Trauma + Mata Kabur (1) .PPSX
Trauma + Mata Kabur (1) .PPSX
Dokter Keluarga
Trauma
Trauma pada mata dapat terjadi di :
1. Palpebra
2. Conjuctiva
3. Cornea
4. Sclera (tidak dibahas)
5. Iris
6. Choroid (tidak dibahas)
7. Retina
8. Orbita
1. Trauma pada palpebra
1.1 Perdarahan di bawah kulit palpebra = black eye = ecchymosis =
haematome.
Akibat perdarahan, palpebra menjadi bengkak dan berwarna merah.
Beberapa hari kemudian warnanya menjadi kebiruan. Karena di
bawah kulit palpebra, jaringan ikatnya halus, maka perdarahan dapat
menjalar ke jaringan muka lain. Juga dapat menjalar melalui pangkal
hidung ke palpebra mata yang lain.
Terapi : Mula-mula dapat diberi kompres dingin agar perdarahan
berhenti. Lalu 24 jam kemudian diberi kompres hangat untuk
mempercepat resorpsi. Juga diberi obat-obat koagulan.
1. Trauma pada palpebra
1.2 Emphysema palpebrae.
Ini disebabkan oleh benda tumpul. Pinggir lukanya tidak rata. Bila
edemanya hebat, jangan langsung dijahit. Harus dibersihkan lebih
dahulu lalu diberi kompres basah dan steril. Kemudian diberikan
obat-obat antibiotika oral. Bila pembengkakan sudah agak
berkurang, baru dijahit. Jangan terlalu banyak membuang jaringan
bila tidak perlu. Bila lukanya lebar, dapat ditutup dengan skin-graft.
1. Trauma pada palpebra
Terdiri dari :
iridodyalisis
ruptura choroid
cataract traumatica
perdarahan vitreous, dll.
1. Non-perforating (concussion)
2. Perforating.
5. Trauma iris
5.1 Non-perforating (concussion) dapat menyebabkan :
5.1.1 Iridoplegia.
Dapat terjadi parese syaraf yang menginervasi
musculus sphincter pupillae, sehingga pupil menjadi
lebar dan kadang-kadang berbentuk agak lonjong. Ini
menyebabkan keluhankeluhan sebagai berikut :
Silau
Rasa kabur karena mata tidak bisa
berakomodasi.
Ini disebabkan karena selain dari
musculus sphincter pupillae, juga ada
parese musculus ciliaris (parese N III).
Keadaan ini dapat temporer selama 2-3
minggu, kadang-kadang juga dapat
menjadi permanen.
5. Trauma iris
5.1 Non-perforating (concussion) dapat menyebabkan :
5.1.1 Iridoplegia.
Dapat terjadi parese syaraf yang menginervasi
musculus sphincter pupillae, sehingga pupil menjadi
lebar dan kadang-kadang berbentuk agak lonjong. Ini
menyebabkan keluhankeluhan sebagai berikut :
Terapi :
Istirahat.
Memakai kacamata hitam.
Dilarang membaca untuk sementara.
Mata diberi tetes Pilocarpin untuk
mengecilkan pupil.
5. Trauma iris
5.1 Non-perforating (concussion) dapat menyebabkan :
5.1.2 Iridodyalise
Disini terjadi robekan pada akar iris sehingga bentuk
pupil berubah. Bila robekan besar, dapat menyebabkan
rasa silau.
Terapi :
1. Dicoba dengan pemberian mydriaticum
sehingga pupil menjadi lebar dan menekan iris
yang robek ke basisnya.
2. Mata ditutup
3. Bila menimbulkan keluhan diplopia (penglihatan
ganda), maka dilakukan reposisi dimana iris
dikaitkan pada sclera.
5. Trauma iris
5.1 Non-perforating (concussion) dapat menyebabkan :
5.1.3 Hyphaema
5.1.3 Hyphaema
Apabila banyak (penuh), maka iris dan pupil tidak
terlihat. Bila keadaan ini tidak diperiksa dengan
seksama, dapat menimbulkan salah diagnosa.
Sebab darah yang kadang-kadang berwarna
kehitaman, disalah artikan oleh pemeriksa sebagai
iris.
5. Trauma iris
5.1 Non-perforating (concussion) dapat menyebabkan :
5.1.3 Hyphaema
5.1.3 Hyphaema
5.1.3 Hyphaema
5.1.3 Hyphaema
5.1.3 Hyphaema
Komplikasi pada hyphaema :
Imbibitio corneae
Glaucoma. Ini disebabkan karena sel-sel darah
menutup sudut bilik mata dan trabeculae sehingga
aliran aqueous humor menjadi terhambat
Uveitis
5. Trauma iris
5.1 Non-perforating (concussion) dapat menyebabkan :
5.1.3 Hyphaema
Perdarahan mungkin juga terjadi pada pembuluh darah
di corpus ciliaris, maka darah akan masuk ke dalam
corpus vitreum. Terjadi vitreous-bleeding. Bila
perdarahan sedikit, visus masih lumayan hanya pasien
melihat benda-benda hitam berjalan di lapangan
pandangnya.
5. Trauma iris
5.1 Non-perforating (concussion) dapat menyebabkan :
5.1.3 Hyphaema
5.1.3 Hyphaema
Terapi :
1. Pasien harus dirawat minimal 5 hari.
2. Bedrest total.
3. Bantal diletakkan lebih tinggi dengan sudut elevasi
30-45 agar darah dapat turun dan tidak menutupi
pupil.
4. Mata dibalut.
5. Diberi koagulansia untuk menghentikan perdarahan.
6. Bila terjadi glaucoma, diberikan terapi glaucoma.
7. Bila hyphaema tidak hilang pada hari ke 5-9,
dilakukan paracenthese. Disini limbus ditusuk dan
darah dikeluarkan.
5. Trauma iris
5.2 Perforating :
2. Trauma mata
7. Trauma pada retina.
7.3 Terjadinya robekan di retina (hole atau tear) yang menyebabkan
ablatio retinae.
1. ora serrata
2. pinggir papil
7. Trauma pada retina.
7.3 Terjadinya robekan di retina (hole atau tear) yang menyebabkan
ablatio retinae.
Gejala-gejala objektif.
Komplikasi
2. Uveitis
3. Glaucoma
4. Cataract
7. Trauma pada retina.
7.3 Terjadinya robekan di retina (hole atau tear) yang menyebabkan
ablatio retinae.
Prinsip operasi
1. Robekan ditutup.
2. Cairan di dalam rongga potensial (=cairan subretinal)
dikeluarkan.
3. Scleral-buckling, yakni sclera diberi semacam ikat pinggang
(=buckle) dari silicon, sehingga retina yang lepas dapat
melengket kembali.
8. Trauma pada orbita.
Gejala-gejala :
Emphysema palpebrae karena sinus fraktur
Paraesthesia (kesemutan) di bawah pinggir orbita apabila ada
fraktur dasar orbita sehingga nervus infra orbita terkena.
Pergerakan mata terbatas, terutama ke arah atas dan bawah karena
terjepitnya musculus rectus inferior di dalam patahan tulang di dasar
orbita inferior.
Mata mengalami resesi ke dalam orbita (enophthalmos).
8. Trauma pada orbita.
Pemeriksaan visus.
Pemeriksaan visus.
Rumus : V = d/D
dimana d adalah jarak antara pasien dengan optotype,
dan D adalah yang tertulis pada tiap-tiap baris.
1. Pemeriksaan visus dan refraksi > visus untuk melihat jauh.
Cara pemeriksaan
1) Pasien duduk pada jarak 6 meter dari optotip. mata kiri ditutup
dan mata kanan diperiksa. pemeriksa menunjuk huruf-huruf
mulai dari baris paling atas terus menuju ke baris berikutnya
sampai baris yang tak dapat dibaca lagi. Misalnya pasien hanya
dapat membaca sampai baris ke 3 maka AVOD = 6/24. Ini berarti
huruf yang oleh mata normal dapat dibaca pada 24 meter, oleh
pasien hanya dapat dibaca pada jarak 6 meter. Kemudian
dilakukan hal yang sama pada OS.
1. Pemeriksaan visus dan refraksi > visus untuk melihat jauh.
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan
3) Bila pada jarak 10cm pun pasien tak dapat menghitung jari,
maka dilakukan pemeriksaan dengan menggoyangkan
tangan ke arah kiri-kanan atau atas-bawah, pada jarak 1
meter. Bila pasien tahu arah goyangan, maka visusnya
adalah 1/300.
1. Pemeriksaan visus dan refraksi > visus untuk melihat jauh.
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan