Anda di halaman 1dari 17

PAPER SUMBERDAYA PERIKANAN

IKAN TONGKOL (Auxis thazard)

Dosen Pengampu : Gede Raka Angga Kartika, S.Pi

Disusun oleh :

Agus Wahyudi

1514521017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya karena kami dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.

Kami menyadari paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan paper ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan serta dalam penyusunan paper ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.

Jimbaran, 23 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 1
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II ISI ............................................................................................................. 3
2.1 Deskripsi ikan tongkol ..................................................................................... 3
2.2 Distribusi ikan tongkol ..................................................................................... 5
2.3 Alat tangkap ikan tongkol ................................................................................ 6
2.3 Pertumbuhan .................................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ikan tongkol ............................................................................................... 3
Gambar 2.2 Peta penyebaran ikan tongkol .................................................................. 6
Gambar 2.3 Alat tangkap gillnet ................................................................................... 7
Gambar 2.4 Alat tangkap purse seine ........................................................................... 8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim dengan jumlah pulau
kurang lebih 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km tidak hanya
menempatkan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, tetapi lebih dari itu
menyimpan kekayaan sumberdaya alam laut yang besar dan belum dimanfaatkan
secara optimal (Dahuri, 2000). Wilayah perairan laut Indonesia memiliki
kandungan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah
dan beraneka ragam. Pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia diberbagai
wilayah tidak merata. Dibeberapa wilayah perairan masih terbuka peluang besar
untuk pengembangan pemanfaatannya, sedangkan dibeberapa wilayah yang lain
sudah mencapai kondisi padat tangkap atau overfishing. Hal tersebut dapat
disebabkan karena pengelolaan potensi sumberdaya perikanan tidak dikelola
secara terpadu. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya data dan
informasi mengenai potensi sumberdaya perikanan wilayah Indonesia.
Ikan tongkol merupakan salah satu ikan laut yang memiliki kandungan
protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Ikan
tongkol kaya kandungan omega 3, vitamin, protein dan mineral. Kandungan
protein per 100 g ikan tongkol adalah 22 g. Kandungan omega 3 dalam ikan
tongkol 28 kali lebih banyak dari ikan tawar. Mineral yang terkandung dalam ikan
tongkol cukup banyak, salah satunya iodium yang mencapai 28 kali kandungan
iodium ikan air tawar. Terdapat juga kandungan vitamin dan asam folat pada ikan
tongkol. Ikan tongkol memiliki banyak kandungan gizi, selain itu memiliki rasa
yang lezat dan dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh. Salah satu inovasi pada
pengolahan diversifikasi ikan tongkol adalah nugget.

1.2 Tujuan
Dalam paper ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi, tumbuh,
penyebaran dan alat tangkap ikan tongkol (Auxis thazard).

1
1.3 Manfaat
Ikan tongkol (Auxis thazard) memiliki kandungan protein yang tinggi
untuk itu berguna pada kesehatan manusia.
Mampu mengetahui cara menangkap ikan tongkol (Auxis thazard) agar
tidak overfishing.
Mahasiswa dapat memngetahui cara hidup ikan tongkol (Auxis thazard) di
alam.

2
BAB II
ISI

2.1 Deskripsi ikan tongkol


Ikan tongkol adalah ikan yang berpotensi cukup tinggi serta memiliki nilai
ekonomis dan banyak disukai masyarakat. Penanganan ikan tongkol ini masih
belum baik dari penangkapan sampai pemasaran. Perubahan mutu kesegaran
dapat berlangsung secara enzimatis, kimia dan bakteriologi dengan diikuti
penurunan organoleptik. Pola dan laju penurunan mutu ikan sangat dipengaruhi
oleh keadaan suhu. Dimana semakin tinggi suhu, semakin cepat pula penurunan
mutu kesegaran (Sanger, 2010). Taksonomi ikan tongkol diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Auxis
Spesies : Auxis thazard (Fishbase, 2015)
Dari klasifikasi diatas dapat dijelaskan bahwa Ordo Percomorphi
mempunyai sirip punggung dan sirip dubur namun tidak panjang, dicirikan
dengan sirip punggung dua, yang pertama berjari-jari yang mengeras dan yang
kedua mempunyai bagian yang berjari-jari keras dan bagian yang berjari-jari
lemah. Family Scomberidae dicirikan berbentuk cerutu, V.I 5, jari-jari lemah sirip
ekor bercabang pada pangkalnya, sirip kecil dibelakang sirip punggung dan sirip
dubur ada (Saanin, 1968).

Gamabar 2.1 ikan tongkol


Sumber : (Saanin, 1968)

3
lkan tongkol adalah ikan yang berpotensi cukup tinggi serta memiliki nilai
ekonomis dan banyak disukai masyarakat. Penanganan ikan tongkol ini masih
belum baik dari penangkapan sampai pemasara. Perubahan mutu kesegaran dapat
berlangsung secara enzimatis, kimia dan bakteriologi dengan diikuti penurunan
organ oleptik. Pola dan laju penurunan mutu ikan sangat dipengaruhi oleh
keadaan temperatur. Dimana semakin tinggi suhu,semakin cepat pula penurunan
mutu kesegaran (Sanger, 2010).
Ciri-ciri morfologis tongkol (frigate mackerel) genus Auxis thazard adalah:
badan memanjang, kaku, bulat, seperti cerutu dan termasuk tuna kecil (kate). Ikan
ini memiliki dua sirip punggung, yaitu, sirip punggung pertama berjari-jari keras
10 dan sirip punggung kedua berjari-jari keras 11, diikuti 6-9 jari-jari tambahan.
Sirip dubur pada tongkol ini berjari-jari lemah 14, diikuti 6-8 jari-jari tambahan
dan terdapat satu lidah/cuping (interpelvic process) diantara sirip perutnya. Badan
tongkol ini tanpa sisik, kecuali pada bagian korselet yang tumbuh sempurna dan
mengecil di bagian belakangnya. Satu lunas kuat diapit dua lunas kecil pada dasar
sirip ekornya mencirikan jenis tongkol ini (Direktorat Jenderal Perikanan 1990
diacu Riswandi, 2000).
Ikan tongkol mempunyai sirip lengkap yaitu sepasang sirip dada, sepasang
sirip perut, dua sirip punggung, satu sirip anal dan satu sirip ekor. Warna daerah
punggung biru tua, kepala agak hitam, terdapat belang-belang hitam pada daerah
punggung yang tidak bersisik di atas garis sisi. Perut berwarna putih, pewarnaan
tubuh yang demikian ini, dimana warna bagian dorsal gelap dan bagian ventral
terang, dinamakan counter shading sebagai salah satu upaya penyamaran.
Ikan ini dapat mencapai panjang 50 cm, tetapi pada umumnya berukuran
panjang 25-40 cm. Tongkol ini juga dicirikan dengan tubuh bagian atas berwarna
hitam kebiruan serta putih dan perak di bagian bawah. Selain itu, pada jenis ikan
ini terdapat ban-ban hitam, serong dan menggelombang pada bagian atas garis
rusuk serta sirip-sirip perut dan dada berwarna gelap keunguan (Direktorat
Jenderal Perikanan 1990 diacu Riswandi, 2000). Perbedaan yang dominan antara
Euthynnus dan Auxis terletak pada jarakantara sirip punggung pertama dan kedua,
serta keberadaan bintik hitam di bawah korselet. Sirip punggung pertama dan
kedua pada Euthynnus saling berdekatan, kurang lebih sama dengan diameter

4
mata dan pada bagian bawah korselet terdapat bintik hitam berjumlah dua atau
lebih. Auxis mempunyai sirip punggung pertama dan kedua terpisah jauh, kurang
lebih sepanjang dasar sirip punggung pertama serta tidak terdapat bintik hitam di
bawah korselet.

2.2 Distribusi Ikan Tongkol


Selat Malaka merupakan kawasan beriklim tropik. Keadaan ini berhubungan
dengan kedudukannya yang berada didekat garis khatulistiwa. Curah hujan
terutama di pesisir Timur dan Utara mencapai rata-rata 1000 mm hingga 2000 mm
per tahun, sedangkan di bahagian tengah, pesisir Barat dan Selatan curah
hujannya lebih tinggi yaitu mencapai 2000 mm hingga 3000 mm per tahun. Suhu
maksimum rata-rata mencapai 23C hingga 35C, dengan kelembaban nisbi udara
mencapai 65% - 75%. Secara umum kawasan Selat Malaka memiliki ketinggian
rata-rata 125 m di atas permukaan laut (Saeri, 2013). Penyebaran ikan tongkol di
Indonesia diantaranya Provinsi Sulawesi, dan Laut Flores.
Ikan tongkol pada umumnya menyenangi perairan panas dan hidup di
lapisan permukaan sampai pada kedalaman 40 meter dengan kisaran optimum
antara 20-28C. Namun pada dasarnya ikan tongkol lebih banyak terdapat di
lapisan permukaan. Pengaruh salinitas terhadap penyebaran ikan tongkol dan tuna
belum jelas. Meskipun demikian kadar salinitas penting untuk menentukan
karakteristik dan mendeteksi keberadaan ikan tongkol dan tuna di suatu perairan.
Penyebaran ikan tongkol dan tuna sering mengikuti arus. Demikian pula
kepadatan populasinya pada suatu perairan, sangat berhubungan dengan pola
arus tersebut. Pada umumnya jenis- jenis tuna mempunyai penyebaran di
sepanjang poros arus dan mempunyai kelimpahan yang lebih besar daripada di
perairan perbatasan.
Habitat ikan tongkol yaitu epipelagik, neritik dan oseanik. Ikan ini
hiduppada daerah pelagis oseanodromous dan laut dalam dengan iklim tropis
yang bersuhu 27-28C dengan memakan ikan kecil, cumi-cumi, krustasea
planktonik. Karena kelimpahannya ikan tongkol merupakan elemen yang penting
dalam jaring makanan serta dimangsa oleh ikan yang lebih besar termasuk tuna.

5
Auxis thazard banyak tersebar di Atlantik, Indian dan Pasifik. Ikan tongkol
termasuk spesies yang bermigrasi.

Gambar 2.2 peta penyebaran ikan Tongkol


Sumber : (Saeri, 2013)
Penyebaran tuna dan tongkol sering mengikuti sirkulasi arus, kepadatan
populasinya pada suatu perairan sangat berhubungan dengan arah arus tersebut.
Umumnya jenis-jenis tuna mempunyai penyebaran disepanjang poros arus
dalam kelimpahan yang lebih besar daripada di perairan perbatasan.

2.3 Alat Tangkap Ikan Tongkol


Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tongkol dari tiap
negara umumnya sama. Di indonesia ikan tongkol ditangkap dengan gillnet dan
purse seine, sedangkan di Malaysia, Philipina dan Pakistan ditangkap dengan drift
gillnet dan hook and line. Di samping gillnet, digunakan trawling dalam teknik
penangkapan (FAO, 1983). Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap
ikan tongkol di perairan Belawan adalah jaring insang(gillnet) dan purse seine.

1. Jaring Insang (Gillnet)


Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berupa jaring yang pada
umumnya berbentuk empat persegi panjang yang mempunyai ukuran mata jaring
(mesh size) yang sama pada seluruh badan jaring, di mana jumlah mata jaring ke
arah panjangnya lebih banyak daripada jumlah mata jaring ke arah lebarnya
ataudalamnya. Jaring insang dikenal dengan sebutan gill net, hal ini karena ikan-
ikan yang tertangkap bagian insangnya atau operkulumnya terjerat atau terpuntal
pada mata jaring tersebut (Efkipano, 2012).

6
Gambar 2.3 Alat tangkap Gillnet
Sumber : (Efkipano, 2012)
Alat tangkap ini berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan
pelampung, pemberat ris atas, ris bawah (kadang tanpa ris bawah). Besar mata
jaring bervariasi disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap (ikan, udang).
Ikan yang tertangkap itu karena terjerat (gilled) pada bagian belakang lubang
penutup insang (operculum), terbelit atau terpuntal (entangle) pada mata jaring
yang terdiri dari satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis. Jaring ini terdiri dari
satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi
penangkapannya biasanya terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi
satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300- 500 m),
tergantung dari banyaknya tinting yang akan dioperasikan. Jaring insang termasuk
alat tangkap selektif, besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan
yang akan ditangkap (Genisa, 1998).
Jaring insang biasanya dioperasikan pada daerah penangkapan (fishing
ground) yang relatif aman dan diperkirakan banyak ikan sebagai target tangkapan,
tidak dioperasikan dijalur penangkapan terlarang, jalur pelayaran, daerah
perlindungan, daerah berkarang, kekuatan arusnya tidak lebih dari 4 knot dan
arahnya beraturan, tidak banyak gannguan pada dasar perairan (Efkipano, 2012).
Jenis-jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan gill netialah jenis-jenis ikan
yang berenang dekat permukaan laut. Jenis-jenis ikan yang terjerat pada mata
jaring misalnya saury, sardine, salmon, laying, tembang, kembung dan lain-lain
membentuk suatu gerombolan (shoal) dan dapat dikatakan setiap individu
mempunyai ukuran yang hampir sama (Sudirman dan Mallawa, 2012).

7
Berdasarkan penempatan jaring di perairan, gillnet dibedakan menjadi dua,
yaitu: gillnet dasar (bottom gillnet) dan gillnet permukaan (surface gillnet). Gillnet
dasar adalah gillnet yang dioperasikan didasar perairan untuk menangkap jenis-
jenis ikan demersal. Selanjutnya, gillnet permukaan adalah gillnet yang
dioperasikan disekitar permukaan air untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis.
Gillnet permukaan ini lebih dikenal dengan sebutan jaring insang hanyut (drift
gillnet) (Riswandi, 2000).

2. Purse seine
Purse seine merupakan alat tangkap yang aktif karena dalam operasi
penangkapan kapal melakukan pelingkaran jaring pada target tersebut dengan cara
melingkarkan jaring pada gerombolan ikan lalu bagian bawah jaring dikerucutkan
dengan menarik purse line. Dengan kata lain, ikan yang tertangkap di dalam jaring
tidak dapat meloloskan diri. Fungsi dari badan jaring bukan sebagai penjerat,
melainkan sebagai dinding yang akan menghalangi ikan untuk lolos (Erfan, 2008).

Gambar 2.4 Alat tangkap Purse seine


Sumber : (Erfan, 2008).
Purse seine (pukat cincin) adalah jaring yang berbentuk empat persegi
panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan
permukaan (pelagic fish). Alat tangkap ini digolongkan dalam kelompok jaring
lingkar (surrounding nets). Purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif
untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di sekitar permukaan air. Purse seine di
buat dengan dinding jaring yang panjang, dengan panjang jaring bagian bawah
sama atau lebih panjang dari bagian atas. Dengan bentuk konstruksi jaring seperti
ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse seine.
Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian
bawah jaring. Purse seine (pukat cincin) digunakan untuk menangkap ikan yang

8
bergerombol (schooling)di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat
penangkapan purse seine adalah jenis-jenisikan pelagis kecil yang hidupnya
bergerombol. Daerah-daerah penangkapan yang terpenting adalah di perairan
Maluku-Papua, Utara Jawa, Selat Malaka, Selat Makassar, Laut Cina Selatan
(Perairan Natuna) dan Selatan Sulawesi yang total produksinya mencapai
sekitar 40 - 60 % total produksi seluruh perairan. Dalam setahun rata-rata tiap
purse seine melakukan 7 trip penangkapan dengan jangkawaktu melaut 30-45
hari(Sutanto, 2005).

2.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan merupakan perubahan dimensi (panjang, berat, volume,
jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik individu, stok maupun komunitas,
sehingga pertumbuhan ini banyak dipengaruhi faktor lingkungan seperti ukuran
makanan, jumlah ikan, jenis makanan, dan kondisi ikan. Menurut Effendie
(1997). pertumbuhan merupakan parameter utama untuk ikan-ikan bernilai
ekonomis, karena pertumbuhan menentukan hasil produksi. Pertumbuhan
didefenisikan sebagai perubahan panjang atau berat yang terjadi pada suatu
individu atau populasi yang merupakan tanggapan atau respon terhadap
perubahan makanan yang tersedia dalam waktu tertentu.
Dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan kondisi ikan, analisa
hubungan panjangberat, untuk mengukur variasi berat harapan untuk
panjang tertentu dari ikan secara individual ataukelompokkelompok individu
sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan
sebagainya. Bahwa analisa hubungan panjang berat yaitu dapat mengestimasi
faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness,yang merupakan
salah satu derivat penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi
(fitness, well-being) atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atauindividu
tertentu. Pertumbuhan sebagai salah satu aspek biologi ikan adalah suatu indikator
yang baik untuk melihat kesehatan individu, populasi, dan lingkungan.
Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan
kondisi lingkungan yang sesuai. Selain itu, pengetahuan tentang struktur populasi
dapat menjadi dasar pengelolaan yang lebih baik. Pengetahuan yang tepat tentang

9
umur ikan merupakan hal penting untuk mengungkap permasalahan daur hidup
ikan, seperti ketahanan hidup, laju pertumbuhan, dan umur ikan saat matang
gonad.
Tipe pertumbuhan ikan dapat diketahui dari hubungan panjang dan
bobotnya. Konstanta yang menggambarkan tipe pertumbuhan adalah nilai b.
Nilai b yanglebih besar dari 3 menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan ikan
tersebut bersifat allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih besar
daripada pertumbuhan panjang. Nilai b yang lebih kecil dari 3 menunjukkan
bahwa tipe pertumbuhanikan bersifat allometrik negatif, yakni pertumbuhan
panjang lebih besar daripada pertumbuhan bobot. Jika nilai b sama dengan 3, tipe
pertumbuhan ikan bersifat isometrik yang artinya pertumbuhan panjang sama
dengan pertumbuhan bobot(Effendie, 1997).
Secara teoritis laju pertumbuhan setiap organisme sangat dipengaruhi
oleh umur dan kondisi lingkungannya, termasuk di dalamnya adalah faktor
makanan. Jika kebutuhan makanan tidak terpenuhi maka laju tumbuh organisme
tersebut akan terhambat. Pertumbuhan setiap organisme (termasuk ikan) pada
umumnya akan mulai lambat dengan bertambahnya umur. Analisis pertumbuhan
ikan laut dan organisme sejenisnya dapat dilakukan berdasarkan ukuran panjang
atau berat (Syam, 2006)

10
BAB III
KESIMPULAN

Ikan tongkol adalah ikan yang berpotensi cukup tinggi serta memiliki nilai
ekonomis dan banyak disukai masyarakat. Penanganan ikan tongkol ini masih belum baik
dari penangkapan sampai pemasaran. Ikan tongkol pada umumnya menyenangi
perairan panas dan hidup di lapisan permukaan sampai pada kedalaman 40 meter
dengan kisaran optimum antara 20-28C. Namun pada dasarnya ikan tongkol
lebih banyak terdapat di lapisan permukaan. Pengaruh salinitas terhadap
penyebaran ikan tongkol dan tuna belum jelas. Di Indonesa sendiri penyebaran
ikan tongkol yang paling bnayak yaitu daerah Sulawesi dan Flores. Meskipun
demikian kadar salinitas penting untuk menentukan karakteristik dan mendeteksi
keberadaan ikan tongkol dan tuna di suatu perairan. Penyebaran ikan tongkol dan
tuna sering mengikuti arus. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
tongkol dari tiap negara umumnya sama. Di indonesia ikan tongkol ditangkap
dengan gillnet dan purse seine, sedangkan di Malaysia, Philipina dan Pakistan
ditangkap dengan drift gillnet dan hook and line. Di samping gillnet, digunakan
trawling dalam teknik penangkapan. pertumbuhan merupakan parameter utama
untuk ikan-ikan bernilai ekonomis, karena pertumbuhan menentukan hasil
produksi. Pertumbuhan didefenisikan sebagai perubahan panjang atau berat
yang terjadi pada suatu individu atau populasi yang merupakan tanggapan
atau respon terhadap perubahan makanan yang tersedia dalam waktu tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R., 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Untuk Kesejahteraan


Rakyat (Kumpulan Pemikiran). LISPI. ISBN : 979-96004-0-5.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 1990. Purse Seine. [terhubung berkala].
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Effendie, M. I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sari. Bogor.
Efkipano, T.D. 2012. Analisis Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Milenium Dan
Strategi Pengelolaannya Di Perairan Kabupaten Cirebon. Tesis. Universitas
Indonesia. Depok.
Erfan, E.R., 2008. Analisis Kegiatan Operasi Kapal Purse Seine Yang Berbasis Di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan. Skripsi. Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome, FAO,41pp.
(Available at ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/003/W4493e00.pdf).
Fishbase. 2015. AuxisThazard. [terhubung berkala]. http://www. fishbase. org/
species summary.htm. [10 Novermber 2015].
Genisa, A.S., 1998. Beberapa Catatan Tentang Alat Tangkap Ikan Pelagis Kecil.
Oseana, xxiii(3 dan 4):19-34.
Riswandi, D. 2000. Analisa Tingkat Pengusahaan Dan Pola Musim Penangkapan
Tongkol Yang Didaratkan di PPP Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Bina Cipta. Bogor.
Saeri, M. 2013. Karakteristik dan Permasalahan Selat Malaka. Jurnal
Transnasional. 4(2):809-822.
Sanger, G. 2010. Oksidasi Lemak Ikan Tongkol (AuxisThazard) Asap Yang
Direndam Dalam Larutan Ekstrak Daun Sirih. Jurnal Jurusan Pengolahan
Hasil Perikanan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2(5): 870-873
Sudirman, H. dan A. Mallawa. 2012. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sutanto, H. A. 2005. Analisis Efisiensi Alat Tangkap Perikanan Gillnet dan
Cantrang. Universitas Diponegoro. Semarang.
Syam, A. R. 2006. Parameter Stok dan Laju Tingkat Eksploitasi Ikan Mawalinya
(Selar crurnenspfhalmers) di Perairan Maluku. Prosiding Seminar Nasional
Ikan IV.

13

Anda mungkin juga menyukai