Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

RADIASI BENDA-HITAM

Salah satu penyebab lahirnya fisika kuantum adalah ditemukannya bebe-


rapa gejala pada radiasi benda-hitam, pada akhir abad 19, yang tidak da-
pat dijelaskan dengan teori yang telah ada pada saat itu. Untuk menda-
patkan teori yang cocok, ternyata orang harus merombak pemikirannya
tentang konsep energi, khususnya energi radiasi. Keyakinan lama tentang
energi bernilai malar (kontinu) dirombak menjadi keyakinan baru yang
menyatakan bahwa energi dapat bernilai diskret. Di sinilah pertama kali-
nya muncul konsep pengkuantuman energi. Selain itu, tetapan Planck,
yang menjadi ciri khas fisika kuantum, juga ditemukan dalam rangka
perumusan teori radiasi benda-hitam itu.
Oleh karena itu, sebagai langkah awal dalam mempelajari fisika kuan-
tum, pada bab ini kita membahas perihal radiasi benda-hitam. Pertama ki-
ta bahas pengertian radiasi termal dan berbagai data eksperimen yang
terkait dengan radiasi benda-hitam. Kemudian kita pelajari Teori Rayleigh-
Jeans, suatu teori terbaik yang dapat dibangun berdasarkan konsep energi
malar tetapi hasilnya tidak cocok dengan data eksperimen. Kita akan me-
nemukan penyebab kegagalan teori itu dan pada gilirannya akan mema-
hami cara Planck menemukan teori yang benar. Akhirnya, kita diskusikan
konsekuensi teori Planck terhadap perkembangan pemahaman kita ten-
tang energi.

1.1 RADIASI TERMAL

Radiasi (sinaran gelombang elektromagnet) yang dipancarkan oleh


suatu benda akibat temperaturnya disebut radiasi termal. Setiap benda sela-
lu memancarkan radiasi termal ke lingkungannya dan bersamaan itu juga
menyerap radiasi termal dari lingkungannya. Laju pemancaran dan pe-
nyerapan tersebut tidak harus sama. Jika mula-mula temperatur benda
lebih tinggi daripada temperatur lingkungannya, laju pemancaran benda

Sutopo Pengantar Fisika Kuantum 1


2 Radiasi Termal

itu melebihi laju penyerapannya sehingga benda tersebut segera menjadi


dingin. Jika sudah dicapai kesetimbangan termal dengan lingkungannya,
laju pemancarannya selalu sama dengan laju penyerapannya.
Radiasi termal pada umumnya terbentang dalam bentuk spektrum,
artinya terdiri atas sederetan gelombang dengan berbagai frekuensi, atau
panjang gelombang. Spektrum tersebut dapat berupa spektrum kontinu
atau spektrum garis. Spektrum yang dihasilkan oleh radiasi termal benda
padat dan cair berupa spektrum kontinu, sedangkan yang dihasilkan oleh
gas berupa spektrum garis.
Pada umumnya detail spektrum radiasi termal bergantung pada tem-
peratur dan bahan penyusun benda. Tetapi, spektrum yang dihasilkan
oleh benda panas khusus yang disebut benda-hitam (blackbody) hanya ber-
gantung pada temperaturnya. Artinya, pada temperatur yang sama semua
benda-hitam memancarkan radiasi termal dengan spektrum yang sama,
apa pun bahan penyusunnya. Karena sifat keuniversalan spektrumnya
itulah maka para ahli banyak mempelajari radiasi benda-hitam.
Benda-hitam didefinisikan sebagai benda yang menyerap seluruh ra-
diasi yang mengenainya. Contoh terbaik benda-hitam adalah lubang kecil
di dinding benda berongga. Radiasi yang masuk ke dalam rongga melalui
lubang tidak dapat ke luar lagi dengan segera. Sebab, begitu masuk ke da-
lam rongga, ia dipantulkan berkalikali oleh dinding rongga sebelum akhir-
nya menemukan lubang dan lepas ke luar. Lihat Gambar 1.1. Mudah dipa-
hami bahwa semakin kecil ukuran lubang semakin kecil pula peluang
radiasi yang masuk tadi dapat ke luar lagi. Jika lubang dibuat sedemikian
kecil sehingga seluruh radiasi yang masuk tidak dapat ke luar lagi maka
lubang tadi dikatakan menyerap seluruh radiasi yang mengenainya. De-
ngan demikian lubang tersebut berperilaku sebagai benda-hitam. Jika ada
radiasi ke luar melewatinya, asalnya selalu dari dalam rongga itu sendiri,
bukan dari pantulan.

Gambar 1.1 Lubang kecil di permukaan ben-


da panas berongga menyerap
semua radiasi yang mengenai-
nya. Lubang berperilaku seba-
gai benda-hitam.

Penyelidikan radiasi benda-hitam pada umumnya menggunakan lu-


bang kecil seperti itu. Untuk menghasilkan radiasi, dinding rongga dipa-
nasi sehingga memancarkan radiasi ke dalam rongga. Radiasi ini selan-

Pengantar Fisika Kuantum


Radiasi termal 3

jutnya lepas ke luar rongga melewati lubang. Karena lubang telah berperi-
laku sebagai benda-hitam, maka radiasi yang melewatinya dapat diguna-
kan sebagai sampel (contoh) radiasi benda-hitam yang ideal. Lebih lanjut,
karena lubang tidak lain merupakan bagian dari rongga, maka radiasi
yang keluar dari lubang tadi juga mewakili radiasi rongga (cavity radiation)
secara keseluruhan.

1.2 DATA EKSPERIMEN RADIASI BENDA-HITAM

Ada 3 hal penting yang akan kita bicarakan tentang data eksperimen
radiasi benda-hitam, yaitu: distribusi radiansi spektral (spectral radiancy dis-
tribution), Hukum Pergeseran Wien, dan Hukum Stefan-Boltzmann.

1.2.1 Distribusi Radiansi Spektral


Untuk menyelidiki spektrum radiasi benda-hitam, didefinisikan suatu
fungsi distribusi yang disebut distribusi radiansi spektral. Yang dimak-
sud dengan radiansi adalah banyaknya energi yang dipancarkan tiap satu
satuan luas permukaan benda tiap satu satuan waktu. Karena energi per
satuan waktu dinamai daya, maka radiansi dapat pula dikatakan sebagai
daya pancar per satuan luas. Keterangan spetral pada ungkapan distri-
busi radiansi spektral dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa distribusi
radiansi tersebut dirumuskan untuk mendeskripsikan radiansi yang di-
sumbangkan oleh masing-masing komponen spektrum. Komponen spek-
trum dapat dicirikan dengan salah satu dari dua besaran berikut, yaitu
panjang gelombang atau frekuensi. Jika frekuensi yang kita pilih, maka
distribusi radiansi spektral menyatakan distribusi radiansi (daya pancar
per satuan luas permukaan benda-hitam per satuan waktu) yang disum-
bangkan oleh komponen spektrum yang berfrekuensi tertentu. Karena ra-
diansi pada komponen spektrum juga bergantung pada temperatur
benda-hitam maka fungsi distribusi radiansi spektral juga bergantung
pada temperatur benda-hitam.
Jika fungsi distribusi radiansi spektral kita lambangi RT (n ) , maka
R T (n )dn menyatakan radiansi benda-hitam yang bertemperatur T dan di-
sumbangkan oleh komponen spektrum yang berfrekuensi dari n sampai
n + dn . Data eskperimen radiasi benda-hitam, khususnya distribusi radi-
ansi spektralnya, secara kualitatif disajikan pada Gambar 1.2 .
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa spektrum radiasi
benda-hitam berupa spektrum kontinu dengan radiansi yang beragam
bagi masing-masing komponen spektrum. Komponen spektrum yang ber-
frekuensi sangat rendah memiliki radiansi sangat lemah. Seiring dengan

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


4 Data eksperimen radiasi benda-hitam

kenaikan frekuensi, radiansi itu berangsur-angsur naik sampai mencapai


batas tertentu kemudian turun lagi. Pada temperatur tertentu, selalu terda-
pat satu komponen spektrum yang radiansinya paling kuat.
RT(n)

T5
T4
T3
T2
T1
n
Gambar 1.2 Distribusi spektral radiansi benda-hitam pada temperatur
T5 > T4 > T3 > T2 > T1. Beda antara dua temperatur yang
berdekatan adalah tetap

1.2.2 Hukum Pergeseran Wien


Gambar 1.2 juga menunjukkan bahwa pada setiap temperatur tertentu
selalu terdapat komponen spektrum yang radiansinya paling besar. Sema-
kin tinggi temperatur benda, semakin tinggi pula frekuensi komponen
spektrum yang radiansinya paling besar. Jika frekuensi komponen spek-
trum dengan radiansi terbesar itu dilambangi nmaks, maka dari grafik terse-
but didapatkan hubungan bahwa nmaks T, atau
nmaks = a T, (1. 1)
dengan a suatu tetapan yang nilainya sebesar 5,871010 K-1s-1. Rumusan
tersebut merupakan bentuk lain dari rumusan lmaksT = 2,89810-3 m.K,
yang pertama kali ditemukan secara empiris oleh Wien. Oleh karena itu,
sebagai penghormatan atas karyanya, ungkapan di atas disebut Hukum
Wien. Hukum ini juga sering disebut sebagai Hukum Pergeseran Wien.
Kata pergeseran mengacu pada kenyataan bahwa jika temperatur ber-
ubah (naik/turun) maka nilai nmaks akan bergeser (naik/turun).
Perlu ditegaskan bahwa indeks maks pada nmaks kita gunakan
untuk menandai bahwa komponen spektrum yang frekuensinya nmaks

Pengantar Fisika Kuantum


Data eksperimen radiasi benda-hitam 5

tersebut memiliki radiansi paling besar, bukan untuk menyatakan nilai


maksimum bagi n itu sendiri. Hal ini tampak jelas ditunjukkan oleh
Gambar 1.2, bahwa pada sebarang temperatur, n dapat bernilai sebarang:
dari 0 sampai . Penjelasan serupa berlaku untuk lmaks. Untuk
menghindari kesalahan tafsir, ada baiknya jika nmaks kita baca sebagai
frekuensi utama dan lmaks kita baca sebagai panjang gelombang utama.

1.2.3 Hukum Stefan-Boltzmann



Luasan di bawah grafik RT(n), yaitu 0 RT (n ) dn , menyatakan radiansi
benda-hitam yang disumbangkan oleh seluruh komponen spektrum pada
temperatur T. Dengan kata lain, luasan tersebut menyatakan energi termal
yang dipancarkan oleh tiap satuan luas permukaan benda-hitam tiap satu-
an waktu pada temperatur T tertentu. Berdasarkan Gambar 1.2 dapat di-
simpulkan bahwa semakin tinggi temperatur benda-hitam semakin tinggi
pula energi termal yang dipancarkan. Kenaikan energi termal terhadap
temperatur tersebut ternyata sangat cepat.
Energi termal yang dipancarkan per satuan waktu oleh tiap satuan lu-
as permukaan benda-hitam yang bertemperatur T, dilambangi RT, ditemu-
kan secara empiris oleh Stefan dan dirumuskan sebagai
RT = s T 4 (1. 2)
dengan s = 5,6710-8 W.m-2.K-4, yang disebut tetapan Stefan-Boltzmann.
Persamaan (1.2) dikenal sebagai Hukum Stefan-Boltzmann.

1.3 RUMUSAN TEORETIS

Penjabaran teoretis radiasi benda-hitam pada umumnya dilakukan


melalui telaah radiasi di dalam rongga, bukan radiasi yang dipancarkan
dari lubang di dinding rongga. Hal ini disebabkan karena sudah tersedia
teori yang mapan tentang radiasi rongga, yaitu teori gelombang elektro-
magnetik Maxwell. Selain itu, ada hubungan yang sederhana antara radi-
ansi yang dihasilkan lubang di dinding suatu rongga dengan rapat energi
(per satuan volume) di dalam rongga itu.
Untuk mempelajari spektrum radiasi di dalam rongga, didefinisikan
suatu fungsi distribusi yang disebut distribusi rapat energi spektral, yaitu
distribusi energi termal yang terkungkung dalam tiap satuan volume
rongga yang disumbangkan oleh komponen spektrum tertentu. Jika fungsi
distribusi rapat energi spektral dilambangi r T (n ) maka r T (n ) dn menya-
takan energi termal per satuan volume rongga yang bertemperatur T dan

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


6 Rumusan teoretis

disumbangkan oleh komponen spektrum yang berfrekuensi dari n sampai


n + dn . Fungsi distribusi rapat energi spektral r T (n ) secara kualitatif sa-
ma dengan fungsi distribusi radiansi spektral RT (n ) . Hubungan kedua
besaran tersebut adalah

RT (n ) = c T (n ) ,
4
dengan c menyatakan laju cahaya dalam vakum.
Untuk menjelaskan secara teoretis ketiga data eksperimen sebagaima-
na disebutkan di depan, langkah yang paling strategis adalah menja-
barkan rumusan distribusi rapat energi spektral r T (n ) . Hal ini disebabkan
karena dua data yang lain, yaitu hukum Wien dan hukum Stefan-
Boltzmann, dapat dijabarkan dari r (n ) . Oleh karena itu, kita fokuskan
T
perhatian kita pada penjabaran r T (n ) tersebut.
Terjadinya radiasi di dalam rongga dijelaskan sebagai berikut. Kita
asumsikan dinding rongga berupa konduktor. Maka, jika dipanaskan,
elektron-elektron pada dinding rongga akan tereksitasi secara termal se-
hingga berosilasi. Berdasarkan teori Maxwell, osilasi elektron ini meng-
hasilkan radiasi elektromagnet. Radiasi ini akan terkungkung di dalam
rongga dalam bentuk gelombang-gelombang tegak (standing wave). Karena
dinding rongga berupa konduktor maka di dinding rongga terjadi simpul-
simpul gelombang. Uraian lebih rinci tentang terjadinya gelombang tegak
ini disajikan pada bagian tersendiri (lihat bagian 1.5).
Terdapat tak berhingga banyak ragam gelombang tegak (masing-ma-
sing ditandai dengan frekuensi atau panjang gelombangnya) di dalam
rongga. Namun demikian, cacah ragam yang memiliki frekuensi dalam
rentang dn tentu jumlahnya terbatas. Untuk memudahkan pembahasan,
penghitungan cacah ragam disajikan pada bagian tersendiri (lihat bagian
1.6). Berikut disajikan hasilnya saja.
Cacah ragam gelombang tegak (di dalam rongga) yang memiliki fre-
kuensi dari n sampai n + dn , dilambangi N (n ) dn adalah

8V 2
N ( )d = d , (1. 3)
c3
dengan V menyatakan volume rongga. Untuk setiap ragam gelombang,
terdapat tak berhingga banyak gelombang yang seragam, dengan energi
yang mungkin berbeda-beda bergantung pada amplitudo medannya.

Pengantar Fisika Kuantum


Rumusan teoretis 7

Untuk mendapatkan rapat energi spektral, langkah selanjutnya


adalah menentukan energi rata-rata tiap ragam < e > , yaitu energi termal
rata-rata bagi sekumpulan gelombang tegak yang seragam. Sebab,
berdasarkan definisinya, rapat energi spektral dapat diperoleh dengan
mengalikan energi rata-rata tiap ragam dengan cacah ragam yang
berfrekuensi dalam rentang dn dibagi volume rongga, yaitu:
N ()
T (n ) d = d . (1. 4)
V
Penghitungan yang dilakukan Rayleigh dan Jeans menghasilkan nilai
< e > = kBT, dengan kB tetapan Boltzmann yang nilainya 1,3810-23 J.K-1.
Subtitusi Persamaan (1.3) dan < e > = kBT ke dalam Persamaan (1.4)
menghasilkan
8 k BT 2
T (n ) d = d . (1. 5)
c3
Jelaslah bahwa hasil ini tidak cocok dengan data eksperimen. Data eksperi-
men menunjukkan bahwa untuk frekuensi sangat tinggi r T (n ) bernilai nol;
sementara itu menurut teori Rayleigh dan Jeans, r T (n ) bernilai tak ber-
hingga besar. Perhatikan Gambar 1.3 berikut.

n
Gambar 1.3 Kecocokan teori Rayleigh-Jeans dengan data eks-
perimen hanya pada frekuensi rendah

Penghitungan yang dilakukan Planck menghasilkan


h
= , (1. 6)
exp ( hn/k BT ) - 1

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


8 Rumusan teoretis

dengan h tetapan Planck yang nilainya sebesar 6,6310-34 J.s. Subtitusi Per-
samaan (1.6) dan (1.3) ke dalam (1.4) menghasilkan

8p 2 h
T (n ) d = d . (1.7)
c 3 exp (hn/k BT ) - 1
Hasil penjabaran Planck ini cocok dengan data eksperimen.
Berikut akan diuraikan secara singkat bagaimana Rayleigh-Jeans dan
Planck menghitung nilai energi rata-rata tiap ragam tersebut.

1.3.1 Teori Rayleigh-Jeans


Berdasarkan teori Maxwell, energi tiap ragam gelombang tegak dalam
rongga dapat bernilai sebarang, mulai dari nol sampai tak berhingga ber-
gantung pada amplitudonya. Energi rata-rata tiap ragam dihitung berda-
sarkan statistika Boltzmann yang menyatakan bahwa sejumlah besar (an-
sambel statistik) entitas fisis sejenis yang terbedakan dan berada pada kesetim-
bangan termal pada temperatur T, fraksi entitas fisis yang memiliki energi e se-
banding dengan faktor Boltzmann exp( -e / k BT ) . Statistika ini sepenuhnya
dapat digunakan mengingat bahwa sekumpulan gelombang tegak dalam
rongga tersebut memenuhi syarat berlakunya statistika itu. Ingat bahwa
semua gelombang tegak tadi adalah sejenis dan terbedakan; mereka juga
dalam kesetimbangan termal satu dengan lainnya.
Berdasarkan statistika Boltzmann dan mengingat bahwa energi tiap
ragam bernilai sebarang (bergantung pada amplitudonya), maka energi
rata-rata tiap ragam sebesar

e P(e ) de
-e / k BT
e e de
0 0
<e >= = , (1. 8)

P(e ) de
-e / k BT
e de
0 0
1
dengan P(e) menyatakan fungsi distribusi Boltzmann e -e / k BT .
k BT
Integrasi Persamaan (1.8) dapat diselesaikan sebagai berikut. Kare-
d -e / kBT d -e / kBT
na e = e -e / kBT maka e - e / kBT = k BT 2 e . Dengan
dT 2 d T
k BT
demikian, Persamaan (1.8) dapat ditulis sebagai

Pengantar Fisika Kuantum


Rumusan teoretis 9

d -e /kBT
e de
dT 0
e = k BT 2
. (1. 9)
-e / kBT
e de
0

Selanjutnya, karena e -e / kBT de = k BT maka Persamaan (1.9) dapat diu-
0
bah menjadi
d
( k BT )
2 dT k2 T2
< e > = k BT = B = k BT . (1. 10)
k BT k BT
Begitulah proses penghitungan energi rata-rata tiap ragam menurut teori
Rayleigh dan Jeans.
Sebagaimana telah dinyatakan di depan, hasil perhitungan ini menye-
babkan rumusan distribusi rapat energi spektral yang dihasilkan tidak co-
cok dengan eksperimen; khususnya pada frekuensi tinggi (daerah ultra
violet). Perlu dicatat bahwa langkah-langkah yang dilakukan Rayleigh dan
Jeans sepenuhnya tidak bertentangan dengan teori yang ada saat itu. Oleh
karena itu, kegagalan Rayleigh-Jeans sekaligus merupakan kegagalan fisi-
ka yang telah dikembangkan sampai saat itu. Peristiwa itu, dalam sejarah
fisika, dikenal sebagai bencana ultraviolet.

1.3.2 Teori Planck


Persamaan (1.4) memberi petunjuk bahwa kunci utama untuk menda-
patkan teori radiasi benda-hitam yang benar adalah ketepatan dalam me-
rumuskan energi rata-rata tiap ragam. Berdasarkan persamaan itu, dan
kenyataan bahwa teori Rayleigh-Jeans cocok untuk frekuensi rendah,
maka energi rata-rata tiap ragam harus bergantung pada frekuensi. Tegasnya:
pada frekuensi tinggi bernilai nol dan pada frekuensi rendah bernilai kBT.
Pemikiran seperti inilah yang mengantarkan Planck berhasil merumuskan
teori yang benar. Berikut diuraikan secara singkat bagaimana Planck
merumuskan teorinya.
Karena langkah yang ditempuh Rayleigh dan Jeans sudah konsisten
dengan teori-teori yang ada saat itu, maka Planck mencoba mengajukan
hipotesis yang benar-benar baru pada saat itu. Planck mengajukan hipote-
sis bahwa energi tiap ragam tidaklah berupa sebarang nilai dari nol sampai tak
berhingga, melainkan harus merupakan salah satu dari sederetan nilai diskret
yang terpisah secara seragam dengan interval De. Jadi energi tiap ragam
haruslah salah satu dari 0, De, 2De, 3De,... nDe; dengan n = 1, 2, 3,

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


10 Rumusan teoretis

Untuk menghasilkan energi rata-rata yang bergantung pada


frekuensi, maka energi tiap ragam juga harus bergantung pada frekuensi.
Ini berarti bahwa De harus berbanding lurus terhadap n. Kesebandingan
ini dapat diubah menjadi kesamaan dengan mengajukan suatu besaran
yang berdimensikan energi kali waktu (yaitu aksi) sebagai faktor
kesebandingannya. Jika tetapan kesebandingan itu kita lambangi h maka
energi tiap ragam haruslah salah satu dari nilai
e n = nhn , n = 0, 1, 2 ... . (1. 11)
Karena energi tiap ragam tidak bersifat kontinu maka penghitungan
energi rata-rata melalui proses integrasi seperti pada Persamaan (1.8) tidak
lagi dapat digunakan. Sebagai gantinya harus digunakan cara penjumlah-
an biasa, tentu saja harus meliputi seluruh energi yang mungkin dimiliki
setiap ragam, yaitu:
- /k T - n h /k BT -n
n e n B nh e n e
= n = n = k BT n , (1. 12)
- n /k BT - n h /k BT -n
e e e
n n n

dengan a hn/kBT. Persamaan (1.12) dapat disederhanakan sebagai ber-


d - na d - na
ikut. Karena e = - n e - na , maka n a e - na = - a e . Dengan
d d
demikian, Persamaan (1.12) tadi dapat diubah menjadi
d
e - na
d n
e = k BT (-) . (1. 13)
e - na
n
Selanjutnya, dari hubungan:

- na
e = 1 + e - a + e - 2a + e - 3a + e - 4a + L.
n
1
dan
-a
= 1 + e - a + e - 2 a + e - 3a + e - 4 a + L .
1- e

diperoleh hubungan
1
e - na = (1. 14)
n 1- e - a

Pengantar Fisika Kuantum


Rumusan teoretis 11

Dengan demikian, derivatif pada pembilang di Persamaan (1.13) meng-


hasilkan

d d 1 e-a
da
e - na = da

1- e -a
= -
( 1 - e - a )2
. (1. 15)
n
Subtitusi Persamaan (1.15) dan (1.14) ke dalam Persamaan (1.13) diperoleh
a kB T
e = . (1. 16)
ea - 1
Karena a = hv/kBT, maka
hn
e = . (1. 17)
h / k BT
e -1
Begitulah cara Planck merumuskan energi rata-rata tiap ragam gelombang
tegak dalam rongga yang bertemperatur T.
Apakah rumusan tadi telah memenuhi harapan Planck, yaitu: pada
frekuensi rendah bernilai kBT dan pada frekuensi tinggi bernilai nol? Perta-
nyaan itu dapat dijawab dengan mengamati nilai limit < e > pada n
dan pada n 0. Kedua nilai limit tersebut dapat dihitung dengan kaidah
LHospital sebagai berikut.
hn h
lim e = lim = lim = k BT
0 0 e h / kBT
- 1 0 (h/k BT ) e h / kBT
dan
hn h k BT
lim e = lim = lim = = 0.
e h / kBT - 1 (h /k BT ) e h / kBT

Jelaslah bahwa rumusan nilai energi rata-rata tiap ragam gelombang tadi
telah memenuhi harapan Planck, yaitu: pada frekuensi rendah bernilai kBT
dan pada frekuensi tinggi bernilai nol.
Akhirnya, dengan memasukkan Persamaan (1.17) ke dalam Persama-
an (1.4) diperoleh rapat energi persatuan volume rongga pada temperatur
T yang dihasilkan oleh ragam gelombang yang berfrekuensi antara n dan
n + dv sebagai berikut.
8 h
T ( ) d = 2 d . (1. 18)
c3 e h / kBT - 1

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


12 Rumusan teoretis

Persamaan itu menunjukkan bahwa pada temperatur T tertentu, rapat


energi radiasi menuju nol jika frekuensinya menuju tak hingga. Ini sesuai
dengan data eksperimen. Pencocokan dengan seluruh data eksperimen
dilakukan dengan memilih nilai h. Hasil terbaik dari nilai tersebut adalah
h = 6,634 10-34 J.s. (1. 19)
Tetapan tersebut selanjutnya disebut tetapan Planck.
Keberhasilan Planck dalam memecahkan masalah ini, khususnya
yang berkaitan dengan tetapan h-nya, merupakan tonggak sejarah yang
sangat penting bagi perkembangan fisika sekaligus sebagai awal lahirnya
fisika kuantum. Sebagaimana diketahui, besaran aksi h (aksi = energi kali
waktu) selalu muncul dalam setiap persamaan fisika produk fisika
kuantum.
Jika dinyatakan dalam l melalui hubungan c = ln, teori Planck, Persa-
maan (1.19), tadi menjadi
8 c h dl
T ( l ) dl = 5 h c / (l k BT )
. (1. 20)
l e -1
(Lihat Pertanyaan Analisis nomor 12 di akhir bab ini).
Berdasarkan Persamaan (1.20) tersebut dapat dirumuskan Hukum
Pergeseran Wien dan Hukum Stefan-Boltzmann. (Lihat Pertanyaan Anali-
sis nomor 4, 5, 6, dan 7 di akhir bab ini).

1. 4 IMPLIKASI DAN SIGNIFIKANSI POSTULAT PLANCK

Setelah mencermati keberhasilan planck dalam merumuskan teori ra-


diasi benda-hitam, tentunya kita menyadari bahwa konsepsi klasik yang
menyatakan spektrum energi bersifat kontinu tidak lagi selalu benar. Seba-
gai gantinya kita harus menerima konsep bahwa spektrum energi dapat
bersifat diskret. Selain itu, pengkuantuman energi yang semula masih ber-
sifat sebagai hipotesis itu kini pantas untuk diangkat menjadi postulat.
Perlu dicatat bahwa pengkuantuman energi yang dipostulatkan oleh
Planck tersebut tidak dimaksudkan sebagai pengkuantuman energi radiasi
benda-hitam secara keseluruhan, melainkan mengacu pada pengkuantum-
an energi yang dimiliki tiap ragam gelombang tegak di dalam rongga. Pada
perkembangan berikutnya, para fisikawan sepakat untuk memperluas
keberlakuan postulat tersebut hingga menjangkau semua entitas fisis yang
berperilaku sebagai osilator.

Pengantar Fisika Kuantum


Implikasi 13

Sebarang entitas fisis yang berperilaku sebagai osilator harmonis


hanya dapat memiliki energi total sebesar nhn , dengan n bilangan
bulat positif, h = tetapan Planck, dan n = frekuensi osilasi.
Contoh entitas fisis yang tunduk pada postulat tersebut antara lain:
partikel yang ditambatkan pada ujung pegas kemudian dibiarkan ber-
osilasi, bandul (pendulum) yang berayun, partikel-partikel yang dilalui
gelombang sinusoidal, untai L-C pada arus bolak-balik, dan sistem fisis
lainnya yang sejenis dengan itu.
Diagram tingkat energi (Gambar 1.4) berikut merupakan ilustrasi
yang cukup memadai untuk menjelaskan distribusi energi yang mungkin
dimiliki entitas fisis yang tunduk pada postulat Planck. Deskripsi klasik
juga disajikan sebagai pembanding.

emaks
6 hn
5 hn
4 hn Gambar 1. 4 Diagram tingkat energi entitas
fisis yang tunduk pada postu-
3 hn lat Planck. Kiri: deskripsi fisi-
2 hn ka klasik: terdistribusi secara
kontinu. Kanan: menurut pos-
hn
tulat Planck: terdistribusi se-
0 0 cara diskret.

Pada gambar tadi, setiap energi yang mungkin dimiliki entitas dilukis-
kan sebagai garis-garis mendatar. Jarak antara suatu garis tertentu terha-
dap garis energi nol sebanding dengan energi total entitas pada keadaan
itu. Menurut fisika klasik, entitas tadi dapat memiliki sebarang energi se-
hingga diagram tingkat energinya terdiri atas sederetan garis yang saling
berimpit (berupa spektrum kontinu). Sebaliknya, berdasarkan postulat
Planck, energi total entitas tersebut harus merupakan salah satu dari 0, hn ,
2hn, 3hn, dst. Hal ini ditunjukkan oleh himpunan garis-garis diskret dalam
diagram tingkat energi. Energi entitas yang tunduk pada postulat Planck
dikatakan terkuantumkan. Keadaan di mana entitas memiliki energi
tertentu yang diijinkan disebut keadaan kuantum, dan bilangan bulat n
disebut bilangan kuantum.
Pertanyaan logis yang segera timbul adalah bagaimana kita menjelas-
kan gejala sehari-hari yang menunjukkan bahwa energi osilator harmonis
dapat bernilai sebarang? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita
terapkan postulat Planck pada entitas fisis yang sudah dirumuskan secara

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


14 Implikasi

baik oleh fisika klasik. Sebagai contoh, kita ambil gerak osilasi teredam
lemah pada bandul sederhana.

Contoh Soal 1.1

Andaikan massa bandul 0,01 kg dan panjang tali 0,1 m. Bandul


berayun dengan sedikit teredam sehingga frekuensinya dapat
dianggap sama dengan frekuensi dalam keadaan tanpa redaman.
Amplitudo mula-mula sebesar 0,1 rad. Bandingkan variasi energi
total yang mungkin berdasarkan rumusan klasik dan berdasarkan
postulat Planck!

Analisis
1 g 1 9,8
Frekuensi bandul (n) = = 1,6 Hz.
2p l 2p 0,1
Simpangan bandul berubah terhadap waktu secara:
q
q (t) = q0 e- l t cos (2pnt), dengan l l
menyatakan tetapan redaman. q

h
q
Karena bandul mengalami redaman, maka energi total bandul
tidak kekal, melainkan berubah terhadap waktu dari nilai mak-
simum sampai nol.
Energi maksimum bandul sama dengan energi potensial mula-
mula, yaitu mg l (1 - cosq 0 ) 5 10 - 6 J .

Menurut fisika klasik, energi bandul akan terus berkurang secara


kontinu seiring dengan berkurangnya amplitudo osilasi.
Analisis berdasarkan postulat Planck dapat diuraikan sebagai
berikut. Energi yang mungkin dimiliki bandul adalah sederetan
nilai dari nol sampai 510-6 J yang secara berurutan berbeda sebe-
-34 -33
sar De = hn = 6,63410 J.s 1,6 s-1 10 J. Jika dibandingkan
-28
dengan energi maksimum bandul diperoleh nilai De/e 10 . Ber-
arti untuk mengamati terjadinya pengkuantuman energi itu kita
-28
harus mampu mengukur energi sampai ketelitian 10 . Tampak-
nya hal ini tidak mungkin kita lakukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan postulat Planck pada

Pengantar Fisika Kuantum


Implikasi 15

osilator makroskopis seperti bandul di atas tidak signifikan. De-


ngan kata lain, analisis klasik maupun analisis berdasarkan pos-
tulat Planck akan menghasilkan kesimpulan yang sama jika
diterapkan pada gejala makroskopis. Hal ini menunjukkan bahwa
teori Planck telah memenuhi asas kesepadanan (korespondensi).

1.5 RAGAM GELOMBANG TEGAK DALAM RONGGA


Pada Bagian 1.5 dan 1.6 ini kita akan membahas secara singkat perihal
gelombang elektromagnet dalam rongga. Bahasan lebih rinci dapat Anda
pelajari dalam teks-teks elektromagnetika. Bahasan ini sengaja diberikan
secara terpisah agar tidak mengganggu alur pemikiran kita dalam memba-
has radiasi benda-hitam.
Untuk memahami adanya berbagai ragam gelombang tegak di dalam
rongga, pertama-tama kita pelajari bagaimana persamaan gelombang elek-
tromagnet di dalam rongga beserta syarat-syarat batasnya. Kemudian kita
selesaikan persamaan itu untuk mendapatkan berbagai ragam gelombang
yang ada. Berikut uraian singkat tentang hal itu.

1.5.1 Persamaan Gelombang dan Syarat Batasnya


Andaikan rongga dalam keadaan vakum. Maka medan listrik dalam
rongga memenuhi persamaan:
2
1 E( r , t )
2 E( r , t ) - = 0, (1. 21)
c 2 t 2

dan E = 0 . (1. 22)

Andaikan pula bahwa rongga berbentuk kubus dengan rusuk L. Kita


gunakan sistem koordinat Cartesan yang sumbu-sumbunya kita pilih seja-
jar dengan sisi kubus seperti Gambar 1.5 berikut.
Z
L

O L
Y

X Bab 1: Radiasi Benda Hitam


16 Ragam gelombang

Gambar 1.5 Orientasi bidang-bidang batas rongga


yang berbentuk kubus dengan rusuk L.
Jika dinding rongga berupa konduktor maka medan elektromagnet E
dalam rongga memiliki syarat batas:
Komponen tangensial medan listrik (Et) pada permukaan batas = 0

Yang dimaksud komponen tangensial adalah komponen pada arah sejajar


permukaan, sedangkan komponen normal adalah komponen pada arah
tegak lurus permukaan. Untuk memperjelas pengertian ini, perhatikan
ilustrasi berikut.
Ez

Gambar 1.6 Medan listrik E di suatu per- E


mukaan batas digambarkan
secara sebarang. Medan diu- Ey
raikan menjadi tiga kompo-
nen yang saling tegak lurus, Ex
yaitu: Ex, Ey, dan Ez

Komponen Ex dan Ey disebut komponen tangensial E pada permukaan


itu; sedangkan komponen Ez disebut komponen normal. Jika permukaan
tersebut adalah konduktor, maka Ex dan Ey bernilai nol.
Syarat batas medan E pada dinding-dinding rongga seperti pada
Gambar 1.5 di depan secara eksplisit diuraikan sebagai berikut.

Pada bidang x = 0 dan x = L: Ey = 0 dan Ez = 0.


Pada bidang y = 0 dan y = L: Ex = 0 dan Ez = 0.
Pada bidang z = 0 dan z = L: Ey = 0 dan Ex = 0.

1.5.2 Penyelesaian Persamaan Gelombang


Medan listrik di dalam rongga memenuhi persamaan gelombang
sebagaimana dinyatakan pada Persamaan (1.21). Persamaan tersebut
dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut. Andaikan
penyelesaiannya dinyatakan dalam bentuk
E( r , t ) = E( r )e - iw t , (1.23)

yaitu merupakan perkalian fungsi letak E(r) dengan fungsi waktu e -iwt .
Untuk memaksa Persamaan (1.23) sebagai penyelesaian Persamaan (1.21),

Pengantar Fisika Kuantum


Ragam gelombang 17

kita subtitusikan Persamaan (1.23) ke dalam Persamaan (1.21). Hasilnya


adalah
w2
2 E( r ) + E( r ) = 0 . (1. 24)
c2
Ungkapan tersebut menunjukkan: agar Persamaan (1.23) benar-benar
merupakan penyelesaian Persamaan (1.21) maka E(r) dan w harus meme-
nuhi Persamaan (1.24). Tugas kita selanjutnya adalah menyelesaikan Per-
samaan (1.24). Persamaan vektor tersebut, dalam sistem Cartesan, dapat
diurai menjadi:

2E w2 2E w2 2E w2
Ex + j Ey + k
y
i x
+ + z
+ E z = 0 , (1. 25)
x 2 c2 y 2 c2 z 2 c2

dengan i , j , dan k berturutan menyatakan vektor satuan pada arah sum-
bu X, Y, dan Z; dan Ex, Ey, dan Ez berturutan menyatakan besarnya kom-
ponen medan E pada arah sumbu X, Y, dan Z. Perlu dicatat bahwa ketiga
komponen ini pada umumnya merupakan fungsi x, y, dan z.
Persamaan (1.25) menunjukkan bahwa ruas kiri persamaan itu meru-
pakan suatu vektor yang nilai (modulus)-nya nol. Karena vektor nol harus
memiliki komponen nol, maka semua faktor yang ditulis dalam tanda ku-
rung tersebut harus bernilai nol. Dengan demikian, Persamaan (1.25)
dapat dinyatakan sebagai sistem persamaan

2 Ex w2
+ Ex = 0 , (1. 26a)
x 2 c2

2 Ey w2
+ Ey = 0 , (1.26b)
y 2 c2

2 Ez w2
+ Ez = 0 . (1.26c)
z 2 c2
Ketiga persamaan tersebut memiliki bentuk yang sama sehingga ben-
tuk penyelesaian umumnya juga sama. Oleh karena itu, untuk
menghemat ruang, cukup salah satu yang kita selesaikan secara rinci.
Misal, kita ambil untuk Ex. Penyelesaian untuk Ex(x,y,z) dapat dinyatakan
sebagai perkalian fungsi F(x), G(y), dan H(z), yaitu:

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


18 Ragam gelombang

Ex (x,y,z) = F(x) G(y) H(z). (1.27)


Subtitusi Persamaan (1.27) ke dalam Persamaan (1.26a) menghasilkan

1 d 2 F 1 d 2G 1 d 2 H
+ + = -k 2 , (1.28)
F dx 2 G dy 2 H dz 2

dengan k2 (w /c)2.
Setiap suku di ruas kiri Persamaan (1.28) merupakan fungsi satu vari-
abel, dan variabel tersebut berbeda untuk suku yang berbeda. Ini
membawa konsekuensi bahwa agar Persamaan (1.28) tersebut berlaku
untuk semua x, y, dan z, maka masing-masing suku harus merupakan
konstanta yang jika dijumlahkan harus menghasilkan k2. Selanjutnya
masing-masing konstanta itu secara berturutan kita lambangi: -k2x, -k2y,
dan -k2z. Dengan demikian, Persamaan (1.28) kita urai lagi menjadi sistem
persamaan:

d 2F
= -k x2 F (1.29a)
2
dx
d 2G
= - k y2 G (1.29.b)
2
dy
d 2H
= -k z2 H (1.29.c)
2
dz
dengan k2x + k2y + k2z = k2. Penyelesaian umum ketiga persamaan itu meru-
pakan kombinasi linear dari fungsi sinus dan cosinus. Sebagai contoh, F(x)
merupakan kombinasi linear sin(kxx) dan cos(kxx).
Berdasarkan syarat batas sebagaimana diuraikan di depan, Ex harus
bernilai nol di y = 0 dan y = L, serta di z = 0 dan z = L. Jadi sistem Persama-
an (1.29) harus memenuhi syarat batas: G(0) = G(L) = 0, dan H(0) = H(L) =
0. Dengan syarat batas seperti itu maka penyelesaian Persamaan (1.29b)
adalah:
G(y) = sin (ky y), dengan ky = mp/L ; m = 0, 1, 2, (1.30)

dan penyelesaian Persamaan (1.29c) adalah:

H(z) = sin (kz z), dengan kz = np/L ; n = 0, 1, 2, (1.31)


Sejauh ini kita belum mendapatkan batasan apa-apa untuk F. Oleh karena
itu penyelesaian Persamaan (1.29a), kita nyatakan dalam bentuk umum:

Pengantar Fisika Kuantum


Ragam gelombang 19

F(x) = A1 sin (kx x)+ A2 cos (kx x). (1.32)


Sampai tahap ini kita juga belum dapat mengetahui apa syarat yang harus
dipenuhi oleh kx.
Jadi penyelesaian untuk Ex (x,y,z) adalah:

Ex(x,y,z) = {A1 sin(kx x) + A2 cos(kx x)}sin(ky y)sin(kz z). (1.33)

Penyelesaian untuk Ey (x,y,z) dan Ez (x,y,z) dapat ditemukan dengan


prosedur yang sama. Coba Anda selesaikan sendiri dan cocokkan hasilnya
dengan penyelesian berikut.

Ey(x,y,z) = sin(kx x) sin(kz z) {B1 sin(ky y) + B2 cos(ky y)}. (1.34)

Ez(x,y,z) = sin(kx x) sin(ky y) {C1 sin(kz z) + C2 cos(kz z)}. (1.35)


dengan kx = l p/L dan l = 0, 1, 2
Tetapan A, B, dan C pada Persamaan (1.33) sampai (1.35) dapat dite-
mukan dengan memaksa E memenuhi Persamaan (1.22). Dalam sistem ko-
ordinat Cartesan, Persamaan (1.22) identik dengan
Ex Ey Ez
+ + =0. (1.36)
x y z
Subtitusi Persamaan (1.33), (1.34), dan (1.35) ke dalam Persamaan (1.36)
menghasilkan

{A1 kx cos(kx x) - A2 kx sin(kx x)} sin(ky y) sin(kz z) +


sin(kx x) {B1 ky cos(ky y) - B2 ky sin(ky y)} sin(kz z) +
sin(kx x) sin(ky y) {C1 kz cos(kz z) - C2 kz sin(kz z)} = 0
atau
{-A2 kx - B2 ky - C2 kz }sin(kx x) sin(ky y) sin(kz z) +
A1kx cos(kx x) sin(ky y) sin(kz z) +
B1ky cos(ky y) sin(ky y) sin(kz z) + (1.37)
C1kz cos(kz z) sin(kx x) sin(ky y) = 0

Ruas kiri Persamaan (1.37) dijamin nol untuk semua x, y, dan z jika:
A2kx + B2 ky + C2 kz = 0 dan A1 = B1 = C1 = 0. Selanjutnya, tetapan yang tidak
nol, yaitu A2, B2, dan C2, agar tampak jelas arti fisisnya, masing-masing

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


20 Ragam gelombang

dilambangi E0x, E0y, dan E0z. Subtitusi nilai semua tetapan itu ke dalam
Persamaan (1.33) sampai (1.35) diperoleh penyelesaian akhir untuk
masing-masing komponen medan listrik di dalam rongga sebagai berikut.
Ex(x,y,z) = Eox cos(kx x) sin(ky y) sin (kz z) ,
Ey(x,y,z) = Eoy sin (kx x) cos(ky y) sin(kz z) , (1.38)
Ez(x,y,z) = Eoz sin (kx x) sin(ky y) cos(kz z) ,
dengan
kx = l p/L , l = 0, 1, 2
ky = mp/L , m = 0, 1, 2 (1.39)
kz = n p/L , n = 0, 1, 2
Selanjutnya, persyaratan A2kx + B2ky + C2kz = 0 dapat diungkapkan
sebagai berikut.
E0x kx + E0y ky + E0z kz = 0, (1.40 )
atau
E0(r).k = 0 (1.41)

Persamaan (1.40) atau (1.41) menunjukkan bahwa medan E(r) meru-


pakan gelombang terpolarisasi transversal: arah polarisasinya tegak lurus
pada arah rambat (k). Persamaan itu juga menunjukkan bahwa salah satu
dari E0x, E0y, atau E0z dapat diberi nilai sebarang tetapi dua lainnya saling
bergantung. Sebagai misal, jika E0x diberi nilai sebarang, misal 0, maka
agar memenuhi Persamaan (1.40), nilai E0y dan E0z harus memenuhi
hubungan E0y ky = -E0z kz. Ini berarti untuk setiap nilai k tertentu, ada dua
ragam polarisasi gelombang yang saling bebas.

1. 6 PENGHITUNGAN CACAH RAGAM

Pada bagian ini diuraikan salah satu cara untuk menghitung cacah ra-
gam gelombang di dalam rongga yang memiliki frekuensi dalam interval
dn di sekitar n tertentu (frekuensinya bernilai dari n sampai n + dn ). Dari
Persamaan (1.39) dapat disimpulkan bahwa ragam gelombang tegak yang
diizinkan di dalam rongga harus memiliki vektor gelombang yang nilai
(modulus)-nya sebesar

p
kl m n = l2 + m2 + n 2 . (1.42)
L

Pengantar Fisika Kuantum


Penghitungan cacah ragam 21

Selanjutnya, karena k = w /c maka frekuensi sudut ragam gelombang yang


diizinkan harus memenuhi hubungan
cp
w l m n = ck l m n = l2 + m2 + n2 . (1.43)
L
Dengan kata lain, frekuensi setiap ragam gelombang dalam rongga harus
memenuhi hubungan
wlmn c
l m n = = l2 + m2 + n2 (1.44)
2p 2L
Jadi, di dalam rongga terdapat tak berhingga variasi n akibat dari tak ber-
hingganya variasi nilai l ,m, dan n. Ini berarti cacah ragam gelombang
dalam rongga juga tak berhingga. Namun, jika perhatian kita dibatasi
pada cacah ragam gelombang yang berfrekuensi antara n dan n + dn ,
tentu saja cacahnya berhingga.
Perhitungan cacah ragam gelombang tegak yang berfrekuensi antara
n dan n + dn dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1) meng-
hitung cacah ragam gelombang yang berfrekuensi kurang dari n , (2) men-
derivatifkan hasil yang diperoleh terhadap n , dan (3) melipatduakan hasil
yang diperoleh (karena untuk setiap nilai n ada dua ragam yang saling
bebas).
Untuk menghitung cacah ragam gelombang yang berfrekuensi kurang
dari n , kita bangun suatu ruang abstrak yang dibentang oleh vektor sa-
tuan e1 , e 2 , e 3 . Selanjutnya, setiap frekuensi ragam l m n kita pikirkan se-
bagai suatu vektor n yang komponennya pada arah e1 , e 2 , e 3 secara
cl cm cn
berurutan adalah 1 = 2L , 2 = 2L , 3 = 2L . Dengan demikian, ujung-
ujung vektor n akan membentuk kisi 3 dimensi.

.
m
Gambar 1.7 Gambaran kisi dua dimensi yang
dibentuk oleh ujung-ujung vek-
tor n. Segi empat kecil menun-
jukkan sel satuan. Jarak antar-
n + dn
nilai l dan m adalah (c/2L), se-
hingga luas sel satuan itu adalah
n (c/2L) 2.

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


22 Penghitungan cacah ragam

Untuk memahami prosedur ini, marilah kita terapkan dulu pada ka-
sus dua dimensi. Dalam gambaran 2 dimensi, ujung-ujung vektor n
membentuk kisi 2 dimensi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7
Jika kita abaikan arah polarisasinya, cacah ragam gelombang yang
berfrekuensi dari n sampai n + dn sama dengan cacah titik kisi dalam
luasan yang dibatasi oleh dua lingkaran yang masing-masing berjejari n
dan n + dn .
Cacah titik kisi dalam lingkaran yang berjari-jari n adalah
1
2
luasan lingkaran dalam kuadran pertama 4 2 L2
N= luas sel satuan = = . (1.45)
c 2 /( 4L2 ) c2
Perhatikan bahwa kita hanya mengambil luasan dalam kuadran pertama
karena nilai l dan m semuanya positif.
Jika Persamaan (1.45) kita derivatifkan ke n maka diperoleh

dN ( ) 2 L2
N ( ) d = d = d . (1.46)
d c2
Persamaan (1.46) menyatakan cacah ragam gelombang yang berfre-
kuensi antara n sampai n + dn tanpa memperhatikan polarisasinya. Cacah
ragam selengkapnya, yaitu setelah memperhatikan polarisasinya, adalah
dua kali nilai itu.
Sekarang kita gunakan prosedur tadi untuk tiga dimensi. Dalam gam-
baran 3 dimensi, sel satuan berbentuk kubus dengan rusuk c/2L sehingga

volume sel satuan dalam kisi ini sebesar (2 L ) 3 = 8 V , dengan V menyata-


c3 c3

kan volume rongga.


Cacah ragam gelombang tegak yang berfrekuensi kurang dari n sama
dengan cacah titik kisi dalam oktan pertama volume bola yang jari-jarinya
n . Batasan pada oktan pertama berasal dari kenyataan bahwa nilai l ,m,
dan n harus merupakan bilangan positif atau nol. Cacah titik kisi ini
sebesar
volume bola pada oktan pertama
N= .
volume sel satuan
Karena volume oktan pertama adalah (1/8)(4/3)pn3, dan volume sel satuan
sebesar c3/(8V) maka

Pengantar Fisika Kuantum


Penghitungan cacah ragam 23

14
83
3 3 V
N= = 43 . (1.47)
3
c / 8V c3
Jika Persamaan (1.47) diderivatifkan ke n diperoleh cacah ragam ge-
lombang tegak yang berfrekuensi antara n dan n + dn tanpa memperhati-
kan polarisasinya, yaitu

dN 4n 2 V
N (v )d = d = d . (1.48)
d c3
Cacah total ragam gelombang yang telah dibedakan pula arah pola-
risasinya adalah dua kali dari yang dinyatakan pada Persamaan (1.48),
yaitu
8 2 V
N ( v )dv = 2 N (v )dv = d . (1.49)
c3
Demikianlah salah satu cara untuk menghitung cacah ragam gelom-
bang tegak yang berfrekuensi antara n dan n + dn dalam suatu rongga
yang volumenya V. Meskipun penjabaran tadi didasarkan asumsi bahwa
rongga berbentuk kubus, hasilnya tidak memuat informasi tentang bentuk
geometris rongga. Dengan demikian rumusan yang diperoleh tadi berlaku
untuk semua bentuk rongga.

RANGKUMAN

1. Spektrum radiasi termal benda-hitam tidak bergantung pada bahan pe-


nyusun benda, melainkan hanya bergantung pada temperatur benda.
Akibatnya, pada temperatur yang sama semua benda-hitam meman-
carkan radiasi termal dengan spektrum yang sama.
2. Distribusi radiansi spektral R T (n ) benda-hitam memiliki sifat sebagai
berikut.
Bernilai nol pada frekuensi mendekati nol atau pada frekuensi sa-
ngat tinggi (tak hingga).
Terdapat frekuensi utama yang nilainya bertambah secara linear
terhadap temperatur benda (Hukum pergeseran Wien):
nmaks = (5,871010 K-1s-1)T atau lmaksT = 2,89810-3 m.K.

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


24 Rangkuman

Luasan di bawah grafik R T (n ) menyatakan total energi termal yang


dipancarkan per satuan waktu oleh tiap satuan luas benda-hitam
yang bertemperatur T. Besarnya
R =sT4
dengan s = 5,67 10-8 W.m-2.K-4.
3. Analisis teoretis radiasi benda-hitam dapat dilakukan dengan menggu-
nakan radiasi rongga sebagai sampelnya. Dengan cara itu dapat diru-
muskan rapat energi spektral, atau distribusi rapat energi (per satuan
volume rongga) berdasarkan frekuensinya, dilambangi T (n ) . Untuk
memperoleh rumusan rapat energi spektral dilakukan sebagai berikut.
Menghitung cacah ragam gelombang tegak dalam rongga yang
memiliki frekuensi dari n sampai n + dn . Hasilnya adalah

8V 2
N (n )d = d .
c3
Menghitung energi rata-rata tiap ragam gelombang tegak. Hasil
yang didapat ternyata bergantung pada faham kita tentang energi.
Pandangan klasik yang menyatakan bahwa energi bersifat malar,
seperti yang dipakai oleh Rayleigh-Jeans, menghasilkan nilai
< e > = kBT, (Teori Rayleigh-Jeans)

dengan kB adalah tetapan Boltzmann yang nilainya 1,3810-23 J.K-1


dan T menyatakan temperatur benda-hitam.
Pandangan baru yang menyatakan bahwa energi bersifat diskret,
sebagaimana dipostulatkan Planck, menghasilkan
h
<e >= , (Teori Planck)
exp ( h / k BT ) - 1
dengan h menyatakan tetapan Planck yang nilainya 6,634 10-34 J.s.
Menghitung T (n ) dengan rumus
N ( )
T (n ) d = < e > d .
V
Hasil perhitungan Rayleigh dan Jeans adalah:

Pengantar Fisika Kuantum


Rangkuman 25

8 p k BT
T (n ) d = 2 d , (Teori Rayleigh-Jeans).
3
c
Hasil perhitungan Planck adalah:
8 h
T (n ) dn = 2 d , (Teori Planck)
c 3 exp ( h / k BT ) - 1

jika dinyatakan dalam l, Teori Planck tersebut berbentuk:


8 c h dl
T (l ) dl = h c / ( l k BT )
.
l e
5
-1
4. Meskipun teori Rayleigh-Jeans dijabarkan secara benar, dalam arti te-
lah menerapkan teori yang relevan secara benar, ternyata hanya cocok
untuk frekuensi rendah. Di lain pihak, Teori Planck, yang dalam pen-
jabarannya harus merombak pandangan klasik tentang energi, cocok
untuk keseluruhan frekuensi. Berdasarkan kenyataan itu maka konsep
energi diskret, sebagaimana dipostulatkan Planck, dapat dipertim-
bangkan sebagai teori yang benar. Sebaliknya, konsep energi kontinu
sebagaimana diyakini selama itu harus ditinggalkan; sebab tidak dapat
digunakan untuk menjelaskan gejala radiasi benda-hitam secara baik.
5. Berdasarkan teori Planck, ragam gelombang tegak yang berfrekuensi n
hanya dapat memiliki energi yang memenuhi hubungan en = nhn de-
ngan n bilangan asli (1, 2, 3, ), n frekuensi gelombang dan h
tetapan Planck.
6. Keberhasilan Planck merumuskan teori radiasi benda-hitam merupa-
kan awal kelahiran fisika kuantum. Implikasi keberhasilan Planck ini
adalah bahwa faham energi bernilai kontinu harus diganti dengan
faham baru yang menyatakan energi bernilai diskret. Faham energi
diskret ini dapat menjelaskan secara baik gejala sehari-hari yang
menunjukkan bahwa energi osilator harmonik bersifat kontinu.
Dengan kata lain, faham energi diskret telah memenuhi prinsip
kesepadanan (korespondensi).

PERLATIHAN

Pertanyaan Konsep

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


26 Perlatihan

1. Sebutkan syarat berlakunya statistika Boltzmann. Berdasarkan syarat


itu, jelaskan bahwa kita syah menggunakannya pada sekumpulan ge-
lombang elektromagnet tegak di dalam rongga.
2. Berdasarkan definisinya, benda-hitam adalah benda yang menyerap
semua radiasi yang mengenainya. Menurut Anda, adakah benda-
hitam itu? Jika ada, bagaimana Anda dapat melihatnya?
3. Apakah kegagalan Rayleigh-Jeans dalam menjelaskan spektrum
radiasi benda-hitam disebabkan oleh kesalahannya dalam menerapkan
teori-teori yang ada?
4. Apakah kesalahan teori Rayleigh-Jeans itu disebabkan oleh ketidak-
tepatan penggunaan statistika Boltzmann?
5. Sistem fisis yang bagaimanakah yang tunduk pada postulat Planck?
Besaran apa (yang dimiliki sistem tadi) yang harus terkuantumkan?
6. Benda bermassa m dikenai gaya luar sebesar F =- k x, dengan x me-
nyatakan posisi benda relatif terhadap titik acuan tertentu. Apakah
postulat Planck berlaku untuk benda tersebut?
7. Di dalam fisika klasik, adakah besaran-besaran fisis yang mengalami
pengkuantuman? Jika ada, berikan contohnya!
8. Perhatikan gelombang longitudinal tegak (gelombang bunyi) di dalam
suatu pipa organa (terbuka maupun tertutup). Apakah bunyi yang
dihasilkan pipa organa tersebut dapat memiliki sebarang frekuensi
dari nol sampai nilai tertentu? Jika tidak, apakah ini berarti bahwa
frekuensi gelombang tadi terkuantumkan? Apakah energinya juga
terkuantumkan?
9. Gelombang tegak pada dawai yang panjangnya L hanya boleh memi-
liki panjang gelombang yang memenuhi hubungan n = (1/n) 2L,
dengan n merupakan bilangan asli. Dapatkah dikatakan bahwa pan-
jang gelombang tadi terkuantumkan? Jika dapat, apakah frekuensinya
juga terkuantumkan? Bagaimana dengan energi yang dibawanya?
10. Apakah Planck menyarankan pengkuantuman energi berlaku pada se-
mua entitas fisis?
11. Jika ada benda yang bertemperatur 0 K, apakah benda tersebut mera-
diasi?
12. Kita telah mempelajari bahwa teori Rayleigh-Jeans merupakan teori
yang salah. Namun demikian, pada setiap perkuliahan pengantar fisi-
ka kuantum hal itu selalu dipelajari. Mengapa demikian?
13. Pada temperatur biasa (temperatur kamar), kebanyakan benda dapat
terlihat oleh kita bukan karena benda itu memancarkan cahaya, mela-
inkan karena benda tersebut memantulkan cahaya ke arah mata kita.
Jika Anda melihat benda yang memancarkan cahayanya sendiri, apa-
kah Anda menyimpulkan bahwa benda tersebut panas?

Pengantar Fisika Kuantum


Perlatihan 27

14. Pada saat-saat awal diberi catudaya, elemen sterika listrik tidak ber-
pijar meskipun terasa sekali ia memancarkan panas ke sekitarnya. Me-
ngapa hanya panas yang pertama-tama dipancarkan? Mengapa setelah
beberapa saat elemen tersebut berpijar? Mengapa warna pijarannya
berubah dari merah ke kuning?
15. Pengontrolan temperatur tungku suhu tinggi biasanya menggunakan
sensor cahaya (warna). Bagaimana warna dapat digunakan sebagai
indikator temperatur?

Pertanyaan Analisis
1. Pada frekuensi rendah, rumusan energi rata-rata yang dihasilkan
Planck sama dengan yang dihasilkan Rayleigh-Jeans. Berikan kriteria
rendah tersebut. (Petunjuk: ekspansikan exp(hn/kBT) dalam deret pang-
kat dari (hn/kBT), kemudian dalam kondisi bagaimana Anda dapat
mendekati nilai energi rata-rata menurut teori Planck sebesar kBT?).
2. Ujilah kebenaran jawaban Anda tersebut secara numerik dengan me-
ngisi tabel berikut. Andaikan temperatur rongga 1000 K. Pada kolom
keempat, isikan apakah energi rata-rata tiap ragam (kolom 2) lebih
dari, hampir sama, kurang dari, atau sangat kecil dibandingkan nilai
kBT (kolom 3).
Frekuensi ragam Energi rata-rata kBT Keterangan
10 6 Hz ................ 1,3810 -20 J
10 8 Hz ................ 1,3810 -20 J
10 10 Hz ................ 1,3810 -20 J
10 11 Hz ................ 1,3810 -20 J
10 12 Hz ................ 1,3810 -20 J
10 13 Hz ................ 1,3810 -20 J
10 14 Hz ................ 1,3810 -20 J
210 14 Hz ................ 1,3810 -20 J
310 14 Hz ................ 1,3810 -20 J
410 14 Hz ................ 1,3810 -20 J
510 14 Hz ................
1,3810 -20 J
610 14 Hz ................
1,3810 -20 J
710 14 Hz ................
1,3810 -20 J
810 14 Hz ................
1,3810 -20 J
910 14 Hz ................
................ 1,3810 -20 J
10 15 Hz 1,3810 -20 J
10 16 Hz ................
1,3810 -20 J

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


28 Perlatihan

3. Dapatkah Anda menurunkan Hukum Pergeseran Wien berdasarkan


teori Rayleigh-Jeans? Bagaimana dengan hukum Stefan-Boltzmann
(apakah Anda dapat menurunkannya berdasarkan teori Rayleigh-
Jeans?)
4. Tunjukkan bahwa hukum Stefan-Boltzmann dapat diturunkan dari
teori radiasi Planck melalui perhitungan sebagai berikut:

0 r T ( l ) d l = CT
4
dengan C suatu tetapan
5. Hitung 4
0 r T (n ) d n . Apakah hasilnya berbanding lurus terhadap T ?
Jika ya, berapa nilai kesebandingannya? Apakah sama dengan C di
pertanyaan 4?
6. Jika lmaks adalah l pada saat r T (l ) mencapai maksimum, tunjukkan
bahwa lmaksT = 0,2014 hc/kB. (Petunjuk: nilai x yang memenuhi persa-
maan: 5 e-x + x 5 = 0 adalah 4,965)
7. Jika nmaks adalah n di mana r T (n ) mencapai maksimum, tunjukkan
bahwa nmaks = aT dengan a suatu konstanta. Hitung nilai a tersebut.
(Petunjuk: nilai x yang memenuhi persamaan: 3 -3 e-x = x adalah 2,82)
8. Berdasarkan informasi pada pertanyaan 6 dan 7 tersebut tunjukkan
bahwa l maks n maks c , mengapa demikian?
9. (a) Berapa panjang gelombang komponen spektrum radiasi benda-
hitam yang paling bersinar pada temperatur 6000K? (Petunjuk: guna-
kan jawaban pertanyaan 6). (b). Berapa frekuensi komponen spektrum
radiasi benda-hitam yang paling bersinar pada temperatur 6000K itu?
(Petunjuk: gunakan jawaban pertanyaan 7). (c) Apakah kedua jawaban
Anda tersebut mengikuti hubungan ln = c, dengan c laju cahaya dalam
vakum?
10. Besaran fisik yang mencirikan osilator adalah amplitudo dan frekuensi.
(a). Rumuskan energi total osilator harmonis sebagai fungsi amplitudo
dan frekuensinya. (b). Untuk frekuensi tertentu, berapa energi total
osilator yang mungkin? (Petunjuk: jawab pertanyaan b dengan dua
cara, yaitu menurut teori klasik dan menurut postulat Planck).
11. (a). Tentukan panjang gelombang pada tali yang panjangnya L dan
kedua ujungnya terikat kuat. (b) Hitung cacah ragam gelombang yang
memiliki panjang gelombang antara l sampai l + dl.
12. Buktikan Persamaan (1.20) berdasarkan Persamaan (1.18). [Petunjuk:
ingat bahwa r T (l ) dl = - r T (n ) dn . Tanda negatif harus diberikan
mengingat jika dl positif maka dn harus negatif dan sebaliknya).

Pengantar Fisika Kuantum


Perlatihan 29

n0 3
0 V
13. Tunjukkan bahwa N (n ) dn = 4
3
. Dengan kata lain, buktikan
0 c3
kebenaran argumen yang menghubungkan Persamaan (1.47) dan
(1.48)
c
14. Berdasarkan hubungan RT (n ) = T (n ) , tunjukkan bahwa penurunan
4
nilai nmaks dapat diperoleh baik dari RT (n ) maupun T (n ) (artinya,
fungsi distribusi manapun yang kita pakai hasilnya sama).
8V 2
15. Secara matematika, persamaan N (n )d = d identik dengan per-
c3
8 V
samaan N(n ) = 3 2 . Apakah arti fisik persamaan terakhir ini? Apa-
c
kah ia menyatakan cacah ragam gelombang yang berfrekuensi n?
[Petunjuk: (1) ingat besaran atau faktor yang digunakan untuk mem-
bedakan suatu ragam dengan ragam lainnya, (2) bandingkan persa-
maan terakhir itu dengan Persamaan (1.47)]

Bab 1: Radiasi Benda Hitam


30 Perlatihan

16.

A K
Aksi ................................... 10, 12 Kuantum
bilangan................................ 13
B keadaan ................................ 13
bencana ultraviolet ..................... 9
M
Bencana ultraviolet..................... 9
Benda-hitam Maxwell ............................. 5, 6, 8
contoh terbaik ........................ 2
definisi ................................... 2 P
grafik spektrum .............. 3, 4, 5 pengkuantuman energi... 1, 12, 14,
spektrum ............. 3, 4, 5, 25, 28 26
Boltzmann Planck
tetapan ............................... 7 pengkuantuman energi1, 12, 14,
statistika ............................. 8 26
fungsi distribusi .................. 8 postulat
fungsi distribusi ...................... 8 entitas fisis yang tunduk pada
statistika................................. 8 ..................................... 13
tetapan ................................... 7 kesepadanan klasik ........... 15
postulat ........... 9, 13, 14, 26, 28
G postulat, entitas fisis yang
Gelombang tegak ... 6, 7, 8, 11, 12, tunduk pada...................... 13
15, 20, 21, 22, 23, 24, 25 postulat, kesepadanan klasik . 15
cacah ragam teori radiasi benda-hitam... 9, 12
penghitungan .................... 20 tetapan ..............1, 8, 12, 24, 25
cacah ragam,penghitungan.... 20 Polarisasi.................................. 20
energi rata-rata tiap ragam. 6, 8,
9, 11, 24, 27 R
teori Planck ........................ 7 radiansi spektral ............... 3, 6, 23
energi rata-rata tiap ragam, Radiansi spektral .............. 3, 6, 23
teori Planck ........................ 7 benda-hitam........................ 3, 5
energi tiap ragam definisi.................. 3, 4, 5, 6, 23
teori Planck ........................ 9 radiasi rongga....................... 3, 24
energi tiap ragam, teori Planck 9 Radiasi rongga ................. 3, 5, 24
ragam gelombang ................... 6 Radiasi termal
benda-hitam............................ 2

Pengantar Fisika Kuantum


Perlatihan 31

definisi ................................... 1
spektrum ................................ 2
Rapat energi spektral
definisi ........................... 5, 6, 9
hubungannya dgn radiansi
spektral .............................. 6
teori Rayleigh-Jeans ............... 7
Rayleigh-Jeans, teori
kegagalan ............................... 9
radiasi benda-hitam............. 7, 8

S
Stefan-Boltzmann............. 3, 5, 12
hukum.................................... 5

W
Wien
hukum pergeseran ...3, 4, 12, 27
tetapan ................................... 4

Bab 1: Radiasi Benda Hitam

Anda mungkin juga menyukai