USUL PENELITIAN
HIBAH BERSAING
Oleh:
RIZA RENI YENTI, SE, MSi, Ak/NIDN No. 0003036606
SRI MARYATI, SE., Msi/NIDN No. 0017066601
SURYATMAN DESRI, S.Sos, MM/NIDN No. 0003126508
YINDRIZAL, SE, MM/NIDN No. 0023116410
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
0
MARET, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
USUL PENELITIAN HIBAH BERSAING
Prof. Dr. Tafdil Husni, SE.,MBA Riza Reni Yenti, SE., M.Si., Akt
NIP. 19621120 198702 1 002 NIP. 196600303 199203 2 002
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
1
I. IDENTITAS PENELITIAN
1. Judul Usulan : MODEL PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN UMKM DI SUMATERA
BARAT
2. Ketua Peneliti:
a) Nama lengkap : Riza Reni Yenti, SE., M.Si., Akt
b) Bidang Keahlian : Akuntansi
c) Jabatan Struktural : -
d) Jabatan Fungsional : Lektor
e) Unit Kerja : Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
f) Alamat surat : Jl. Salak Raya No. 32 Perumnas Belimbing Kuranji
Padang
g) Telpon : 0751 498480 - 081266678399
h) E-mail : rizaryanti@yahoo.com
3. Anggota peneliti
No. Nama Bidang Instansi Alokasi Waktu
Keahlian (jam/minggu)
1 Sri Maryati Ilmu Ekonomi FE- Unand 20 jam/minggu
2 Suryatman Desri Manajemen FE- Unand 20 jam/minggu
3 Yindrizal Manajemen FE- Unand 20 jam/minggu
4. Objek Penelitian
Pelaku bisnis UMKM di Sumatera Barat
2
II. SUBSTANSI PENELITIAN
ABSTRAK
Dengan telah diberlakukannya desentralisasi fiskal dalam era otonomi daerah di
Indonesia, maka pemerintah daerah mempunyai kewajiban dan kewenangan
penuh untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan kebijakan maupun
program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, selanjutnya
pemerintah daerah diharapkan akan semakin mampu untuk merumuskan dan
melaksanakan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan penduduk,
khususnya pelaku bisnis UMKM, sehingga masalah pengangguran dan penciptaan
lapangan kerja secara nasional dapat teratasi tidak hanya dengan kebijakan
pemerintah pusat tetapi juga dengan dukungan pemerintah daerah. Studi ini
bertujuan untuk melihat model pengembangan dan pemberdayaan yang cocok
dengan kondisi bisnis UMKM di Sumatera Barat dilihat dari karakteristik usaha di
wilayah ini. Untuk menemukan Model yang tepat perlu dilakukan kajian baik dari
sisi pengelola usaha (internal) maupun dari sisi pembuat kebiajkan (eksternal)
dengan menggunakan analisis deskriptif, kuantitatif berupa pendekatan
ekonometrik dan pendekatan kualitatif. Kajian ini dilakukan terhadap responden
terpilih di wilayah Sumatera Barat.
3
BAB I.
PENDAHULUAN
4
terjangkau oleh berbagai kalangan terutama golongan ekonomi lemah yang
merupakan pangsa pasar terbesar di negeri kita.
1.2. Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan penelitian khusus dari penelitian ini untuk tahun pertama adalah:
1) Melakukan pemetaan potensi dan karakterisrik bisnis UMKM di
Sumatera Barat.
2) Memetakan kemampuan keuangan pemerintah daerah
Kota/Kabupaten di Sumatera Barat untuk menjalankan program
penjaminan UMKM.
Sedangkan pada tahun kedua berdasarkan hasil temuan studi pada tahun
pertama maka kajian ini diharapkan akan dapat mencapai tujuan, yakni:
1) Mengembangkan model pemberadayaan yang sesuai dengan kondidsi
karakteristik dan kebutuhan pelaku bisnis UMKM di Sumatera Barat
2) Mengembangkan pola penjaminan kredit UMKM yang dimungkinkan
oleh ketentuan yang berlaku dengan melibatkan peran pemerintah
daerah seiring dengan meningkatnya kapasitas keuangan publik.
Akhirnya dari dua tahun kajian dengan penelitian ini diharapkan akan
menghasilkan:
i) Model keterlibatan pola pemerintah daerah dalam pengembangan dan
pemberdayaan UMKM di Sumatera Barat
ii) Mengembangkan pola penjaminan kredit UMKM yang dimungkinkan
oleh ketentuan yang berlaku dengan melibatkan peran pemerintah
daerah seiring dengan meningkatnya kapasitas keuangan publik.
5
iii) Model pengembangan dan pemberdayaan UMKM di Sumatera Barat
sesuai kararakteristik dan kebutuhan pelaku bisnis UMKM.
1.3. Urgensi Penelitian
Belajar dari krisis yang menimpa perekonomian nasional dan berbagai
akibat yang hingga kini masih dirasakan, menimbulkan kesadaran bahwa UMKM
memiliki peranan yang sangat penting dalam memperkokoh struktur
perekonomian dan upaya pemulihan ekonomi nasional. Penting dan strategisnya
posisi sektor ini tidak hanya dalam memperkokoh struktur ekonomi dan industri
nasional tetapi juga karena berkaitan dengan kehidupan sebagian besar
masyarakat, dimana UMKM merupakan unit ekonomi yang berbasis ekonomi
kerakyatan.
Melihat penting dan strategisnya peranan UMKM dalam perekonomian
nasional, maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk dapat mengembangkan
UMKM di Indonesia agar sektor ini mampu berkembang lebih baik dan
memberikan kontribusi yang lebih besar dalam perekonomian nasional di masa
yang akan datang. Jika UMKM berkembang dengan baik hal ini berarti sebagian
besar masyarakat Indonesia yang terlibat dalam usaha di sektor ini juga akan turut
menikmati peningkatan kesejateraan, baik sebagai pekerja maupun sebagai
pemilik usaha.
Akan tetapi, dalam upaya pengembangan UMKM ada beberapa kendala
yang dihadapi, diantaranya adalah: (Firwan Tan, 1996)
1) Kendala Internal, yang meliputi:
a) Kendala dalam memperoleh informasi pasar.
b) Keterbatasan dalam pemanfaatan dan penguasaan teknologi.
c) Keterbatasan jaringan usaha dan kerjasama usaha.
d) Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen.
e) Kelemahan dalam struktur permodalan
2) Kendala eksternal, diantaranya adalah:
a) Iklim persaingan yang belum sehat.
b) Sarana dan prasarana pendukung yang kurang memadai.
c) Pembinaan yang masih kurang terpadu.
6
d) Image terhadap UMKM yang masih kurang menguntungkan
dimata penyandang dana (Investor).
7
masalah yang dihadapi oleh pelaku usaha UKMK, baik masalah permodalan
maupun masalah pembinaannya.
8
Untuk itulah diperlukan kajian yang mendalam terhadap bagaimana pola
keterlibatan Pemda dalam program penjaminan kredit UMKM dari aspek
kemampuan finansial Pemda, aspek hukum/regulasi dan kelembagaan serta aspek
infrastruktur yang tersedia untuk mendukung keterlibatan Pemda dalam
pengembangan keuangan daerah sebagai aspek eksternal dalam upaya
pengembangan dan pemberdayaan UMKM di Sumatera Barat.
Pembenahan dari aspek eksternal saja tentunya belum memadai, apalagi
jika dalam pembenahan tersebut belum melibatkan pelaku bisnis UMKM sebagai
objek kebijakan. Untuk itu perlu dikaji secara mendalam tentang karakterisitk
usaha dari UMKM dan bentuk dukungan, bantuan ataupun potensi yang dimiliki
agar dukungan dan bantuan pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan mereka
dalam mendorong aktivitas bisnis dan upaya pengembangan usaha.
9
2) Bagaiamanakah kemampuan keuangan pemerintah daerah
Kota/Kabupaten di Sumatera Barat untuk menjalankan program
penjaminan pembiayaan bagi upaya pengembangan dan
pemberdayaan UMKM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Dengan kata lain, intermediasi keuangan adalah kegiatan pengalihan dana dari
unit surplus dana (ultimate lenders) kepada unit defisit dana (ultimate borrowers).
Lembaga intermediasi
11
3) Skala ekonomi dan tingkat produksi barang dan jasa
4) Kebutuhan terhadap ketersediaan jasa-jasa likuiditas
5) Tingkat keuntungan jangka panjang
6) Tingkat resiko yang dihadapi oleh pelaku ekonomi.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak, secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah (UU No
10/1998).
Dari defenisi di atas terlihat jelas bahwa setelah berhasil memperoleh dana
dalam bentuk simpanan dari masyarakat maka dana ini kemudian disalurkan oleh
bank kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman yang lebih dikenal dengan istilah
kredt, sedangkan bagi bank yang menggunakan prinsip syariah penyaluran dana
lebih dikenal dengan sebutan pembiayaan dan dilakukan dengan prinsip bagi hasil
atau jual beli.
12
pembiayaan prinsip syariah yang diterapkan oleh perbankan syariah adalah;
mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah.
Jika dilihat dari tujuan penyaluran dana oleh perbankan maka tujuan utama
usaha penyaluran dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan adalah:
1) Mencari keuntungan; keuntungan merupakan hal penting bagi
kelansungan usaha bank.
13
2) Membantu nasabah, dengan dana yang diperoleh melalui kredit
nasabah dapat memenuhi kebutuhannya, baik untuk usaha produktif
maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka.
3) Membantu pemerintah, dengan adanya kredit yang disalurkan oleh
perbankan telah membantu pemerintah dalam mendorong aktivitas
ekonomi dan pembangunan diberbagai lapangan usaha ekonomi.
Sedangkan Jika dilihat dari sisi makro ekonomi, maka penyaluran kredit
perbankan memiliki multi fungsi, diantaranya adalah sbb:
1) Meningkatkan daya guna uang, idle fund tidak akan dapat
menghasilkan apapun, jika pihak kelebihan dana menitipkan dana di
perbankan dan kemudian dana tersebut disalurkan pada pihak yang
membutuhkan, maka hal ini akan meningkatkan daya guna uang
karena akan dapat memenuhi kebutuhan pihak yang menerima
pinjaman atau pembiayaan dari perbankan.
2) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, dana yang dihimpun
dari suatu wilayah dapat disalurkan menjadi kredit di wilayah lain
yang mengalami defisit dana. Dengan demikian akan semakin
memperluas peredaran dan lalulintas uang dalam perekonomian.
3) Meningkatkan peredaran dan daya guna barang, dengan kredit atau
pembiayaan yang diterima dari perbankan, debitur akan dapat
mengolah barang sehingga menjadi lebih berguna atau bermanfaat, dan
bagi masyarakat konsumen akan dapat memperoleh barang yang
dibutuhkan sehingga memberikan daya guna.
4) Mendorong pemerataan distribusi pendapatan, kredit yang disalurkan
perbankan akan dapat mendorong penciptaan lapangan pekerjaan, baik
di untuk lapangan kerja formal maupun non formal. Hal ini akan
mendorong terjadinya peningkatan pendapatan dan pemerataan
distribusi pendapatan.
5) Meningkatkan hubungan internasional, penyaluran kredit secara
internasional akan mendorong terjadinya berbagai bentuk hubungan
international, baik hubungan ekonomi, sosial dan budaya, bahkan
politik.
14
Jika diperhatikan unsur, tujuan dan fungsi kredit di atas, maka tampak
bahwa industri perbankan memegang peran penting dalam aktivitas ekonomi,
untuk itu upaya penyaluran kredit bagi masyarakat yang membutuhkan perlu terus
dilakukan tentunya dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian agar
pembiayaan yang dilakukan dapat mencapai tujuan dan berfungsi secara optimal.
Penerapan prinsip kehatian-hatian dalam pemberian kredit diantaranya adalah
dengan melakukan penilaian kredit dengan menggunakan analisis 5C dan 7P.
Analisis 5C meliputi:
1) Character; analisis terhadap latar belakang nasabah , baik
pekerjaan, kinerja perusahaan ataupun karakteristik individual
lainnya, yang akan dijadikan indicator atau ukuran kemauan
membayar nasabah atas kredit atau pembiayaan yang diberikan.
2) Capacity; analisis untuk melihat kemampuan nasabah untuk
mengembalikan kredit atau pembiayaan yang diberikan.
3) Capital; analisis untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan
modal serta sumber modal yang digunakan oleh nasabah.
4) Collateral; analysis terhadap keabsahan dan kelayakan jaminan
yang diberikan nasabah, jaminan ini berguna untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya masalah dalam pengembalian kredit.
5) Condition; adalah penilaian kondisi ekonomi dan politik sekarang
dan perkiraan untuk masa mendatang terkait prospek usaha atau
prospek pendapatan penerima kredit atau pembiayaan.
15
5) Payment; penilaian terhadap bagaimana cara nasabah mendapatkan
sumber dana untuk pengembalian kredit atau pembiyaan yang
diberikan.
6) Profitability; menilai kemampuan nasabah mencari atau mendapatkan
laba dari waktu ke waktu.
7) Protection; penilaian terhadap bagaimana nasabah melindungi usaha
dan jaminan yang diserahkan untuk mendapatkan kredit.
Adapun persyaratan kredit yang sulit dipenuhi oleh pelaku UMKM adalah
collateral, kondisi ini menyebabkan keterbatasan akses para pelaku UMKM
terhadap kredit perbankan, sementara keterbatasan modal adalah satu faktor yang
menjadi kendala pengembangan usaha pelaku UMKM, dan karena pelaku usaha
ini merupakan jumlah terbesar pelaku usaha di Indonesia pada umumnya dan
Sumatera Barat khususnya, maka kredit atau pembiayaan perbankan ini tidak akan
dapat berfungsi secara optimal, khususnya untuk mendorong peningkatan
pendapatan masyarakat dan pemerataan distribusi pendapatan masyarakat.
Sementara di sisi lain bank membutuhkan keyakinan dan perlindungan serta
keamanan atas kredit atau pembiayaan yang disalurkan, karena bank juga harus
mempertanggungjawabkan dana tersebut pada sisi surplus dana.
Jenis jaminan yang dapat diterima oleh pihak perbankan sebagai jaminan
kredit adalah, (Kasmir, 2002)
1) Jaminan benda berwujud, seperti: tanah, bangunan, kendaraan
bermotor, dll.
2) Jaminan benda tidak berwujud, yaitu surat-surat berharga, seperti:
sertifikat saham, sertifikat obligasi, sertifikat deposito, dll.
3) Jaminan personal (orang), yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang
yang akan menanggung resiko jika terjadi kredit macet.
Jika pemerintah memberikan dukungan ataupun bantuan penjaminan
kredit bagi pelaku usaha UMKM dalam rangka membantu akses UMKM terhadap
kredit perbankan, maka jaminan ini dapat dikategorikan sebagai jaminan personal
yang dilakukan secara institusional.
16
Pada dasarnya fungsi jaminan kredit bagi bank adalah untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya kredit bermasalah. Dari perspektif
perbankan faktor penyebab kredit bermasalah dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal (Dahlan Siamat, 2002). Faktor internal
mencakup:
1) Kebijakan perkreditan yang ekspansif, tindakan ini biasanya dilakukan
oleh bank yang mengalami excess liquidity.
2) Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur pemberian kredit, hal ini
biasanya disebabkan oleh petugas atau pejabat bank yang kurang
disiplin.
3) Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit, hal ini terlihat
dari kurangnya kelengkapan dokumen kredit yang harusnya diserahkan
dan tidak dilakukannya pengawasan atau pemantauan terhadap debitur.
4) Lemahnya sistem informasi kredit, hal ini akan menyebabkan ketidak
akuratan pelaporan bank sehingga berakibat pada kesulitan melakukan
diteksi dini terhadap kredit bermasalah.
5) Adanya itikad tidak baik dari pihak bank, adalah kecenderungan
memanfaatkan bank untuk kepentingan pribadi atau kelompok dari
pejabat atau petugas bank yang bersangkutan.
Sedangkan faktor eksternal sangat terkait dengan kegiatan usaha ataupun
kondisi ekonomi nasabah yang menyebabkan terjadinya kredit atau pembiayaan
bermasalah, diantaranya adalah:
1) Terjadinya penurunan kegiatan ekonomi
2) Tingginya tingkat bunga kredit
3) Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur
4) Kegagalan usaha debitur
5) Musibah yang menimpa debitur.
Kredit atau pembiayaan adalah usaha utama bank, untuk itu upaya
menghindari terjadinya kredit atau pembiayaan bermasalah merupakan hal yang
penting dan harus dilakukan oleh sebuah bank agar dapat terus eksis dan
mendapatkan keuntungan serta memberikan kontribusi positif dalam
perekonomian sebagai agen pembangunan. Oleh sebab itu, untuk memelihara
17
kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank diwajibkan menyebar resiko
dengan mengatur penyaluran kredit atau pembiayaan sehingga tidak
terkonsentrasi atau terpusat pada debitur atau kelompok nasabah tertentu dengan
mematuhi aturan BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) dan LDR (loan
deposit ratio) dengan nilai maksimum 110%, sebagaimana yang telah ditetapkan
dan diatur oleh undang-undang perbankan.
18
Gambar 2.2. Skema Penjaminan Kredit
1. Biaya Penjaminan
19
3) Penjaminan juga dapat dibedakan pada syarat eligibilitas dan hal itu
sangat berkaitan dengan besarnya biaya administrasi yang harus
dikeluarkan.
4) Tingkat fee penjaminan sangat beragam mulai dari (1-6)% atau
tergantung pada persetujuan waktu penjaminan atau atas dasar
tahunan. Di Indonesia fee penjaminan berkisar (1 -2) % per tahun.
20
Piutang subrogasi merupakan hak tagih dari LPK sebagai akibat dari telah
dibayarnya klaim kredit bank. Piutang subrogasi timbul karena sifat pembayaran
klaim dari LPK kepada bank dianggap sebagai talangan. Karena dianggap
talangan maka dengan sendirinya LPK tetap memiliki hak tagih kepada debitur
bank. Jika penagihan piutang subrograsi berjalan Iancar, maka LPK mendapatkan
penggantian dana talangan yang telah dibayarkannya kepada bank. Keberhasilan
LPK mengumpulkan piutang subrograsi akan sangat tergantung pada keberhasilan
bank dalam melakukan credit recovary
21
penjaminan kredit dijalankan di Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand,
Phillippina, Srilanka, Indonesia dan Nepal. Tahun 1987 di Nagoya, Jepang
didirikan Konfederasi Penjaminan Kredit se- Asia (ACSIC).
22
Sumber: PSKD, 2007
23
2) Adanya Reguarantor (Penjamin dari Penjamin Kredit), yang
diperlukan untuk berbagi resiko atas kredit yang dijaminnya.
Lazimnya institusi ini bersifat non profit
3) Jaringan yang luas untuk dapat menjangkau seluruh wilayah, karena
UMKM tersebar di seluruh wilayah.
4) Kemauan Pihak Perbankan untuk memanfaatkan LPK.
24
menjangkau 580.000 UMKM dalam tiga tahun ke depan. Dengan demikian,
jumlah tenaga kerja yang bisa terserap mencapai 1,74 juta orang. Namun jumlah
ini jelas masih sangat kecil dibanding dengan UMKM di Indonesia yang saat ini
mencapai 48 juta unit dan baru 35 persen atau 19 juta unit yang terjangkau
perbankan. Oleh sebab itu ke depan lembaga penjamin mengharapkan dukungan
pemerintah dan juga perbankan agar semakin banyak UMKM yang bisa dibiayai
25
Sejalan dengan itu, Pemerintah, khususnya Departemen Keuangan dan
Kementrian BUMN, memiliki rencana untuk memperkuat modal dan perluasan
jangkauan pelayanan Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan PT Asuransi
Kredit Indonesia (Askrindo). Direncanakan akan ada tambahan Penyertaan Modal
Pemerintah (PMP) kepada Perum SPU dan PT Askrindo. Hal ini tentunya akan
berdampak kepada pengembangan jaringan dan pelayanan kedua perusahaan
Namun dari sisi kelembagaan, ada pendapat yang mengatakan bahwa LPK
di Indonesia belum memenuhi standar efisiensi dan efektivitas yang memadai.
Selanjutnya juga disebutkan bahwa perkembangan LPK di Indonesia sangat
lambat karena masih kurangnya ketrampilan dalam pengelolaan modal dan
manajerial. Ditambah lagi dengan seringnya kasus-kasus penundaan pembayaran
klaim asuransi menyebabkan perbankan kehilangan kepercayaan terhadap LPK.
Meskipun telah dilakukan adopsi terhadap best practices dan standar
internasional, namun beberapa kondisi seperti belum terbentuknya insurance-
minded masyarakat dan pelaku bisnis, keengganan untuk memanfaatkan jasa
penjaminan serta dukungan sistem rating atau scoring yang belum memadai,
memberikan tantangan tersendiri bagi upaya meningkatkan peranan LPK yang
masih sangat lambat.
26
komitmen dan dukungan yang kongkrit dari pemerintah menyebabkan LPK di
Indonesia belum mampu berperan secara optimal.
BAB III
METODE PENELITIAN
27
Sedangkan untuk wilayah perkotaan diambil sampel:
1) Kota Padang
2) Kota Bukittinggi
Tabel 3.1.
Jumlah Unit Usaha menurut Kategori Skala Usaha Kab/Kota
di Sumatera Barat Tahun 2006
Skala Usaha
Daerah
Mene- %
Kab/ Total
Mikro (%) Kecil (%) ngah (%) dae-
Kota daerah
& besar rah
Kabupaten
Kep. 1,90 0. 0. 1 0. 2,06
141 0.41
Mentawai 4 45 19 5 40 0
Pesisisr 36,59 8. 6. 9 2. 41,6
4,999 8.31
Selatan 8 65 72 2 47 89
25,63 6. 4. 14 3. 29,3
Solok 3,526 5.85
7 06 74 8 98 11
Sw.Lunto/ 19,72 4. 3. 8 2. 22,4
2,599 4.47
Sijunjung 5 66 49 3 23 07
35,65 8. 6. 18 4. 40,4
Tanah Datar 4,582 8.06
6 42 16 5 97 23
Pdg. 37,48 8. 6. 18 4. 42,2
4,564 8.42
Pariaman 4 86 13 2 89 30
Agam 41,762 9.87 4,532 6.09 201 5.40 46,495 9.27
33,67 7. 5. 17 4. 37,8
Lima P.Kota 3,983 7.55
9 96 35 1 60 33
23,39 5. 2. 5 1. 25,5
Pasaman 2,139 5.10
2 53 87 8 56 89
Solok 6,94 1. 0. 2 0. 7,67
713 1.53
Selatan 2 64 96 0 54 5
11,99 2. 3. 7 1. 14,8
Dharmasraya 2,806 2.97
7 83 77 0 88 73
Pasaman 25,29 5. 4. 12 3. 29,1
3,715 5.81
Barat 5 98 99 5 36 35
Kota
70,98 16. 25. 1,19 32. 90,8
Padang 18,634 18.11
0 77 04 9 23 13
6,61 1. 2. 13 3. 8,74
Solok 1,991 1.74
2 56 68 7 68 0
6,62 1. 1. 9 2. 7,71
Sawahlunto 1,006 1.54
3 56 35 0 42 9
5,76 1. 2. 8 2. 7,42
Pdg. Panjang 1,579 1.48
5 36 12 5 28 9
13,55 3. 9. 56 15. 21,5
Bukittinggi 7,414 4.29
3 20 96 1 08 28
10,87 2. 5. 19 5. 14,9
Payakumbuh 3,854 2.98
5 57 18 6 27 25
8,80 2. 2. 10 2. 10,5
Pariaman 1,633 2.10
1 08 19 2 74 36
28
Sumatera
423,280 100.0 74,410 100 3,720 100 501,410 100.0
Barat
%
84.4 0.7 100.
berdasarkan 14.84
skala usaha 2 4 00
...........................................................................................(3.1)
Dimana:
N = jumlah populasi
Tabel 3.1.
Operasionalisasi Variabel
Variabel :FAKTOR KELEMBAGAAN
Sub Variabel Defenisi Dimensi Pengukuran
UMKM 1. Legalitas Bentuk Badan hukum
Profil UMKM 1. Lama berdiri
2. Operasional 2. Unit usaha
3. Gedung
4. Fasilitas kantor
29
3. Usaha 1. Lapangan usaha
2. Jenis produk
3. Volume produk
4. Nilai Produksi
5. Nilai modal
6. Nilai input
SDM Kualifikasi SDM 1. kompetensi 1. Pembelajaran
Pengelola pengelola KMN (Tingkat Pendidikan
Formal dan Non
Formal
2. Pengalaman Kerja
3. Technical skill
4. Conseptual skill
5. Human skll
2. komitmen 1. Atensi
2. Adaptasi
3. Pembinaan
4. Ambisi
5. motivasi
6. Penyebab berhasil,
penyebab kegagalan
7. Kepentingan
Variabel: FAKTOR ESKTERNAL
Sub Variabel Defenisi Dimensi Pengukuran
Kemampuan Kesiapan pemda 1. Faktor finansial: 1. APBD
Pemda mendukung 2. Non Finansial 2. RPJMD
pemberdayaan 3. Renstra
UMKM 4. RKPD
30
menggunakan analisis deskriptif dan analisis kualitatif. Analisis deskriptif untuk
menggambarkan suatu kondisi tertentu sesuai fakta di lapangan dan analisis
kualitatif untuk melihat makna sesungguhnya dan problem yang ada. Salah satu
keunggulan metode kualitatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah
kemampuan untuk melihat makna sesungguhnya dari problem yang ada (Van
Maanen 1983) dengan menggunakan peralatan kualitatif yaitu melakukan
interview dengan orang-orang yang terlibat secara langsung dari masalah yang
akan dibahas (Yin 1994).
Dalam penelitian ini, in-depth interviews akan dihentikan jika informasi
yang diperoleh sudah jenuh dimana informasi baru tidak akan muncul walaupun
jumlah responden ditambah atau dikenal dengan istilah saturated or redundant
(Lincoln and Guba 1985), hal ini dapat diketahui dari transkrip responden.
Dengan demikian jumlah responden tidak dapat ditentukan diawal, meskipun
demikian dari awal peneliti berupaya untuk memilih responden secara
representatif.
b) Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan kualitatif:
pendekatan kualitatif untuk mengetahui kondisi lembaga dan pengelola UMKM.
Analisis deskriptif untuk meggambarkan kondisi Lembaga keuangan Mikro
dengan menggunakan statistik deskriptif .
Analisis kualitatif, seperti yang dikemukan oleh Patton (1980, p. 268) bahwa
there are no formal, universal rules to follow in analysing, interpreting, and
evaluating qualitative data, yang kira-kira maknanya adalah tidak ada aturan
formal atau universal dalam menganalisa, mengintrepretasikan dan mengevaluasi
data kualitatif, karena analisa data kulitatif itu tidak terstandar (Newman 2003).
Meskipun demikian, dalam penelitian ini proses analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis tematik (thematic analysis).Thematic analysis is a way of
seeing (Boyatzis 1998, p.1), pendekatan ini dapat juga digunakan dalam
grounded theory, tetapi dalam analisis tematik data dapat dikumpulkan terlebih
dahulu baru kemudian dianalisa, sedangkan dalam grounded theory analisa
dilakukan langsung pada waktu data dikumpulkan, dengan demikian hasil analisa
akan menentukan dan mengarahkan kebutuhan data selanjutnya (Ezzy 2002).
31
Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dalam lima langkah.
Langkah pertama, membuat ringkasan hasil interview dari setiap transkrip
interview baik untuk in-depth maupun untuk observasi lapangan, tujuannya adalah
untuk memudahkan pengolahan informasi. Langkah kedua, mengidentifikasi
tema-tema yang muncul dari ringkasan interview dan observasi kemudian
membandingkannya antara sesama jenis responden (misal sesama Pemerintah,
sesama pihak sekolah sesama Masyarakat dan sesama siswa) untuk
mengidentifikasi tema-tema yang potensial. Langkah ketiga, membandingkan
tema yang muncul antar responden yang berbeda (misal membandingkan tema
yang muncul pada pemerintah, sekolah, masyarakat dan siswa), tujuannya adalah
untuk melihat fokus atau persamaan dan perbedaan tema yang muncul pada
responden yang berbeda. Langkah keempat, membuat coding yang ada pada tema
yang telah dibangun. Coding diperlukan guna mengintrepretasikan tema yang
sudah ada. Langkah akhir adalah menggunakan hasil coding sebagai alat untuk
mengidentifikasi tema dengan konsep keilmuan yang ada yaitu pada bidang
penelitian ini.
Gambar 3.1.
Langkah Analisa Data
32
Transcript/Raw
Information
In-depth Interview
Reducing Raw
Information/Outline
Developing Themes
Identifying themes
within sub-samples
Triangulated
Final Findings to literature
Transcript/Raw
Information
Observation
Reducing Raw
Information/Outline Conclusion
Developing Themes
33
Pelaksanaan kegiatan penelitiann untuk pengembangan lembaga keuangan
mikro di Kabupaten Agam setiap tahunnya akan dilakukan dalam 2 tahun dengan
tahapan utama yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Secara rinci dapat
dilihat pada gambar 3.2.di bawah ini:
Gambar 3.2.
Perencanaan Kegiatan
Tahun I
Tahun II
Secara rinci dapat dilihat pada matrik perencanaan pada Tabel 5.1
34
Tabel 3.3.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
TAHUN I
Langkah-langkah kegiatan Rincian Kegiatan Metode Keluaran
PERSIAPAN
Pendataan responden Menghubungi instansi terkait Wawancara Daftar lengkap responden
Menghubungi Responden berdasarkan informasi Data sekunder
instansi terkait
Pengurusan Ijin Menghubungi instansi terkait Dokumentasi Surat Ijin Penelitian
Penelitian Aktifitas ke instansi
terkait
Penyusunan guideline Tim menyusun guideline wawancara Riset kepustakaan Guideline wawancara
wawancara
Koordinasi untuk ke Rapat Koordinasi Aktifitas Tim Jadwal ke lapangan
lapangan Mengontak calon responden Dokumentasi
PELAKSANAAN
Pengumpulan data Menghubungi instansi terkait Dokumentasi Data penelitian
Wawancara Responden Aktifitas ke instansi
terkait
Wawancara
Olah data Entry data dan hasil wawancara Dokumentasi Draft olahan data
Interpretasi hasil survey pendahuluan Media elektronik
Analisis kualitatif
Rangkuman hasil Menyimpulkan hasil penelitian Aktifitas tim Laporan penelitian
penelitian
Langkah-langkah kegiatan Rincian Kegiatan Metode Keluaran
Olah data survey Entry data dan hasil wawancara Dokumentasi Draft olahan data
Interpretasi hasil survey Media elektronik
Analisis kualitatif
35
EVALUASI DAN LAPORAN
Monitoring dan Evaluasi Monitor pelaksanaan kegiatan Aktifitas tim Tingkat pencapaian
kegiatan Evaluasi hasil kegiatan kegiatan
Penyusunan laporan Menyusun draft penelitian Dokumentasi Laporan penelitian
Rapat koordinasi 1. Impleme
Revisi laporan ntasi LKM di
Perbanyak laporan Kabupaten Agam
2. Masalah
dan Hambatan
pelaksanaan BOS
Seminar Seminar sesuai agenda Dikti Aktifitas tim Masukan untuk kegiatan
penelitain yang telah
dilakukan
Sosialisasi Temuan Menghubungi instansi terkait Aktifitas tim Penyamaan persepsi
Penelitian pelaku LKM dan instansi
terkait
Publikasi Mengontak redaksi jurnal Aktifitas tim Jurnal yang
Mengirim artikel yang akan dipublikasi dipublikasikan
36
TAHUN II
Langkah-langkah kegiatan Rincian Kegiatan Metode Keluaran
PERSIAPAN
Pengurusan Ijin Menghubungi instansi terkait Dokumentasi Surat Ijin Penelitian
Penelitian Aktifitas ke instansi
terkait
Penyusunan rencana Tim menyusun guideline wawancara Riset kepustakaan Guideline utnuk
untuk Benchmarking Benchmarking
Koordinasi untuk ke Rapat Koordinasi Aktifitas Tim Jadwal ke lapangan
lapangan Mengontak calon responden Dokumentasi
PELAKSANAAN
Benchmarking Menghubungi instansi terkait Dokumentasi Data penelitian
Wawancara Responden Aktifitas ke instansi
terkait
Wawancara
Olah data Entry data dan hasil wawancara Dokumentasi Draft olahan data
Interpretasi hasil survey pendahuluan Media elektronik
Analisis kualitatif
Rangkuman hasil Menyimpulkan hasil penelitian Aktifitas tim Laporan penelitian
penelitian
Langkah-langkah kegiatan Rincian Kegiatan Metode Keluaran
Olah data Entry data dan hasil wawancara Dokumentasi Draft olahan data
Interpretasi hasil survey Media elektronik
Analisis kualitatif
EVALUASI DAN LAPORAN
Monitoring dan Evaluasi Monitor pelaksanaan kegiatan Aktifitas tim Tingkat pencapaian
kegiatan Evaluasi hasil kegiatan kegiatan
37
Penyusunan laporan Menyusun draft penelitian Dokumentasi Laporan penelitian
Rapat koordinasi Model Lembaga
Revisi laporan Keuangan Mikro
Perbanyak laporan
Seminar Seminar sesuai agenda Dikti Aktifitas tim Masukan untuk kegiatan
penelitain yang telah
dilakukan
Sosialisasi Temuan Menghubungi instansi terkait Aktifitas tim dan instansi terkait
Penelitian
Penyamaan persepsi pelaku Mengontak redaksi jurnal Aktifitas tim Jurnal yang
LKM Publikasi Mengirim artikel yang akan dipublikasi dipublikasikan
38
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 2 tahap dengan jangka
waktu 2 tahun, dengan persiapan awal berupa usulan penelitian selama lebih 3 bulan.
Jadwal yang direncanakan untuk tahun pertama sebagai berikut :
Tabel 5.1
Jadwal Kegiatan Tahun Pertama
No. Bulan
Kegiatan/
Penanggung Jawab 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
1. Mengurus perijinan/
Sri Maryati
2. Penyiapan kuisioner/
Uji coba kuesioner/
Tim
3. Pengumpulan data primer/
Suryatman Desri& Riza Reni
Yenti
4. Pengolahan data primer /
Yindrizal
5. Laporan/
Tim
6. Sosialisasi Temuan penelitian
dan seminar Tim
Adapun rencana jadwal penelitikan untuk tahun kedua adalah sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
39
Anthony Saunders, 1994, Financial Institution Management: A Moderen Perspective,
Irwin Inc, USA.
Dahlan Siamat, 2002, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga, Intermedia, Jakarta
Elfindri, dkk; 2002: Penelitian Dasar (Base Line Survey) BPR di Wilayah Sumatera
Barat, Kerjasama Bank Indonesia dan LP Unand, Laporan Penelitian
Insukindro, 1997, Ekonomi, Uang dan Bank: Teori dan Pengalaman di Indonesia, BPFE,
Yogyakarta.
Jossy Moeis, 2008, Perubahan Cara Pandang Terhadap Kemiskinan sebagai Basis
Penanggulangan Kemiskinan, Makalah Seminar Sehari: Menaggulangi
Kemiskinan dengan Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Daerah di Era Krisis
Global, FEUA, 6 November 2008, Padang.
Junaidi, Prospek Rintisan Lembaga Penjaminan Kredit Daerah, diakses November 2007
dari http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/Edisi%.
Kasmir, 2002, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Baru, Rajawali, Jakarta
40
Kirana, Wihana dan Nurwardono, (1992); Peranan Pembangunan Sektor Keuangan
Dalam Mobilisasi Dana dan Pertumbuhan Ekonomi; Jurnal Ekonomi & Bisnis
Indonesia , no:1, tahun VII.
Waskito, Nanang, 2007, Kiprah Lembaga Penjamin Kredit: Kasus Pemberdayaan UKM
Di Jepang, Korea & Malaysia. Perusahaan Umum Sarana Pengembangan Usaha,
diakses November 2007 di http://www.perum-sarana.com
Y. Sri Susilo, dkk, 2000, Bank & Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta.
LAMPIRAN 1 :
41
RINCIAN BIAYA PENELITIAN
Tabel 4.1
Rincian Biaya Kegiatan pada Tahun Pertama
No Uraian Unit Harga (Rp) Total Tahun I
(Rp)
1. Gaji dan Upah
a. Ketua peneliti @Rp12.500 x 30 jam/minggu 15 minggu 375.000 5.625.000
b. Anggota Peneliti 3 orang @ Rp.10.000 x 20 15 minggu 600.000 9.000.000
jam/minggu
c Honor tenaga administrasi 1 bulan 375.000 375.000
Sub Jumlah 15.000.000
2. Bahan dan Peralatan Penelitian
a. Fotocopy bahan penelitian dan literature 1 exp 1.780.000 1. 780.000
b. Alat Tulis Kantor 3 exp. 150.000 450.000
c. Tinta Komputer 1 exp. 175.000 175.000
d. Kertas A4 2 rim 35.000 70.000
e. Sub Jumlah 2.475.000
3. Biaya Perjalanan dan akomodasi
a. Kegiatan pre survey pendahuluan 2 orang 1.500.000 3.000.000
b. Kegiatan survey di daerah (5 daerah) 5 hari 4.500.000 22.500.000
c. Seminar Pemantauan 1 paket 1.500.000 2.500.000
Sub Jumlah 28.000.000
4. Pengeluaran lain-lain
a. Pengolahan data 1 paket 2.500.000 2.500.000
b. Perbanyak laporan 10 bh 50.000 500.000
c Konsumsi Rapat koordinasi 20 kali 50.000 1.000.000
d Dokumentasi 1 exp 525.000 525.000
Sub Jumlah 4.525.000
Jumlah 50.000.000
(Lima
Puluh Juta
Rupiah)
Lampiran 2 :
42
Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Alokasi
Uraian
No. Nama NIDN Bidang Ilmu Waktu
Tugas
(jam/minggu)
20
1. Riza Reni Yenti 0003036606 Akuntansi Ketua
jam/minggu
Ilmu 20
2. Sri Maryati 0017066601 Sekretaris
Ekonomi jam/minggu
20
3. Suryatman Desri 0003126508 Manajemen Anggota
jam/minggu
20
4. Yindrizal 0023116410 Manajemen Anggota
jam/minggu
43