Dampak Lontong Plastik
Dampak Lontong Plastik
ketupat. Ketupat sudah menjadi makanan khas di tanah air. Ketupat biasa dihidangkan sebagai
pengganti nasi pada makanan soto, pecel atau makanan lainnya. Ketupat juga biasa disajikan
sebagai makanan pada waktu-waktu tertentu seperti pada hari raya Idul Fitri.
Ketupat ini dapat berfungsi sebagai pengganti nasi putih biasa. Ketupat merupakan olahan dari
beras yang dimasak dengan jalan direbus, tetapi berasnya dimasukkan pada wadah selongsong
terbuat dari anyaman daun kelapa. Butiran beras akan menyerap air dan selanjutnya ukuran
butiran akan membesar sehingga memenuhi ruang selongsong yang tersedia. Pada satu
selongsong ketupat biasa diisi dengan beras sekitar seperempat volume ukuran yang ada dan
jangan terlalu banyak. Proses perebusan ketupat ini biasanya memakan waktu lama hampir tiga
kali lipat yang diperlukan untuk menanak nasi biasa. Hal ini karena diperlukan proses pemasakan
butiran beras supaya lunak dan bersifat lengket, yang selanjutnya dapat menyatu antar partikel
beras. Kalau pada proses pembuatan bubur, butiran beras juga menggunakan air yang cukup
banyak dan dimasak lama, namun karena beras tidak dimasukkan dalam wadah selongsong dan
juga sambil diaduk, maka butiran beras hanya akan berubah lembek tetapi tidak menyatu. Produk
ketupat yang baik adalah setelah bungkus selongsong dibuka, diperoleh bentuk utuh ketupat
sesuai wadahnya dan tidak terurai menjadi butiran kembali. Cara penyajian selanjutnya adalah
dengan jalan dibelah atau dipotong-potong menggunakan pisau sesuai selera.
Selongsong ketupat yang umum adalah dengan menggunakan anyaman dari daun kelapa muda
atau dikenal dengan istilah janur kelapa. Janur ini dipetik dari tunas daun yang masih muda dari
pohon kelapa, mengerucut di pucuk pohon dan belum mekar. Janur ini dapat dipisahkan dari
susunan tangkainya dan kemudian dilepas dari bagian lidinya. Mengingat masih muda maka
helaian janur ini terlihat lemas dan dapat dianyam dengan mudah, tetapi sudah cukup kuat dan
tidak mudah sobek. Anyaman daun kelapa ini memiliki banyak sekali variasi baik dari sisi
ukuran maupun bentuknya. Faktor yang tidak kalah penting adalah penggunaan daun kelapa
tidak memberikan pengaruh warna atau cita rasa terhadap ketupat yang dihasilkan. Tradisi
penggunaan daun kelapa sebagai bahan pembungkus ketupat ini rasanya sudah berlangsung lama
dan telah dikenal oleh berbagai masyarakat di seluruh Indonesia.
Di era kemajuan seperti ini, permasalahan selongsong ketupat sering dijumpai. Untuk di daerah,
daun kelapa dapat dipetik dari pohon yang ada di daerah tersebut dan kemudian langsung
dianyam. Tetapi kalau di daerah perkotaan, maka daun kelapa harus didatangkan dari daerah lain.
Untuk pengayaman daun, tidak semua orang bisa mengayam daun menjadi selongsong ketupat.
Meskipun sebenarnya mudah, tetapi tetap saja diperlukan keterampilan untuk menganyamnya.
Saat ini banyak orang yang menganyam daun kelapa untuk dijual sebagai selongsong ketupat.
Kalau menjelang lebaran maka selongsong ini banyak dijumpai dijual di pasar-pasar. Pada hari-
hari biasa, tidak banyak orang yang menjual selongsong ketupat dari daun kelapa ini.
Berawal dari masalah ini kemudian orang berpikir untuk mencari alternatif lain pengganti
selongsong ketupat dari daun kelapa. Bahan yang kemudian digunakan adalah plastik
pembungkus. Plastik ini tersedia banyak di toko atau pasar untuk digunakan sebagai
pembungkus barang. Plastik ini kebanyakan tipis dan transparan, tersedia dalam berbagai ukuran
dan jenis ketebalan. Untuk bahan selongsong ketupat, maka penggunaannya juga relatif hampir
sama. Butiran beras diisikan secukupnya ke dalam plastik dan ujung bagian plastik yang terbuka
direkatkan dengan bantuan lilin, panas api atau menggunakan alat press (hot press).
Ketupat pakai pembungkus plastik.
Kalau pada anyaman daun kelapa, selama pemanasan, air dapat masuk ke dalam rongga dengan
mudah melalui sambungan anyaman. Untuk selongsong ketupat dari plastik, supaya air dapat
masuk, maka dinding plastik harus dilubangi dengan jalan ditusuk-tusuk di beberapa bagian.
Sepertinya dari sisi rasa, nasi ketupat yang dibuat dari selongsong plastik ini juga tidak berbeda
jauh, namun kalau dikaji lebih jauh, sebenarnya ada risiko tertentu akibat penggunaan plastik ini.
Plastik pembungkus biasanya dibuat dari polimer jenis polietilen atau polipropilen. Apabila
terkena pansa dalam waktu yang relatif lama maka akan ada bahan aditif plastik yang terlepas
dari bahan. Kalau pada proses pembuatan ketupat ini, tentu saja pelepasan bahan kimia ini akan
keluar ke air rebusn dan sangat mungkin terserap dan tertinggal sebagai residu di dalam butiran
nasi ketupat. Beberapa jenis bahan polutan ini terdapat yang bersifat karsinogenik, sehingga
kalau ketupat termakan maka bahan kimia ini akan ikut terakumulasi dalam tubuh. Hal inilah
yang seharusnya dihindari sejauh mungkin.
Beranjak dari pemikiran terjadinya risiko di atas, maka hendaknya kita sebagai konsumen
ketupat hendaknya selalu waspada. Jika akan membuat ketupat sendiri, mestinya menggunakan
selongsong dari daun kelapa saja, baik hasil anyaman sendiri atau pun membeli selongsong yang
sudah jadi. Kalau akan membeli produk kuliner yang menggunakan ketupat, juga hendaknya
selektif melihat ketupatnya tersebut. Kalau melihat penjual makanan yang menggunakan ketupat
tapi dengan bahan plastik hendaknya berperan aktif untuk memberitahu dan menganjurkan
penjualnya agar beralih dengan tidak lagi menggunakan plastik untuk bahan selongsong ketupat.
Kesehatan tubuh itu sangat mahal harganya. Demikian juga kita perlu menghindarkan diri dari
ancaman bahaya karsinogenik yang ditimbulkan saat pemanasan plastik selongsong ketupat ini.
Untuk itu kewaspadaan dan kepedulian kita harus selalu ditingkatkan. Semoga bermanfaat.
Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen Balai Besar POM Padang Yon Firman di Padang,
Senin (8/8), menjelaskan lontong plastik mengandung zat kimia polimer. Polimer ini, katanya
menambahkan, dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat larut, sehingga bila terjadi
akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker.
"Sehingga kami meminta penjual lontong menggunakan selongsong ketupat untuk menghindari
zat berbahaya bagi tubuh," ujarnya.
Makanan yang mengandung polimer bisa menyebabkan anak - anak terganggu reproduksinya,
kesuburan menurun dan bisa menyebabkan kemandulan.
Sementara bagi ibu-ibu yang tengah hamil bisa mengganggu ke janin melalui plasenta yang
berdampak jangka panjang mengakibatkan sepeti kelelahan, sulit tidur dan anemia (kurang
darah).
"Kami sudah ada sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak memakai lagi bahan plastik untuk
membungkus lontong. Sebagian besar pedagang penjual lontong sudah ada yang tahu tapi juga
yang belum tahu dengan bahayanya lontong plastik," kata dia.
Guna mencegah pedagang menggunakan plastik untuk membungkus lontong, pihaknya telah
melakukan sosialisasi. "Kami juga akan melakukan tindakan tegas ke pedagang yang masih
memakai plastik untuk memasak lontong," ujarnya.
Seorang penjual lontong di Pasar Siteba, Enon (46) menyebutkan dirinya biasa menggunakan
selongsong ketupat untuk memasak lontong. "Karena lebih enak," ujarnya.
Dirinya mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar POM Padang karena telah memberinya
pemahaman akan dampak memasak lontong dengan membungkus menggunakan plastik.
Sumber : Antara
27225 SHARE
27,225
Copy
1 KOMENTAR
loading...
TAG
#lontong plastik
Berita Terkait
Berita Lainnya
Eduaction
Daerah
Daerah
Popular
Tak Setuju Ahok, Boy Sadikin Mundur dari PDIP
Ini Sikap Plin-Plan Ahok, dari Tolak Partai Sampai Merapat ke Mega
Agus Yudhoyono Masuk Bursa Cagub DKI, Ini Kata Eko Patrio
Ini Sikap Plin-Plan Ahok, dari Tolak Partai Sampai Merapat ke Mega
Agus Yudhoyono Masuk Bursa Cagub DKI, Ini Kata Eko Patrio
Ini Sikap Plin-Plan Ahok, dari Tolak Partai Sampai Merapat ke Mega
Agus Yudhoyono Masuk Bursa Cagub DKI, Ini Kata Eko Patrio
TERPOPULER
TERKOMENTARI
Selengkapnya
Foto
In Picture: Lifter Jabar Pertajam Rekor PON
Video
All Kanal
Find us on:
News
Nasional
Internasional
Olahraga
Pendidikan
Elektrifikasi
PON XIX
Khazanah
Cahaya Islam
Hikmah
Islam Digest
Mualaf
Fatwa
ZIS - Wakaf
Mozaik
Empowering Indonesia
Al-Quran
Sepakbola
Liga Inggris
Liga Spanyol
Liga Dunia
Internasional
Bola Nasional
Liga Italia
Freekick
Oto-Tek
Otomotif
Trendtek
Jurnal Haji
Berita
Tempoe Doeloe
Situs
Kabar Makkah
Haji Barkah
Humor Haji
Tips
Pengalaman Haji
Leisure
Gaya Hidup
Senggang
Wisata Halal
About Us
Disclaimer
Privacy Policy
Pedoman Siber
Karir
Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan (BBPOM) Padang Yon Firman mengungkapkan bahwa memasak lontong
dengan bungkus plastik ternyata sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh.
Lontong plastik mengandung zat kimia polimer. Polimer ini dapat masuk dalam
tubuh manusia karena bersifat larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh
akan menyebabkan kanker ujar Yon Firman seperti dilansir republika, senin
(8/8/2016).
Selain kanker, Yon memaparkan bahwa kandungan polimer pada lontong dengan
bungkus plastik dapat berpotensi menurunkan kesuburan reproduksi, bahkan bisa
menyebabkan kemandulan.
BACA JUGA :
Kami sudah ada sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak memakai lagi bahan
plastik untuk membungkus lontong. Sebagian besar pedagang penjual lontong
sudah ada yang tahu tapi juga yang belum tahu dengan bahayanya lontong
plastik, jelas Yon
Sebagai solusi, Yon menyarankan bagi para pedagang ataupun ibu rumah tangga,
lebih baik memasak lontong dengan menggunakan daun pisang atau ketupat.
Sebagai kemasan
Jenis berbahaya
Monomer atau aditif plastik apa saja yang perlu diwaspadai? Memang tidak
semua, hanya beberapa, seperti vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril,
vinylidene klorida, dan styrene. Monomer vinilklorida dan akrilonitril cukup
tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada manusia. Vinilklorida
dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA, sedangkan akrilonitril
bereaksi dengan adenin. Vinilasetat telah terbukti menimbulkan kanker
tiroid, uterus, dan lever pada hewan. Akrilonitril menimbulkan cacat lahir
pada tikus-tikus yang memakannya.
Menghindari bahaya
Sikap hati-hati dan waspada sangat dibutuhkan agar dapat menghindar dari bahaya bungkus
pengemas mengandung racun. Barang yang mungkin biasa kita pakai untuk membungkus
makanan dan minuman ternyata dapat menimbulkan dampak & efek luar biasa buruk bagi
kesehatan tubuh kita. Styrofoam, kertas koran, kertas bekas, melamine beracun, daur ulang
plastik bekas, plastik air minum dalam kemasan, dan lain sebagainya.
Perkembangan teknologi tidak hanya membawa kebaikan saja, namun juga keburukan. Dalam
dunia kemasan atau bungkus makanan minuman terjadi perubahan yang pesat, dari yang dulunya
hanya pakai daun pisang dan tanah liat, sekarang sudah bisa menggunakan plastik, kertas, beling
dan lain sebagainya.
Di bawah ini merupakan beberapa macam / jenis kemasan makanan dan minuman yang harus
anda waspadai karena bisa saja mengandung zat berbahaya bagi kesehatan tubuh anda :
Tambahan :
- Jika membeli suatu barang dalam kemasan, pastikan kemasan dan atau segel masih dalam
keadaan baik dan belum rusak.
- Perhatikan tanggal kadaluarsa produk tersebut yang tertera pada kemasan. Jika isinya sudah
rusak atau cacat, jangan dikonsumsi.
- Lebih baik menggunakan wadah makanan atau minuman sendiri.
- Gunakan wadah makanan dan minuman yang bebas racun walaupun kurang praktis, mahal,
berat, gampang pecah, dan sebagainya. Yang penting aman bagi kesehatan anda dan keluarga
serta orang lain.
sumber : http://organisasi.org/waspada-kemasan-pembungkus-makanan-dan-minuman-beracun-
mengandung-zat-berbahaya-bagi-kesehatan
WASHINGTON - Bahan kimia pada plastik kemasan makanan dan minuman, termasuk
botol susu bayi, memiliki kaitan erat dengan munculnya kanker payudara dan pubertas
dini.
Bahan kimia bernama Bisphenol A atau yang biasa disebut BPA ini banyak digunakan
pada produk-produk seperti botol susu bayi dan plastik yang digunakan untuk menutupi
kaleng susu formula.
Bisphenol A biasa digunakan untuk memproduksi plastik polikarbonat dan lilin. Bahan
kimia ini juga bisa ditemui dalam kemasan makanan, minuman, CD dan beberapa
perangkat medik seperti kemasan pasta gigi. (srn)
Setiap hari kita menggunakan plastik. Baik untuk mengolah, menyimpan atau
mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit
hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Namun, jangan salah pakai dan
pilih plastik. Ancaman dari komponen kimianya berbahaya bagi kesehatan.
Perhatikan benda yang ada di sekeliling kita. Beragam produk yang berbahan baku
plastik ada dimana-mana. Bukan hanya sebagai kemasan pangan (food grade), namun
banyak dipakai sebagai pelindung dan pewadah produk, bahkan komponen atau suku
cadang pun berbahan baku plastik. Di rumah, kita menemukan mainan anak-anak,
ember, penggorengan teflon, termos, baskom, tempat minum, ember, kabel, plastik
kiloan, plastik kresek, dan lain-lain. Tanpa kita sadari, dalam keseharian hidup kita
sudah bergantung dengan plastik.
Tak jadi soal bila dalam pemilihan dan penggunaan plastik terutama yang berhubungan
dengan makanan sudah tepat. Namun, timbul masalah bila salah dalam memilih dan
menggunakan plastik. Misalnya, plastik kresek hitam yang tidak boleh untuk makanan
justru sering digunakan sebagai pembungkus gorengan. Wadah minuman plastik yang
tidak boleh dipakai untuk air mendidih justru sering dituang air mendidih. Plastik kiloan
yang hanya boleh dipakai untuk mengemas makanan justru dipakai untuk mengolah
makanan seperti ketupat plastik.
Sesuai standar
Plastik memang meliki banyak kelebihan, seperti fleksibel (dapat mengikuti bentuk
produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat
dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), aneka warna, tidak korosif (berkarat) dan
harganya relatif murah. Namun, plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan
panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan
berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah
untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat
dan alami (non- biodegradable).
Menurut DR Agus Nurhadi, DEA, Dosen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) UI jurusan kimia, plastik yang dijadikan bahan kemasan
makanan dibuat dari berbagai bahan kimia seperti polypropilene, polyetilene, polyvinyl
chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut (plastikizers) turut
dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan mudah dilenturkan untuk
dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri
dari kumpulan phthalate.
Untuk membuatnya menjadi kaku maka ditambahkan filler, misalnya untuk tutup botol
air kemasan, Juga ada senyawa compound dalam proses pewarnaan, membuat agar
tahan panas, dan lain-lain. Kestabilan semua bahan akan menjamin keamanan produk
plastik tersebut. Jadi, bukan hanya plastiknya yang harus stabil, tutur ayah dari tujuh
anak ini.
Proses pembuatan plastik sebagai kemasan makanan di semua negara harus
memenuhi persyaratan yang ada. Di Indonesia, setiap produsen plastik harus
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar tersebut harus dipenuhi
produsen karena jika tidak maka akan membahayakan konsumen. Misalnya,
penggunaan kandungan sisa Vinyl chloride monomer (VCM) dalam pembuatan
kemasan plastik jenis Polyvinyl chloride compound atau PVC untuk makanan dan
minuman. VCM pada bahan jadi atau finishing PVC untuk kemasan makanan atau
minuman tidak lebih dari 0,5 ppm (part per million). Sedangkan PVC untuk botol
sebesar 1,0 ppm. Sementara itu, kandungan VCM sebagai bahan baku tidak lebih dari
10 ppm.
Jangan salah pakai dan pilih
Prinsipnya, untuk menjamin keamanan produk plastik yang kita gunakan untuk
makanan adalah menjaganya agar tetap stabil. Jadi, plastiknya tidak boleh rusak.
Plastik yang didesain untuk kemasan makanan hanya boleh dipakai untuk kemasan,
bukan untuk pengolahan makanan. Menggunakan plastik pembungkus untuk membuat
ketupat plastik, misalnya adalah berbahaya. Karena, plastik kemasan tidak didesain
untuk pengolahan makanan sehingga tidak tahan panas. Yang dikhawatirkan adalah
terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik tersebut ke dalam makanan.
Botol kemasan air mineral yang terbuat dari polypropiline atau polyetilene dapat rusak
karena panas akibat terik matahari. Kalau dibiarkan berhari-hari, kemasan air terkena
sinar matahari, akibatnya dalam beberapa hari itu air sudah tidak segar. Artinya, ada
suatu dampak terhadap plastiknya akibat dari sinar matahari. Nah kalau sudah begini,
berbahaya. Bahayanya tergantung dari jenis plastik yang kita pakai, jenis adiktif atau
pencampurnya. Tapi secara akumulatif memang berakibat pada kesehatan, namun
tidak terlalu mengkhawatirkan karena botol kemasan itu biasanya setelah diminum
langsung dibuang konsumen, jelas ahli kimia yang menamatkan studinya di Jerman ini.
Sebenarnya yang agak signifikan berbahaya bila plastik ini dibakar atau terbakar.
Karena jenis produk jenis PVC, seperti botol kemasan air mineral, kantong kresek, dan
lain-lain bila terbakar akan mengeluarkan gas HCl yang berbahaya bagi kesehatan.
Sebaliknya, ada produk plastik yang didesain untuk pengolahan makanan, misalnya
wajan dan panci teflon. Berbeda dengan plastik kemasan yang tidak tahan panas,
peralatan masak teflon justru didesain untuk pengolahan makanan. Komponennya
tidak berubah karena pemanasan.
Di akhir tahun 1997, sewaktu Indonesia mengalami krisis moneter, pernah ditemukan
plastik kresek berbau. Hal itu disebabkan karena pada saat itu produsen kesulitan
mendapatkan bahan baku plastik untuk didaur ulang. Akibatnya, plastik yang sudah
lama dan rusaklah yang didaur ulang. Itulah sebabnya, mengapa plastik kresek hitam
itu bau. Perlu diingat sebagai patokan konsumen bahwa sebenarnya plastik itu tidak
berbau dan berwarna. Jadi, bila ada plastik yang bau dan berwarna gelap jangan
gunakan untuk membungkus makanan, tegas Agus.
Menggunakan plastik kresek hitam sebagai wadah makanan seperti gorengan juga
tidak boleh. Karena, plastik itu didesain bukan untuk makanan. Sentuhan antara
gorengan dan plastik itu akan mengeluarkan pelarut yang berbahaya bagi kesehatan.
Ditambah lagi, dengan bau tidak sedap yang muncul dari plastik tersebut.
Bahaya yang ditimbulkan
Penggunaan VCM untuk memproduksi plastik jenis PVC di atas ambang batas akan
menimbulkan kanker hati, merusak kelenjar endokrin, merusak paru-paru dan limpa.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1998 membuktikan bahwa
plastik jenis PVC ini didapati mengeluarkan bahan pelembut DEHA ke dalam
makanan. Berdasarkan data kajian yang dijalankan terhadap hewan percobaan,
DEHA berupaya mengganggu sistem reproduksi dan menghasilkan janin yang cacat,
selain mengakibatkan kanker. DEHA diduga mempunyai karakter yang sama dengan
hormon yang membawa sifat-sifat khas wanita, yaitu estrogen. Namun berbagai
penelitian terkait masih dilakukan untuk membuktikan sejauh mana phtalates aman
digunakan oleh manusia.
Federasi Industri Plastik Indonesia (Apindo) dalam kesempatan seminar PVC
Kemasan Plastik Yang Aman tahun 2000 lalu menyatakan bahwa PVC aman dipakai
karena sudah menggunakan acuan tentang kandungan sisa VCM, salah satu bahan
pembuatan PVC, yang sesuai dengan SNI tahun 1987. menggunakan PVC khusus
untuk makanan dan minuman bisa dibilang aman. Selama ini, justru kesadaran dari
masyarakat yang kurang dalam penggunaannya. Bila kita menggunakan PVC yang
putih dan transparan dapat dipastikan aman. Yang berbahaya bila menggunakan PVC
yang bukan khusus untuk kemasan makanan
Hati-hati
Hati-hati adalah kiat yang tak dapat kita hindari. Pertama, hati-hati dalam memilih dan
memakai wadah dan kemasan plastik. Sesuaikan dengan desainnya. Ada beberapa
produk khusus yang mendesain produk plastik yang dapat digunakan untuk menyimpan
makanan panas. Biasanya, harga produk tersebut memang relatif mahal. Namun,
produk tersebut menjanjikan keamanan.
Kedua, jangan menggunakan plastik kemasan untuk mengolah makanan, karena
dikhawatirkan ada perubahan komponen kimia yang masuk ke dalam makanan yang
kita konsumsi. Ketiga, jangan menggunakan produk yang tidak didesain untuk makanan
kemudian kita pakai untuk mewadahi makanan. Apalagi, bila makanan itu berupa
makanan yang digoreng.
Sebagai penyeimbang dan untuk mencegah banyaknya pencemar yang masuk ke
dalam tubuh kita, maka biasakanlah keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, bawang, dan kacang-kacangan,
adalah beberapa di antaranya. Serat makanan bahan tadi, seperti pektin, lignin, dan
beberapa hemiselulosa dari polisakarida lain yang larut dalam air, vitamin C, serta
bioflavanoid. Semua itu diyakini dapat mengurangi risiko munculnya penyakit.
Hati-Hati dengan Bahaya Plastik! Pelajari Sebelum Terlambat.
Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang
bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai
meneliti lebih lanjut.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol
minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex
(pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa
hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung
Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah
industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan,
botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan
makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko
terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-
plastik yang aman untuk kita pakai.
Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?
#1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua
botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya
untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah
lama atau terlihat baret-baret.
#2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna
putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali
pemakaian.
#3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini
bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC
yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan
berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat
badan.
#4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-
botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang
tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.
#5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol
minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol
transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan
plastik.
#6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat
minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam
makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan
sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di
Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara
China.
#7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman
seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu
Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon.
Hindari bahan plastik Polycarbonate.
Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama
barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak
membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan
kesehatan keluarga kita.
Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik,
gelas atau pyrex sebagai gantinya.
Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan
karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air
minum banyak orang.