PENDAHULUAN
Material sedimen memiliki ukuran yang berbeda - beda, mulai dari bongkah
sampai lempung ukuran materail ini dapat menjelaskan proses, tempat terbentuknya
dan tempat terdapatnya material ini. Pembentukan batuan sedimen melalui berbagai
proses yang membutuhkan waktu yang lama, dimulai dari proses pelapukan,
mengalami erosi, tertransportasi hingga terendapkandan akhirnya mengalami
litifikasi membentuk batuan sedimen.
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk melakukan deskripsi batuan yang
ada serta membuat kolom / penampang stratigrafi berdasarkan pengukuran dan
kondisi setiap lapisan batuan sedimen yang ada di daerah aliran sungai Kulowoka.
1.3. Alat dan Bahan
1. Kompas
2. Palu
3. Penggaris
4. Rol meter
5. ATK
6. Kamera
Adapun bahan yang digunakan yaitu:
1. Peta
2. Buku catatan lapangan
3. Kantong sampel
4. Komparator
5. Tabel Klasifikasi
6. Kertas
7. Larutan
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato.
Dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain
besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut.
2.2. Stratigrafi
Berdasarkan S. Bachri, Sukido dan N.Ratman (1989), stratigrafi regional
daerah penelitian biurutkan dari muda ketua yaitu, Breksi wobudu, Diorit Boliohuto,
dan Formasi Dolokapa.
a. Breksi Wobudu
Breksi gunungapi berwarna abu - abu, tersusun oleh kepingan batuan
andesit dan basal yang berukuran kerikil sampai bongkah, menyudut tanggung
hingga membulat tanggung, mempunyai susunan batuan dan kenampakkan fisik
yang sama dengan breksi gunungapi.
Tuf dan tuf lapili berwarna kuning dan kuning kecoklatan, berbutir halus
hingga berukuran kerikil, membulat tanggung, kemas terbuka, terkekarkan,
umumnya lunak dan berlapis. Sedangkan lava umumnya berwarna abu - abu
hingga abu - abu tua, masif, bertekstur porfiri-afanitik dan bersusunan andesit
hingga basal.
Berdarkan posisi stratigrafinya, yang menindidih tak selaras formasi
Dolokapa yang berumur Miosen Tengah sampai awal Miosen akhir, maka umur
breksi wobudu di perkiran pliosen awal. Satuan ini tersingkap dibagian utara
daerah telitian, mulai dari pegununungan Paleleh sampai diseblah barat Teluk
Kuandang. Ketebalannya di perkiran 1.000 - 1.500 m.
b. Diorit Boliohuto
Satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit yang mengandung
kuarsa sampai 20 % dengan kandungan Feldspar dan biotit cukup menonjol. Di
beberapa tempat dijumpai senolit bersusun basa, menunjukkan kemungkinan
batuan dioritan tersebut berasosiasi (menerobos) batuan basa jauh dibawah
permukan. Batuan ini menerobos formasi Dolokapa.
Singkapan baik satuan ini dijumpai di G. Boliohuto membentuk
pegunungan terjadi dengan ketinggian mencapai 1.800 mdpl. Di lembah
Paguyaman, satuan ini di perkiran berumur Miosen tengah hingga miosen akhir
dan ditutup oleh endapan danau dan alluvium.
c. Formasi Dolokapa
Formasi ini terdiri dari batupasir wake, batulanau, batulumpur,
konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi, dan lava tersusun andesit
- basal.
Batupasir wake berwarna abu, setempat gampingan berlapis baik, sangat kompak,
dan di jumapi struktur konvolut laminasi. Konglomerat berwarna abu - abu,
terpilah buruk dengan kemas tertutup, kompak, dijumpai srtruktur perlapisan
bersusun, dan setempat berlapis buruk. Sedang aglomerat berwarna abu - abu,
tersusun oleh tuf ; terpilah buruk dengan ukuran kepingan sekitar 2 sampai 5 cm
yang membulat tanggung samppai bersudut tanggung ; terpilah buruk dengan
kemas tertutup, dan umumnya kompak. Sedangkan lava umumnya berwarna abu -
abu sampai abu - abu tua, bersifat andesitan hingga basalan, bertekstur afanitik,
masif, dan kompak.
Berdasarkan hasil analisis paleontologi dan kedudukan stratigrafinya yang
menindih tak selaras formasi tinombo yang berumur Eosen, maka umur dormasi
Dolokapa diperikirakan Miosen tengah hingga awal Miosen akhir.
Adapun lingkungan pengendapannya adalah "Inner Sublitoral". Tebal
formasi secara keseluruhan diperkirakan Miosen tengah hinga awal miosen akhir,
dan ketebalannya sekitar 2.000 m. Terdapat di bagian tengah dan utara daerah
telitian, yaitu di daerah Paleleh hingga sekitar daerah Kuandang.
Pada bagian utara Pulau Sulawesi, secara morfologi akan terlihat kenampakan
empat segmen sesar (Hall, dkk, 2000). Bagian tengah dari utara Pulau Sulawesi
terbagi kedalam tiga block yang kecil. Pada bagian timur dari lengan utara Pulau
Sulawesi diberi nama Block Manado, yang bebas dari pengaruh North Sula Block.
Sehingga secara geologi jelas terlihat pemisahan yang diakibatkan adanya Sesar
Gorontalo.
Bachri, S., (1989) menerangkan bahwa sesar Gorontalo yang memanjang dari
arah barat laut ke tenggara yaitu mulai dari Laut Sulawesi melewati Gorontalo
hingga perairan Teluk Tomoni. Sesar normal yang terdapat di Gunung Boliohuto
menunjukan pola memancar, sedang sesar jurus mendatar umumnya bersifat
menganan (right lateral slip fault). Sesar tersebut memotong batuan berumur tua
(Formasi Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (Satuan Batugamping
Klastik).
Struktur lipatan hanya terdapat setempat, terutama pada Formasi Dolokapa dan
Formasi Lokodidi, dengan sumbu lipatan secara umum berarah Barat-Timur.
Kelurusan banyak terdapat di daerah ini dengan arah yang sangat beragam.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Batuan sedimen adalah batuan hasil pengendapan baik yang berasal dari hasil
sedimentasi mekanis (hasil rombakan batuan asal), sedimentasi kimiawi (hasil
penguapan larutan) maupun sedimentasi organik (hasil akumulasi organik). Batuan
sedimen hasil sedimentasi mekanis terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi yang
meliputi pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi dan diagenesa. Proses pelapukan
yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan
transportasi terutama dilakukan oleh media air, angin atau es.
- Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk oleh proses sedimentasi mekanis.
Komponen pembentuk batuan sedimen klastik (Gambar 14) :
Butiran (grain) : butiran klastik yang tertransport yang berupa mineral, fosil
atau fragmen batuan (litik).
Masa dasar (matrix) : berukuran lebih halus dari butiran (< 1/16 mm) dan
diendapkan bersama-sama dengan butiran.
Semen (cement) : material berukuran halus yang mengikat butiran dan matrik,
diendapkan setelah fragmen dan matrik, contoh : semen karbonat, silika, oksida
besi, lempung, dll.
- Pemilahan (sorting)
Pemilahan (sorting) adalah derajat keseragaman besar butir. Istilah yang
dipakai dalam pemilahan adalah terpilah sangat baik, terpilah baik, terpilah sedang,
terpilah buruk dan terpilah sangat buruk (Gambar 15).
Kemas (fabric)
Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar
atau diantara semennya, sebagai fungsi orientasi butir dan packing. Kemas secara
umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta
keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Istilah yang dipakai adalah kemas
terbuka (bila butiran tidak saling bersentuhan) dan kemas tertutup (bila butiran saling
bersentuhan).
Jenis-jenis kontak antar butir (Gambar 17) :
Gambar 6. Jenis-jenis kontak antar butir
- Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volume total
batuan (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat diuji dengan meneteskan cairan
(air) ke dalam batuan. Istilah yang dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap
air), porositas sedang (di antara baik-buruk), dan porositas buruk (batuan tidak
menyerap air). Jenis-jenis porositas : intergranular, microporosity, dissolution dan
fracture (Gambar 18).
4.1.2. Stasiun 2
Foto 5.2. Singkapan konglomerat pada statiun 2
4.1.3. Stasiun 3
Foto 5.3. Singkapan batupasir kasar pada statiun 3
4.1.4. Stasiun 4
Foto 5.3. Singkapan breksi pada statiun 4.
4.1.5. Stasiun 5
4.1.6. Stasiun 6
Pada stasiun ini masih nampak morfologi yang sama dengan sebelumnya,
yakni perbukitan terjal, vegetasi lebat, terdiri dari rerumputan. Sedangkan litologi
yang ada pada stasiun ini yaitu basalt yang merupakan batuan beku basa, berwarna
hitam, warna lapuknya coklat, serta bertekstur afanitik yang tersusun atas gelas dan
mempunyai ukuran butir yang searagma, terlihat juga batuan ini dilapangan masif
tetapi stasiun 6 merupakan zona lemah yang mengakibatkan batuan basalt
terbresiasi / menjadi batuan silisiklastik yang di pengaruhioleh struktur geologi yang
ada di daerah penelitian, diduga batuan ini merupakan formasi Dolokapa yang
berumur miosen tengah hingga awal miosen akhir.
4.1.7. Stasiun 7
Foto 5.3. Singkapan batulempung pada statiun 7.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Lab. Geomorfologi dan Penginderaan Jauh. 2001. Panduan Analisis Peta Topografi
dan Analisis Foto Udara untuk Pemetaan Geologi. Vol 1, Jurusan Geologi
FMIPA UNPAD.