Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan rekristalisasi dari campuran asam phtalat dan asam
benzoat. Rekristalisasi merupakan pembentukan kristal kembali sebagai hasil dari pemurnian
zat dari zat yang telah tercampur dengan zat lain dengan cara melarutkan zat yang akan
dimurnikan dengan suatu pelarut. Hal yang harus diperhatikan dalam proses rekristalisasi ini
adalah perbedaan kelarutan yang besar antara kedua zat campuran dalam suatu pelarut,
pelarut dan zat yang akan dimurnikan haruslah tidak bereaksi. Asam benzoat yang telah
tercampur dengan asam phtalat dan kemudian dimurnikan dengan cara rekristalisasi.
Dalam pencampurannya, asam benzoat sebanyak 5,05 gram dan asam phthalate 1,03
gram di haluskan dengan menggunakan lumpang secara terpisah, setelah halus lalu
dicampurkan ke dalam erlenmeyer kosong yang telah diketahui massanya terlebih dahulu.
Asam benzoat yang telah dicampur dengan asam phtalat di larutkan dalam aquadest
sehingga membentuk larutan campuran asam benzoat dan asam phtalat. Larutan tersebut
kemudian dipanaskan, dimana pemanasan ini bertujuan untuk memperbesar kelarutan
sehingga campuran asam benzoat dan asam phtalat dapat larut. Pemanasan yang dilakukan
menggunakan hot plate sampai ke titik leleh kedua zat hingga zat campuran larut sepenuhnya
dalam aquades. Saat setelah semua zat campuran telah larut, maka didinginkan terlebih
dahulu di dalam air dingin atau es. Hal ini dilakukan agar zat yang larut di dalam aquades
mengalami kristalisasi kembali.
Ketika larutan dingin terdapat perbedaan kelarutan antara asam phtalat dan asam
benzoat, dimana kelarutan asam benzoat lebih kecil dibanding dengan kelarutan asam phtalat
dalam aquadest. Sehingga asam benzoat yang memiliki kelarutan yang lebih kecil dalam
aquadest akan mengendap sebagai kristal asam benzoat sedangkan asam phtalat yang
memiliki kelarutan yang besar didalam aquadest tetap larut. Hal ini nantinya dapat dibuktikan
dari nilai titik leleh kristal yang diukur kembali.
Setelah larutan dingin dan terbentuk kristal asam benzoat, larutan disaring dengan
kertas sating what man atau kertas saring bebas abu yang diletakkan baik di dalam corong
buchner. Hal ini berfungsi untuk memisahkan kristal asam benzoat dengan larutan asam
phtalat. Selain itu, dengan menggunakan water jet pump dimana penampung dibuat vakum
dan tekanan yang dihasilkan, penyaringan akan berjalan lebih cepat. Setelah asam benzoat
disaring, asam benzoat di biarkan kering, sehingga dalam keadaan kering kristal asam
benzoat yang dihasilkan akan dapat ditimbang.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa massa kristal dari hasil penyaringan setelah di
keringkan hingga menjadi massa konstan adalah 3,2477 gram sedangkan berat campuran
sebelum direkristalisasi adalah sebesar 6,08 gram, sehingga yield yang dihasilkan adalah
sebesar 59,04 %. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa persentase ini adalah
persentase asam benzoat yang mengkristal, adapun asam phtalate dapat diperoleh dengan (1-
59,04 %) sebesar 40,96 %.
Setelah kristal asam benzoat terbentuk, untuk mengetahui tingkat kemurnian asam
benzoat yang dihasilkan, maka dilakukan uji titik leleh. Dalam penentuan titik leleh ini
terlebih dahulu dilakukan uji titik leleh asam benzoat murni, asam phtalat murni, zat
campuran asam benzoat + asam phtalate, dan kristal yang terbentuk menggunakan melting
point. Dalam proses titik leleh ini dapat diketahui seberapa murni kristal yang dihasilkan
dengan membandingkan titik leleh asam benzoat murninya dengan kristal asam benzoat yang
dihasilkan. Bila titik leleh kristal asam benzoat yang dihasilkan sama persis atau mendekati
dengan titik leleh asam benzoat murni, artinya kristal asam benzoat yang dihasilkan memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi, begitujuga sebaliknya bila titik leleh kristal asam benzoat
yang dihasilkan jauh dari titik leleh asam benzoat murni artinya kristal asam benzoat yang
dihasilkan memiliki tingkat kemurnian yang rendah.
Pada penentuan titik leleh menggunakan melting point, zat yang akan ditentukan titik
lelehnya digerus terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar zat yang akan ditentukan titik
lelehnya memiliki ukuran serbuk yang kecil, hal ini dikarenakan untuk menentukan titik leleh
haruslah menggunakan pipa kapiler dan diameter pipa kapiler ini sangatlah kecil. Sehingga
zat yang akan ditentukan titik lelehnya haruslah berukuran sangat halus/kecil. Setelah zat
yang akan ditentukan sudah masuk dalam pipa kapiler, pipa kapiler tersebut dimasukkan
dalam alat melting point. Suhu mulainya untuk menentukkan titik leleh suatu zat yang akan
ditentukan adalah suhu yang rendah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengamatan dalam menetukan suhu titik lelehnya karena kita belum
mengetahui titik leleh suatu zat yang akan ditentukan titik lelehnya, maka suhu awal
penentuan titik leleh haruslah suhu yang rendah. Apabila menggunakan suhu awal yang
terlalu tinggi dan kita memasukkan sampel untuk ditentukan titik lelehnya, terdapat
kemungkinan bahwa suhu yang terlalu tinggi menyebabkan sampel langsung meleleh, karena
suhu tersebut melebihi dari suhu titik leleh sampel yang sebenarnya dan kita menganggap
bahwa suhu awal tersebut adalah titik leleh dari suatu sampel. Hal ini tentulah tidak benar,
sehingga hal yang harus diperhatikan ialah suhu awal harus rendah, kemudian lama-kelamaan
suhu dinaikkan dan pada suatu titik suhu, zat tersebut akan meleleh menjadi cairan. Suhu
tersebut merupakan suhu titik leleh dari sampel. Pada penentuan titik leleh dari suatu sampel,
dilihat dari pertama kali sampel tersebut mencair berada pada suhu berapa, bukan pada saat
suhu semua sampel mencair.
Dari hasil percobaan didapat bahwa titik leleh murni asam benzoat adalah 125,4oC, titik
leleh murni asam phthalate 193,2 oC, titik leleh zat campuran 123,3 C dan titik leleh produk
rekristalisasi adalah 124,1 C.
Secar teori, titik leleh asam benzoat adalah sebesar 122,40C. Dari hasil percobaan dapat
dilihat bahwa titik leleh kristal asam benzoat hasil percobaan tidak jauh berbeda dengan titik
leleh asam benzoat murni. Ketidakakuratan hasil penentuan titik lelehpun dipengaruhi
adanya kemungkinan kesalahan pembacaan suhu dimana seharusnya suhu tersebut dilihat
dari pertama kali sampel mencair, akan tetapi ada kemungkinan suhu yang terbaca saat semua
sampel mencair.
Titik leleh dari asam phtalat dari hasil percobaan adalah sebesar 122,7, sedangkan
secara teori titik leleh asam phtalat sebesar 191-230C, sedangkan titik leleh campuran
sebesar 105oC.
Dari semua data di atas, dengan memperhatikan titik leleh dari produk kristalisasi yang
terbentuk lebih mendekati titih leleh asam benzoat, dapat disimpulkan bahwa zat yang
mengkristalisasi adalah asam benzoat, hal ini karena kelarutan azam benzoat dalam pelarut
(air) rendah sedangkan kelarutan asam phthalate dalam pelarut (air) tinggi, mengakibatkan
tetap larut dan tidak mengalami pengkristalan saat pendinginan.

Tambahan Daftar Pustaka


Keenan, C.W. 1999. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.
Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai