadi.
Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan
lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang
mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru
berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Zone
divergen, ditandai dengan pematang tengah samudra (oceanic ridge), seperti
pematang tengah Samudra Pasifik dan Atlantik dan lava bantal (pillow lava) yang
bersifat basaltis.
Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah
Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar samudra
Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua
Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk laut merah.
3. Batas Transform
Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan
saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike
Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms adalah patahan San Andreas di
Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan
lempeng benua Amerika Utara.
Istilah patahan transform ini pertama kali diusulkan oleh J. Tuzo Wilson dari
University of Toronto, pada tahun 1965. Wilson mengatakan bahwa patahan
normal ini, bersama-sama dengan proses konvergen dan divergen, merupakan
suatu rangkaian proses kontinyu yang membagi-bagi selubung luar bumi menjadi
beberapa lempeng padat yang terpisah-pisah.
Wilson memberikan istilah yang khusus pada patahan ini, yaitu patahan
transform, karena pergerakan relatif dari lempeng-lempeng tersebut dapat berubah
atau tertransformasi satu sama lainnya. Seperti telah diperhatikan atau dijelaskan
pada contoh terdahulu, bahwa proses divergen yang terjadi pada pusat pemekaran
dapat berubah/tertransformasi menjadi proses konvergen di zona subdaksi.
Sebagian besar patahan transform terjadi di kerak samudera, tetapi ada juga
sedikit yang terjadi di kerak kontinen, seperti di Patahan San Andreas di
Kalifornia.