Anda di halaman 1dari 41

kumpulan materi

Minggu, 03 Agustus 2014


ASUHAN KEPERAWATAN INEKSI SALURAN KEMIH PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN INEKSI SALURAN KEMIH


PADA LANSIA
DISUSUN OLEH :
1. A. Rizki Rustiansyah
2. Dwi Indah Purnamasari
3. Diniati Ketaren
4. Eliza
5. Novsily Maiji Kasih P
6. Uci Hermalasari
7. Randi Kurniawan
8. Tatang Kusmayu
Kelas : PSIK A4/6
Dosen Pembimbing : Alkhusari,S.Kep,Ners
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat di jaman sekarang tidak lepas dari yang namanya sakit. Sakit merupakan
ketidak seimbangan dalam tubuh tidak hanya fisik tapi juga psikologinya. Banyak faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit misalnya personal hygiennya(kebersihan diri sendiri), jika
personal hygiennya kurang terpenuhi maka orang tersebut mungkin lebih rentan terkena
penyakit. (Corwin, Elizabeth J. (2001))
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka
prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita
dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua
jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih
5-15%. (Smeltzer, Suzanne C. (2001)
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria
yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang
tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien
asimptomatisbila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan
pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah. Prevalensi ISK yang tinggi
pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat
pengosonga kandung kemih kurang efektif , mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering
kurang baik, sistem imunitas menurun.
Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin,hilangnya efek bakterisid dari
sekresi prostat. ( Tambayong, Jan. (2006)).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.
Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap tahunnya dengan
diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang
menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli Desember).
Smeltzer, Suzanne C. (2001)
Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk
menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur
(Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat
signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang
paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp.
Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK
merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam masyarakat. Walaupun terdiri dari
berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika
bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis
ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.
Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-
anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut
sebagai ISK asimtomatis. (Coyle & Prince, 2005)
ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih),
kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan dengan gonta ganti
pasangan..yang kita tidak tau juga kalau pasangan itu membawa bakteri dari pasangan lain.
terutama kalau sistem ketahanan tubuh sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat
gampang sekali masuk ke dalam tubuh. Menurut WHO Indonesia menduduki peringkat ke-3
dunia tentang ISK yaitu dengan persentase 30%. Belgia menduduki posisi pertama dengan
persentase 55%, disusul oleh Amerika Serikat diposisi ke-2 dengan persentase 44%. (
Tambayong, Jan. (2006)).

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS INFEKSI SALURAN KEMIH


2.1.1 Definisi

Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri (M.
Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).

Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel sel urotelium melapisi saluran
kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal. 112).

2.1.2 Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung kemih
dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi (Engram, Barbara. (1998) :

1) Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )


Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik,
anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2) Infeksi saluran kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas kuman
penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis
dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung
kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
Gangguan daya tahan tubuh.
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang memproduksi urease.
2.1.3 Anatomi fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal merupakan
organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di
kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.

Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang
ureter 10 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih adalah
suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang
tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine
sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat
mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci
dan pada pria 8 inci.

Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :

1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi
ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.

Pembentukan Urine

Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine.
Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.
Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Tubulus proximal
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron
dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan molekul kecil
lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap
kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut dengan Reabsorbsi
Obligat (mutlak).
2. Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle desenden,
ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa
henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)
3. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon sehingga
penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya bila air berlebih
jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
Bekerjanya anti diuretik hormone
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan
transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
4. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses reabsorbsi air
oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus kolligentes maka disebut dengan
urine yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal
mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka
sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat penampungan
sementara.
5. Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit urine,
mulai dari volume 0 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari volume 100 400
cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus Detrusor mengembang mengikuti
jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan susunan
saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor (mengerut).
Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga timbul keinginan
untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine

Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat jenis 1010
1030.

Urine terdiri dari :

1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolism

2.1.4 Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :

1. Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.


2. Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
3. Virus : jarang ditemukan
4. Jamur : jarang ditemukan
Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :

Intake minum yang kurang setiap harinya


Hygiene yang kurang
a. Jarang mengganti pakaian dalam
b. Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari katun
c. Penggunaan jeans yang terlalu ketat.
Personal hygiene yang salah
Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan belakang ke depan
dan di bolak-balik
1. Hubungan sex yang berlebihan

2. Urine Reflux

3. Trauma Urethra

4. Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.

5. Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan pH

6. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi

7. Usia di atas 65 tahun

8. Penyakit Diabetes Melitus

9. Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.

2.1.5 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen
kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.
Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila
terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika
urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara
asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan
vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma,
sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman
yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih
maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy merupakan
faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman pada daerah
uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang
lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria
dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine
sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme adalah
1400 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak
dapat di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa dan
adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di
ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi
lebih mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh


saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul
keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu.
Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan
urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena
mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir
urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya kuman
menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal
218).

2.1.6 Tanda dan Gejala

Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang mungkin
dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya infeksi. Pada
keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :

1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).


2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low back pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :

Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
b. Urine kultur :
c. Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya : streptococcus,
E. Coli, dll
d. Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
e. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
Blass Nier Ophage Intra Venous Pyelogram ( BNO IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih
2.1.6 Penatalaksanaan medis

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :

Perawatan dapat berupa :


a. Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
o Membersihkan perineum dari depan ke belakang
o Pakaian dalam dari bahan katun
o Menghindari kopi, alcohol
Obat-obatan
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 2 minggu
c. Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka waktu 3
4 minggu
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3 6
bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
e. Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
f. Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih
2.7.1 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :

a) Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b) Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas
sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
2.8.1 Pencegahan

1. Minum air putih yang banyak 2 2,5 liter per hari


2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :

Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas


Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan perineum dari
depan ke belakang
Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat

4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ISK
2.2.1 Pengkajian
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
a) Keluhan utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b) Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam
kolon.
c) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

e) Riwayat psikososial dan spiritual


Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam
beribadat karena klien lemah.
a) Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK. Sosial Klien
berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien sopan.
b) Budaya
Tidak terkaji
c) Spiritual
Tidak terkaji
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Didapatkan klien tampak lemah
2. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
4. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )
5. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.

6. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
7. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut
maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis,
uretra.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri pada daerah kandung kemih dan sekitarnya sehubungan dengan akibat adanya peradangan.
2. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan akibat adanya infeksi .
3. Perubahan pola eliminasi urine : disuria, sehubungan dengan adanya akibat peradangan
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya sehubungan dengan
kuranganya informasi.
2.2.3 Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan akibat adanya peradangan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 Jam nyeri berkurang
KH:
1. Rasa nyeri berkurang
2. Pasien tampak rileks
3. Ekspresi wajah tidak meringis
4. Pasien dapat menyebutkan penyebab dan cara mengatasi nyeri.
5. Skala nyeri 1-3
Intervensi Rasional
1) Kaji skala nyari Agar dapat mangetahui tingkat nyeripada
pasien
2) Mengatur posisi tidur yang nyaman Akan mengurangi nyeri dan meningkatkan
keinginan tidur pasien
3) Mengajarkan cara mengurangi rasa Tehnik relaksasi dapat megalihkan perhatian
nyeri (relaksasi ) dan memberikan pasien dari perasaan nyeri sehingga klien
kegiatan positif. merasa nyaman
4) Ciptakan lingkungan terapiutik Lingkungan terapeutik yang tenang dan
yang nyaman nyaman dapat mengurangi stress terhadap
pasien
5) Beri penjelasan tentang penyebab rasa Menjelasan tentang penyebab rasa nyeri dapat
nyeri memberikan informasi positif kepada klien dan
keluarga sehingga dapat menurunkan
kecemasan dan turut aktif dalam tindakan
pengobatan
6) Kolaborasi Analgetik dapat mengurangi nyeri dan
Pemberian Analgetik dan antibiotic. antibiotic mengurangi dan menghilangkan
factor penyebab nyeri
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan akibat adanya infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawat 1x24 jam suhu tubuh pasien menurun.
KH :
1) Suhu tubuh pasien normal ( 36,5 37,5 c)
2) Akral pasien teraba hangat
3) TD :. 120/80 mmhg
INTERVENSI RASIONAL

1) Kaji peningkatan suhu tubuh melalui Untuk mengetahui factor penyebab


pemeriksaan laboratorium peningkatan suhu tubuh dan untuk
menetapkan program terapi selanjutnya

2) Lakukan kompres dingin atau hangat Kompres hangat dapat meningkatkan


pada tubuh vasodilatasi pembuluh darah sedangkan
kompres dingin meningkatkan vasokontriksi
pembuluh darah.

3) Melaksanakan program terapi : Antipiretik menurunkan demam


Penatalaksanaan antipiretik sesuai indikasi
4) Memonitor tanda tanda vital Untuk mengetahui keadaan pasien

5) Monitor intake dan output cairan Intake dan out put yang kurang dapat
merangsang perkembangan bakteri dalam
vesica urinaria

3. Perubahan pola eliminasi urine ; disuria, berhubungan dengan adanya akibat peradangan .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pola eliminasi kembali normal
KH: 1) Pola eliminasi urine kembali normal
2) Keluhan bak tidak ada lagi.
Intervensi Rasional
1) Kaji keluhan buang air kacil Untuk mengetahui masalah eliminasi dan
menentukan tindakan yang tepat

2) Kosongkan kandung kemih tiap 2-3 Untuk mencegah perkembangan bakteri


jam
3) Tampung urine 24 jam untuk Untuk mengetahui agen penyebab gangguan
pemeriksaan dan kaji pengeluaran urine ( ISK
jmulah, waran, bau)
4) Jelaskan penyebab perubahan pola Untuk mengurangi kecemasan klien
eliminasi
5) Anjurkan pasien untuk minum cukup Untuk rehidrasi cairan dan untuk pengeluaran
bila tidak ada kontra indikasi bakteri dan mikroorganisme lainnya
6) sedini mungkin tanda-tanda gagal Untuk mencegah terjadinya komplikasi
ginjal

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya ber hubungan dengan
kuranganya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan binstruksi perawatan di
rumah.
Tujuan : setelah dilakukan 1 x 24 di harapkan pasien mengerti dengan sakit yang di derita nya.
KH: Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien Untuk mengetahui kesiapan pasien dan
tentang penyakit yang di derita keluarga serta untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakit yang diderita

2) Jelaskan secara singkat tentang Untuk menambah pengetahuan klien dan


keluarga tentang penyakit,
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH

2.3.1 KASUS TERKAIT


Ibu. A seorang guru , datang ke UGD RS.Soeradji mengantar suaminya yang berumur 65th
karena mengeluh panas tinggi dan perih buang air kecil sejak kemarin sore dikarenakan febris
dan disuria. Bp.A juga mengatakan, Bp.A di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk
personal higiennya biasanya dibantu oleh pembantunya.
Selain itu Bp.A juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas remas dan perih
saat mau buang air kecil, sehingga Bp.A jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya
lebih sering dari biasanya, oleh sebab itu Bp.A mengatakan takut untuk banyak minum.
Ibu.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria,
selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena sakit pada
perut bagian bawah, Bp.A merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari
mobil ke UGD, Bp.A digendong oleh tetangga.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 C
N : 108x/menit
Saat di UGD Bp.A dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan
diberikan terapi obat :
- Ceftriaxone 2x500mg
- Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB

2.3.2 DOKUMENTASI ASKEP


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Nama perawat : Agus
Tgl pengkajian : 10 April 2012
Jam pengkajian : 15.00 WIB
b. Identitas Pasien
Nama Pasien : Bp.A
Agama : Islam
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Almat : Jln. Ringroad Utara
Tanggal masuk RS : 10 April 2012
Diagnosa medis : Gangguan Eliminasi Urinarius
No rekam medis : 20954985
Jam masuk : 15.00 WIB
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
c. Penanggung jawab
Orang tua/wali : ibu. A
Umur : 61 tahun
Agama :Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pns
Status Pernikahan : Menikah
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Jln. Ringroad Utara
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia

2. Keluhan Utama
Ib. A mengatakan suaminya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit sekarang
Ibu.A mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, Bp.A merasa tidak kuat untuk berjalan
sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, Bp.A digendong oleh tetangganya. Saat di
UGD, Bp.A dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4
hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami: klien sering mengalami nyeri abdomen
a) Kecelakaan : tidak terkaji
b) Pernah dirawat di RS : Ibu.A mengatakan, pada usia 50 tahun Bp.A pernah dirawat di RS karena
mengalami malaria
c) Operasi : Ibu.A mengatakan Bp.A tidak pernah dioperasi

2. Alergi : Ibu.A mengatakan bahwa Bp.A alergi terhadap ikan


4. Kebiasaan : Ibu.A mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang tempat

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Sebelum Bp.A mengalami gangguan eliminasi urinarius, istrinya yaitu Ny. A sudah
pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang satu minggu.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a) Aktivitas dan latihan
b) Bp.A sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti seusianya seperti bermain bersama
teman-teman sebayanya , tetapi setelah mengalami ISK Bp.A menjadi pendiam karena menahan
rasa sakit perutnya. Selama sakit Bp.A dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh
pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.
c) Tidur dan Istirahat
d) Sebelum sakit Ibu.A mengatakan Bp.A tidak ada masalah dalam masalahnya, Bp.A biasanya
tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat sakit Ibu.A mengatakan Bp.A mengalami
sulit tidur dan sering terbangun saat tidur dikarenakan perut bagian bawah terasa nyeri dan
sangat sakit, Bp.A hanya bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
e) Kenyamanan dan nyeri
Palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik relaksasi yang diberikan
oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya
sesudah berkemih
Region
Ibu.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK.
Nutrisi
Sebelum klien mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu
makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien
menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari
Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar 250 cc
dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas
standar 250cc perhari .
Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak nafas dan
tidak ada sputum.
Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat mengalami
gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi berkemih 500cc/hr,
selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine
merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi dan
kognitif.
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign :
N : 108x/mnt
RR : 28x/mnt
T : 400c
b) Kepala
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala, bentuk
tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap
kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c) Leher
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan
leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d) Dada : paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 20x/menit pada
saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding
dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi
resonan.
e) Abdomen
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada secara normal
terdengar setiap bising usus normal terdengar 10 kali/menit
6. Psiko sosio budaya dan spiritual
d) Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK. Sosial Klien
berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien sopan.
e) Budaya
Tidak terkaji
f) Spiritual
Tidak terkaji

7. Pemeriksaan penunjang
a) Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga diberikan obat
melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.
ANALISA DATA

Nama klien : Bp.A No.Register : 01377


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara

NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : Proses infeksi Hypertermi
1. Istri klien mengatakan suhu
badan suaminya teraba panas.
DO :
1. N : 108x/menit
2. S : 40
3. RR : 28x/menit
4. Teraba panas
2. DS : Agen cidera Nyeri akut
1. Bp.A mengatakan sulit dan biologis
Sakit pada perut seperti diremas-
remas dan perih saat mau buang air
kecil, sehingga Bp.A jadi takut jika
mau BAK padahal buang air
kecilnya lebih sering daripada
biasanya, oleh sebab itu Bp.A
mengatakan takut untuk banyak
minum.
2. Istrinya mengatakan suaminya
mengalami nyeri pada bagian
suprapubic dan adanya hematuria,
selain itu diawal berkemih ada
cairan eksudat yang purulen dan
terasa gatal. Kira-kira skala
nyerinya mencapai 9.
DO :
1. Klien tampak terlihat pucat dan
lemas.
2. Klien terlihat memegangi perut
bagian bawah.
3. DS : Infeksi saluran Gangguan Eliminasi
1. Bp.A mengatakan sulit dan kemih urinarius
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih saat mau
buang air kecil, sehingga Bp.A jadi
takut jika mau BAK padahal buang
air kecilnya lebih sering daripada
biasanya, oleh sebab itu Bp.A
mengatakan takut untuk banyak
minum.
DO :
1. Klien terlihat kesakitan dan takut
saat buang air kecil.

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan eliminasi
2. Nyeri
3. Hypertermi
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri
2. Gangguan eliminasi
3. Hypertermi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3) Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama klien : Bp.A No.Register : 01377


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis: ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl.Ringroad Utara
NO Diagnosa Jam Tujuan (smart) Rencana Rasional Paraf
keperawatan keperawatan
1. Eliminasi 09.00 Setelah 11. Pantau 1.Untuk
urinarius dilakukan eliminasi urin memantau
berhubungan tindakan contohnya output dan
dengan keperawatan frekuensi urin, input
infeksi selama 4x24 jam volume urin,
saluran kemih maka eliminasi konsistensi
urinarius An. K urin dengan
berkurang tepat.
dengan kriteria22. Ajarkan klien
hasil sbb: tanda dan
1. Eliminasi gejala infeksi 2. untuk
lancar. saluran kemih. mengetahui
2. Urin berwarna33. Instruksikan tanda awal
kuning cerah klien atau infeksi
tetapi sedikit keluarga untuk
pucat. mencatat 3. untuk
3. Volume keluaran urin mengetahui
pengeluaran output urine
urine 900-2100 setiap harinya
CC/hari.
.
2. Nyeri akut 09.30 Setelah 1. 1. Ajarkan klien 1. setelah 3. Setelah
berhubungan dilakukan tekhnik dilakukan
dengan agen tindakan relaksasi nafas tindakan
cidera keperawatan dalam. keperawatan
biologis selama 2x24 klien merasa
1. setelah jam maka nyeri lebih nyaman
dilakukan yang dialami 2. untuk
tindakan oleh An.K 2. 2. Beri kompres mengurangi
keperawatan berkurang hangat pada rasa nyeri
klien merasa dengan kriteria bagian yang
lebih nyaman hasil sbb: nyeri. 3. untuk
1. b. 1. Selera 3. 3. Kolaborasi membantu
2.
makan klien dalam proses
kembali normal. pemberian penyembuhan
c. 2. Klien analgesik jj
sudah tidak Ketorolax 2x
mengalami 0,5mg/kg/BB
gelisah.
d. 3. Klien dapat
beraktivitas
kembali seperti
biasanya.
4. Skala nyeri
klien
3. Hyperthermy 10.00 Setelah 11. Observasi 1. sebagai
berhubungan
dilakukan keadaan umum pengawasan
dengan
proses infeksi tindakan klien. terhadap
keperawatan adanya
selama 3x24 jam perubahan
maka An. K keadaan
tidak mengalami umum klien
hipertermi 22. Beri kompres 2. untuk
dengan kriteria hangat pada menurunkan
hasil sbb : klien. suhu tubuh
1. RR klien 4 3. untuk
normal 16- 33. Anjurkan pada menstabilkan
24/menit. klien untuk keaddan
2. Suhu tubuh meningkatkan umum klien
klien dalam istirahat.
rentang 36,5- 54. Kolaborasi 4. untuk
dalam mengetahui
37,5
pemberian penanganan
3. Nadi klien infus RL, 20 yang lebih
tts/mnt tepat.
normal (60- g/kgBB/kali.
100x/menit).
4. Tubuh klien
tidak teraba
panas.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama klien : Bp.A No.Register : 01377


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis: ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara

NO DIAGNOSA JAM TINDAKAN RESPON PARAF


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Eliminasi urinarius 09.001. Memantau eliminasi1. klien tampak
berhubungan urin contohnya nyaman dan
dengan infeksi frekuensi urin, mau diperiksa
saluran kemih volume urin, output urine
konsistensi urin nya setiap
dengan tepat. hari
2. Mengajarkan klien
tanda dan gejala
infeksi saluran 2. Klien tampak
kemih. mendengarka
n penjelasan
3.Menginstruksikan dari perawat
klien atau keluarga atau dokter
untuk mencatat3. Keluarga
keluaran urin. klien tampak
mencatat
pengeluaran
urine setiap
harinya.
2. Nyeri akut 09.30
11. mengajarkan klien 1.setelah
berhubungan tekhnik relaksasi melakukan
dengan agen cidera nafas dalam. tindakan
biologis keperawatan
nyeri pasien
2. 2. memberi kompres terkontrol
hangat pada bagian atau
yang nyeri. berkurang
3. 3. berkolaborasi 2. klien
dalam pemberian merasa
analgesik nyaman dan
Ketorolax 2x tidak terlalu
0,5mg/kg/BB nyeri
3. setelah
mlakukan
tindakan
keperawatan
nyeri pasien
terkontrol
3. Hyperthermy 4. 1. Mengajarkan 1. setelah
berhubungan klien tekhnik melakukan
dengan proses relaksasi nafas tindakan
infeksi dalam. keperawatan
6. 2. Memberikan klien merasa
kompres hangat nyaman
pada bagian yang 2.klien
nyeri. merasa suhu
7. 3. Memberikan tubuh mulai
analgesik membaik
Ketorolax 2x 3. klien
0,5mg/kg/BB menerima
84. menganjurkan obatyang
pada klien untuk diberikan
meningkatkan perawat
istirahat. 4. setelah
melakukan
tindakan
keperawatan
kondisi klien
membaik.

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Bp.A No.Register : 01377
Umur : 70 tahun Diagnosa Medis: ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara

NO DIAGNOSA SHIFT/JAM CATATAN PARAF


KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
1 Eliminasi urinarius Pagi , 09.00 WIB S : Klien mengatakan
berhubungan nyeri pada saat BAK
dengan infeksi O : TTV :
saluran kemih TD : 120/80 MmHg
T : 36.0
N : 80X/MNT
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri akut 4. Pagi , 09.30 WIB S : Klien mengatakan


berhubungan 5. nyeri yang seperti
dengan agen cidera8. ditusuk-tusuk
biologis O : klien tampak lemah
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi di
lanjutkan
3. Hyperthermy Pagi , 10.00 WIB S : klien mengatakan
berhubungan suhu tubuh masih
dengan proses meningkat
infeksi O : klien tampak lemah ,
klien tampak gelisah
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Bp.A No.Register : 01377


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara

NO DIAGNOSA SHIFT/JAM CATATAN PARAF


KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
1 Eliminasi urinarius Siang , 13.00 WIB S : Klien mengatakan
berhubungan nyeri pada saat BAK
dengan infeksi O : TTV :
saluran kemih TD : 110/70 MMH
T : 36.0
N : 80X/MNT
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri akut 4. Siang , 13.30 WIB S : Klien mengatakan


berhubungan 5. masih terasa nyeri
dengan agen cidera8. O : klien tampak lemah
biologis A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi di
lanjutkan

3. Hyperthermy Pagi , 10.00 WIB S : klien mengatakan


berhubungan suhu tubuh masih
dengan proses meningkat
infeksi O : klien tampak lemah ,
klien tampak gelisah
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Bp.A No.Register : 01377


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara

NO DIAGNOSA SHIFT/JAM CATATAN PARAF


KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
1 Eliminasi urinarius Malam , 21.00 WIB S : Klien mengatakan
berhubungan nyeri pada saat BAK
dengan infeksi O : TTV :
saluran kemih TD : 120/80 MMHG
T : 36.0
N : 80X/MNT
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri akut 4. Malam , 21.30 WIBS : Klien mengatakan


berhubungan 5. nyeri hilang
dengan agen cidera8. O : klien tampak
biologis membaik
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3. Hyperthermy Malam , 22.00 WIB S : klien mengatakan
berhubungan suhu tubuh membaik
dengan proses O : suhu tubuh normal
infeksi 36
A : masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan

EVALUASI

Nama klien : Bp.A No.Register : 01377


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis: ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
NO DIAGNOSA JAM EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
1 Eliminasi urinarius 09.00 S : klien mengatakan sudah bisa
berhubungan BAK secara normal
dengan infeksi O : ku klien tampak membaik
saluran kemih TD : 120/80 MMH
T : 36.0
N : 80
RR : 20 X Menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 Nyeri akut 09.00 S : Klien mengatakan nyeri
berhubungan hilang
dengan agen cidera O : ku.klien tampak membaik
biologis A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3 Hyperthermy 09.00 S : Klien mengaatakan suhu


berhubungan tubuh membaik
dengan proses O : ku.klien tampak membaik
infeksi A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada teori maupun kasus, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih. merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam masyarakat.
2. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai
sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa:
anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala
disebut sebagai ISK asimtomatis.
3. Faktor penyebab terjadinya infeksi saluran kemih:
Bendunganaliran urine:
a. Anatomikonginetal.
b. Batusalurankemih.
c. Oklusi ureter (sebagianatau total).
d. Refluksvesike ureter.
Urine sisadalambuli-bulikarena :
a. Neurogenik bladder.
b. Striktururetra.
c. Hipertropiprostat.
Gangguan metabolik.
a. Hiperkalsemia.
b. Hipokalemia
c. Agamaglobulinemia.
Instrumentasi
a. Dilatasiuretrasistoskopi.
Kehamilan
a. Faktorstatisdanbendungan.
b. PH urine yang tinggisehinggamempermudahpertumbuhankuman.
4. Komplikasi
a. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
b. Gagal ginjal.
5. Diagnosa yang mungkin muncul adalah
a. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh.
e. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
6. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Bp.A
a. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

DAFTAR PUSTAKA
Tambayong jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta. EGC
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
http://dianalmira.blogspot.com/2013/12/askep-infeksi-saluran-kemih.html
http://nisya257chubby.blogspot.com/2012/03/askep-isk.html
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta.
Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC; Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika.
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta
Sibuea, W. Heidin. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta
Syaifudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Diposting oleh dwi indah di 01.56
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Anda mungkin juga menyukai