Anda di halaman 1dari 11

GENESIS MAGMA

Teori yang mengatakan bahwa kerak bumi tidak bersifat permanen, tetapi
bergerak secara mengapung, mulai diperkenalkan pada awal abad 20. Setelah
melalui berbagai perdebatan yang sengit selama beberapa tahun, ide atau teori ini
ditolak oleh sebagian besar ahli ilmu bumi. Tetapi, selama periode tahun 1950-an
sampai 1960-an banyak bukti-bukti yang ditemukan oleh para peneliti yang
mendukung teori tersebut, sehingga teori yang sudah pernah ditinggalkan ini
menjadi pembicaraan lagi atau mulai diperhatikan lagi. Pada tahun 1968 teori
tentang kontinen mengapung ini telah diterima secara luas, dan selanjutnya
disebut Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonics/Tektonik Lempeng).

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika


(pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur
gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi
beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu
berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat
yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi,
gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat
dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis.
Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa
dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang
padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat
suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel
astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak
samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai
di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih
tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun
akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak
bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng
kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak
samudera atau keduanya.

Beberapa tahun setelah Wegener mengajukan teorinya, mengenai


perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan mampunya dilakukan
pemetaan pada lantai samudera, serta ditemukannya data-data yang banyak
tentang aktivitas seismik dan medan magnit bumi. Sampai tahun 1968,
perkembangan teknologi ini sedemikian pesatnya, hingga pada saat itu
dikemukakan sebuah teori yang lebih memuaskan daripada teori pengapungan
kontinen. Teori ini kemudian dinamakan Teori Tektonik Lempeng.

Teori ini menyatakan bahwa bagian luar dari bumi, yaitu pada bagian litosfer,
terdapat sekitar 20 segmen yang padat yang dinamakan lempeng. Dari semua itu,
yang terbesar adalah lempeng Pasifik, yang menempati sebagian besar lautan,
kecuali pada sebagian kecil dari Amerika Utara yang meliputi Kalifornia bagian
Baratdaya dan Semenanjung Baja. Semua lempeng besar lainnya dapat berupa
kerak-kerak kontinen maupun kerak samudera. Sedang lempeng-lempeng yang
lebih kecil umumnya hanya sebagai kerak samudera, contohnya lempeng Nazca
yang terdapat di lepas pantai Barat Amerika Selatan.

Litosfer terletak di atas zona atau material yang lebih lemah dan lebih panas,
yang disebut astenosfer. Dengan demikian, lempeng-lempeng litosfer yang
sifatnya padat dilapisbawahi oleh material yang lebih plastis. Nampaknya ada
hubungan antara ketebalan dari lempeng-lempeng litosfer dengan sifat dari
material kerak yang menutupinya. Lempeng-lempeng samudera sifatnya lebih
tipis, dengan variasi ketebalan antara 80 sampai 100 km atau lempeng atau blok
kontinen mempunyai ketebalan 100 km atau lebih, bahkan pada beberapa daerah
dapat mencapai 400 km.

Salah satu prinsip utama dari teori tektonik lempeng adalah bahwa setiap
lempeng bergerak-gerak sebagai satu unit terhadap unit lempeng lainnya. Jika
sebuah lempeng bergerak, maka jarak antara dua kota yang berada dalam satu
lempeng, seperti New York dan Denver, akan tetap sama, sedangkan jarak antara
New York dan London yang berada pada dua lempeng yang berbeda, akan
berubah. Karena setiap lempeng bergerak sebagai satu unit, maka banyak interaksi
yang dapat terjadi antara satu lempeng dengan lempeng lainnya di sepanjang
batas-batas dari lempeng-lempeng tersebut. Berdasarkan hal inilah, maka sebagian
besar aktivitas seismik, volkanisma dan pembentukan pegunungan terjadi di
sepanjang batas-batas yang dinamis tersebut.
Teori tektonik lempeng pada dasarnya adalah suatu teori yang menjelaskan
mengenai sifat sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya yang
berasal dari dalam bumi. Konsep dari tektonik lempeng adalah bahwasanya
lapisan kerak Bumi (litosfir) terpecah-pecah dalam 13 lempeng besar dan
beberapa lempeng kecil. Adapun lempeng-lempeng tersebut terlihat pada gambar
5-1 sebagai berikut:

1) Lempeng Pasifik (Pasific plate);


2) Lempeng Eurasia (Eurasian plate),
3) Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate),
4) Lempeng Afrika (African plate),
5) Lempeng Amerika Utara (North American plate),
6) Lempeng Amerika Selatan (South American plate),
7) Lempeng Antartika (Antartic plate)

Dan beberapa lempeng kecil seperti : 1). Lempeng Nasca (Nasca plate), 2).
Lempeng Arab (Arabian plate), 3). Lempeng Karibia (Caribian plate). 4).
Lempeng Philippines (Phillippines plate), 5). Lempeng Scotia (Scotia plate), 6).
Lempeng Cocos (Cocos plate)

Gambar : Lempeng- Lempeng utama Litosfir


Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas
lempeng yang dapat berbentuk :

1. Batas Konvergen

Batas Lempeng Konvergen

Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan.


Lempeng - lempeng yang saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana
salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk
ke selubung. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang
biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman
akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta berbagai
cekungan pengendapan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi
(Subduction) atau Obduksi (Obduction).

Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng


dimana salah satu lempeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya
terangkat ke permukaan. Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi
adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara
dengan lempeng samudra Hindia.Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB
dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak di
laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga
ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah kepulauan Philipina, sebagai
hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng samudra
Pasifik.

Obduksi (Obduction) adalah batas lempeng yang merupakan hasil


tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian
pegunungan. Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya
yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua
Eurasia.

Tatanan tektonik yang terjadi pada batas lempeng konvergen, dimana


lempeng samudra dan lempeng samudra saling bertemu akan menghasilkan suatu
rangkaian busur gunungapi (volcanic arc) yang arahnya sejajar / simetri dengan
arah palung (trench). Cekungan Busur Belakang (Back Arc Basin) berkembang
dibagian belakang busur gunungapi. Contoh kasus dari model ini adalah
rangkaian gunungapi di kepulauan Philipina yang merupakan hasil tumbukan
lempeng laut Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.

Pada batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng


samudra dan lempeng benua, maka tatanan tektoniknya dicirikan oleh Palung
(Trench), Prisma Akresi (Accretion Prism), Cekungan Busur Muka (Forearc
Basin), Busur Kepulauan Gunungapi (Volcanic Island Arc), dan Cekungan Busur
Belakang (Backarc Basin).

Telah diketahui bahwa pada proses pemekaran akan terbentuk litosfer


yang baru, sedangkan luas total permukaan bumi haruslah tetap konstan, dengan
demikian pada bagian lai dari bumi pastikah ada litosfer yang rusak atau hilang.
Bagian tersebut adalah bagian konvergen atau daerah pertemuan lempeng. Jika
dua lempeng saling bertabrakan/bertumbukan, maka bagian ujung dari salah satu
lempeng tersebut akan bergerak ke arah bawah dari lempeng lainnya. Bagian
lempeng yang di bawah ini akan masuk ke daerah astenosfer, akibatnya bagian
tersebut akan menjadi panas dan hilang rigiditasnya. Bergantung pada besarnya
sudut kemiringan bagian yang lengkung ke bawah tersebut, maka kedalaman
penyusupannya bisa mencapai 700 km, sebelum bagian ini betul-betul terasimilasi
dengan material mantel atas (astenosfer).
Tumbukan bisa terjadi antara dua lempeng samudera, satu lempeng
samudera dan satu lempeng kontinen, atau dua lempeng kontinen. Jika terjadi
tumbukan antara lempeng kontinen dan lempeng samudera, maka lempeng
kontinen yang kecil densitasnya akan berada di bagian atas, sedangkan lempeng
samudera yang lebih besar densitasnya akan menyusup ke bawah bagian
astenosfer. Daerah dimana proses ini terjadi disebut zona subdaksi. Karena
lempeng samudera menyusup ke arah bawah, maka lempeng ini akan melengkung
dan selanjutnya membentuk palung laut dalam (trench) yang berbatasan dengan
zona subdaksi tersebut. Palung-palung yang terbentuk di daerah ini bisa mencapai
panjang ribuan kilometer, sedang dalamnya antara 8 sampai 11 km.

1.1. Tumbukan Kontinen-Samudera

Sudut kemiringan lempeng samudera yang menyusup ke dalam astenosfer


umumnya sebesar 45o atau lebih. Lempeng samudera ini, bersama-sama dengan
material sedimen serta cairan-cairan yang dikandungnya, akan larut dan bersatu
dengan cairan astenosfer yang panas. Magma baru yang terbentuk dari proses ini
densitasnya lebih kecil daripada densitas material disekitarnya, yaitu densitas
penyusun mantel bumi, konsekuensinya, jika jumlah magma baru ini sudah jenu,
maka magma tersebut akan naik secara perlahan. Sebagian besar magma yang
naik ini akan sampai ke bagian atas dari kerak kontinen, dimana dia akan menjadi
dingin dan terkristalisasi pada kedalaman beberapa kilometer. Sedangkan
sebagian sisanya akan termigrasi ke permukaan dan kadang-kadang membentuk
erupsi volkanik yang eksplosif. Pegunungan volkanik Andes merupakan
pegunungan yang terbentuk dari proses ini, dimana Lempeng Nazca mengalami
peleburan pada saat menunjam di bawah Lempeng Kontinen Amerika Selatan.
Tingginya frekuensi gempa bumi di daerah Andes, merupakan bukti dari proses
tersebut. Pegunungan seperti Andes yang terbentuk akibat asosiasi aktifitas
volkanik dengan proses subdaksi, disebut busur volkanik.
1.2. Tumbukan Samudera-Samudera

Pada saat dua buah lempeng samudera saling bertumbukan, maka salah
satunya akan menunjam di bawah yang lain, yang juga akan diikuti oleh
terjadinya aktivitas volkanik, seperti pada tumbukan kontinen-samudera. Tetapi,
dalam kasus ini volkanisma akan terjadi di lantai samudera, bukan di daerah
kontinen. Jika aktivitas volkanik ini terjadi terus menerus, maka sebuah benua
baru akan muncul dari laut dalam. Pada tahap awal dari proses ini, benua baru
yang terbentuk tersebut akan terdiri atas jajaran kepulauan volkanik yang kecil,
yang disebut busur kepulauan. Busur kepulauan ini umumnya berlokasi sekitar
beberapa ratus kilometer dari palung laut dalam, dimana aktivitas subdaksi sedang
terjadi.

1.3. Tumbukan Kontinen-Kontinen

Tumbukan antara lempeng kontinen dengan kontinen dapat diambil contoh


tumbukan antara Lempeng India yang membentur Asia, dan membentuk
Pegunungan Himalaya, yang merupakan pegunungan yang terbesar dan terluas di
dunia. Pada saat terjadi tumbukan seperti ini, maka lempeng kontinen akan
tertekuk, terpecah-pecah dan umumnya menjadi lebih pendek.
2. Batas Divergen

Batas Lempeng Divergen

Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan
lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang
mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru
berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Zone
divergen, ditandai dengan pematang tengah samudra (oceanic ridge), seperti
pematang tengah Samudra Pasifik dan Atlantik dan lava bantal (pillow lava) yang
bersifat basaltis.

Di daerah dua lempeng yang saling berjauhan terjadi:


Pembentukan tanggul di dasar samudera sepanjang perenggangan lempeng,
seperti tanggul-tanggul di dasar Samudera Atlantik, Samudera Pasifik.
Persebaran lempeng tektonik di bumi.
Benua Amerika bergerak menjauh dengan benua Afrika dan Eropa.
Vulkanisme dasar laut menghasilkan lava basa/lava encer.
Aktivitas gempa di dasar laut.

Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah
Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar samudra
Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua
Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk laut merah.
3. Batas Transform

Batas Lempeng Transform

Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan
saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike
Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms adalah patahan San Andreas di
Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan
lempeng benua Amerika Utara.

Tipe ketiga dari batas-batas lempeng adalah patahan transform, dimana


lempeng-lempeng saling bergesekan satu dengan yang lain tanpa menyebabkan
terbentuknya lempeng/kerak yang baru, seperti yang terjadi pada pemekaran
punggungan samudera, serta juga tidak mengakibatkan rusaknya lempeng, seperti
yang terjadi pada zona subdaksi.

Istilah patahan transform ini pertama kali diusulkan oleh J. Tuzo Wilson dari
University of Toronto, pada tahun 1965. Wilson mengatakan bahwa patahan
normal ini, bersama-sama dengan proses konvergen dan divergen, merupakan
suatu rangkaian proses kontinyu yang membagi-bagi selubung luar bumi menjadi
beberapa lempeng padat yang terpisah-pisah.

Wilson memberikan istilah yang khusus pada patahan ini, yaitu patahan
transform, karena pergerakan relatif dari lempeng-lempeng tersebut dapat berubah
atau tertransformasi satu sama lainnya. Seperti telah diperhatikan atau dijelaskan
pada contoh terdahulu, bahwa proses divergen yang terjadi pada pusat pemekaran
dapat berubah/tertransformasi menjadi proses konvergen di zona subdaksi.
Sebagian besar patahan transform terjadi di kerak samudera, tetapi ada juga
sedikit yang terjadi di kerak kontinen, seperti di Patahan San Andreas di
Kalifornia.

Anda mungkin juga menyukai