Anda di halaman 1dari 36

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5
FAISAL (1610 5160 1001)
NURAENI (1610 5160 1004)
NASRAH SURYANI (1610 5160 10..)
ZUHRAH ADMINIRA RUSLAN (1610 5160 1020)
ASMAWATI ILYAS (1610 5160 1022)

POGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017

i
DAFTAR ISI
Daftar Isi ..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. ....................................................................................................................................3
B. ....................................................................................................................................41
C. ....................................................................................................................................71
D. ....................................................................................................................................86

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................................................90
B. Saran .........................................................................................................................91

Daftar Pustaka ........................................................................................................92

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk
menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai
suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat
serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah
isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai.
Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam
mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses pembelajaran yang
ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Perlu diketahui bahwa dalam proses penilaian hasil
belajarpesertadidikdiperlukaninstrumen yang perludiperhatikandandisiapkan, agar
nantinyatujuanpembelajarandapattercapai. Instrumen yang digunakanini yang
akanmemberikaninformasikepada guru terhadapkeadaandanprestasi yang
dicapaiolehpesertadidik.Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan
informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat
keputusan.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga
harus dinilai oleh alatalat non test atau bukan test. Tehnik ini berguna untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat
diukur dengan alat tes. Penggunaan tehnik ini dalam evaluasi pembelajaran
terutama karena banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara
kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah perbuatan, ucapan,
kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain.Instrumenpenilaian
hasil belajar yang dapat dikembangkan oleh guru
dapatberupapenilaiandariaspekkognitif, afektif, danpsikomotor.Sebagaiseorang
guru
nantinyadituntuttidakhanyamampuuntukmembuatinstrumenpenilaianhasilbelajarpe
sertadidik,
tetapimampumengaplikasikandanmenggunakaninstrumenpenilaiantersebut.

3
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas,
maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan
instrumen penilaian. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang
valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau
prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah
selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.

B. RumusanMasalah
Berdasarkanhasilpemaparanpadalatarbelakang, makadapatrumusanmasalah
yang dapatdiambiladalahbagaimanamengembangkan instrument
penilaianpesertadidikdariaspektes (kognitif) dan non tes (afektifdanpsikomotor)?

C. Tujuan
Adapuntujuandarimakalahiniadalahuntukmempelajaricaramengembangkan
instrument penilaianpesertadidikdariaspektes (kognitif) dan non tes
(afektifdanpsikomotor).

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Hasil Belajar


Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau
deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan
penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk itu, diperlukan data sebagai
informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam hal ini,
keputusan berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam
mencapai suatu kompetensi.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah
bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan
melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian
sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui
kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri. Penilaian hasil
belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan,
sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan
dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut
sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi
dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan
dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan
pada akhir satuan pendidikan dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan
mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan, dan lingkup penilaian hasil belajar oleh Satuan
Pendidikan mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.

5
B. Instrumen Penilaian Afektif
Menurut Muzakkir (2014) Kompetensi sikap adalah ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.
Dikatakan pula bahwa, Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil
dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu
standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian
sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan
kemajuan sikap peserta didik secara individual.
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri (self assessment), penilaian teman sejawat (peer assessment) oleh peserta didik,
dan jurnal. Penilaian kompetensi sikap yang dapat dilakukan oleh para guru dengan
menilai perilaku sehingga penilaian sikap dilakukan dengan cara observasi perilaku.
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam
sesuatu hal. Kompetensi sikap pada pembelajaran Kimia yang harus dicapai peserta
didik sudah terinci pada KD dari KI 1 dan KI 2. Guru Kimia dapat merancang lembar
pengamatan penilaian sikap untuk masing-masing KD sesuai dengan karakteristik
proses pembelajaran yang disajikan untuk pencapaian kompetensi dasar pengetahuan
dan keterampilan atau KD dari KI 3 dan KI 4. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai
umpan balik dalam pembinaan.
1. Penilaian Kompetensi Sikap melalui Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator
perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung
tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan
orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan karyawan sekolah.
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman
observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik. Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau
perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta
didik dalam suatu rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat
pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau

6
perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau
negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi
dasar. Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa :

Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah


Sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik
Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran.
Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan
petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi
nilai akhir. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya :
1. Dilakukan dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya. Perencanaan
mencakup indikator atau aspek yang akan diamati dari suatu proses.
2. Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian.
3. Pencatatan dilakukan selekas mungkin.
4. Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilaksanakan.
Salah satu cara Penilaian kompetensi sikap atau perilaku dapat dilakukan
oleh guru pada saat peserta didik melakukan praktikum atau diskusi, guru dapat
mengembangkan lembar observasi seperti contoh berikut
a) Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada Kegiatan Praktikum

b) Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada saat Diskusi

7
Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberikan skor pada
kolom-kolom sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan
yaitu:. Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
4 = sangat baik : 3 = baik : 2 = cukup : 1 = kurang
2. Penilaian Kompetensi Sikap melalui Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri
menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic
differential. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu
gejala atau fenomena. Sedangkan skala semantic differential yaitu skala untuk
mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak
dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis,
atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic
differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk
mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Penilaian diri
digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses

8
belajar peserta didik. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
b) Menentukan kompetensi yang akan dinilai.
c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
d) Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar tanda cek, atau skala
penilaian
Kriteria penyusunan lembar penilaian diri:
1. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap resonden
terhadap sesuatu hal
2. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.
3. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus
4. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
5. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
6. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden

Penilaian diri setelah peserta didik selesai belajar satu KD


Contoh format penilaian diri setelah peserta didik belajar satu KD

Penilaian diri setelah melaksanakan suatu tugas


Contoh format penilaian diri setelah peserta didik mengerjakan Tugas Proyek
Kimia

9
Pada penilaian diri ini Anda dapat memberi skor misalnya Ya=2, Tidak =1 dan
membuat rekapitulasi bagi semua peserta didik. Penilaian diri, selain sebagai
penilaian sikap jujur juga dapat diberikan untuk mengukur pencapaian kompetensi
pengetahuan, misalnya peserta didik diminta mengerjakan soal-soal sebelum
ulangan akhir bab dilakukan dan mencocokan dengan kunci jawaban yang tersedia
pada buku siswa. Berdasarkan hasilnya, diharapkan peserta didik akan belajar
kembali pada topik-topik yang belum mereka kuasai. Untuk melihat hasil penilaian
diri peserta didik, guru dapat membuat format rekapitulasi penilaian diri peserta
didik dalam satu kelas

3. Penilaian Teman Sebaya (Peer Assessment)


Penilaian teman sebaya atau antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antar antar
peserta didik. Penilaian teman antar peserta didik dilakukan oleh peserta didik
terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya. Contoh penilaian antar peserta
didik pada pembelajaran kimia

10
Format penilaian yang diisi peserta didik

Pengolahan Penilaian:
Perilaku/sikap pada instrumen di atas ada yang positif (no 1. 3 dan 4) dan ada yang
negatif (no 2) Pemberian skor untuk perlaku positif YA = 2, Tidak = 1. Untuk yang
negatif Ya = 1 dan Tidak = 2.
4. Penilaian Jurnal (anecdotal record)
Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di
lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di
luar proses pembelajaran mata pelajaran. Jurnal dapat memuat penilaian peserta
didik terhadap aspek tertentu secara kronologis.
Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan
segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan
untuk memahami peserta didik dengan lebih tepat. sementara itu, kelemahan yang
ada pada jurnal adalah reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut waktu yang

11
banyak, perlu kesabaran dalam menanti munculnya peristiwa sehingga dapat
mengganggu perhatian dan tugas guru, apabila pencatatan tidak dilakukan dengan
segera, maka objektivitasnya berkurang.
Terkait dengan pencatatan jurnal, maka guru perlu mengenal dan
memperhatikan perilaku peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Aspek-aspek pengamatan ditentukan terlebih dahulu oleh guru sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang diajar. Aspek-aspek pengamatan yang sudah
ditentukan tersebut kemudian dikomunikasikan terlebih dahulu dengan peserta
didik di awal semester
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah:
Catatan atas pengamatan guru harus objektif
Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah
kejadian/peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti
Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda)
Setiap peserta didik memiliki Jurnal yang berbeda (kartu Jurnal yang berbeda)
Pedoman umum penyekoran jurnal:
1. Penyekoran pada jurnal dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert.
Sebagai contoh skala 1 sampai dengan 4.
2. Guru menentukan aspek-aspek yang akan diamati.
3. Pada masing-masing aspek, guru menentukan indikator yang diamati.
4. Setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang muncul pada diri peserta didik
diberi skor 1, sedangkan yang tidak muncul diberi skor 0.
5. Jumlahkan skor pada masing-masing aspek.
6. Skor yang diperoleh pada masing-masing aspek kemudian direratakan
7. Nilai Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) ditentukan
dengan cara menhitung rata-rata skor dan membandingkan dengan kriterian
penilaian
Contoh Format Jurnal
1) Jurnal Model pertama

12
Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru):
Tulislah identitas peserta didik yang diamati, tanggal pengamatan dan aspek
yang diamati oleh guru.
Tuliskan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang
merupakan kekuatan maupun kelemahan Peserta didik sesuai dengan
pengamatan guru terkait dengan Kompetensi Inti.
Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik

2) Jurnal Model kedua

Petunjuk pengisian jurnal sama dengan model ke satu (diisi oleh guru)

C. Instrumen Penilaian Kognitif


Agar soal yang dikembangkan oleh setiap guru menghasilkan bahan
ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut,
yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3)
menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan
kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian;
dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi
butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9)
menyusun pedoman penskorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal

13
secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan
hasil analisis.
Dalam mengembangkan kisi-kisi ada beberapa hal yang perlu dikuasai guru
diantaranya:
a. Mengenal Jenis perilaku yang dapat diukur
Ketika merumuskan indikator soal dalam mengembangkan kisi-kisi butir soal, kita
perlu menentukan prilaku yang tepat sesuai dengan aspek dan tingkat
kompetensinya. Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat
mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para
ahli pendidikan.
Jenis perilaku untuk aspek kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom
adalah
1) Ingatan di antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan,
mengingat kembali, mendefinisikan;
2) Pemahaman di antaranya seperti:membedakan, mengubah, memberi contoh,
memperkirakan, mengambil kesimpulan;
3) Penerapan di antaranya seperti: menggunakan, menerapkan;
4) Analisis di antaranya seperti: membandingkan, mengklasifikasikan,
mengkategorikan, menganalisis;
5) Sintesis antaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan,
mengorganisasikan, menyusun;
6) Evaluasi di antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan
Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah:
1) ingatan,
2) analisis,
3) perbandingan,
4) penyimpulan,
5) evaluasi.
Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah:
1) keterampilan memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan
tujuan,
2) keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan
pertanyaan,

14
3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat,
4) keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan,
menata/mengurutkan, menyajikan;
5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan
dan pola, ide pokok, kesalahan;
6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan,
memprediksi, mengupas atau mengurai;
7) keterampilan memadu (integreting skills), seperti: meringkas, menyusun
kembali;
8) keterampilan menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.
Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah:
1) kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata,
klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu;
2) strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan;
3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral;
4) keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu
5) sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu
b. Penentuan Perilaku Yang Akan Di Ukur
Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai dengan target
kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam
Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat
pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensi". Bila ingin
mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat mendaftar terlebih dahulu semua
perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat sederhana/mudah
sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan rumusan
kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar).
Dari susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada
peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.
c. Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
penilaian akhir semester berikut ini.

15
d. Penyusunan Kisi-Kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah
untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.Kisi-
kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah :
Jumlah soal :
Mata pelajaran :
Bentuk soal/tes : ................................
Kurikulum :
Penyusun : ......
Alokasi waktu :

16
Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang
ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan
mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
e. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan
penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus
memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi
dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baikdirumuskan secara singkat dan
jelas.
Syarat indikator yang baik:
1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau
lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
4. Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B =
behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang
diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model
penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal
kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar
pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar,
denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah
menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal
kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan
dasar pertanyaan (stimulus).

17
f. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus
berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan
berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal
uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung
pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada
pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan
bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki
kelebihan dan kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda, di antaranya dapat mengukur
kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian adalah dapat
mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya
menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di
antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di
antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan
tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun
kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang
digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya.
Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun
pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya
pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat
subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi
2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu
soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif.

18
Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 -
0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan
jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik,
sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi
tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku
yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah
"kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan
dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan
kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan
pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal
dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal
bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.

19
Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2)
pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau
tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas,
terbaca, dan berfungsi.

20
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta
didik.
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan
ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan
ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh
yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya
relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam
penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti
langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya,
langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan
pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka
soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu
format. Adapun formatnya seperti berikut ini.

21
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban
yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar
pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang
terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan
indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu
soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,
kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak
menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang

22
dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan

b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan


yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan
yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu
dihilangkan saja.

c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.


Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata,
atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang
benar.

d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.


Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih
yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang
dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda
diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang
negatif ganda itu sendiri.

e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama
seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan
semua pilihan jawaban harus berfungsi.

f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini


diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih
jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih
panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan Semua pilihan


jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi
pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan
materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun

23
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya
pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka
paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan
sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu
harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan
untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.

h. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat


pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai
suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh
peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik,
tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik,
atau tabel itu tidak berfungsi.

i. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang


bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

j. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.


Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang
tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab
benar soal berikutnya.

3. Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di
antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur
predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2)
penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2)
penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya
mudah dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok
soal.

24
D. Instrumen Penilaian Psikomotor
1. Jenis Perangkat Penilaian Psikomotor
Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang
perlu dilakukan oleh pendidik,yaitu membuat soal dan membuat perangkat/instrumen
untuk mengamati unjuk kerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor
dapat berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen
untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio.
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan
suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati. Lembar observasi
dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian (rating scale). Daftar
perikasa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi
check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati. Skala penilaian
adalah lembar yang digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau menilai
kualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu,
misalnya skala 1-5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didikyang teratur dan
berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk
menuju satu kompetensi tertentu.
2. Konstruksi Instrumen
Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk penilaian ranah psikomotor
juga harus mengacu pada kompetensi inti yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar
dan indikator.
Untuk menilaihasil belajar pesrta didik pada soal ranah psikomotor perlu disiapkan
lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau portofolio. Tidak ada perbedaan
mendasar antara konstruksi daftar periksa observasi dengan skala penilaian. Penyusunan
kedua instrumen itu harus mengacu pada soal atau lembar perintah/lembar kerja/lembar
tugas yang diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pada soal ataulembar
perintah/lembar tugas dibuat daftar periksa observasi atau skala penilaian. Pada umumnya,
baik daftar periksa observasi maupun skala penilaian terdiri atas tiga bagian, yaitu a)
persiapan, b) pelaksanaan, dan c) hasil.
3. Penyusunan Rancangan Penilaian
Sebaiknya guru merancang secara tertulis system penilaian yang akan dilakukan
selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga peserta didik,
guru lain, dan kepala sekolah dapat melihatnya.

25
Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian adalah :
a. Mencermati silabus yang sudah ada.
b. Menyusun rancangan system penilaian berdasarkan silabus yang telah disusun.
Selanjutnya, rancangan penilaian ini diinformasikan kepada peserta didik pada
awal semester. Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna
atau semakin memenuhi prinsip-prinsip penilaian.
4. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat.
Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan
menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relative sama.
5. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman
penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.
a. Penyusunan Soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalah
mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator
dengan memperhatikan materi pembelajaran.
b. Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang
harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan
menjadi aspak-aspek keterampilan yang diamati. Cara menuliskan daftar periksa
observasi atau skala penilaian, sebagai berikut :
1) Mencermati soal.
2) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci.
3) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keterampilan
kunci.
4) Menentukan jenis instrumen untuk mengamati kemampuan peserta didik,
apakah daftar periksa observasi atau skala penilaian.
5) Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan/pernyataan ke
dalam tabel.
6) Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa observasi untuk
meyakinkan bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat.

26
7) Meminta orang lain untuk membaca atau menelaah instrumen yang telah ditulis
untuk meyakinkan bahwa instrumen itu mudah dipahami oleh orang lain.
Langkah 6) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki validitas isi yang
tinggi, sedangkan langkah 7) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki
reliabilitas yang tinggi.

c. Penilaian Ranah Psikomotor


Tidak jauh berbeda dengan penilaian ranah kognitif, penilaian ranah
psikomotor juga dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta didik. Perbedaan di
antara keduanya adalah pengukuran hasil belajar ranah kognitif umumnya dilakukan
dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor
menggunakan tes unjuk kerja atau tes perbuatan.
1. Kriteria (Rubrik)
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta
didik. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subyektif atau tidak adil dapat dihindari
atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat
dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi
sebaik-baiknya karena kriteria penilaiannya jelas.
Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor
dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak
sedikitnya gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian yang
digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai.
2. Penskoran dan Interpretasi Hasil Penilaian
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan penskoran adalah ada
atau tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala
penilaian atau daftar periksa observasi. Apabila tidak ada perbedaan, bobot
penskorannya lebih mudah. Skor akhir sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir
penilaian.
Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai dibandingkan
dengan acuan atau kriteria. Oleh karena pembelajaran ini menggunakan pendekatan
belajar tuntas dan berbasis kompetensi maka acuan yang digunakan untuk
menginterpretasikan hasil penilaian kinerja dan hasil kerja peserta didik adalah acuan
kriteria.

27
Contoh Pengembangan Instrumen Penilaian Ranah Psikomotor :
Pengembangan instrumen penilaian ranah psikomotor ini dilakukan melalui tiga tahapan,
yakni pendefinisian, perancangan, dan pengembangan. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh data berupa hasil wawancara guru dan siswa, saran validator selama
proses pengembangan serta respon pengguna. Hasil penelitian pada tiap tahap
pengembangan produk yakni sebagai berikut:
1. Tahap Pendefinisian (define)
Tahap pendefinisian dilakukan untuk menetapkan masalah dasar dalam pembelajaran
sehingga diperlukan adanya pengembangan instrumen penilaian dan kriteria-kriteria yang
dijadikan acuan dalam pengembangan instrumen penilaian. Tahap pendefinisian terbagi
menjadi 5 langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Analisis Ujung Depan
Analisis ujung depan dilakukan dengan mewawancarai tiga guru kimia di suatu
wilayah. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa penilaian yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dengan metode praktikum merupakan penilaian kelompok
dengan cara mengamati kinerja kelompok selama praktikum. Karena banyaknya siswa
dalam kelas, tidak jarang guru pun mengandalkan ingatannya dalam melakukan penilaian.
Sedangkan, instrumen penilaian yang digunakan di sekolah tempat peneliti melakukan
wawancara ditampilkan dalam Gambar berikut:
FORMAT PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR

Hasil Wawancara
1) Metode praktikum sering diterapkan dalam kegiatan pembelajaran kimia.
2) Penilaian dalam kegiatan praktikum dilakukan dalam bentuk penilaian kelompok.
3) Penilaian kemampuan psikomotor dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa saat
kegiatan praktikum berlangsung. Pelaksaan penilaian masih dipengaruhi subjektivitas
guru karena mengandalkan ingatan guru.

28
4) Kriteria pada instrumen penilaian kemampuan psikomotor yang digunakan bersifat
umum (tidak menilai kemampuan secara detail) dan tidak dilengkapi dengan skor dan
deskripsi kinerja yang jelas sebagai acuan penilaian.

b. Analisis Siswa
Berdasarkan hasil kajian literatur pada kegiatan analisis siswa, didapatkan hasil
mengenai ciri dan kemampuan siswa. Melalui kegiatan wawancara terhadap tiga siswa
SMA kelas XI, didapatkan hasil bahwa metode praktikum mampu meningkatkan
antusiasme siswa dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, kegiatan praktikum terbagi
menjadi tahap persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Setelah melakukan praktikum, salah
satu kemampuan yang paling banyak didapatkan siswa yakni keterampilan dalam
menggunakan alat-alat laboratorium. Kesimpulan hasil wawancara menunjukkan bahwa
metode praktikum yang diterapkan sarat akan kemampuan psikomotor serta mampu
menarik perhatian siswa dalam
belajar. Hasil wawancara terangkum dalam Tabel 2, sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Wawancara Analisis Siswa
Hasil Wawancara
1) Siswa tertarik dengan metode praktikum yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
2) Kegiatan praktikum yang dilakukan siswa terbagi menjadi tiga tahap, yakni kegiatan
pembukaan berupa membaca prosedur praktikum dan mempersiapkan alat dan bahan,
kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan penutup berupa menyimpulkan hasil praktikum dan
membuat laporan praktikum.
3) Salah satu kemampuan yang paling banyak didapatkan siswa setelah mengikuti
praktikum yaitu keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium.
c. Analisis Tugas
Berdasarkan hasil kajian literatur pada kegiatan analisis tugas didapatkan
keterampilan psikomotor siswa saat kegiatan praktikum merupakan keterampilan kerja
laboratorium yang meliputi keterampilan manipulatif dan keterampilan prosedural.
Keterampilan manipulatif yaitu keterampilan menggunakan alat-alat laboratorium,
khususnya alat-alat ukur, sedangkan keterampilan prosedural ialah keterampilan
melakukan perangkat pekerjaan dengan urutan tertentu. Menurut Trowbridge dan Bybee
(1986), mengindentifikasi aktivitas yang dilakukan siswa dalam kegiatan praktikum,
beberapa diantaranya yakni:

29
1) Menyediakan alat
2) Mempersiapkan alat dan bahan
3) Memodifikasi peralatan
4) Membaca instrumen
5) Mengkalibrasi alat
6) Menggambarkan diagram dan grafik
7) Menganalisis data
8) Meyimpulkan data hasil praktikum
9) Menulis laporan praktikum
10) Mendeskripsikan dan menjelaskan hasil praktikum kepada orang lain
11) Mengidentifikasi kendala dalam praktikum
12) Membersihkan, menyimpan, dan memperbaiki alat yang telah digunakan
Keterampilan psikomotor tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam tiga tahapan
kegiatan praktikum berdasarkan hasil analisis siswa, yakni kegiatan pembukaan,
pelaksanaan, dan penutup praktikum.
Hasilnya ditampilkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Hasil Analisis Tugas Siswa


d. Analisis Konsep
Kegiatan yang dilakukan pada analisis konsep meliputi analisis materi dan analisis
kompetensi inti dan kompetensi dasar. Dari hasil analisis ujung depan didapatkan materi
yang dipilih untuk dikembangkan instrumen penilaian aspek psikomotor dalam kegiatan
praktikumnya yakni termokimia. Kemudian dilakukan analisis materi sehingga
menghasilkan peta konsep materi termokimia sebagai berikut:

30
Gambar 3. Peta Konsep Hasil Analisis Materi

Tabel 3. Hasil Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran
3. Memahami, menerapkan, 3.4. Membedakan reaksi 1. Menjelaskan pengertian
dan menganalisis eksoterm dan reaksi sistem dan lingkungan.
pengetahuan faktual, endoterm berdasarkan 2. Memberikan contoh
konseptual, prosedural, hasil percobaan dan reaksi eksoterm dan
dan metakognitif diagram tingkat energi. reaksi endoterm dalam
berdasarkan rasa ingin kehidupan sehari-hari.
tahunya tentang ilmu 3. Membedakan reaksi
pengetahuan, teknologi, eksoterm dan reaksi
seni, budaya, dan endoterm berdasarkan
humaniora dengan hasil percobaan.
wawasan kemanusiaan, 4. Menunjukkan diagram
kebangsaan, kenegaraan, tingkat energi reaksi
dan peradaban terkait eksoterm dan reaksi
penyebab fenomena dan endoterm.
kejadian, serta 5. Menyimpulkan
menerapkan pengetahuan perbedaan reaksi
prosedural pada bidang eksoterm dan reaksi
kajian yang spesifik sesuai 3.5. Menentukan H reaksi endoterm.
dengan bakat dan berdasarkan hukum
minatnya untuk Hess, data perubahan 1. Membedakan macam-
memecahkan masalah. entalpi pembentukan macam perubahan entalpi
standar, dan data energi reaksi.
ikatan. 2. Menghitung H reaksi
berdasarkan hukum Hess.
3. Menghitung H reaksi
berdasarkan data
perubahan entalpi
pembentukan standar.
4. Menghitung H reaksi
berdasarkan data energy
ikatan.
31
4. Mengolah, menalar, dan 4.4. Merancang, melakukan, 1. Melakukan percobaan
menyaji dalam ranah menyimpulkan serta untuk membedakan
konkret dan ranah abstrak menyajikan hasil reaksi eksoterm dan
terkait dengan percobaan reaksi endoterm.
pengembangan dari yang eksoterm dan reaksi 2. Mempresentasikan hasil
dipelajarinya di sekolah endoterm. percobaan.
secara mandiri, bertindak 3. Mengelompokkan reaksi
secara efektif dan kreatif, eksoterm dan reaksi
serta mampu endoterm berdasarkan
menggunakan metoda hasil percobaan.
sesuai kaidah keilmuan. 4.5. Merancang, melakukan, 1. Melakukan percobaan
dan menyimpulkan serta penentuan H reaksi
menyajikan hasil dengan calorimeter.
percobaan penentuan 2. Mempresentasikan hasil
H suatu reaksi. percobaan.
3. Menentukan H reaksi
berdasarkan hasil
percobaan.
Mengajukan ide contoh
benda yang mempunyai
prinsip sama dengan
kalorimeter.

Dari hasil analisis didapatkanlah indikator pembelajaran pada kompetensi dasar 4.5 yang
menjadi pertimbangan dalam merumuskan tujuan pembelajaran di langkah selanjutnya.

e. Spesifikasi Tujuan Instruksional


Pada langkah ini dihasilkan rumusan tujuan pembelajaran yang menjadi acuan
dalam penyusunan instrumen penilaian sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Konsep Tujuan Pembelajaran

Produk Proses
Perubahan entalpi 1.Melakukan percobaan 1. Siswa dapat menentukan
reaksi berdasarkan penentuan H reaksi H reaksi berdasarkan
percobaan secara kalorimetri. dengan calorimeter. percobaan secara
2.Mempresentasikan hasil kalorimetri melalui
percobaan. metode praktikum.
3.Menentukan H reaksi 2. Siswa dapat mengajukan
berdasarkan hasil ide contoh benda yang
percobaan. mempunyai prinsip sama
4.Mengajukan ide contoh dengan kalorimeter
benda yang mempunyai melalui metode diskusi.
prinsip sama dengan

32
kalorimeter.

2. Tahap Perancangan (design)


Tahap perancangan dilakukan untuk menyiapkan prototipe awal instrumen
penilaian. Tahap perancangan terbagi menjadi empat langkah kegiatan yakni penyusunan
tes acuan patokan, pemilihan media, pemilihan format dan rancangan awal.
a. Penyusunan Tes Acuan Patokan
Pada langkah ini dihasilkan kisi-kisi instrumen penilaian yang disusun berdasarkan
rumusan tujuan instruksional. Format kisi-kisi penilaian terdiri dari kolom kompetensi inti,
kompetensi dasar, aspek penilaian kinerja, kegiatan dalam praktikum, domain psikomotor,
indikator penilaian, nomor butir dan jumlah butir.
b. Pemilihan Media
Media yang dipilih untuk menunjang instrumen penilaian yang dikembangkan
yakni lembar kerja praktikum serta alat dan bahan yang digunakan. Lembar kerja
praktikum digunakan karena memuat soal berupa prosedur praktikum yang berisikan
sejumlah perintah kerja yang menuntut siswa untuk memunculkan keterampilan
psikomotornya. Isi dalam lembar kerja praktikum terdiri atas judul percoban, tujuan
percobaan, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja, tabel hasil pengamatan, pertanyaan, dan
kesimpulan. Sementara alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum yakni
sebagai berikut:
Tabel 5. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan Bahan Jumlah
Kalorimeter 1 buah
Pipet Volume 1 buah
Bulb 1 buah
Gelas Kimia 100ml 2 buah
Gelas Ukur 100ml 1 buah
Termometer 1 buah
Batang Pengaduk 1 buah
HCl(aq) 1M 50 ml
NaOH(aq) 1M 50 ml

c. Pemilihan Format
Pada langkah pemilihan format dihasilkan format instrumen penilaian yang terbagi
menjadi tiga tahap kegiatan, yakni pembukaan, pelaksanaan, dan penutup praktikum.
Selanjutnya dilakukan penyusunan outline instrumen penilaian dengan mendesain

33
tampilan instrument penilaian yang terdiri atas kriteria berupa aspek penilaian dalam
bentuk lembar observasi dan lembar gradasi mutu. Lembar observasi memuat identitas
siswa, aspek penilaian yang terbagi ke dalam tiga tahap praktikum dan kolom untuk skor
yang diberikan. Sementara lembar gradasi mutu berisi aspek penilaian, rentang skor, dan
deskripsi kinerja yang dilengkapi gambar untuk setiap skornya.
d. Rancangan Awal
Dari pemilihan media dan format yang telah ditetapkan, lalu dilakukanlah
penyusunan instrumen penilaian dan lembar kerja praktikum.

3. Tahap Pengembangan (develop)


Pada tahap pengembangan dihasilkan instrumen penilaian dan angket respon
pengguna yang sudah direvisi berdasarkan saran dari validator untuk kemudian digunakan
di tahap uji coba terbatas.

D. Aplikasi Pengembangan Instrumen Penilaian pada Pembelajaran Kimia

34
BAB III
KESIMPULAN

35
DAFTAR PUSTAKA

Kahar Muzakkir. 2014. Teknik Dan Bentuk Penilaian Sikap Pada Kurikulum 2013.
http://www.al-maududy.com. Diakses 24 Mei 2017.

Muhammad Jumani. 2014. Instrumen Penilaian Sikap Kurikulum 2013.


http://www.mjumani.net. Diakses 24 Mei 2017.

Ikra Puncak. 2014. Jenis-Jenis Penilaian Autentik Dalam Konsep Kurikulum 2013.
http://ikrapuncak.blogspot.co.id. Diakses 24 Mei 2017.

Nuril Anwar, 2017. Penilaian Hasil Belajar. https://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com.


Diakses 26 Mei 2017.
Anonim. 2016. Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013 edisi revisi 2016.
http://smkn1metro.sch.id. Diakses 24 Mei 2017

36

Anda mungkin juga menyukai