Refrat Mow
Refrat Mow
Pembimbing:
Dr. Eddi ,SpOG
Penyusun:
Michaela Vania Tanujaya
NIM : 11.2015.211
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KADUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Peserta atau pasangan yang akan mengikuti kontrasepsi mantap harus secara
sukarela dan mengikuti kontrasepsi mantap atas keinginannya sendiri. Artinya calon
peserta tersebut tidak dipaksa atau ditekan untuk menjadi peserta kontap. Peserta sudah
mengetahui bahwa disamping kontap masih ada cara kontrasepsi lain yang dapat
mencegah kehamilan yang bersifat sementara tetapi peserta tetap memilih kontap.
Dimasyarakat modern, dengan majunya tingkat pendidikan, metode kontrasepsi
mantap (kontap) merupakan pilihan ibu-ibu di daearah perkotaan. Banyak ibu-ibu
diperkotaan memilih dan merencanakan keluarga kecil, dan kontrasepsi tubektomi
merupakan paling efektif.
Wanita yang melakukan sterilisasi sering kali merasa dibebaskan, mereka tidak
memiliki kecemasan akan kehamilan. Seringkali ketakutan akan kehamilan memicu
permintaan akan sterilisasi.
Tujuan program KB sesungguhnya bukan untuk mengurangi jumlah penduduk.
Tujuan yang benar dari program KB adalah mengendalikan pertumbuhan penduduk
serta meningkatkan keluarga kecil berkualitas melalui penggunaan alat kontrasepsi
sehingga bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia
Tenggara atau keempat di wilayah Asia Pasifik, yaitu mencapai 248 orang per 100.000
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 yaitu 307/100.000 kelahiran
hidup, angka ini mengalami penurunan namun masih jauh dari target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Penyebab
langsung kematian ibu tersebut terutama adalah pendarahan (30%), persalinan macet
(5%), keracunan kehamilan/ pre eklamsi (25%), infeksi (12%), dan komplikasi
persalinan (8%).
Pengaturan kehamilan dan jarak melahirkan diperlukan untuk mencapai target
MDGs tersebut. Ada beberapa metode atau alat KB yang bisa digunakan, bagi wanita
antara lain pil KB, suntik KB, susuk atau implant, alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) dan Medis Operasi Wanita (MOW) biasa disebut tubektomi sedangkan bagi
pria biasanya dengan cara pantang berkala, senggama terputus, kondom dan Medis
Operasi Pria (MOP) atau vasektomi.
3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah menghidari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008). Istilah
kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau
mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma.
Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut
kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan
motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dan dapat diterima penggunaannya oleh
pasangan yang bersangkutan.
Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang
reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di
dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk mempunyai anak lagi.
Kontrasepsi permanen adalah kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan
dikarenakan melibatkan tindakan operasi.
4
(2) Dengan Alat
Mekanis (Barrier) : Kondom pria. Barrier Intra-Vaginal : Diagfragma, Kap Serviks
(Cervical Cap), Spons (Sponge), Kondom wanita. Kimiawi : Spermisid, Vaginal cream,
Vaginal foam, Vaginal jelly, Vagibal suppositoria, Vaginal tablet, dan Vaginal soluble
film.
5
kelihatan. Untuk akseptor masa interval baru dikembangkan sejak tahun 1970-an,
diantaranya Vitoon Osathanondh (1972) dari Thailand mengembangkan teknik
minilaparotomi yang sederhana dengan memakai alat-alat yang sederhana pula, anestesi
lokal tanpa tinggal di rumah sakit. Dan untuk menempatkan rahim sedemikian rupa ke
depan dinding perut dipergunakan elevator rahim Ramathibodi sehingga tuba Fallopii
dengan mudah ditampilkannya. Kemudian dilakukan pengikatan atau pemotongan.
Ternyata teknik yang sederhana ini mudah, aman dan murah sesuai untuk program
kontap di negara-negara berkembang. Pembedahan tubektomi minilap merupakan salah
satu teknik kontap pada wanita yang resikonya sedikit tetapi manfaatnya banyak. Teknik
pembedahan tubektomi (Minilap) dapat dibedakan anatara pasca persalinan, pasca
keguguran, dan masa interval berdasarkan atas saat melakukan pembedahan, lokasi
minilaparotomi untuk mencapai tuba, dan teknik pembedahan tubektomi.
2.2.1.2. Yang Dapat Menjalani dan Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi
Yang Dapat Menjalani Tubektomi
1) Usia > 26 tahun
2) Paritas > 2
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
5) Pascapersalinan
6
6) Pasca keguguran
7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
7
Gambar 2.1: Minilaparotomi
1. Ligasi biasa
Ligasi biasa jarang dikerjakan lagi sekarang karena angka kegagalan tinggi.
Pernah dicoba untuk melakukan ligasi dengan dua ikatan tetapi menyebabkan
terjadinya hydrosalpinx diantara dua ikatan sehingga cara ini tiadak dipakai
lagi.
Teknik irving
a. Tuba falopii diikat pada 2 tempat dengan benang yang dapt diserap
kemudian dibagi diantara kedua ikatan.
8
b. Ujung atau puntung proximal ditanamkan dalam myometrium uterus
c. Ujung atau puntung distal ditanamkan kedalam mesosalpinx
Teknik wood
a. Pars ampularis tuba falopii dibelah /dibagi(division)
b. Kedua ujung atau puntung yang dibelah atau dibagi diikat dengan benang
yang dapat diserap
c. Ujung /puntung medial ditanamkan kedalam kantong yang dibuat dalam
mesosalpinx.
Teknik Cooke
Suatu segmen tuba fallopii dijepit dan dirusak, kemudian ujung proximal
ditanamkan dalam ligamentum rotundum.
9
Gambar 2.2: Teknik Pomeroy
d. Fimbriektomi Kroener
Bagian 1/3 distal tuba fallopii diikat dengan dua ikatan benang silk dan
ujung fimbrae dieksisi. Pada teknik ini tidak didapatkan gangguan suplai
darah ovarium.
10
kehamilan ektopik ) dan bagian proximal dari segmen distal tuba fallopii
ditanam kedalam ligamentum latum.
b. Teknik Uchida
1) Larutan garam fisiologis- adrenalin ( 1 : 1000 ) disutikan dibawah
serosa pars ampularis, sehingga terjadi spasme vaskuler local dan
pembengkakan dari mesosalpinx, dan terjadi pemisahan dari
permukaan serosa dengan bagian muskularis tuba fallopii.
2) Serosa diinsisi dan dibebaskan kebelakang.
3) Segmen sepanjang 5 cm dari bagian proximal tuba fallopi diputuskan
/ dipotong, ujung yang pendek diikat dengan benang yang tidak
diserap dan segmen tuba fallopii dibuang. Maka ujung tuba fallopii
yang telah diikat secara otomatis membenamkan dirinya dibawah
serosa .
4) Pinggir dari insisi serosa dikumpulkan sekitar ujung distal
tubafallopii dan diikat secara ikatan rangkaian kantong sehingga tuba
fallopii ditinggalkan menonjol ke dalam cavum abdomen.
Thermo-koagulasi
11
Merusak Tuba falopi dengan panas sehingga shock dan luka bakar elektrik tidak
terjadi pada jaringan/organ lain.Thermo-koagulasi belum banyak dipakai dan
efektivitasnya masih belum diketahui dengan jelas. Dengan memakai aliran listrik
voltase rendah (6 volt ) atau temperature rendah(umumnya <140 0C), resiko
terjadinya luka pada jaringan/organ sekitarnya dapat dikurangi.
Tubal Clips
Tubal clips tidak dipakai sesering seperti ligasi atau fulgurasi tuba fallopi
disebabkan karena angka kegagalannya cukup tinggi. Tubal clips dipasang pada
isthmus tuba falopii 2-3 cm dari uterus melalui laparotomi, laparoskopi, kolpotomi
atau kuldoskopi. Tubal clips menyebabkan kerusakan yang lebih sedikit/ kecil pada
tuba falopii (kira-kira 4 mm)dibandingkan cara-cara oklusi tuba falopii lainnya.
Dengan tubal clips, kerusakan tuba falopii < 1 cm dibandingkan denagan 1-3 cm
pada tubal rings, 3-4 cm pada pomeroy dan 3-6 cm elektrokoagulasi.
Macam-macam tubal clips:
1. Tantalum hemo-clips
Terbuat dari tantalum, suatu logam yang tidak bereaksi dengan jaringan(non
tissue reactive), mempunyai alur-alur pada bagian dalamnya agar lebih kuat
menjepit tuba falopii. Tantalum hemo-clips kurang efektif, dengan angka
kegagalan lebih dari 10 % yang disebabkan karena:
- Terlepas/merosot dari tuba falopii
- Klips membuka sedikit sehingga timbul lagi tubal patensi (mungkin
disebabkan oleh tekanan sekresi intra luminal yang meninggi )
- Klips memutuskan/ memotong tuba falopi sehingga terjadi
rekanalisasi.
Untuk mengurangi angka kegagalan dan mempertinggi efektivitasnya dicoba
dengan memasang dua tubal clips pada masing-masing tuba
falopii(wheeless dan penelitian-penelitian lain) tetapi ternyata angka
kegagalannya masih tetap tinggi.
12
model spring loaded clips mutahkir(dikanal dengan sebagai Rocket Clips di
inggris dan Wolf Clips di amerika serikat). Morbiditas dengan tuba clips
hanya minor saja:
- Reflex vaso-vagal seperti mual, pingsan, brankhikardia dan
hipotensi.
- Nyeri atau kejang perut.
3. Filshie = nothingham clips
a. Dikembangkan pada tahun 1973 oleh G.M Filshie, terbuat dari titanium
dengan permukaan dalam clips dilapisi silicon.
b. Setelah dipasang pada tuba falopii silicon akan ditekan sehingga terjadi
atrofi jaringan tuba falopii, yang disusul dengan mengembangnya silicon
sehingga tuba falopii tetap tersumbat.
c. Terdapat 6 model Filshie clips yang telah dicoba pada > 10.000 wanita di
seluruh dunia dengan angka kegagalan 0,6 per 100. Pada model mutakhir
filishe clips yaitu Mark-6, angka kegagalan lebih rendah lagi yaitu hanya
1 kehamilan pada 1.200 wanita. Sejak januari 1983 telah dilakuakan
43.000 kontap wanita. Dengan Mark-6 clips dan dilaporkan terjadi hanya
20 kehamilan.
4. Bleier Clips
a. Dikembangkan awal 1970-an oleh W.Bleier di jerman mempunyai
panjang 10 mm dan lebar 4 mm terbuat dari plastic
b. Sekarang bleier clips tidak dibuat dan tiadak dipakai lagi oleh karena
angka kegagalannya yang tinggi sekali dan sering timbul persoalan-
persoalan dengan aplikatornya.
13
dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi, kurang menyebabkan rasa sakit
bila dibandingkan dengan mini laparotomi, sangat berguna bila jumlah calon
akseptor banyak.
Kerugian laparoskopi resiko komplikasi dapat serius (bila terjadi), lebih
sukar dipelajari, memerlukan keahlian dan keterampilan dalam bedah abdomen,
harga peralatanya mahal dan memerlukan perawatan yang teliti, tidak dianjurkan
untuk digunakan segera post-partum.
1) Indikasi Medis
Yang termasuk indikasi medis adalah penyakit yang berat kronik seperti
jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit kronik lainnya. Tetapi tidak semua
penyakit tersebut merupakan indikasi, hanya yang membahayakan keselamatan
Ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi.
2) Indikasi Obstetris
Indikasi obstetris adalah keadaan di mana resiko kehamilan berikutnya
meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa,
termasuk kedalam indikasi obstetric adalah multiparitas (banyak anak), apalagi
14
dengan usia yang relatif lanjut (misal grandemultigravida, yakni paritas lima
atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih), sesio sesarea dua kali atau lebih
dan lain-lain.
3) Indikasi Genetik
Indikasi genetik adalah penyakit herediter yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan anak, seperti hemophilia.
4) Indikasi Kontrasepsi
Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan
(mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak menginginkan anak lagi
meskipun tidak terdapat keadaan lain yng membahayakan keselamatan Ibu
seandainya ia hamil.
5) Indikasi Ekonomis
Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi
karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan
bertambahnya anak dalam keluarga tersebut.
b. Konta indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah masalah hubungan,
ketidaksetujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan, dan keadaan sakit atau
disabilitas yang dapat meningkatkan resiko pada operasi (Everett, 2008, hlm.253).
15
persyaratan operasi terpenuhi. Sebagaimana cara KB lainya kontap bersifat praktis
artinya tidak membutuhkan kunjungan ulang yang terjadwal dan tidak mengganggu
hubungan sexsual. Bebas dari efek samping hormonal sebagaimana pil, KB suntik
maupun susuk.
Kerugian kontap adalah sifatnya permanent, sehingga calon ibu klien harus
menyadari betul bahwa sekali dilakukan sterilisasi hamper tidak mungkin hamil
kembali. Cara ini hanya cocok untuk mereka yang tidak ingin mempunyai anak lagi,
bukan sebagai cara penjarangan. Kontap merupakan tindakan operasi, sehingga syarat
operasi harus terpenuhi terutama yang menyangkut pencegahan infeksi.
16
dilakukan. Umumnya penandatanganan dokumen Informed consent dilakukan
setelah calon akseptor dan pasangannya mendapatkan konseling.
17
DAFTAR PUSTAKA
18