BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri (M.
Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).
Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel sel urotelium melapisi saluran
kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal. 112).
2.1.2 Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung kemih
dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi (Engram, Barbara. (1998) :
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang
ureter 10 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih adalah
suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang
tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine
sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat
mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci
dan pada pria 8 inci.
1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi
ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine.
Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.
Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Tubulus proximal
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron
dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan molekul kecil
lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap
kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut dengan Reabsorbsi
Obligat (mutlak).
2. Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle desenden,
ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa
henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)
3. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon sehingga
penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya bila air berlebih
jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
Bekerjanya anti diuretik hormone
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan
transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
4. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses reabsorbsi air
oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus kolligentes maka disebut dengan
urine yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal
mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka
sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat penampungan
sementara.
5. Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit urine,
mulai dari volume 0 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari volume 100 400
cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus Detrusor mengembang mengikuti
jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan susunan
saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor (mengerut).
Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga timbul keinginan
untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat jenis 1010
1030.
1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolism
2.1.4 Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
2. Urine Reflux
3. Trauma Urethra
6. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
2.1.5 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen
kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.
Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila
terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika
urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara
asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan
vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma,
sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman
yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih
maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy merupakan
faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman pada daerah
uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang
lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria
dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine
sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme adalah
1400 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak
dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa dan
adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di
ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi
lebih mudah berkembang.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena
mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir
urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya kuman
menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal
218).
Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang mungkin
dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya infeksi. Pada
keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :
Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
b. Urine kultur :
c. Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya : streptococcus,
E. Coli, dll
d. Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
e. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
Blass Nier Ophage Intra Venous Pyelogram ( BNO IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih
2.1.6 Penatalaksanaan medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
a) Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b) Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas
sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
2.8.1 Pencegahan
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ISK
2.2.1 Pengkajian
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
a) Keluhan utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b) Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam
kolon.
c) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
6. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
7. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut
maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis,
uretra.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri pada daerah kandung kemih dan sekitarnya sehubungan dengan akibat adanya peradangan.
2. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan akibat adanya infeksi .
3. Perubahan pola eliminasi urine : disuria, sehubungan dengan adanya akibat peradangan
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya sehubungan dengan
kuranganya informasi.
2.2.3 Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan akibat adanya peradangan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 Jam nyeri berkurang
KH:
1. Rasa nyeri berkurang
2. Pasien tampak rileks
3. Ekspresi wajah tidak meringis
4. Pasien dapat menyebutkan penyebab dan cara mengatasi nyeri.
5. Skala nyeri 1-3
Intervensi Rasional
1) Kaji skala nyari Agar dapat mangetahui tingkat nyeripada
pasien
2) Mengatur posisi tidur yang nyaman Akan mengurangi nyeri dan meningkatkan
keinginan tidur pasien
3) Mengajarkan cara mengurangi rasa Tehnik relaksasi dapat megalihkan perhatian
nyeri (relaksasi ) dan memberikan pasien dari perasaan nyeri sehingga klien
kegiatan positif. merasa nyaman
4) Ciptakan lingkungan terapiutik Lingkungan terapeutik yang tenang dan
yang nyaman nyaman dapat mengurangi stress terhadap
pasien
5) Beri penjelasan tentang penyebab rasa Menjelasan tentang penyebab rasa nyeri dapat
nyeri memberikan informasi positif kepada klien dan
keluarga sehingga dapat menurunkan
kecemasan dan turut aktif dalam tindakan
pengobatan
6) Kolaborasi Analgetik dapat mengurangi nyeri dan
Pemberian Analgetik dan antibiotic. antibiotic mengurangi dan menghilangkan
factor penyebab nyeri
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan akibat adanya infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawat 1x24 jam suhu tubuh pasien menurun.
KH :
1) Suhu tubuh pasien normal ( 36,5 37,5 c)
2) Akral pasien teraba hangat
3) TD :. 120/80 mmhg
INTERVENSI RASIONAL
5) Monitor intake dan output cairan Intake dan out put yang kurang dapat
merangsang perkembangan bakteri dalam
vesica urinaria
3. Perubahan pola eliminasi urine ; disuria, berhubungan dengan adanya akibat peradangan .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pola eliminasi kembali normal
KH: 1) Pola eliminasi urine kembali normal
2) Keluhan bak tidak ada lagi.
Intervensi Rasional
1) Kaji keluhan buang air kacil Untuk mengetahui masalah eliminasi dan
menentukan tindakan yang tepat
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya ber hubungan dengan
kuranganya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan binstruksi perawatan di
rumah.
Tujuan : setelah dilakukan 1 x 24 di harapkan pasien mengerti dengan sakit yang di derita nya.
KH: Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien Untuk mengetahui kesiapan pasien dan
tentang penyakit yang di derita keluarga serta untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakit yang diderita
2. Keluhan Utama
Ib. A mengatakan suaminya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit sekarang
Ibu.A mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, Bp.A merasa tidak kuat untuk berjalan
sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, Bp.A digendong oleh tetangganya. Saat di
UGD, Bp.A dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4
hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami: klien sering mengalami nyeri abdomen
a) Kecelakaan : tidak terkaji
b) Pernah dirawat di RS : Ibu.A mengatakan, pada usia 50 tahun Bp.A pernah dirawat di RS karena
mengalami malaria
c) Operasi : Ibu.A mengatakan Bp.A tidak pernah dioperasi
4. PEMERIKSAAN FISIK
a) Aktivitas dan latihan
b) Bp.A sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti seusianya seperti bermain bersama
teman-teman sebayanya , tetapi setelah mengalami ISK Bp.A menjadi pendiam karena menahan
rasa sakit perutnya. Selama sakit Bp.A dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh
pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.
c) Tidur dan Istirahat
d) Sebelum sakit Ibu.A mengatakan Bp.A tidak ada masalah dalam masalahnya, Bp.A biasanya
tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat sakit Ibu.A mengatakan Bp.A mengalami
sulit tidur dan sering terbangun saat tidur dikarenakan perut bagian bawah terasa nyeri dan
sangat sakit, Bp.A hanya bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
e) Kenyamanan dan nyeri
Palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik relaksasi yang diberikan
oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya
sesudah berkemih
Region
Ibu.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK.
Nutrisi
Sebelum klien mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu
makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien
menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari
Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar 250 cc
dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas
standar 250cc perhari .
Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak nafas dan
tidak ada sputum.
Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat mengalami
gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi berkemih 500cc/hr,
selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine
merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi dan
kognitif.
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign :
N : 108x/mnt
RR : 28x/mnt
T : 400c
b) Kepala
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala, bentuk
tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap
kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c) Leher
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan
leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d) Dada : paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 20x/menit pada
saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding
dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi
resonan.
e) Abdomen
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada secara normal
terdengar setiap bising usus normal terdengar 10 kali/menit
6. Psiko sosio budaya dan spiritual
d) Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK. Sosial Klien
berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien sopan.
e) Budaya
Tidak terkaji
f) Spiritual
Tidak terkaji
7. Pemeriksaan penunjang
a) Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga diberikan obat
melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3) Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Bp.A No.Register : 01377
Umur : 70 tahun Diagnosa Medis: ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
EVALUASI
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada teori maupun kasus, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih. merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam masyarakat.
2. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai
sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa:
anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala
disebut sebagai ISK asimtomatis.
3. Faktor penyebab terjadinya infeksi saluran kemih:
Bendunganaliran urine:
a. Anatomikonginetal.
b. Batusalurankemih.
c. Oklusi ureter (sebagianatau total).
d. Refluksvesike ureter.
Urine sisadalambuli-bulikarena :
a. Neurogenik bladder.
b. Striktururetra.
c. Hipertropiprostat.
Gangguan metabolik.
a. Hiperkalsemia.
b. Hipokalemia
c. Agamaglobulinemia.
Instrumentasi
a. Dilatasiuretrasistoskopi.
Kehamilan
a. Faktorstatisdanbendungan.
b. PH urine yang tinggisehinggamempermudahpertumbuhankuman.
4. Komplikasi
a. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
b. Gagal ginjal.
5. Diagnosa yang mungkin muncul adalah
a. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh.
e. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
6. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Bp.A
a. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
DAFTAR PUSTAKA
Tambayong jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta. EGC
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
http://dianalmira.blogspot.com/2013/12/askep-infeksi-saluran-kemih.html
http://nisya257chubby.blogspot.com/2012/03/askep-isk.html
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta.
Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC; Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika.
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta
Sibuea, W. Heidin. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta
Syaifudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Diposting oleh dwi indah di 01.56
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest