Anda di halaman 1dari 49

MODUL II

BAYI BARU LAHIR, PERINATAL, DAN NEONATUS


Skenario : Kelahiran Seorang Bayi
Dr. Citra yang sedang tugas jaga di kamar bersalin membantu proses kelahiran bayi. Bayi
lahir spontan dari kehamilan cukup bulan, lahir langsung menangis kuat, tampak cukup aktif,
tidak asfiksia karena nilai Apgar 9 pada menit pertama dan 10 pada menit ke lima. Dokter mulai
melakukan resusitasi dan membersihkan bayi dari cairan ketuban, menjauhkan kain yang basah
untuk mencegah hipotermia. Selain itu, dr.Citra melakukan pemeriksaan fisik terhadap bayi
tersebut ; berat badan 2040 gram, panjang badan 47cm, lingkaran kepala 33 cm, dan ditemukan
undensus testis sinistra. Terhadap bayi ini segera dilakukan inisiasi menyusu dini kepada ibunya.

Selama perawatan di RS, bayi tidak mengalami takipnea, kejang, atau demam. Namun
pada hari ketiga wajah bayi tampak ikterik, bayi tetap aktif dan menyusu langsung pada ibunya.
Dokter mengingatkan agar Ibu hati-hati dalam menyusu terutama apabila posisi menyusui sambil
berbaring, karena bayi bias meninggal akibat hidung bayi tertutup oleh mamae ibu. Ibu dan bayi
bisa dipulangkan setelah hari kelima, disarankan untuk tetap memberikan ASI on demand dan
selalu memberikan stimulasi, baik melalui bunyi musik, pijat atau memberikan mainan berwarna
terang.

Sebagai seorang dokter keluarga, bagaimana anda menjelaskan kepada ibu tentang
perawatan bayi di rumah, nutrisi, dan mengenali tanda-tanda kelainan/ penyakit tersering yang
mungkin akan terjadi pada bayinya?

I. TERMINOLOGI

1. Asfiksia : suatu keadaan di mana bayi baru lahir mengalami gangguan untuk bernafas
secara spontan dan teratur.

2. Nilai apgar : nilai untuk mengkaji kondisi bayi sesaat lahir meliputi 5 variabel (pernafasan,
frek.jantung, warna, tonus otot, iritabilitas efek).

3. Resusitasi : memulihkan seseorang yang tampaknya mati pada kehidupan/kesadaran,


meliputi pernapasan buatan dan masase jantung.
4.Cairan ketuban : suatu cairan yang ada didalam kantong amnion. Terdiri dari 98 % air dan
sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik. Cairan ini dihasilkan oleh selaput ketuban dan
dibentuk oleh sel-sel amnion ditambah air seni janin, dan cairan otak pada anensefalus.
Normalnya cairan ini adalah 1-1.5 L.
5. Ikterus : kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir berupa kuning pada kulit dan
sklera akibat kadar bilirubin yang berlebihan dalam darah.

6. Inisiasi : berkenaan dengan tahap paling awal suatu proses.

7. Hipotermi : penyebab luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badan
nya rendah) relatif besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuh cepat
hilang.

8. Kejang : perubahan paroksimal dari fungsi neurologik yang terjadi pada bayi yang
berumur kurang dari 28 hari

9. ASI on demand : ASI diberikan sesuatu kebutuhan bayi.


10. Bayi : manusia yang umurnya 1 bulan 2 tahun

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana cara pemeriksaan fisik bayi baru lahir dengan cara menggunakan nilai apgar?

2. Bagaimana ciri-ciri BBL normal?

3. Apa tujuan dilakukan resusitasi pada BBL?

4. Mengapa dokter harus melakukan resusitasi,sementara nilai Apgar bayi pada skenario normal?

5. Berdasarkan ciri-ciri dari hasil pemeriksaan fisik yang terdapat di skenario, apakah bayi
tersebut normal?

6. Apa saja bentuk tindakan medis pada BBL?

7. Mengapa BBL mengalami hipotermia dan apa tujuan pencegahan dari hipotermi?

8. Bagaimana cara menyusui yang baik dan benar?

9. Apa saja manfaat dari IMD (inisiasi menyusu dini)?

10. Mengapa bayi ikterik pada hari ke tiga? Berapa lama itu terjadi?apakah itu fisiologis atau
patologis?

11. Apa jenis pemeriksaan untuk menentukan ikterik pada bayi?

12. Bagaimana cara penentuan bayi mengalami takipnu dan kejang?

13. Apa tujuan dari diberikannya ASI pada bayi dan apa tujuan memberikan stimulasi pada bayi?
14. Apa saja anjuran bagi orang tua dalam merawat bayi di rumah?

15. Apa saja penyebab undensensus testis sinistra?

III. ANALISA MASALAH

1. Bagaimana cara pemeriksaan fisik bayi baru lahir dengan cara menggunakan nilai apgar?

Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.

Pemeriksaan fisik :

Nilai Apgar

Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat gerak
(lemah) aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat

Nilai 4-6 : Asfiksia sedang

Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit
masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis,
bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi
tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar).

Nilai Apgar 1 menit menunjukkan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya.


Nilai Apgar 5 menit menujukkan adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya.

2. Bagaimana ciri-ciri BBL normal?


ciri-ciri normal pada BBL :
1. Berat badan 2500 - 4000 gram
2. Panjang badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan - 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam
kecoklatan

3. Apa tujuan dilakukan resusitasi pada BBL?

Tujuan dilakukannya resusitasi adalah untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi
yang tidak bernafas

4. Mengapa dokter harus melakukan resusitasi,sementara nilai Apgar bayi pada skenario normal?

karena bayi memiliki berat badan lahir yang rendah(BBLR) yang mudah mengalami hipotermia
dimana bayi memiliki rasio luas permukaan tubuh yang luas dengan imaturitas pusat pengturan
suhu. Sehinggga perlu dilakukannya resusitasi agar pernafasan bayi menjadi baik.

5. Berdasarkan ciri-ciri dari hasil pemeriksaan fisik yang terdapat di skenario, apakah bayi
tersebut normal?

Berat badan 2040 : berat lahir rendah

Panjang badan, 45-47 cm : normal

Lingkar kepala,33 : normal

6. Apa saja bentuk tindakan medis pada BBL?

Tindakan medis pada BBL

Penyedotan Lendir
SESAAT setelah dilahirkan, punggung bayi ditepuk-tepuk agar tangisan pertamanya
terdengar dengan tujuan agar paru-parunya terbuka dan cairan yang dihisap bayi saat
dilahirkan bisa keluar. Dokter pun akan membantu untuk menghilangkan cairan atau
lendir, amnion dari mulut dan hidung bayi. Ini untuk memastikan kedua lubang hidung
bayi terbuka dan ia bisa bernafas.

Pemotongan Tali Pusat


Pemotongan tali pusat biasanya dilakukan dalam dua menit pertama dengan cara tali pusat
dijepit lalu digunting. Dokter biasanya akan mengambil contoh darah tali pusat untuk
pemeriksaan berikut. Misalnya untuk pengukuran kandungan bilirubin apakah bayi menderita
kuning atau tidak.

Tes APGAR

Dalam waktu 1-5 menit bayi baru lahir akan menjalani pemeriksaan untuk mendapatkan
nilai APGAR. Test ini dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda vital dan respon fisik
bayi. Ada 5 kategori yang diperiksa yaitu, Activity (denyut otot), Pulse (detak jantung per
menit), Grimace (respon refleks), Apperance (warna kulit) dan Respiration (pernafasan).

Nilai APGAR berkisar 0-2 untuk setiap kategori, lalu semua nilai dijumlahkan. Jika nilai
APGAR berkisar 7-10 bayi dianggap normal. Pemeriksaan lanjutan dibutuhkan apabila
nilai APGAR dibawah normal.

Test Darah

Pemeriksaan darah biasanya ditujukan untuk bayi berbobot lebih dari 4 Kg untuk
mengetahui kadar gula darah karena bayi besar beresiko hipoglikemia (kadar gula darah
rendah) beberapa jam setelah bayi lahir. Kondisi ini bisa terjadi bila asupan makanan
untuk "si bongsor" langsung anjlok.

Vitamin K

Bayi akan mendapatkan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan berlebihan.


Karena organ hati bayi sebagai penghasil vitamin K untuk membekukan darah masih
belum matang.
Statistik Vital

Setelah melalui serangkaian test, bayi masih perlu melakukan pengukuran tinggi badan,
berat badan dan lingkar kepala. Kemudian bayi dimandikan dengan air hangat dan
ditempatkan di ruang bayi

Pemeriksaan Fisik

Dalam 24 jam, dokter akan memantau kondisi bayi secara teratur. Kesesuaian usia bayi
dengan hari pertama haid ibu perlu diperiksa untuk menentukan apakah bayi lahir
prematur. Dokter akan melakukan pemeriksaan Ballard untuk menguji karakteristik fisik
dan otot bayi untuk mengetahui usia kandungan.

7. Mengapa BBL mengalami hipotermia dan apa tujuan pencegahan dari hipotermi?

Pada BBL sering mengalami hipotermia karena cepat itu cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas yang cepat tersebut disebabkan oleh luas permukaan tubuh pada BBL relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuhnya akan cepat hilang.
Panas tubuh tersebut juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi
yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.

8. Bagaimana cara menyusui yang baik dan benar?

1) Pastikan posisi yang benar dengan melihat hal-hal berikut :

- kepala dan tubuh BBL dalam posisi lurus

- BBL menghadap ke payudara dengan hidung menempel di putting ibu

- tubuh BBL menempel pada tubuh ibu.

- seluruh tubuh BBL ditahan, tidak hanya bagian leher dan bahu saja.

2) Kelekatan yang baik

A. kelekatan yang baik saat menyusui dapat dipastikan dengan melihat hal-hal di bawah ini:

- mulut terbuka lebar

- lebih banyak daerah areola yang terlihat di atas mulut daripada di bawah mulut BBL

B. posisi perlekatan yang benar :

- bagian bawah areola tidak terlihat


- mulut bayi terbuka lebar.

9. Apa saja manfaat dari IMD (inisiasi menyusu dini?

Manfaat IMD
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya

dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena
hypothermia (kedinginan).
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi
lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi
pemakaian energi.
3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu.
Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri
yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi
(zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus.
Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan
makanan.
5. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin
kelangsungan hidup sang bayi.
6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi

usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein
manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan
mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang
keluarnyaoksitosin yang penting karena:
Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi

perdarahan ibu.
Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai
bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri),
dan timbul rasa sukacita/bahagia.
Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna
putih) dapat lebih cepat keluar.

10. Mengapa bayi ikterik pada hari ke tiga? Berapa lama itu terjadi?apakah itu fisiologis atau
patologis?
Ikterus umumnya muncul sekitar usia 2-3 hari. Ikterus dimulai dari kepala dan berjalan ke
bawah. Bayi ikterus akan tampak kuning pertama pada wajah, kemudian pada dada dan perut
kemudian kaki dan bisa mewarnai bagian putih bola mata. Pada keadaan normal, bilirubin
disalurkan dan diolah di hati kemudian dikeluarkan sebagai empedu melalui usus. Ikterus
muncul saat kadar bilirubin melebihi kemampuan hati bayi baru lahir untuk mengolah dan
mengeluarkan dari tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh:

Bayi baru lahir menghasilkan bilirubin lebih banyak dari orang dewasa karena sel darah
merah bayi baru lahir usianya lebih pendek sehingga dihancurkan lebih cepat

Kondisi hati bayi baru lahir belum cukup matang untuk mengolah dan mengeluarkan
bilirubin dari darah secara maksimal

Kadar bilirubin yang diserap kembali dari usus cukup besar sebelum bayi dapat
mengeluarkannya dalam tinja.

Kadar bilirubin (diatas 25 mg) dapat menyebabkan ketulian, cerebral palsy, atau kerusakan
otak. Pada beberapa kasus lain, ikterus dapat disebabkan gangguan kelenjar tiroid.

11. Apa jenis pemeriksaan untuk menentukan ikterik pada bayi?

Pemeriksaan pada sclera, bilirubin darah.


12. Bagaimana cara penentuan bayi mengalami takipnu dan kejang?

Bayi mengalami asfiksia, apnu, sianosis.


13. Apa tujuan dari diberikannya ASI pada bayi dan apa tujuan memberikan stimulasi pada bayi?

Tujuan pemberian ASI : memberikan nutrisi , berbagai system kekebalan tubuh, enzim
pencernaan sehingga kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi dapat terpenuhi.
Tujuan pemberian stimulasi pada bayi : untuk merangsang perkembangan bayi.
14. Apa saja anjuran bagi orang tua dalam merawat bayi di rumah?

1) Berikan ASI on demand.

2) Jaga agar tali pusat selalu kering.

3) Berikan stimulasi-stimulasi dini untuk rangsangan perkembangan bayi.

4) Jaga selalu kesehatan anak.


15. Apa saja penyebab undensensus testis sinistra?

Penyebab undensensus di skenario yaitu kemungkinan kurangnya produksi hormone testosterone


oleh sel Laydig.

IV. SKEMA

BAYI BARU LAHIR

PEMERIKSAAN
FISIK
UNDENSENSUS
TESTIS SINISTRA

TANDA-TANDA TANDA-TANDA
NORMAL KELAINAN HIPOTERMIA

BAYI MENANGIS INFEKSI DAN HIPERBILIRUBINEMIA


DAN BERNAFAS KEJANG PATOLOGIS

HIPOGLIKEMI
IMD (Inisiasi
DAN ASFIKSIA
Menyusu Dini)
NUTRISI MANAJEMEN
LAKTASI

PERAWATAN
/PENATALAKSAAN
LANJUT

RESUSITASI

V. LEARNING OBJECTIVES

Mahasiswa mampu menjelaskan :


1. Perawatan dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir
2. Bayi berat lahir rendah
3. Manajemen laktasi
4. Hipotermia, hipoglikemia pada bayi baru lahir
5. Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir
6. Problem pernapasan pada bayi baru lahir
7. Infeksi dan kejang pada bayi baru lahir
8. Beberapa kelainan congenital yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
9. Resusitasi pada BBL
10. Tumbuh kembang pada neonatus

VI. BELAJAR MANDIRI

VII. SHARING INFORMATION

1. PERAWATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji
penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya
penyimpangan
1. Pengkajian segera BBL
a. Penilaian awal
Nilai kondisi bayi :
APAKAH BAYI MENANGIS KUAT/BERNAFAS TANPA KESULITAN ?
APAKAH BAYI BERGERAK DG AKTIF/LEMAS?
APAKAH WARNA KULIT BAYI MERAH MUDA, PUCAT/BIRU?

APGAR SCORE
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel
(pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)
Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)

Dilakukan pada :
1 menit kelahiran
yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan
Menit ke-5
Menit ke-10
penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa
mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis
SKOR APGAR

TANDA 0 1 2
Appearance Biru,pucat Badan Semuanya merah
pucat,tungk muda
ai biru
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lump Gerakan Aktif/fleksi tungkai
uh sedikit/fleksi baik/reaksi
tungkai melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, Baik, menangis kuat
tidak teratur

Preosedur penilaian APGAR

Pastikan pencahayaan baik


Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
Jumlahkan hasilnya
Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
Ulangi pada menit kelima
Ulangi pada menit kesepuluh
Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi
Nilai 0 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi

2. Asuhan segera Bayi Baru Lahir

Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah
kelahiran.
Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit
bantuan/gangguan
Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga

bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin

a. Membersihkan jalan nafas


1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu
2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
3). Periksa ulang pernafasan
4). Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir

jika tdk dpt menangis spontan dallakukan :


1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat
2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi
3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa
steril
4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar
Gb. Posisi ekstensi

Kebiasaan yang harus dihindari

LANGKAH-LANGKAH ALASAN TIDAK DIANJURKAN


Menepuk pantat bayi Trauma/cedera
Menekan dada Patah, pneumothorax, gawat nafas,
kematian
Menekan kaki bayi ke bagian perutnya Merusak pembuluh darah dan kelenjar
pada hati/limpa, perdarahan
Membuka sphincter anusnya Merusak /melukai sphincter ani
Menggunakan bungkusan panas/dingin Membakar/hipotermi
Meniupkan oksigen/udara dingin pada Hipotermi
tubuh/wajah bayi
Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan
resusitasi yang tidak efektif pada saat
kritis

Penghisapan lendir
Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga
tabung oksigen & selangnya
Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung
Memantau mencatat usaha nafas yg pertama
Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan

b. Perawatan tali pusat


setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat
Cara :
celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk
membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya
bilas tangan dengan air matang /DTT
keringkan tangan (bersarung tangan)
letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat &

lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan


Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup

INGAT !
JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT

c. Mempertahankan suhu tubuh


Dengan cara :
Keringkan bayi secara seksama
Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya
Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian
Tempatkan bayi di lingk yg hangat

d. Pencegahan infeksi
Memberikan obat tetes mata/salep
diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan pd
mata bayi segera stl bayi lahir

BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam
perawatannya.
Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi
Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika
menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm

keadaan bersih
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan

bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)

2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran

Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg
memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan

Pemantauan 2 jam pertama meliputi :


Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
Bayi tampak aktif/lunglai
Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian ada
tdknya masalah kesehatan terutama pada :
By kecil masa kehamilan/KB
Gangguan pernafasan
Hipotermia
Infeksi
Cacat bawaan/trauma lahir

Jika tidak ada masalah,


a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :
hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C
bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup
c. Lakukan pemeriksaan fisik
gunakan tempat yg hangat & bersih
cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak
lembut
LIHAT, DENGAR, & RASAkan
Rekam /catat hasil pengamatan
jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

d. Pemberian vitamin K
untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K
Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari
Bayi berisiko 0,5mg 1mg perperenteral/ IM

e. Identifikasi BBL
Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia
Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan
tdk mudah lepas
Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama

lengkap ibu
Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor
identifikasi

a. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :


1). Pemberian nutrisi
Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan
zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi


Suhu ruangan setidaknya 18 - 21C
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol
berisi air panas)
3). Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk
BAK/BAB
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali
pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke
bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau
bau busuk.
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap
hari
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun
setiap hari.
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang

memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

7. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua


Pernafasan sulit/ > 60x/menit
Suhu > 38 C atau < 36,5 C
Warna kulit biru/pucat
Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna
hijau tua, ada lendir darah
Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang

8. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B


Daftar pustaka
1. Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition. Churchill
Livingstone, Edinburgh
2. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III
kebidanan , Buku 5 asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta
3. Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta
4. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal.YBP_SP.Jakarta

PEMERIKSAAN FISIK LAINNYA


Memeriksa Kepala dan Muka sangat penting karena menjadi perhatian utama :
Tanda trauma kaput sesudaneum, moulding,
laserasi, sefal hematom
Adakah tanda parese syaraf ke 7
Telinga adakah low set ear
Mulut adakah gigi, gusi, ukuran dan besar lidah
palatum apakah normal
Mata
Sembab kelopak mata sering didapat, mata sulit dibuka
Adakah tanda perdarahan konjungtiva, ukuran bola mata
Adakah sekret mata, kemungkinan saluran nasolakrimalis
belum terbuka sempurna
Bila sekret berlebihan ingat infeksi gonokokus
Sistem Pernafasan
Pemeriksaan terbaik adalah melakukan observasi
Frekwensi nafas (normal 30-50 kali/menit), iramanya, tipe nafas utama pada bayi baru lahir
abdominal
Obsrvasi warna kulit sekitar mulut dan mukosa
Tanda tanda adanya gangguan nafas:
Frekwensi nafas cepat 60 per menit
Tampak sianosis
Perhatikan bentuk dada
Bernafas mempergunakan otot otot dada (retraksi interkostal, dada)

Pemeriksaan Kardiovaskuler
Pemeriksaan kardiovaskuler juga harus diperhatikan bentuk dada, apek (lokasi di ICS ke 4 & ke
5)
Palpasi pulsasi arteri brakhialis dan femoralis
Memeriksa suara jantung S1,S2, kadang terdengar S3
Frekwensi jantung biasanya 100 140/ menit (normal)
Adakah murmur, biasanya dilakukan pemeriksaan di
sepanjang batas sternal kiri. Dianjurkan pemeriksaan diulang setelah penderita berumur 3 6
minggu

ABDOMEN
Observasi bentuk abdomen apakah distended. Pernafasan abdominal adalah normal Perhatikan
umbilikus, apakah ada tanda inflamasi, bau Yakinkan ibu bahwa umbilikus akan lepas (hari ke
4 5)
Meraba Hepar
Mempergunaka jari jari tangan diletakkan antara SIAS (spina iliaka anterior superior kanan) dan
umbilikus, selanjutnya meraba keatas sampai batas kosta
Meraba Lien
Meraba dengan jari jari dari SIAS kearah umbikus
Meraba Ginjal
Tidak mudah, memerlukan latihan
Letakkan satu tangan dibawah pinggang dan diangkat keatas, sedang tangan lain melakukan
palpasi disisi yang sama
Meraba Buli Buli
Mempergunakan jari ke 2 dan ke 3
Palpasi dimulai dari umbilikus kearah bawah
Buli buli teraba penuh 15 menit setelah bayi diberi minum

GENITALIA
Wanita
Labia warna kemerahan. Pada preterm labia mayor tidak menutup labia minor
Perdarahan vagina dapat terjadi (newborn period)
Memar dapat terjadi pada persalinan letak bokong
Laki laki
Apakah bentuk dan ukuran penis normal
Adakah hipospadia dan epispadi
Apakah testis teraba, bila tidak teraba biasanya di inguinal
Adakah hidrocele, pemeriksaan dengan transiluminasi

Memeriksa Sendi Panggul


Bayi posisi terlentang. Posisi panggul dan lutut 90 derajat
Pegang kedua lutut dan gerakkan keatas dan kebawah bergantian

Ventral Suspensi
Bayi dipegang dengan kedua tangan dan ditengkurapkan
Respon bayi : punggung ekstensi, lengan, kaki fleksi dan kepala akan terangkat
Bayi posisi terlentang biasanya panggul fleksi dan sedikit Abduksi. Bila abduksi total berarti
terdapat hipotoni otot
Pemeriksaan harus diulang 24 jam kemudian

REFLEK PRIMITIF
TANDA KARDINAL
Merangsang pipi dan kulit sekitar mulut, maka akan respon mulut bayi terbuka dan kepala
menoleh kearah lateral

Grasp dan traction response (reflek menggegam)


Tangan bayi diberi jari tangan atau pensil, maka jari akan menggegam dan bahu akan terangkat
lebih kurang 2- 3 cm

MORO REFLEK
Bayi diletakkan terlentang dengan satu tangan menahan badan bayi, tangan lain menyangga
kepala. Bila kepala bayi diturunkan beberapa cm, lengan atas abduksi,ekstensi dan fleksi
bergantian bila bergerak.
2. BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir.

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masa depan.

Penyebab BBLR

Ada 2 tipe BBLR:

1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu).
2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat
badan kurang.

BBLR tipe prematur disebabkan oleh:

Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar
Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi
dalam rahim)

Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)

Ibu hamil yang sedang sakit

Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya


BBLR tipe KMK disebabkan oleh:

Ibu hamil yang kekurangan nutrisi


Ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia

Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

Malaria kronik, penyakit kronik

Ibu hamil merokok

Perawatan BBLR

Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi
agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga
sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan
masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu
dijaga kehangatan tubuhnya.
Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan
menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan
bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit
bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain,
bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu
diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat
pemancar panas.

Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan
kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air
susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya.
Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu
memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein
tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya
masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke
mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR
bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum
pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning)
BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus
dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila
kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita
sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai
dengan jadwal.

Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung
karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting
dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak
dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling
lambat dalam enam bulan pertama.

3. MANAJEMEN LAKTASI
Cara menyusui bayi yang benar
1. Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu IBU mencuci kedua tangan dengan sabun sampai
bersih.
2. Sebelum menyusui bayi, kedua punting susu dibersihkan dengan kapas yang telah direndam
terlebih dahulu dengan air hangat .
3. Waktu menyusui bayi, sebaiknya IBU harus duduk .
4. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan sampai bayi merasa
kenyang.
5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas yang telah
direndam dengan air hangat.
6. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawankan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
7. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya dikeluarkan dengan alat pompa susu.
Praktek menyusui
Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu pada masa
kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu dibentuk
dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui yang lamanya sangat tergantung
pada motivasi dan "kemampuan" seorang ibu untuk menerapkan manajemen laktasi. Setiap bayi,
sejak dilahirkan seyogyanya mendapat ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama
kehidupannya. Diawali dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi pada putting
susu ibu untuk pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya hormon-hormon yang menunjang
keberhasilannya menyusui .
a. reflek prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu terangsang.
Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu keluarnya hormon
prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
b.Refleks aliran / refleks oksitosin ("let down reflex")
Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian lain dari
otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin akan memacu sel-sel otot yang
mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi, sehingga memeras air susu
keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola, untuk kemudian menuju puting susu.
Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi
diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan
dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI
yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI
tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan
menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut .
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk .
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri .
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.

4. HIPOTERMIA DAN HIPOGLIKEMI PADA BAYI BARU LAHIR


Hipotermia :
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35Celsius.
PENYEBAB
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang. Pada
cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh juga bisa hilang melalui
penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.
GEJALA
Gejalanya bisa berupa:
- bayi tampak mengantuk
- kulitnya pucat dan dingin
- lemah, lesu
- menggigil.
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik
(keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap
hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu,
hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran suhu
tubuh.
PENGOBATAN
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan
telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah
cahaya penghangat.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan
hangat. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh
akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir

Hipoglikemi keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6
mmol/L).

PATOFISIOLOGI
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin
juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses
persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan
pernapasan.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan
Riwayat bayi prematur
Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia
- Bayi dari ibu diabetes (IDM)
- Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
- Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
- Bayi prematur dan lewat bulan
- Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
- Bayi puasa
- Bayi dengan polisitemia
- Bayi dengan eritroblastosis
- Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta
blocker

GEJALA KLINIS/Pemeriksaan fisik


Gejala Hipoglikemi : tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas
Jitteriness
Sianosis
Kejang atau tremor
Letargi dan menyusui yang buruk
Apnea
Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
Hipotermia
RDS

DIAGNOSIS BANDING
insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia, abnormalitas
metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin).

Penyulit
Hipoksia otak
Kerusakan sistem saraf pusat

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama :
o Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
o Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali
pemeriksaan
o Kadar glukosa 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
o Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia
selesai

5. HIPERBILIRUBINEMIA PADA BAYI BARU LAHIR

Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi
kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat
merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% 50% pada bayi yang lahir
cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat
berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran
empedu, dan lain-lain.
Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan Hemoglobin
(zat merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses konjugasi di
liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu, kemudian ke usus.
Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan
apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai
potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar
bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.
dianggap hiperbilirubinemia bila:
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi baru lahir) kurang bulan, dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah yang berlebihan) pada
inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim G-
6-PD, dan sepsis)
5. Ikterus yang disertai dengan keadaan-keadaan sebagai berikut:
Berat lahir kurang dari 2 kg
Masa kehamilan kurang dari 36 minggu
Asfiksia, hipoksia (kekurangan oksigen), sindrom gangguan pernafasan
Infeksi
Trauma lahir pada kepala
Hipoglikemi (kadar gula terlalu rendah), hipercarbia (kelebihan carbondioksida)
Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut Kernikterus.
Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau menghisap,
ketegangan otot, leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut, bila bayi ini
bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan
keterbelakangan mental.
MELIHAT IKTERUS PADA BAYI
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dengan cahaya buatan. Paling baik
pengamatan dilakukan dengan cahaya matahari dengan cara menekan sedikit kulit yang akan
diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi. Jika warna kulit tetap kuning,
berarti kemungkinan bayi kita telah mengalami ikterus, dan kadar bilirubinnya tinggi. Ikterus
pada bayi baru lahir baru terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 5 mg%. Pengamatan di RSCM
menunjukkan ikterus baru terlihat jelas saat kadar bilirubin mencapai 6 %.
PENYEBAB IKTERUS?
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan
pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.
3. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau
kerusakan sel liver).

PENATALAKSANAAN IKTERUS
9. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih
dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
10. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin.
Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter
akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.
11. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin,
fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.

6. PROBLEM PERNAPASAN PADA BAYI BARU LAHIR


5. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan BBL yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan gejala
hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir denngan asidosis. Menurut Towell (1966), penyebab
kegagalan pernafasan pada BBL adalah sebagai berikut.
Faktor ibu
Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika
atau anestesia dalam.
Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke
janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan, yaitu:
Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat.
Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan.
Hipertensi pada penyakit eklampsia, dan lain-lain.
Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
solusio plasenta, pendarahan plasenta, dan lain-lain.
Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan tergangguanya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali
pusat terlilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
Pemakaian obat analgetika atau anestesia yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial.
Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis
saluran pernafasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.
Berdasarkan skor apgar, asfiksia neonatorum terbagi atas:
Asfiksia sedang : skor apgar 4-6.
Asfiksia berat : skor apgar 0-3.
Manifestasi klinis asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.
Distress pernafasan (apneu / megap-megap).
Detak jantung < 100 X / menit.
Refleks atau respon bayi lemah.

Tonus otot menurun.

Warna kulit biru atau pucat.
Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.
Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum terbagi atas 2, yaitu:
Tindakan Umum, terdiri dari:
Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh ini akan mempertinggi metabolisme
sel jaringan, sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat. Cara pencegahannya yaitu
dengan memperhatikan lingkungan yang baik untuk bayi yang akan lahir, dan
mencegah kehilangan panas yang besar pada bayi tersebut.
Pembersihan jalan nafas
Saluran jalan nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan
amnion. Tindakan ini harus dilakukan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-gesa
atau kasar. Bila terdapat lendir kental yang sulit dikeluarkan dengan pengisapan biasa
dapat digunakan laringoskop neonatal, sehingga pengisapan dapat dilakukan dengan
melihat semak simalnya, terutama pada bayi dengan kemungkinan infeksi.
Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas 20 detik setelah lahir,
dianggap sedikit banyak telah menderita depresi pusat pernafasan. Cara cara yang
dapat dilakukan untuk merangsang pernafasan bayi yaitu:
Pengisapan lendir dan cairan amnion yang dilakukan melalui nasofaring.
Pengaliran oksigen yang cepat kedalam mukosa hidung dapat merangsang
refleks pernafasan yang sensitif didalam mukosa hidung dan faring.
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak
kaki bayi, menekan tendon Achilles, atau memberikan suntikan vitamin K
terhadap bayi tertentu.

Tindakan Khusus, terdiri dari:


Asfiksia berat (skor apgar 0-3)
Resusitasi aktif harus segera dilakukan. Langkah utamanya ialah dengan
memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang
intermitten. Cara terbaiknya ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Untuk
mencegah timbulnya infeksi terhadap bayi yang mendapat tindakan ini dapat
diberikan antibiotika profilaksis. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai
asidosis yang membutuhkan koreksi segera, yaitu dengan memebrikan bikarbonas
natrikus dengan dosis 2-4 mEq/ kgbb, dan glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4
mL/kgbb. Pemberian kedua obat ini dilakukan secara intravena dengan perlahan-
lahan melalui vena umbilikalis. Pada asfiksia berat yang disertai henti jantung
penanganannya yaitu dengan pemasangan pipa endotrakeal dan masase jantung
eksternal.
Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)
Dalam hal ini dapat dicoba melakukan stimulasi agar timbul refleks
pernafasan. Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi
aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yang sederhana dapat dilakukan secara
frog breathing. Tindakan ini dikakukan dengan memperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila tindakan ini tidak berhasil, mka dapat dilakukan ventilasi
paru dengan tekanan positif secara tidak langsung. Ventilasi ini dapat dikerjakan
dengan 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke mulut atau ventilasi kantong ke masker. Bila
tindakan ini juga tidak berhasil yang ditandai dengan penurunan frekuensi jantung
atau perburukan tonus otot, maka intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan
bayi diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.
6. Serangan Apneu
Keadaan ini sering ditemukan pada bayi prematur. Dikatakan abnormal jika lebih
dari 20 detik dan disertai dengan adanya sianosis dan bradikardia. Bayi dengan berat
badan kecil dari 1250 gram tiga kali lebih sering mendapat serangan ini daripada bayi
dengan berat badan lebih dari 1500 gram.
Etiologi dari serangan apneu yaitu:
Imaturitas pusat pernafasan.
Obstruksi jalan nafas oleh lendir atau susu.
Serangan apneu yang menyertai beberapa kelainan paru yang berat, misalnya
penyakit membran hialin, pneumonia, dan pendarahan paru.
Gangguan SSP, misalnya pendarahan intrakranial (kernicterus).
Gangguan metabolik, misalnya hipoglikemia, perubahan keseimbangan asam-basa,
cairan, dan elektrolit tubuh.
Tindakan dan sikap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
Melakukan rangsangan mekanis pada bayi dengan mengubah letak bayi atau
memukul telapak kaki bayi.
Membersihkan saluran nafas.
Memberikan oksigen intranasal dengan sedikit tekanan atau melakukan frog
breathing.
Menyelidiki dasar etiologi serangan apneu, dan sikap selanjutnya disesuaikan dengan
etiologinya.

7. Pernafasan Periodik
Bentuk pernafasan ini paling sering ditemukan pada bayi dengan berat badan
kurang dari 2000 gram atau masa gestasi kurang dari 36 minggu. Pernafasan periodik ini
jarang timbul dalam 24 jam pertama kelahiran, dan dapat berlangsung sampai kira-kira 6
minggu. Bentuk pernafasan ini mirip dengan pernafasan Cheyne-Stokes, yaitu tampak
ventilasi yang diikuti oleh periode apneu yang tidak berlangsung lebih dari 10 detik.
Etiologi pernafasan ini adalah karena maturitas susunan saraf pusat yang belum
sempurna.
Tindakan yang harus dilakukan untuk menangani penyakit ini yaitu:
Pemberian oksigen dengan konsentrasi tertentu dapat mengurangi periode apneu,
memperbaiki ventilasi paru dan merangsang timbulnya pernafasan yang teratur.
Dapat diberikan aminofilin 2-4 mg/kgbb setiap 6 jam secara intravena untuk
merangsang pusat pernafasan yang belum matur tersebut.

8. Penyakit Membran Hialin (Sindrom Gangguan Pernafasan Idiopatik)


Penyakit ini terjadi karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru
belum sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila ibu
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,misalnya ibu menderita
diabetes melitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesar, dan pndarahan
antepartum.
Patogenesisnya, yaitu:
Defisiensi pembentukan zat surfaktan pada paru bayi yang belum matang.
Surfaktan adalah zat yang berperan dalam pengembangan paru, yaitu merendahkan
tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi.
Surfaktan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, terutama lesitin. Surfaktan mulai
dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mulai berjumlah cukup untuk berfungsi
normal setelah minggu ke-35. Kurangnya lesitin pada cairan amnion juga dapat
menyebabkan penyakit membran hialin.
Manifestasi klinisnya, yaitu:
Bayi dispnea dan hipernea dengan frekuensi lebih besar dari 60 X / menit.
Terjadinya sianiosis karena saturasi oksigen kurang.
Rintihan saat ekspirasi (grunting), dan mendengkur jelas.
Retraksi epigastrium, suprasternal, interkostal saat inspirasi.
Pada auskultasi akan melemahnya udara nafas yang masuk paru.
Kadang terjadi bising jantung.
Terjadinya bradikardia pada penyakit membran hialin berat.
Terjadinya hipotensi, hipotermia, tonus otot menurun, edema dorsal tangan dan kaki,
serta pelebaran dan kehitaman pada cuping hdung.
Penatalaksanaannya, yaitu:
Mempertahankan suhu bayi (normal 36,5-37 o C) dengan meletakkan dalam
inkubator.
Mempertahankan kelembapan udara 70-80 %.
Memberikan oksigen untuk mempertahankan tekanan oksigen 80-100 mmHg.
Memberi cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan kalori 40 kkal/kgBB/hari
yaitu: glukosa / dextrose 10 % dengan jumlah 100 ml/kgBB/hari.
Memberi natrium bikarbonat campur dengan glukosa kalau asidosis.
Hindari faktor resiko.
Memberi dekametason / betametason pada perempuan 48-72 jam jam sebelum
persalinan 32 minggu kurang.
Pemberian 1 dosis surfaktan kedalam trakea bayi prematur sesudah lahir / 24 jam.
Perawatan BBLR
Lakukan pemeriksaan elektrolit.

7. INFEKSI DAN KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR


LO

Infeksi dan Kejang pada Bayi Baru Lahir(BBL)

Kejang adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologik seperti prilaku, sensorik, motorik,
dan fungsi otonom sistem syaraf pada bayi sampai berumur 28 hari.

Etiologi
Masalah yang terdapat dalam kejang:

Berhubungan dengan penyakit yang berat


Memerlukan intervensi khusus
Dapat mengakibatkan kelainan pada otak
Kejang yang terus menerus dapat mengakibatkan hipoksia serebral progresif, edema
serebral, dll

Penyebab : - kelainan SSP primer karena proses intrakranial


-kelainan SSP sekunder karena masalah sistemik metabolik

Penggolongan etiologi Kejang :


a) Ensefalopati iskemik hipoksik ( 60 65% yaitu terjadi pada 24 jam I dan pada 12 jam I )
Pada BCB ( Bayi Cukup Bulan) dan BKB (Bayi Kurang Bulan) terutama dengan asfiksia
Bentuk : kejang subtel / multifokal serta fokal klonik
- Iskemik hipoksik : persentase 20% dengan infark serebral, terdiri dari stadium ringan,
sedang, dan berat.
b) Perdarahan intrakranial yaitu perdarahan matriks germinal dan intraventrikel ( GMH-IVH )
biasanya pada bayi preterm (45 %)
Berhubungan juga dengan penyebab lain :
- Perdarahan subarachnoid (prevalensi tersering)
Penyebab : robekan vena superfisial akibat partus lama
darah di fisura interhemisfer dan resessus supra dan infratentorial
Tanda tanda :
Ubun ubun besar dan tegang
Muntah
Tangisan melengking
Kejang
- Perdarahan subdural
Penyebab : - robekan tentorium di dekat falks serebri
- Molase kepala berlebihan di verteks
- Partus lama
Darah menumpuk di fossa posterior dan menekan batang otak
Tanda tanda :
Nafas tidak teratur
Kesadaran menurun
Tangis melengking
Ubun ubun besar dan menonjol
Kejang

c) Hipokalsemia atau hipomagnesia


Terjadi pada hari ke I dan II
Biasanya pada BBLR( Bayi Berat Lahir Rendah)
Asfiksia bayi dari ibu DM
Hipokalsemia yaitu kadar Ca menurun < 7,5 mg/dL (< 1,87 mmol/L)
Sedangkan kadar fosfat > 3 mg/dL(> 0,95 mmol/ L)

Hiponatremiadan hipernatremia
Contoh : SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Duretic Hormone)
Penyebab :
- Kehilangan garam berlebihan, asupan cairan menurun dengan kadar Na
- Infus intravena meningkat
- Pengeluaran Na yang berlebihan
Hiponatremia disebabkan dehidrasi berat dan asupan Na meningkat

d) Infeksi
menjadi 5 10% penyebab kejang pada BBL
1. Infeksi Akut yang diakibatkan bakteri atau virus pada SSP
Contoh :Kuman gram negatif yang menginfeksi intrakranial dan sistemik
Contoh bakteri : Streptococcus, E. coli, Listeria sp, staphylococcus, Pseudomonas sp
2. Infeksi Kronik yaitu infeksi pada intrauterine yang lama
Contoh :

Patofisiologi
Kejang terjadi akibat loncatan muatan listrik berlebihan atau depolarisasi otak berlebihan yang
menimbulkan gerakan berulang.

Akibat depolarisasi berlebihan :


adanya gangguan produksi energi yang terdapat pada gangguan pompa Na-K
kecepatan depolarisasi berlebihan bisa terjadi akibat peningkatan eksitasi yang sebanding
dengan inhibisi neurotransmitter ataupun penurunan inhibisi yang sebanding dengan
eksitasi neurotransmitter

Dampak fisiologis dari kejang :


penurunan kadar glukosa otak dengan kadar glukosa darah normal atau meningkat dan
peningkatan asam laktat dalam darah
peningkatan kebutuhan oksigen dan aliran darah otak
penurunan pH arteri karena adanya akumulasi laktat
peningkatan tekanan darah sistemik dan aliran darah ke otak

Kemungkinan Penyebab Kelainan

Kegagalan mekanisme Pompa Na-K akibat Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia


penurunan ATP

Eksitasi neurotransmitter berlebihan Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia


Penurunan inhibisi neurotransmitter Ketergantungan piridoksin

Kelainan membran sel berupa peningkatan Hipokalsemia dan hipomagnesia


permeabilitas Na

8. BEBERAPA KELAINAN KONGENITAL YANG SERING DITEMUKAN PADA BAYI


BARU LAHIR
1. Hidrosefalus kongenital

Hidrosefalus kongenital adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal.

Etiologi.

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat
penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain :

1. Kelainan bawaan
o Stenosis akuaduktus sylvii

o Spina bifida dan kranium bifida

o Sindrom Dandy Walker

o Kista Araknoid

o Anomali pembuluh darah

2. Infeksi
3. Neoplasme
4. Perdarahan

Klasifikasi

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :


1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.

Manifestasi Klinis

Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intrakranial yang meninggi. Pada bayi biasanya
disertai pembesaran tengkorak sendiri, yaitu bila tekanan yang meninggi ini terjadi sebelum
sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi dapat berupa muntah,
nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil saraf. Kepala terlihat
lebih besar dibandingkan dengan tubuh.

2. Omphalokel
Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis.
Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical
cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum
parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia
(Lelin-Okezone, 2007).

Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa
teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan
lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the
body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi
kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h.Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.

ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROSKISIS / OMPHALOKEL

1. Data Fokus Pengkajian


Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):
1. Mengkaji Kondisi Abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering disebabkan
oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.

2. Mengukur temperatur tubuh


a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.

3. Kaji Sirkulasi : kaji adanya sianosis perifer


4. Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis.
3. Spina Bifida
Spina Bifida adalah suatu kelainan yang terjadi pada perkembangan tulang belakang.Hal
ini terjadi 24-26 hari usia kehamilan
Pada umumnya,serabut-serabut saraf(spinal cord) yang berada didalam ruas-ruas tulang
belakang tertutup sempurna oleh tulang belakang tersebut. Sedangkan pada spina bifida
hal tersebut tidak terjadi.Sehingga serabut-serabut saraf tersebut tumbuh secara tidak
normal atau menjadi rusak. Sebagai konsekuensinya,perintah-perintah dari otak untuk
melakukan gerakan-gerakan seperti untuk tangan atau kaki menjadi terganggu.Sering
terjadi pula anak-anak dengan spina bifida mengalami gangguan pada perabaannya.

penyebab :
Penelitian yang telah dilakukan ,menyatakan bahwa kekurangan Folic Acid dan vitamin
B12 merupakan salah satu penyebab terjadinya Spina Bifida. Folic acid dipercaya
berperan dalam pembentukan tulang belakang yang sempurna. Ada pendapat lain juga
yang menyatakan bahwa faktor genetik juga berperan disini.
Yang utama untuk diingat adalah setiap orang tua yang memiliki putra/putri dengan spina
bifida bukan pihak yang harus dipersalahkan.

Untuk pencegahannya dapat dilakukan seperti:


- menambahkan folic acid dan vitamin B12 dalam asupan makanan bagi ibu-ibu hamil.
Folic acid bisa diperoleh melalui sayuran berwarna hijau. Mengkonsumsi folic acid
sangat penting dilakukan sebelum dan selama kehamilan.
- tidak mengkonsumsi alkohol selama kehamilan.
- mengkonsumsi makan yang sehat sebelum dan selama kehamilan
9. RESUSITASI PADA BBL
Merupakan prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Indikasi : misalnya pada problempernapasan asfiksia perinatal dengan karakteristik sbb :
- Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) dengan pH<7 pada
sampel darah yang diambil dari arteri umbilical.
- Nilai apgar 0-3 pada menit ke-5
- Kejang, hipotonia,koma,atau ensefalopati hipoksik iskemik
- Disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL

Selain itu, indikasi lainnya :

- Bayi salah satu atau lebih dari 4 penilaian awal dijawab tidak
- Bayi lahir kurang bulan.
- Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bugar
(ditandaidengan depresi pernapasan, frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, dan
tonus otot buruk)

Tujuan resusitasi BBL : untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak
bernapas

DIAGRAM ALUR RESUSITASI BBL

LAHIR
30 DETIK
CUKUP BULAN? PERAWATAN RUTIN :
YA
AIR KETUBAN JERNIH
BERNAPAS ATAU BERIKAN KEHANGATAN
MENANGIS ? BERSIHKAN JALAN NAPAS
TONUS OTOT BAIK? KERINGKAN
NILAI WARNA KULIT
TIDAK

BERIKAN KEHANGATAN
POSISIKAN, BERSIHKAN
JALAN NAPAS (BILA PERLU)
KERINGKAN, RANGSANG,
REPOSISI

BERNAPAS
FJ>100
KEMERAHAN
30 DETIK EVALUASI
APNEA PERNAPASAN, FJ,SIANOSIS
DAN PERAWATAN
ATAU WARNA KULIT OBSERVASI
FJ<100
SIANOSIS
BERI TAMBAHAN O2
MENETAP
VENTILASI EFEKTIF
FJ>100
BERIKAN VTP PERAWATAN PASCA
KEMERAHAN
RESUSITASI
FJ<60 FJ>60

BERIKAN VTP
30 DETIK LAKUKAN KOMPRESI
DADA
FJ<60

BERIKAN EPINEFRIN
SUMBER : AMERICAN HEARTH ASSOCIATION AND AMERICAN ACADEMIC OF
PEDIATRICS

Teknik atau cara melakukan resusitasi BBL


1. Persiapan dan antisipasi sebelum tindakan
Persiapan petugas yang terampil melakukan resusitasi.
2.Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksi
Petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan dan alat proteksi lainnya misalnya kacamata,
celemek, dan baju khusus selama prosedur penanganan.
3. Persiapan peralatan dan obat-obatan
4. Persiapan keluarga
5.Persetujuan tindakan medic
6.Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat

10.TUMBUH KEMBANG NEONATUS

Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (growth) berkaitan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel
yang bersifat kuantitatif. Perkembangan (development) berkaitan bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh menyangkut diferensiasi sehingga memenuhi fungsinya,
termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku.
Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan pematangan fungsi organ. Untuk tercapainya tumbuh kembang
tergantung potensi biologiknya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor, yakni faktor
genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
Tujuan ilmu tumbuh kembang mempelajari segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social, juga untuk menegakkan diagnosis kelainan
dan penanganannya.
Faktor faktor yang memperngaruhi tumbuh kembang
9. Faktor genetik
Merupakan modal dasar karena melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan ditandai intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor bawaan normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.

10. Faktor Lingkungan


Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
dinamakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang secara besar dibagi dua :

12. Faktor prenatal (lingkungan saat anak masih dalam kandungan)


Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang buruk sebelum maupun saat sedang hamil lebih sering
menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati, lalu menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia, bayi mudah terkena infeksi, abortus, dan
sebagainya.
Anak juga akan kurang gizi dan selanjutnya menghasilkan manusia yang berat
dan tinggi badannya kurang pula, keadaan ini merupakan lingkaran setan yang
akan berulang.
Mekanis
Trauma dan oligohidramnion menyebabkan kelainan bawaan, posisi janin dapat
menyebabkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis, palsi fasialis, kranio tabes, dan
lain-lain.
Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang peka akan zat-zat teratogen, misalnya obat
seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker, dan lain-lain. Ibu
hamil yang perokok berat atau peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi
BBLH, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Keracunan logam misalnya
merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis.
Endokrin
Somatotropin disekresi kelenjar hipofisis sekitar minggu ke-9 yang terus
meningkat hingga minggu ke-20, kemudian menetap sampai lahir yang fungsinya
belum jelas.
Hormon plasenta (human placental lactogen = hormon chorionic
somatromammotropic) disekresi plasenta yang fungsinya mungkin dalam nutrisi
plasenta.
Hormon tiroid seperti TRH, TSH, T3, T4 sudah diproduksi sejak minggu ke-12
yang makin meningkat hingga minggu ke-24, lalu konstan. Jika terdapat defisiensi
dapat terjadi gangguan pertumbuhan susnan saraf pusat yang dapat
mengakibatkan retardasi mental.
Insulin mulai diproduksi minggu ke-11, meningkat hingga bulan ke-6, dan
kemudian konstan yang berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan
keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan pembesaran sel sesudah
minggu ke-30.
IGFs (insulin-like growth factors) belum jelas fungsinya pada janin.
Sering terjadi cacat bawaan pada ibu diabetes yang tidak mendapat pengobatan
pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang 18 atau lebih dari 35 tahun,
defisiensi iodium, phenylketonuria, dll.
Radiasi
Radiasi sebelum umur kehamilan 18 minggu menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.
Infeksi
Menyebabkan cacat bawaan, seperti TORCH, varisela, coxsackie, echovirus,
malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus
influenza dan hepatitis.
Stress ibu
Dapat menyebabkan cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
Imunitas
Rhesus ayau ABO inkompabilitas menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern
ikterus, bahkan lahir mati.
Anoksia embrio
Dapat menyebabkan bayi BBLR.

13. Faktor postnatal (lingkungan setelah lahir)


Masa perinatal adalah masa 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah
dilahirkan adalah masa rawan, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala
akibat persalinan bisa meninggalkan cacat permanen, cerebral palsy beresiko tinggi
pada bayi BBLR disertai asfiksi, hiperbilirubinemia disertai kern ikterus, respiratory
distress, asidosis, meningitis/ensefalitis.
Peran ibu dalam pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh
psikobiologisnya terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadian.
Interaksi dini ibu-anak juga penting yang dimulai dari IMD yang memberikan
keuntungan timbal balik, yakni untuk bayi memberikan zat anti yang melindungi bayi
terhadap infeksi, bayi merasakan sentuhan, kata-kata, tatapan kasih saying,
kehangatan, dan bagi ibu menimbulkan rasa percaya diri, sekresi oksitosin
mempercepat berhentinya perdarahan, dan prolaktin untuk mencegah ovulasi.
Digolongkan :
Lingkungan biologis
Ras/ suku bangsa
Jenis kelamin
Umur
Gizi
Perawatan kesehatan, meliputi pemeriksaan kesehatan dan penimbangan

setiap bulan
Kepekaan terhadap penyakit dengan imunisasi dan nutrisi
Penyakit kronis
Fungsi metabolism
Hormon
Growth Hormon (somatotropin)
Pengatur utama pertumbuhan somatic yakni penambahan tinggi
badan yang merangsang terbentuknya somatomedin yang berefek
pada tulang rawan, dimana aktivitasnya meningkat pada malam
hari, sesudah makan, latihan fisik, perubahan kadar gula, dsb.

Hormon tiroid
Berfungsi pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
Maturasi tulang, pertumbuhan dan fungsi otak, defisiensi tiroid
menyebabkan retardasi fisik dan mental, sebaliknya
hipertiroidisme mengakibatkan gangguan kardiovaskular,
metabolisme, otak, mata, seksual, dll

Glukokortikoid
Memberikan efek anti-anabolik yang jika berlebihan
mengakibatkan pertmbuhan terhambat/terhenti.

Hormon seks
Berperan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada awal masa pubertas,
hormon seks memacu pertumbuhan badan tetapi sesudah itu
menghambat pertumbuhan.

Insulin-like growth factors


Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai mediator GH dan
kerjanya mirip insulin yang perannya growth promoting factor
berperan dalam pertumbuhan, sebagai mediator GH, aktivitas
mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosit, osteoblas, dan
jaringan lainnya yang diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh
terutama hepar.

Faktor fisik
Cuaca, musim, keadaan geografis
Sanitasi
Keadaan rumah
Radiasi

Faktor psikososial
Stimulasi
Motivasi belajar
Hadiah atau hukuman yang wajar
Kelompok sebaya
Stress
Sekolah
Cinta dan kasih saying
Kualitas interaksi anak-orang tua

Faktor keluarga dan adat istiadat


Pekerjaan/pendapatan orang tua
Pendidikan ayah/ibu
Jumlah saudara
Jenis kelamin dalam keluarga : wanita mempunya status yang lebih

rendah dibanding laki-laki dalam pandangan masyarakat tradisional


Stabilitas rumah tangga
Kepribadian ayah/ibu
Adat-istiadat, norma, dan tabu-tabu
Agama
Urbanisasi : meningkatkan kemiskinan
Kehidupan politik
Kebutuhan dasar anak
ASUH (kebutuhan fisik-biomedis)
Meliputi :
Pangan/gizi
Perawatan kesehatan dasar; imunisasi, ASI, penimbangan teratur
Pemukiman yang layak
Hiegine, sanitasi lingkungan
Sandang
Kesegaran jasmani, rekreasi

ASIH (kebutuhan emosi/kasih sayang)


Hubungan yang erat antara ibu dan anak menjamin tumbuh kembang baik fisik, mental,
maupun psikososial, yang penting dilakukan sedini mungkin meliputi IMD, kontak fisik
(kulit dan mata), psikis. Dampak negative dari kurangnya ASIH ialah sindrom deprivasi
maternal.

ASAH (kebutuhan akan stimulasi mental)


Stimulasi mental adalah proses belajar sehingga mengembangkan perkembangan mental
psikososial (kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,
moral-etika, produktivitas).
Ciri-ciri tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak konsepsi sampai dewasa yang
dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan.
Ada periode tertenti adanya masa percepatan (masa janin, bayi 0-1 tahun, masa pubertas)
atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang organ-organ (mengkuti pola umum,
limfoid, neural, dan reproduksi).
Pola perkembangan sama pada semua anak, namun dengan kecepatan yang berbeda.
Perkembangan erat hubbungan nya dengan maturasi susunan saraf.
Aktivitas tubuh diganti respons yang khas.
Arah perkembangan sefalokaudal.
Refleks primirif masa bayi akan menghhilang setelah gerakan volunteer tercapai.
Setiap anak memiliki pertumbuhan dan kemampuan perkembangan yang berbeda namun
menuruti patokan umum, sehingga diperlukan kriteria apakah masih dalam batas normal atau
tidak. Ada dua :
Normal dalam arti medis : pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun intelek dan
kepribadian berlangsung harmonis.
Normal dalam arti statistic : kurva anak terdapat dalam batas normal dalam statistic yang
telah ditentukan.
Sehingga mungkin anak tersebut abnormal dalam arti statistic namun masih normal dalam
arti medis, misalnya karena anak dari keluarga yang bertubuh kecil.
Anamnesis tumbuh kembang anak
Anamnesis faktor prenatal dan perinatal
Menyangkut faktor risiko untuk gangguan perkembangan fisik dan mental anak, juga
penyakit keturunan, dan apakah ada perkawinan antar keluarga.
Kelahiran premature
Harus dibedakan anatara bayi premature (SMK=Sesuai masa kehamilan) dan bayi
dismatur (KMK=kecil masa kehamilan) karena retardasi pertumbuhan intrauterine.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak
Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan nutrisi
Kecepatan pertumbuhan anak
Pola perkembangan anak dalam keluarga (dilihat perkembangan anggota keluarga
lainnya).
Tahap-tahap tumbuh kembang anak
Masa neonatal : usia 0-28 haru
Masa neonatal dini : 0-7 hari
Masa neonatal lanjut : 8-28 hari

Pertumbuhan fisik hasil bperubahan bentuk dan fungsi organ


Berat badan
Berat badan lahir normal ialah >2500 gram. Berat badan menjadi 2 kali berat badan
waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, 4 kali
berat badan lahir pada umur 2 tahun.
Kenaikan pada tahun pertama kehidupan jika mendapat gizi yang baik, berkisar :
700-1000 gr/bln pada triwulan I
500-600 gr/bln pada triwulan II
350-450 gr/bln pada triwulan III
250-350 gr/bln pada triwulan IV

Tinggi badan
Pada waktu lahir tinggi badan ~50 cm. Dai kurva yang dibuat Count Philibert de
Montbeillard, laju pertumbuhan berkurang sejak lahir sampai selesainya proses
pertumbuhan. Sejak umur 4-5 tahun laju pertumbuhan deselerasi, kemudian meningkat
perlahan hingga umur 5-6 tahun, lalu konstan, dan kenaikan kecil pada 6-8 tahun, lalu
terjadi percepatan pada masa puberitas umur 13-15 tahun yang disebut pacu tumbuh
adolesen.
Jika dilihat proporsi antara kepala, badan, serta anggota gerak maka :
Pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak besar dan memanjang dnegan
ukuran panjang kepala hampir sama dengan panjang badan ditambah tungkai
bawah.
Pada waktu lahir, kepala relative besar, muka bulat, ukuran antero-posterior dada
masih besar, perut membuncit dan anggota gerak relative lenih pendek dengan
titik tengah umbilicus.

Kepala
Lingkar kepala waktu lahir ~34 cm, besarnya lebih besar dari lingkar dada yang akan
mengalami pertambahan dengan cepat selama 6 bulan pertama kehidupan yakni menjadi
44 cm sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala lahir sampai dewasa.
Pertumbuhan otak mengikuti pertumbuhan tulang kepala, dan sebaliknya. Pertumbuhan
tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan pertama setelah lahir,
terjadi pembelahan dnegan cepat pada masa-masa ini lalu kemudian melambat dan hanya
terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Saat lahir berat otak bayi berat otak dewasa, tapi
jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.

Gigi
Saat lahir gigi tidak langsung tumbuh, gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan.

Jaringan lemak
Bersama otot menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang dengan peningkatan
jumlah sel lemak pada trimester sampai pertengahan masa bayi, setelah itu tidak banyak
bertambah sampai awal menjelang masa pubertas.

Organ tubuh
Pertumbuhan organ tubuh mengikuti 4 pola pertumbuhan organ :
Pola umum : tulang panjang, otot skelet, sistem pencernaan, sistem pernafasan,
peredaran darah, dan volume darah
Pola neural : otak bersama tulang tengkorak
Pola limfoid : mencapai maksimum sebelum adolesensi lalu menurun
Pola genital : pada masa pubertas dengan pacu tumbuh adolesen yang pesat
Pertumbuhan organ sesuai bentuk tubuh, sehingga pada orang pendek akan mempunyai
organ yang lebih kecil dari orang yang tinggi, dan berhenti sampai mencapai besar sesuai
dengan organ tubuh yang dilayani seolah sudah diatur memenuhi harmony of growth.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu_Kesehatan_Anak/
http://www.bayisehat.com/baby-health-a-care-mainmenu-30/102-tindakan-medis-bayi-baru-
lahir.html
Kuliah Kebidanan. 2008. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). http://kuliahbidan.wordpress.com.
Diakses pada 20 Juni 2010. 14:56:31 WIB.

dr. Maharani Blog. 2009. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah. http://dr-anak.com. Diakses
pada 22 Juni 2010. 18:35:09 WIB.

Bidan Sherly. 2009. Sekilas Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).


http://bidansherly.wordpress.com. Diakses pada 22 Juni 2010. 18:46:21 WIB.

Markum, A.H.1991.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: FKUI .

Anda mungkin juga menyukai