Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

F 32 ( MANIA )

Di Susun Oleh:

DIAN PUSPITASARI

J210100085

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013
1
PEMBAHASAN

1. Definisi/Pengertian

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meluas, meningkat, bersemangat, atau mudah tersinggung. Respon diri dapat
ditunjukkan dengan perilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan penyimpangan
seksual (Riyadi, 2009: 140).

Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial (Purwaningsih, 2009: 130).

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan
motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, DEPKES, biru blogspot).

Jadi, mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasan yang meningkat dimana kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan
berupa peningkatan kegiatan motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, tertawa
berlebihan, penyimpangan seksual yang berpngaruh terhadap fungsi fisik dan sosial individu.

2. Etiologi/Penyebab

Mania dapat timbul karena adanya factor predisposisi dan factor presipitasi

a. Faktor Predisposisi
1) Faktor genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan
melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada
kembar monozigote.
2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan
pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen
antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri

2
sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme
kompensasi)
3) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang
sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
4) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang
mengalami mania.
5) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh
penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
6) Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi
aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan
akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respons yang adaptif.
7) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif
selama berinteraksi dengan lingkungan.
8) Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan kimiawi,
yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi
kortisol.

b. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor biologis,
psikologis, dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma
dan ketidakseimbangan metabolism. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih
sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor osial
budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan pekerjaan.

Menurut Riyadi, terdapat stressor pencetus gangguan alam perasaan yang meliputi:

3
1) Kehilangan keterkaitan individu mempunyai hubungan yang sangat actual atau
penting dengan seeorang atau obyek kehilangan sehingga menimbulkan stress.
Misalkan kehilangan orang yang dicintai, fungsi fisik, harga diri dan peran.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan, pengalaman terdahulu tentang hal-hal menyakikan
atau menyenangkan yang tidak terlupakan mempengaruhi masalah individu saat ini
dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
3) Ketegangan Peran, yang meliputi konflik peran, peran yang tidak jelas, atau peran
yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan alam perasaan depresi atau mania
4) Perubahan fisiologis akibat penyakit dan obat-obatan penyakit fisik seperti infeksi,
neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolic dan berbagai macam obatantihipertensi
serta penyalahgunaan obat dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

3. Proses Terjadinya Mania

Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan
disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang-
kadang sebagai pikiran yang meloncat-loncat (flight of ideas).

Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga
dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya dan
mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak
pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik.
Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh
dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan
perasaannya secara kasar dalam cetusan-cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang
lain.

Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan
hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa
permusuhannya timbul, ia bertindak seolah-olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak
pernah membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak
memilikikepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk menutupi perasaan tidak
berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.

4
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien
berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya. Karena
kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang
mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang
mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.

Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Responsif Reaksi kehilangan Supresi Reaksi kehilangan Mania depresi


yang wajar yang memanjang

Keterangan :
1) Responsif adalah respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaaanya.
Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
2) Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normall dialami
individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita
dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya sedih, berfokus pada diri
sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak
berlangsung lama.
3) Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu
menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap
lingkungan.
4) Reaksi kehilangan yang memanjang
Bila anada merasa sangat marah atau kesal dengan pergi mengendarai sepeda,
biasanya reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan
memanjang, tetapi tidak tampak emosi emosional terhadap kehilangan. Reaksi
berduka yang memanjang dapat terjadi beberapa tahun.
5) Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih
dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

5
4. Pohon masalah

Gangguan sensori Resiko PK :


persepsi : halusinasi mencederai diri,
orang lain,
lingkungan Defisit
perawatan
diri

CORE PROBLEM Gangguan alam perasaan: mania Risiko


ketidaksei
mbangan
nutrisi
Koping individu tidak
efektif
Gangguan
Penatalaksanaan pola tidur
regimen terapeutik tidak / istirahat
efektif

Hambatan
Masalah Keperawatannya:
komunika
a. Gangguan alam perasaan: mania si verbal
b. Koping maladaptif.
c. Gangguan sensori persepsi: Waham
d. Risiko PK
e. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur.
f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan.
g. Gangguan komunikasi: verbal.
h. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
i. Defisit perawatan diri.
j. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

5. Manifestasi (Perilaku dan Mekanisme Koping)

a. Perilaku
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi.
Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan
dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
6
Tabel 1. Perilaku yang berhubungan dengan mania
Komponen Perilaku
Afektif Gembira yang berlebihan
Harga diri meningkat
Tidak tahan kritik
Kognitif Ambisi
Mudah terpengaruh
Mudah beralih perhatian
Waham kebesaran
Ilusi
Flight of ideas
Gangguan penilaian
Fisik Dehidrasi
Nutrisi yang tidak adekuat
Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat
Berat badan menurun
Tingkah Laku Agresif
Hiperaktif
Aktivitas motorik meningkat
Kurang bertanggung jawab
Royal
Irritable atau suka berdebat
Perawatan diri kurang
Tingkah lahu seksual yang berlebihan
Bicara bertele-tele

b. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang
adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Tingkah
laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari
kurang efektif koping dalam menghadapi kehilangan.

7
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi :
1) Identitas klien dan penanggung.
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme
koping, masalah psikososial dan lingkungan.
a) Aktivitas/Istirahat
Pola tidur terganggu atau periode tanpa tidur / penurunan kebutuhan tidur (
misalnya merasa telah reistirahat dengan baik hanya dengan tidur selama 3 jam ).
Secara fisik hiperaktif, akhirnya kelelahan.
b) Integritas Ego
Persepsi diri yang mengagungkan atauy merendahkan kepercayaan diri yang
tidak realistis.
Waham dapat diekspresikan dengan rentang dari perencanaan yang tidak realistis
dan memberi nasehat tanpa diminta secara terus menerus ( meskipun tidak ada
keahlian ) sampai delusi waham kebesaran tentang hubungan dengan orang
penting termasuk Tuhan atau perasaan obsesif orang lain adalah kumpulan
musuh karena kekhususan.
Sikap humoris dapat menjadi kaustik atau bermusuhan.
c) Makan Minum
Penurunan berat badan sering ditemukan .
d) Hygiene
Tidak perhatian terhadap aktifitas hidup sehari hari secara umum .
Kerapihan dan pilihan berpakaian dapat menjadi tidak sesuai, terlalu semarak dan
ganjil, penggunaan tata rias dan perhiasan yang berlebihan.
e) Neurosensoris
Alam perasaan yang timbul terlalu meluas, melayang atau peka.

8
Melaporkan aktifitas yang tidak terorganisasi atau semarak dan aneh,
penyangkalan terhadap kemungkinan hasil akhir, persepsi alam perasaan sama
sama diinginkan dan berpotensi membatasi.
Status mental : konsentrasi atau perhatian buruk ( berespon terhadap rangsangan
multiple yang tidak relevan dalam lingkungan ), menyebabkan perubahan topic
yang cepat dalam percakapan dan ketidakmampuan dalam menyelesaikan
aktivitas.
Alam perasaan : didominasi oleh euphoria, tetapi dengan mudah berubah menjadi
marah atau kecewa akibat provokasi ringan, perubahan alam perasaan, dapat
diselingi periode normal.
Delusi : paranoid dan waham, fenomena psikotik (ilusi atau halusinasi ).
Penilaian : buruk, umumnya peka rangsang.
Wicara : cepat dan ditekan, dengan perubahan tiba tiba dapat berkembang
menjadi tidak terorganisasi dan tidak kohern
Agitasi Psikomotor :
f) Keamanan
Dapat menunjukan derajat bahaya untuk diri atau orang lain, bertindak
berdasarkan kesalahan persepsi.
g) Seksualitas
Libido meningkat, perilaku mungkin tidak terhambat.
h) Interaksi Sosial
Dapat digambarkan atau diingat sebagai sangat ekstrovert / mudah bersosialisasi
( banyak teman )
Riwayat terlalu terlibat dengan orang lain dan dengan aktivitas, perencanaan
yang tidak realistis, ambisius, bertindak atas keputusan yang buruk berkaitan
dengan konsekuensi social ( tindakan yang tidak terkendali, mengemudi dengan
sembrono, perilaku seksual yang ganjil atau bermasalah )
Hambatan yang khas dalam aktivitas social, hubungan dengan orang lain (
kurangnya hubungan dekat ), fungsi disekolah atau pekerjaan, perubahan periodic
dalam pekerjaan / sering berpindah pekerjaan.

i) Pembelajaran/Pengajaran

9
Episode penuh pertama biasanya antara 15 dan 24 tahun, dengan gejala yang
berlangsung paling sedikit 1 minggu.
Dapat dirawat di Rumah Sakit selama episode perilaku mania sebelumnya.
Penyalahgunaan alcohol atau obat lain secara periodic.
6) Aspek medic

b. Pohon Masalah

Gangguan sensori Resiko PK :


persepsi : halusinasi mencederai diri,
orang lain,
lingkungan Defisit
perawatan
diri

Core Problem Gangguan alam perasaan: mania Risiko


ketidaksei
mbangan
nutrisi
Koping individu tidak
efektif
Gangguan
Penatalaksanaan pola tidur
regimen terapeutik tidak / istirahat
efektif

Hambatan
komunika
si verbal
c. Daftar Masalah keperawatan

1) Gangguan alam perasaan: mania.


2) Koping maladaptif.
3) Gangguan sensori persepsi: Waham
4) Risiko PK
5) Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur.
6) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan.
7) Gangguan komunikasi: verbal.
8) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
9) Defisit perawatan diri.

10
10) Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

2. Diagnosis Keperawatan

a. Gangguan alam perasaan: mania


b. Koping tidak efektif
c. Gangguan sensori persepsi : waham
d. Risiko PK : mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
e. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
f. Hambatan komunikasi: verbal
g. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur
h. Defisit perawatan diri
i. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

11
3. Rencana Keperawatan
Core Perencanaan
Tgl Intervensi Rasional
Problem Tujuan Kreteria evaluasi
Gangguan TUM:
alam
Mengajarkan klien
perasaan:
mania untuk memiliki
respon emosional
yang adaptif dan
meningkatkan
kepuasan diri yang
dapat diterima oleh
lingkungan.
TUK 1: Setelah dilakukan asuhan a) Bina hubungan saling percaya: Hubungan saling percaya
Klien dapat keperawatan selama (....X...) salam terapeutik, memperkenalkan merupakan langkah awal
membina hubungan hubungan saling percaya diri, jelaskan tujuan interaksi, untuk menentukan
saling percaya dapat terbina ciptakan lingkungan yang tenang, keberhasilan rencana
Ekspresi wajah bersahabat, buat kesepakatan / janji dengan selanjutnya
menunjukkan rasa senang, jelas tentang topik, tempat, waktu.
ada kontak mata, mau b) Tanggapi pembicaraan klien
berjabat tangan, mau dengan sabar dan tidak
menyebutkan nama, mau menyangkal.
menjawab salam, mau duduk c) Bicara dengan tegas, jelas, singkat

12
berdampingan dengan dan bersahabat.
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
TUK 2: Setelah dilakukan asuhan a) Beri kesempatan klien unutk Dengan memberi
Klien dapat keperawatan selama (....X...) mengungkapkan perasaannya. kesempatan klien
mengungkapkan klien dapat mengungkapkan b) Beri kesempatan klien mengungkapkan dapat
perasaannya permasalahannya, dengan mengutarakan keinginan dan meningkatkan hubungan
Kriteria Evaluasi: pikirannya dengan teknik focusing. saling percaya.
Klien tampak lebih lega dan c) Bicarakan hal-hal yang nyata
lebih mau terbuka dalam dengan klien.
mengungkapkan masalah dan
isi pikiran.

TUK 3: Setelah dilakukan asuhan a) Tanyakan kepada pasien cara yang Dengan mengkaji masalah
Klien dapat keperawatan selama (....X...) biasa dilakukan mengatasi perasaan klien dapat membantu
menggunakan mekanisme koping klien kesal, marah, dan tak mengatasi masalah klien.
koping adaptif. adaptif, dengan menyenangkan. Reinforcement bisa
Kriteria Evaluasi b) Bicarakan kerugian cara yang telah meningkatkan
Klien dapat mengungkapkan digunakan. kepercayaan diri klien.
perasaan saat marah/jengkel, c) Jelaskan tentang batas tingkah laku
menyimpulkan tanda-tanda yang wajar.
jengkel/kesal yang dialami. d) Bantu klien menemukan cara lain

13
yang lebih posistif.
e) Beri dorongan kepada pasien untuk
memilih koping yang paling tepat
dan dapat diterima.
f) Beri dorongan kepada pasien untuk
mencoba koping yang telah dipilih
g) Anjurkan pasien untuk mencoba
alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah.
TUK 4: Setelah dilakukan asuhan a) Tempatkan klien di ruang yang Meningkatkan
Klien terlindung dari keperawatan selama (....X...) tenang, tidak banyak rangsangan, kenyamanan dan
perilaku mencederai klien terlindung dari perilaku tidak banyak peralatan. ketenangan klien dan
diri, orang lain dan mencederai diri, dengan b) Jauhkan dan simpan alat-alat yang mengurangi prilaku
lingkungan. Kriteria Evaluasi: dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai diri
a. Sikap klien tampak mencederai dirinya,orang lain dan
tenang tanpa perlawanan lingkungan, ditempat yang aman
dan dapat mengontrol dan terkunci.
emosinya c) Temani klien jika nampak tanda-
tanda marah / agresif.
d) Lakukan pengekangan fisik jika
klien tidak dapat mengontrol
perilakunya.

14
TUK 5: Setelah dilakukan asuhan a) Anjurkan klien untuk melakukan
Klien dapat keperawatan selama (....X...) kegiatan motorik yang terarah,
melakukan kegiatan klien dapat melakukan misal: menyapu, joging dll.
terarah. kegiatan terarah, dengan b) Beri kegiatan individual sederhana
Kriteria Evaluasi: yang dapat dilaksanakan dengan
Klien dapat melakukan baik oleh klien.
kegiatan yang c) Berikan kegiatan yang tidak
diinstruksikan dengan baik memerlukan kompetisi.
d) Bantu klien dalam melaksanakan
kegiatan.
e) Beri reinforcement positif atas
keberhasilan pasien.
TUK 6: Setelah dilakukan asuhan a) Diskusikan tentang manfaat makan Mengkaji dan
Klien terpenuhi kepperawatan selama dan minum bagi kesehatan. mendiskusikan makanan
kebutuhan nutrisinya (....X...) kebutuhan nutrisi b) Ajak klien makan makanan yang pada klien dapat
klien terpenuhi, dengan telah disediakan, temani selama meningkatkan asupan
Kriteria evaluasi: makan. nutrisi klien.
BB ideal dan nafsu makan c) Ingatkan klien untuk minum jam
klien meningkat. sekali sebanyak 100 cc.
d) Sediakan makanan TKTP, mudah
dicerna.

15
TUK 7 : Setelah dilakukan asuhan a) Diskusikan pentingnya istirahat Meningkatkan rasa
Klien terpenuhi keperawatan selama bagi kesehatan. tenang klien dan
kebutuhan tidur dan (....X...), klien terpenuhi b) Anjurkan klien untuk tidur pada memenuhi kebutuhan
istirahatnya kebutuhan tidurnya, dengan jam-jam istirahat. isstirahat klien
Kriteria evaluasi: c) Sediakan lingkungan yang
Konjungtiva tidak pucat, mendukung: tenang, lampu redup
klien tidak terbangun malam dll.
hari, klien tidak
mengeluhkan susah tidur,
dan wajah tampak segar.
TUK 8 : Setelah dilakukan asuhan a) Diskusikan manfaat kebersihan diri Meningkatkan rasa
Klien terpenuhi keperawatan selama bagi kesehatan. kebersihan diri klien
kebersihan dirinya (....X...), kebutuhan b) Bimbing dalam kebersihan diri
kebersihan diri klien (mandi, keramas, gosok gigi).
terpenuhi c) Bimbing pasien berhias.
Kriteria evaluasi: d) Beri pujian bila klien berhias
Klien tampak rapi dan secara wajar.
bersih, klien dapat
berpakaian mandiri, dan
dapat toileting sendiri.
TUK 9 : Setelah dilakukan asuhan a) Diskusikan tentang obat (nama, Meningkatkan
Klien dapat keperawatan selama dosis, frekuensi, efek dan efek kemampuan klien dalam

16
menggunakan obat (....X...), klien dapat minum samping minum obat). menggunakan obat dengan
dengan benar dan obat dengan benar, dengan b) Bantu menggunakan obat dengan benar dan tepat.
tepat Kriteria evaluasi: prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
Klien dapat menyebutkan dosis, cara, waktu).
manfaat minum obat, c) Anjurkan membicarakan efek dan
kerugian tidak minum obat, efek samping yang dirasakan.
efek samping dan efek d) Beri reinforcement positif bila
terapi. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan
benar. Klien dapat
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dokter.
TUK 10 : Setelah dilakukan asuhan a) Beri pendidikan kesehatan pada Perhatian keluarga dan
Klien dapat keperawatan selama (....X...), keluarga tentang cara merawat klien. pengertian keluarga akan
memanfaatkan klien dapat memanfaatkan b) Bantu keluarga memberi dukungan dapat membantu
sistem pendukung sistem pendukung yang ada, selama klien dirawat. meningkatkan harga diri
yang ada. dengan Kriteria evaluasi: c) Bantu keluarga menyiapkan klien
Klien dapat beraktifitas lingkungan di rumah.
dengan lancar oleh bantuan d) Beri reinforcement positif atas
keluarga. keterlibatan keluarga.

17
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi
a. Terbinanya hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
c. Klien dapat mempertahankan mekanisme koping adaptif
d. Tidak terjadi perilaku mencederai diri
e. Klien dapat melakukan aktivitas atau kegiatan secara terarah
f. Nutrisi klien terpenuhi secara adekuat
g. Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi
h. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
i. Klien dapat minum obat dengan benar
j. Pemanfaatan sistem pendukung yang ada

18
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marlynn E et al. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi . Jakarta:
EGC

Maramis, W. F. 1996. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga University Press.

NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Jakarta: EGC

Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai