Anda di halaman 1dari 10

Teknik etsa asam

Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akanditambal diolesi
etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut danhal tersebut berpengaruh
terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prismadan menghasilkan bentuk yang tidak
spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email,
tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas. Bahan etsa yang diaplikasikan
pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara permukaan email-resin dengan meningkatkan
energi permukaan email. Kekuatan ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu
alasannya adalah bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan
resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan
meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa
membentuk lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada
permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin tag kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan
resin pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 m.
Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah tepat, konsentrasi lebih
dari 50 % menyebabkan pembentukan fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat
kelarutan lebih lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel
agar lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan
email minimal selama 15-20 detik. Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan
dikeringkan dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti
bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai
resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi
permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana (Anusavice,
2003).

. Bahan bonding dentin


Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir diseluruh panjang gigi
dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan matriks dentin. Tersusun dari 75 %
materi inorganik, 20 % materi organik dan 5% materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli
berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian dentino enamel jungsion dan 2-3 mm diujung yang berhubungan
dengan pulpa. Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm 2 didekat dentino enamel jungtion
dansekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa. 3,12 Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi
terbentuknya microleakage atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan
enamel. Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan asam pada
dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri dari :
Dentin Conditioner
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada
dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin conditioer antara lain asam maleic,
EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asamnitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin
akan menghasilkan reaksi asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan larutnya
hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya permukaan
demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang digunakan semakin
kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin conditioner mengandung glutaralhyde.
Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk
menghasilkan substrat dentinyang lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari
struktur kolagen (Anusavice, 2003).
Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan antara
komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat hidrofilik. Oleh karena
itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam
larutan yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang memungkinkan
penggabungan antara dua material yang berbeda. Secara umum bahan pengikat pada dentin primer
dapat diformulakan sebagai Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group. Methacrylategroup
adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan komposit resin dan
meningkatkan kekuatan kovalen, Spacer group adalah pembuat celah yang biasanya meningkatkan
fleksibilitas bahan pengikat. Dan Reaktive group adalah reactivegroup yang merupakan gugus polar
atau gugus terakhir (membentuk perlekatandengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat
distribusi elektron yang asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat berkombinasi
dengan molekul polar lain di dalam dentin, seperti gugus hidroksi dalam apatit dan gugus amino
dalam kolagen. Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga dalam beberapa kasus
terjadi ikatan kimiawi. Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling banyak
digunakan. HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam permukaan dentin yang
mengalami demineralisasi dan kemudian berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino
yang terdapat pada kolagen. Aksi dari bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat
hubungan ataupun ikatan molekular antara poli (HEMA) dan kolagen (Anusavice, 2003).
Sealer (Bahan pengisi)
Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMAdan HEMA. Bahan ini
meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin

Persyaratan ideal bonding agent


Biokompatibel, tidak toksik, non-iritasi, tidak beracun
Tidak bereaksi dengan konstituen organik maupun inoeganik
Sesuai denan viskositas rendah untuk mengalir dengan mudah pada permukaan adherend
Membasahi permukaan gigi dengan mudah
Ketebalan film yang tipis
Membentuk ikatan permanent yang kuat
Stabilitas dimensi yang bagus
Harus mempunyai kedua grup hidrofilik dan hidrofobik
Serupa C.O.T.E. sebagai ggi 911.4ppm/oC)
Konduktivitas termal rendah
Jangka hidup bagus

ada pengetsaan email

Tampak daerah yang mengalamidemineralisasi

Bahan bonding akan berpolimersasi danmasuk ke dalam celah-celah ini menghasilkan ikatan yang kuat

Diatasnya diberi resin komposit yang akanmengadakan ikatan kimia dengan bahanpengikat tadi

Pengetsaan pada dentin

Mulai dikembangkan di Jepang sejaktahun 1970


pengetsaan dilakukan pada email dandentin yang disebut

total ecth tchnique

dengan menggunakan asam fosfat 37 %

Asam ini berpenetrasi sangat sedikit kedentin sehingga tidak menyebabkaninflamasi pulpa

Indikasi dan kontraindikasi GI

Indikasi

a. Lesi erosi servikal

Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin, menyebabkan
semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga
memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.

b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)

Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan
email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih
besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau
pasien dengan resesi ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada
pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.

c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin pada
kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan
komposit resin melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding
agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada
lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki
mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer digunakan sebagaibahan
sub bonding

d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam mempunyai kerapatan tepi
yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat mencegah karies sekunder
terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi
dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.
e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies melalui
etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer dapat
mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets.

f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan fissure
sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.

g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat digunakan untuk
membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan mahota yang parah.

h. Restorasi gigi susu.

Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah terjadinya karies
rekuren dan melindungi email gigi permanen.

i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen menyekat
kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat

Kontra indikasi

a. Semen glass ionomer tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan
pelapis kalsium hidroksida. Walaupun semen glass ionomer tidak berbahaya bagi pulpa, beberapa
penelitian menunjukkan terjadinya patologi pulpa akibat aplikasi semen glass ionomer.

b. Lesi erosi yang dangkal, karena duktilitas semen glass ionomer yang rendah sehingga tidak dapat
bertahan lama.

c. Semen glass ionomer tidak dapat digunakan bilamana control atas kekeringan daerah kerja tidak
terjamin, misalnya pada pasien yang hipersalivasi, semen sangat peka terhadap hidrasi dan dehidrasi.
Masuk atau keluarnya cairan ked an dari dalam semen yang sedang mengeras akan sangat
mempengaruhi kekuatannya.

d. Restorasi kelas IV dimana sering mendapat tekanan yang cukup besar sehingga memerlukan bahan
yang kuat.

Syarat untuk bahan restorasi plastis yang baik adalah :

Harus mudah digunakan dan tahan lama

Kekuatan tensil cukup

Tidak larut ileh saliva dalam rongga mulut serta tidak korosi di salam rongga mulut

Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingival

Mudah dipotong dan dipoles


Derajat keausan sama dengan email

Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder

Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin

Daya penyerapan airnya rendah

Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi

Radiopaq

Kelebihan GIC :

1. Retensi secara kimia dan melekat pada dentin dan berikatan adhesive.

2. Pelepas flour secara alami / Flour release

3. Cukup estetik

4. Reaksi pengerasan asam-basa. Kelebihan ini adalah salah satu ciri dari GIC dan GIC Modified.
Sehingga jika suatu saat ada bahan tumpatan turunan GIC yang reaksi pengerasannya bukan asam basa
(ex.: light cure) maka bahan tersebut tidak dapat digolongkan sebagai golongan GIC.

Kekurangan GIC :

1. Sensitivitas terhadap kelembaban tinggi. Kelembaban disini yang dimaksud adalah keadaan
roga mulut yang lembab dan pH yang mendekati netral yaitu 6,8. Calsium dalam kandungan GIC
mempunyai sensitivitas cukup tinggi namun akhir-akhir ini Calsium digantikan oleh Strontium (Sr).

2. Kontaminasi kelembaban. Karena sensitivitas yang tinggi maka GIC mudah terkontaminasi oleh
saliva dalam rongga mulut. Solusi untuk mencegahnya adalah dengan pengisolasian yang tepat
menggunakan saliva ejector dan cotton roll yang diletakkan di sekitar daerah kerja. Namun jika kurang
tepat maka GIC yang baru saja setting akan terkontaminasi, menyebabkan kandungan Ca yang baru saja
bereaksi dengan ion H menjai terurai kembali dan mengakibatkan tumpatan kehilangan translusensinya.
Warna tumpatan kemudian menjadi opak seperti kapur.

GIC + SALIVA CA LEPAS DARI ION H TERURAI WARNA TUMPATAN OPAK

3. Larut dalam saliva. Seperti yang telah dijelaskan di atas, saliva yang mengontaminasi GIC akan
membuat Ca terurai dan larut dalam saliva. Solusi untuk kelemahan ini adalah pemberian varnish
sebagai pelindung agar GIC tidak terkontaminasi dan GIC tidak dehidrasi (kehilangan kandungan air).

4. Low Fracture & Brittle. Karena GIC merupakan golongan keramik maka dia masih membawa
sifat brittle/rapuh. Perumpamaan ini seperti keramik yang sangat kuat namun akan pecah jika jatuh.
Maka dari itu, GIC mempunyai kontraindikasi pada gigi dengan tekanan oklusal yang besar, contohnya
pada gigi posterior.

Indikasi GIC :

Lesi erosi servikal

Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)

Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin
pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD

Untuk meletakkan orthodontic brackets

Sebagai fissure sealant untuk fissure dan pit yang dalam

Restorasi gigi susu

Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur

Kontraindikasi GIC :

Semen glass ionomer tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan
pelapis kalsium hidroksida.

Lesi erosi yang dangkal

Kontrol kekeringan daerah kerja susah didapatkan

Restorasi kelas IV

Jenis GIC :

1. Konvensional

Reaksi Asam Basa merupakan reaksi pengerasannya. Garam + air polysalt

Mudah terkontaminasi oleh saliva Ca terurai warna tumpatan opak

Bereaksi dengan melepas ion-ion Ca berikatan dengan H

H2O memungkinkan pertukaran ion

Al melapisi Ca setelah 24 jam penumpatan

F lepas setelah 24-48 jam


Tidak terlalu mengiritasi pulpamenggunakan polymer dengan berat molekul tinggi

Bioactive merangsang pembentukan dentin

Sifat adhesive yang dimiliki jenis ini membuat kebocoran tepi (microleakage) berkurang

Mempunyai sifat adsorpsi

Mempunyai sifat bacteriostatik pH yang rendah mengeluarkan ion-ion

Kandungan F membantu remineralisasi

High viscosity mudah mengeras dan untuk bahan ART (Attraumatic Restorative Treatment)

2. Resin Modified GIC

Ditemukan pada tahun 1988-1989

Komposisi : GI + Resin (HEMA)

Photoinitiator

Chemical Initiator

Estetik lebih tinggi

Kontaminasi kelembaban lebih rendah daripada GIC Konvensional

Reaksi asam-basa tetap terjadi

Sifat GIC konvensional masih tetap berlaku

Pengerasan dengan cara light cure atau chemical

Cara Manipulasi :

Powder dan liquid dikeluarkan dengan jumlah yang tepat pada paper pad

Bubuk dibagi menjadi 2 bagian dan salah satu bagian dicampur dengan liquid

Manipulasi dilakukan dengan gerakan melipat searah. Hal ini dikarenakan bentuk molekul GIC
yang kotak dan hanya bisa tercampur dengan cara melipat

Sisa powder ditambahkan dan total waktu yang digunakan untuk mencampur adalah 30 40
detik, dengan setting time 4 menit.
Setelah restorasi ditempatkan dan diukur konturnya dengan benar, permukaan harus dilindungi
dari kontaminasi saliva dengan menggunakan varnish

Kelengkapan dan finishing akan selesai setelah 24 jam

Penggunaan SIK dalam ART


Sebagai bahan restorasi adhesif yang mampu melepaskan ion fluor, SIK dapat
digunakan dalam prinsip minimal intervensi. ART merupakan bagian dari minimal
intervensi meliputi komponen restorasi dan pencegahan. 6,7 Prinsip ART adalah suatu
metode restorasi kavitas yang sederhana, yang didahului dengan pembersihan kavitas
dengan hanya menggunakan hand instruments kemudian kavitas direstorasi dengan
bahan adhesif seperti SIK.23 Ada dua prinsip dalam melakukan ART, yaitu:24
a. Menyingkirkan jaringan karies gigi dengan hand instruments
b. Merestorasi kavitas dengan bahan adhesif yang melepaskan fluor.
Hal ini menjadi pertimbangan pengunaan SIK untuk perawatan preventif dan
kuratif dalam prosedur kerja.
Alasan SIK digunakan dalam ART adalah:24
a) Karena SIK berikatan secara kimiawi ke enamel dan dentin, sehingga
mengurangi kebutuhan untuk mengambil jaringan gigi yang sehat
b) Pelepasan fluor dari restorasi dapat mencegah karies sekunder

c) Lebih mirip dengan jaringan keras gigi dan biokompatibel.

Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ART. Hal

ini disebabkan adanya beberapa kondisi yang tidak boleh dilakukan ART. ART tidak

boleh digunakan ketika:24

a. Dijumpai adanya pembengkakan (abses) atau fistula (terbukanya abses

terhadap lingkungan rongga mulut) berdekatan dengan gigi yang karies,

b. Pulpa gigi terbuka,

c. Dijumpai adanya rasa sakit yang lama dan mungkin terjadi inflamasi pulpa,

d. Terdapat kavitas karies yang tersembunyi yang tidak dapat diakses dengan

hand instruments,

e. Dijumpai adanya tanda-tanda yang jelas dari kavitas sebagai contoh pada

permukaan proksimal tetapi kavitas tidak dapat dimasuki dari arah proksimal ataupun

oklusal.
SIK Modifikasi Resin Nano

SIK modifikasi resin nano merupakan perkembangan dari SIK modifikasi

resin dan SIK Modifikasi Resin, yang dikenal dengan glass ionomer hybrid cements,

merupakan bagian dari perkembangan SIK pada tahun 1980-an.20,26 Pengerasan SIK

modifikasi resin merupakan kombinasi dari reaksi asam basa dan polimerisasi photochemical.

27

Resin modified menggantikan SIK dengan tambahan reaksi polimerisasi

dengan cahaya (light cure). Untuk mencapai keberhasilan bahan ini, ditambahkan

monomer yang larut dalam air, seperti HEMA (hidroxyethyl methacrylate) ke cairan

asam poliakrilat yang larut air.25 Ukuran partikelnya sekitar 15 m atau lebih kecil.4

Pertama kali, SIK modifikasi resin dikembangkan sebagai lining tetapi

kemudian dikembangkan sebagai bahan restorasi. Keuntungan yang diberikan SIK

modifikasi resin adalah kemudahan dalam memanipulasi, meningkatkan

ketahanannya terhadap sensitivitas air, dan mampu melepaskan ion fluor sehingga

dapat mencegah karies kambuhan.25,27 Ciri utama semen SIK modifikasi resin adalah

ketika bubuk dan cairan dicampur akan terjadi reaksi pengerasan dengan bantuan

sinar (light cure). Tahap-tahap reaksinya sebagai berikut:25,27

1) Reaksi pengerasan dengan terjadinya reaksi asam-basa antara bubuk

alumino silikat dengan asam poliakrilat.

2) Reaksi polimerisasi dari partikel-partikel resin yang ada di dalam semen.

3) Reaksi antara garam logam poliakrilat dengan resin hingga menbentuk

matriks semen yang lebih kuat (Gambar 3).

Gambar 3. Reaksi asam-basa dan polimerisasi penyinaran pada SIK modifikasi resin.22

Dari tiga reaksi diatas, sebenarnya semen SIK modifikasi resin mengeras
dengan system Dual Cure yaitu reaksi penggaraman (asam-basa) yang terjadi

secara kimia (auto setting) dan polimerisasi yang terjadi akibat penyinaran (light

cured). Kedua reaksi ini memberikan sifat-sifat yang lebih baik bagi SIK. Contoh

bahan SIK modifikasi resin yang dikenal sebagai bahan restorasi adalah Fuji II LC,

Vitremer dan Photac Fill

Namun sekarang ini SIK modifikasi resin masih terus dikembangkan. Pada
tahun 2007, dikeluarkan SIK modifikasi resin nano yang pertama yaitu Ketac Nano
(Ketac N100)

Ketac Nano (Gambar 5) merupakan pasta SIK modifikasi resin pertama yang
dibuat dengan teknologi nanofiller dan nanocluster dengan ukuran partikel 5-25 nm.
Ketac Nano Light Curing Glass Ionomer Restorative dan Ketac Nano
Primer merupakan perkembangan terakhir dari teknologi SIK modifikasi resin yang
saat ini digunakan dalam bidang kedokteran gigi

Indikasi pemakaian SIK modifikasi resin Nano yang dilaporkan dalam profil
produk Ketac Nano N100 adalah:11,26
- Restorasi gigi desidui,
- Restorasi kelas I yang kecil,
- Restorasi kelas III dan V,
- Restorasi transisi,
- Kegagalan pengisian dan undercut,
- Teknik laminasi dan sandwich, dan
- Pembuatan pasak yang sekurang-kurangnya 50% dari struktur mahkota gigi
tersisa sehingga dapat dijadikan sebagai dukungan.

Anda mungkin juga menyukai