1. 1 BAB I ALKALIMETRI & ASIDIMETRI1.1. Alkalimetri1.1.1.
Tujuan Praktikum - Membuat larutan
standard natriun hidroksida 0,1 N. - Standarisasi natrium hidroksida dengan asam oksalat. - Menentukan kemurnian asam dalam asam cuka yang diperdagangkan.1.1.2. Tinjauan Pustaka Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakanlarutan baku basa, bisa disebut juga sebagai titrasi asam-basa.[14] Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengankonsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengansejumlah contoh tertentu yang dianalisis.[8] Titrasi asam - basa sering disebut asidimetri- alkalimetri bahwa titrasiasidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi asam dan basa diantaranya:- asam kuat - basa kuat- asam kuat - basa lemah- asam lemah - basa kuat- asam kuat - garam dari asam lemah- basa kuat - garam dari basa lemah.[5] Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanyamerupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi denganpemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapatdiketahui.[14] 2. 2Ada dua cara untuk menentukan titik ekivalen titrasi antara lain:a. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.b. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan.[15] Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu teteszat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator.[14]Pada dasarnya kurva dapat diperoleh dengan menghitung pH larutan secara teori.Untuk itu dibedakan empat daerah titrasi:a. Titik awal, yakni sebelum titrasi dimulai (0% titrant), pH disini ialah pH titran.b. Daerah sebelum titik ekivalen. Larutan berisi sisa titrat dan hasil reaksi antara titrat dan titran, pH ialah pH larutan campuran tersebut (2a) titik tengah (50% selesai)c. Titik ekivalen (100% titran telah ditambahkan). Larutan hanya berisi hasil reaksi dan pH-nya dapat dihitung.d. Daerah setelah titik ekivalen. Larutan berisi hasil titrasi dan kelebihan titran. [5] Gambar 1.1.2.1. Pembagian kurva titrasi menjadi daerah-daerah titrasi. Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentukfluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapatberupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat 3. 3serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansiisomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda danakibatnya mereka menunjukan warna pada range pH yang berbeda.[9]Tabel 1.1.2.1. Indikator Asam Basa.[2] Perubahan warna Nama indikator Range pH Dari Ke Asam pikrat Tak berwarna Kuning 0,1-0,8 Biru timol Merah Kuning 1,2-2,8 2,6-Dinitrofenol Tak berwarna Kuning 2,0-4,0 Metil kuning Merah Kuning 2,9-4,0 Bromofenol biru Kuning Biru 3,0-4,6 Metil jingga Merah Kuning 3,1-4,4 Bromkresol hijau Kuning Biru 3,8-5,4 Metil merah Merah Kuning 4,2-6,2 Lakmus Merah Biru 5,0- 8,0 Metil merah ungu Ungu Hijau 4,8-5,4 P-nitrofenol Tak berwarna Kuning 5,6-7,6 Bromtimol biru Kuning Biru 6,0-7,6 Merah netral Merah Kuning 6,8-8,0 Fenol merah Kuning Biru 6,8-8,4 p-a Naftolftalein Kuning Merah 7,0-9,0 Fenolftalein Tak berwarna Merah 8,0-9,6 Timolftalein Tak berwarna Biru 9,3-10,6 Alizarin kuning R Kuning Violet 10,1-12,0 1,3,5-trinitrobenzena Tak berwarna Orange 12,0-14,0 4. 4Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tigagolongan:a. Indikator ftalein dan Indikator sulfoftalein Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol, yaitu fenolftalein. Pada pH 8,0-9,8 berubah warnanya menjadi merah. Anggota- anggota lainnya adalah O-cresolftalein, thimolftalein, -naftolftalein. Indikator sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat. Yang termasuk dalam kelas ini adalah thymol blue, m-cresolpurple, chlorofenolred, bromofenolred, bromofenolblue, bromocresolred, dan sebagainya.b. Indikator azo, diperoleh dari reaksi amina romatik dengan garam dizonium, misalnya, methylyellow atau p-dimetil amino azo benzene. Terlihat pengaruh struktur pada ionisasi. Perubahan warna terjadi pada larutan asam kuat. Metil- orange tidak larut dalam air. Indikator lain yang masuk kelas ini adalah metilyellow, metilred dan tropaelino.c. Indikator trifenilmetana, malachitegreen, metil violet, kristal violet termasuk dalam golongan ini. Indikator azo menunjukkan kenaikan disosiasi bila temperatur naik. Disini proton ditarik dari ion ammonium tersier meninggalkan suatu residu tak bermuatan.[9] Dalam alkalimetri, indikator yang digunakan adalah indikatorfenolftalein karena dalam titrasi ini merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuatyang memiliki titik ekuivalen diatas 7. Hal itu sesuai dengan rentang perubahanpH dari indikator fenolftalein .Indikator fenolftalein tidak bewarna dalam suasanaasam dan bewarna merah muda dalam suasana basa[22], yang dimana warnanyatampak semakin tua bila pH semakin tinggi (mendekati 9,6) dan makin muda bilasemakin kecil (mendekati 8,0). Letak trayek fenolftalein di antara 8,0-9,6sehingga pada pH di bawah 8,0 larutan tak berwarna dan di atas 9,6 warnamerahnya tidak berubah intensitasnya.[2] 5. 5 Fenolftalein (pp) digunakan sebagai indikator, maka indikator ini akanmemberikan perubahan warna apabila terjadi reaksi (1) sempurna, misalnya ionkarbonat telah bereaksi hanya dengan satu ion H3O+. Ini mengakibatkan galat,karena dua ion OH- digunakan dalam pembentukan satu CO32-. CO32- + H3O+ HCO3- + H2O (1)(ion karbonat) (ion hidronium) (ion bikarbonat) (air) HCO3- + H3O+ HCO3 + H2O (2)(ion bikarbonat) (ion hidronium) (bikarbonat) (air)Jika menggunakan metil orange sebagai indicator, maka indikator ini akanperubahan warna akan terjadi ketika reaksi (2) secara sempurna tetapi tidak akanterjadi galat, karena tiap ion CO 3 bergabung dengan dua ion H3O+. Namun 2demikian, dalam titrasi asam lemah, fenolftalein adalah indikator yang tepatdigunakan, dan jika karbon dioksida telah diserap oleh titran, maka galat akanterjadi.[1] Larutan standar adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobotyang diketahui dalam suatu volume tertentu larutan.[7] Larutan standar primeradalah larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung, karena diperolehdari hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dapat dinyatakan dalam N(mol.Equivalen/L) atau M (mol/L).[24] Reaksi antar zat yang dipilih sebagai standar primer dan asam atau basajelas harus memenuhi persyaratan bagi analisa titrimetrik. Tambahan pula standarprimer harus mempunyai sifat-sifat berikut:a. Harus mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui. Pada umumnya jumlah zat pengotor tidak boleh melebihi 0,01- 0,02%, dan harus mungkin untuk mengujinya terhadap kotoran dengan uji kualitatif yang kepekaannya diketahui.b. Zat harus mudah dikeringkan dan tidak boleh demikian higroskopik sehingga menarik air sewaktu ditimbang. Tidak boleh kehilangan berat sewaktu terkena udara.c. Standar primer sepatutnya mempunyai berat berat ekivalen yang tinggi untuk dapat mengurangi akibat kesalahan dalam penimbangannya.d. Asam atau basanya, sebaiknya yang kuat yaitu terdiosiasi tinggi.[2] 6. 6 Larutan baku sekunder yaitu suatu zat yang dapat digunakan untukstandarisasi, dan yang kandungan zat aktifnya telah ditentukan denganperbandingan terhadap suatu standar primer. Dalam pembuatan alkali standar umumnya digunakan hidroksida darinatrium, kalium dan barium, zat-zat ini adalah basa kuat yang dapat larut dalamair. Larutan yang dibuat dari larutan- air amonia tak disukai, karena cendrungnyakehilangan amonia terutama jika konsentrasinya melampaui 0,5 M, dimana iamerupakan basa lemah, dan kesukaran akan timbul pada titrasi dengan asam-asamlemah.[7] Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan dapatdihitung dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:mol ek CH3COOH = mol ek NaOH gr =NV BE gr = N V BE mg analit% asam asetat = 100% mg sampel (V N) NaOH BE CH 3COOH faktor pengenceran% CH3COOH = 100 % Berat sampel (mg)Keterangan:V = volume NaOH (ml)N = normalitas NaOH standardBE = berat ekivalen CH3COOH 100FP = faktor pengenceran (larutan asam cuka 100 ml di ambil 10 ml)[18] 10 7. 7 Aplikasi dalam titrasi alkalimetri adalah analisis aspirin. Aspirin atauasam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang seringdigunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin jugamemiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempolama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagaiobat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayahdunia.[14]1.1.3. Tinjauan Bahan A. Natrium Hidroksida - rumus kimia : NaOH - massa molar : 339,9971 g/mol - densitas : 2,1 g/cm - titik didih : 1390 C - titik lebur : 318 C - bentuk : padatan - warna : putih B. Asam Oksalat - rumus kimia : H2C2O4 - massa molar : 90.03 g/mol - keasaman : 1,38; 4,28 - bentuk : kristal - warna : putih C. Asam Cuka - rumus kimia : CH3COOH - massa molar : 60.05 g/mol - titik didih : 118.1 oC - titik Lebur : 165 oC - bentuk : cair 8. 81.1.4. Alat dan Bahan A. Alat - alat yang digunakan: B. Bahan - bahan yang digunakan: - batang pengaduk - aquadest (H2O) - beakerglass - asam cuka (CH3COOH) - botol aquadest - asam oksalat (H2C2O4.2H2O) - buret - natrium hidroksida (NaOH) - corong kaca - phenolptalein (C20H14O4) - Erlenmeyer - gelas arloji - karet penghisap - labu ukur - neraca digital - pipet tetes - pipet volume - statif dan klem1.1.5. Prosedur Percobaan A. Preparasi larutan - membuat larutan natrium hidroksida 0,1 N, sebanyak 500 mL - membuat larutan standard asam oksalat 0,1 N, sebanyak 100 mL. B. Standardisasi natrium hidroksida dengan larutan standard asam oksalat - memipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes - menstandardisasi dengan larutan natrium hidroksida sampai warna larutan berubah dari bening tidak berwarna menjadi warna pink - mengulangi percobaan sampai 3 kali. C. Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan - menimbang beakerglass kosong kemudian masukkan 5 mL asam cuka contoh dan timbang lagi sehingga diperoleh berat asam cuka - melarutkan dengan aquadest sampai volumenya 100 mL 9. 9 - memipet 10 mL kemudian masukkan dalam Erlenmeyer dan tambahkan 4 tetes indikator PP - menitrasi dengan larutan standard natrium hidroksida sampai larutan berubah warna menjadi warna merah jambu dan catat volume yang diperlukan - mengulangi percobaan diatas sampai 3 kali.1.1.6. Data Pengamatan A. Standardisasi larutan NaOH dengan asamoksalat Tabel 1.1.6.1. Data standardisasi larutan NaOH dengan asam oksalat Keterangan I II III Berat teliti bahan baku (gram) 2 2 2 Berat ekivalen bahan baku 40 40 40 Volume larutan baku (mL) 500 500 500 Volume larutan yang dititrasi (mL) 10 10 10 Volume larutan titran (mL) 9,5 9,5 9,5 B. Penentuan kadar asamasetat dalam cuka yang diperdagangkan Tabel 1.1.6.2. Data penentuan kadar asam asetat dalam asam cuka yang diperdagangkan Keterangan I II III Berat botol timbang kosong (gram) 107,48 107,48 107,48 Berat botol timbang isi (gram) 112,51 112,51 112,51 Berat asamcuka (gram) 5,03 5,03 5,03 Volume asamcuka (mL) 5 5 5 Volume asam cuka yang dititrasi (mL) 10 10 10 Volume larutan peniter (mL) 2,6 2,7 2,7 10. 101.1.7. Persamaan Reaksi A. Standardisasi larutan NaOH dengan asamoksalat 2NaOH + H2C2O4. 2H2O Na2C2O4 + 4H2O (natrium hidroksida) (asam oksalat) (natrium oksalat) (air) B. Penentuan kadar asam dalam asamcuka yang diperdagangkan CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O (asam asetat) (natrium hidroksida) (natrium asetat) (air)1.1.8. Pembahasan - Dalam membuat larutan standard natrium hidroksida, dilakukan penimbangan terlebih dahulu natrium hidroksida 0,1 N 500 mL. Berdasarkan perhitungan, diperlukan sejumlah 2 gram padatan natriun hidroksida untuk dilarutkan dalam labu ukur 500 mL dengan aquadest sampai tanda batas. - Dalam percobaan standardisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat diperoleh normalitas natrium hidroksida adalah 0,105 N, sedangkan normalitas natrium hidroksida secara teoritis adalah 0,1 N. Standarisasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa. Indikator yang digunakan dalam percobaan alkalimetri adalah indikator fenolftalein karena indikator fenolftalein berkisar pada larutan yang bersifat basa. Letak trayek fenolftalein di antara 8,0-9,6 sehingga pada pH di bawah 8,0 larutan tak berwarna dan di atas 9,6 warna merahnya tidak berubah intensitasnya. - Dalam menentukan kadar asam dalam kadar asam cuka yang diperdagangkan sebesar 3,2564% sedangkan kadar asam cuka yang dipakai adalah 25%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh: - Penimbangan asam cuka dan botol yang kurang tepat. - Kestabilan larutan yang mudah dipengaruhi pH. - Kesalahan dalam penentun titik akhir. 11. 111.1.9. Kesimpulan - Dalam percobaan standardisasi larutan natrium hidroksida dengan asamoksalat diperoleh normalitas natrium hidroksida adalah 0,105 N. - Dari percobaan penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan diperoleh kadar sebesar 3,2564% 12. 121.2. ASIDIMETRI1.2.1. Tujuan Percobaan - Membuat larutan standard asam klorida 0,1 N. - Menetapkan konsentrasi larutan standard asam klorida dengan natrium bikarbonat. - Menentukan kadar natrium karbonat dalam washing soda.1.2.2. Tinjauan Pustaka Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengankonsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengansejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis.[20] Titrasi asam-basa sering disebut titrasi asidimetri-alkalimetri.[5]Asidimetri dan alkalimetri yaitu 2 macam kelompok dari titrasi netralisasi.Asidimetri dan alkalimetri sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasialkalimetri.[38] Dasar dari titrasi asidimetri-alkalimetri ini adalah pembentukanelektrolit lemah, yaitu air atau asam lemah atau basa lemah. Titrasi ini pentingkarena dapat dipergunakan untuk analisa asam atau basa yang belum diketahuijumlahnya dan untuk maksud itu diperlukan larutan standard basa untukpenentuan suatu asam dan larutan larutan standard asam untuk penentuan suatubasa. Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahanpH.[10] Kata metri berasal dari bahasa Yunani dan berarti ilmu, proses atau senimengukur. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupunpengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garam).[5] Titrasiasidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa bebas, dan larutangaram-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standardasam.[38] 13. 13 Titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam atau basadiantaranya:1. Asam kuat - basa kuat Contohnya: HCl + NaOH NaCl + H2O (asam klorida) (natrium hidroksida) (natrium klorida) (air)2. Asam kuat - basa lemah Contohnya: HCl + NH4OH NH4Cl + H2O (asam klorida) (amonium hidroksida) (amonium klorida) (air)3. Asam lemah - basa kuat Contohnya: CH3COOH + NaOH NaCH3COO + H2O (asam asetat) (natrium hidroksida) (natrium asetat) (air)4. Asam kuat - garam dari asam lemah Contohnya: HCl + NH4BO2 HBO2 + NH4Cl (asam klorida) (amonium boran) (asam borat) (amonium klorida)5. Basa kuat - garam dari basa lemah Contohnya: NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH (natriumhidroksida) (ammonium asetat) (sodium asetat) (ammonium hidroksida)Pembuatan Suatu Asam Standard Dua asam, yaitu asam klorida dan asam sulfat, sangat luas digunakanuntuk membuat larutan asam standard. Kedua zat ini tersedia secara komersial.Asam klorida umumnya lebih disukai, karena kebanyakan klorida dapat larutdalam air. Asam bertitik-didih konstan ini tidak higroskopik dan juga tidak begitumudah menguap, serta konsentrasinya tetap tak berubah jika disimpan dalamwadah yang tertutup rapat dan tak terkena sinar matahari. Asam ini dapatdigunakan langsung dalam pembuatan suatu larutan asam klorida dengankonsentrasi yang diketahui.[7] 14. 14Indikator pH atau Indikator asam-basa Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pHlingkungannya berubah. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dariindikator, sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warnabasa. Asam dan basa disini tidak berarti pH kurang atau lebih dari tujuh. Asamberarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator atautrayek perubahan warna yang bersangkutan.Tabel. 1.2.2.1. Indikator asam-basa Warna Nama pKi Jenis Trayek pH A B 1. Asam pikrat 2,3 a 0,1 - 0,8 TB Kn 2. Biru timol 1,65 a 1,2 - 2,8 Mr Kn 8,90 a 8,0 - 9,6 Kn Br 3. 2,6- Dinitrofenol 2,0 - 4,0 TB Kn 4. Kuning metil 3,2 b 2,9 - 4,0 Mr Kn 5. Jingga metil 3,4 b 3,1 - 4,4 Mr Ji 6. Hijau bromkresol 4,9 a 3,8 - 5,4 Kn Br 7. Merah metil 5,0 b 4,2 - 6,3 Mr Kn 8. Lakmus 4,5 - 8,3 Mr Br 9. Purpur bromkresol 6,12 a 5,2 - 6,8 Kn Pr 10. Biru bromtimol 7,3 a 6,0 - 7,6 Kn Br 11. Merah fenol 8,0 a 6,4 - 8,0 Kn Mr 12. p- - Naftolftalein 7,0 - 9,0 Kn Br 13. Purpur kresol a 7,4 - 9,6 Kn Br 14. Fenolftalein a 8,0 - 9,6 TB Mr 15. Timolftalein a 9,3 - 10,5 TB Br 16. Kuning alizarin R 10,1 - 12,0 Kn Vi 17. 1,3,5- Trinitrobenzen 12,0 - 14,0 TB Ji 15. 15 Beberapa hal yang menyebabkan indikator asam-basa berubah warna bilapH lingkungannya berubah, yaitu:1. Indikator asam-basa ialah asam organik lemah atau basa organik lemah, jadi dalam larutan mengalami kesetimbangan pengionan.2. Molekul-molekul indikator tersebut mempunyai warna yang berbeda dengan ion-ionnya.3. Letak trayek pH pada pH tinggi atau rendah atau di tengah tergantung dari besar-kecilnya Ka atau Kb indikator yang bersangkutan.4. Terjadinya trayek merupakan kesetimbangan dan karena kemampuan mata untuk membedakan campuran warna-warna, terbatas. Bila suatu indikator yang kita gunakan untuk menunjukkan titik akhirtitrasi, maka:1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalah titrasi, yakni selisih antara titik akhir dan titik ekivalen.2. Perubahan warna harus terjadi secara mendadak, gar tidak ada keragu- raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Bila perubahan warna mendadak sekali, yakni tetes terakhir menyebabkan warna sama sekali lain, maka dikatakan, bahwa titik akhirnya tegas atau tajam. Beberapa bahan baku primer untuk asidimetri yang paling banyakdigunakan, yaitu:1. Natrium karbonat kristal, Na2CO3 (BM=105,96) tersedia sebagai kristal tinggal pakai atau sebagai natrium bikarbonat, NaHCO3, yang dapat dipanaskan menjadi Na2CO3 pada 300 oC selama satu jam.2. Borax atau natrium tetraborat dekahidrat, Na2B4O7.10H2O (BM=381,4). Standardisasi dengan borax sangat dianjurkan.[5] Berat ekivalen dalam asidimetri-alkalimetri ialah berat zat yangmereaksikan atau membutuhkan satu gram ion H+ atau OH- dengan perkataan lainBE = BM, dibagi jumlah ion H+ yang direaksikan atau diikat oleh sebuah molekulzat yang bersangkutan. 16. 16BE , dimana n ialah jumlah ion H+ yang direaksikan dengan sebuahmolekul asam atau diikat oleh sebuah molekul bukan asam.[10] Konsentrasi tersebut dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:M =N =N = ekN =Untuk menghitung kadar suatu analit dalam sampel, dapat digunakan rumussebagai berikut:% = 100% = 100Keterangan:N : Normalitas larutanM : Molaritas larutanBM : Bobot molekulBE : Bobot ekivalenV : Volume larutan. : Massa Jenis larutan% : konsentrasi larutan dalam prosentase.[2]1.2.3. Tinjauan Bahan A. Aquadest (H2O) - Berat molekul : 18,02 g/mol - pH : netral (7) - Titik didih : 100 oC Merupakan bahan kimia yang tidak berbahaya karena mempunyai pH netral sehingga tidak mempunyai efek tertentu bagi manusia. 17. 17B. Asam klorida (HCl) - Massa molar : 36,46 g/mol - Densitas : 1,18 g/cm3 - Titik didih : 110oC Bersifat korosif terhadap jaringan tubuh dengan potensi kerusakan pada rongga pernapasan, mata, kulit dan usus.C. Methyl Orange (C15H15N3O2) - Massa molar : 327,33 g/mol - Densitas : 1,28 g/cm3 - Titik didih : >300oC Metil Orange (Methyl Orange) adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Indikator metil orange ini berubah warna dari merah pada pH dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4.4 jadi warna transisinya adalah orange.D. Natrium karbonat (Na2CO3) - Berat molekul : 106 g/mol - Densitas : 1,311 g/cm3 - Titik leleh : 851 oC [4] Natrium karbonat (juga dikenal sebagai cuci soda atau soda abu), Na2CO3 adalah natrium garam dari asam karbonat . Ia paling umum terjadi sebagai kristalheptahidrat , yang mudah effloresces untuk membentuk bubuk putih, monohidrat tersebut. 18. 181.2.4. Alat dan Bahan A. Alat - alat yang digunakan: B. Bahan - bahan yang digunakan: - batang pengaduk - ammonium klorida (NH4Cl) - beakerglass - aquadest (H2O) - botol aquadest - asamklorida (HCl) - buret - methyl orange (C15H15N3O2) - corong kaca - natrium karbonat (Na2CO3) - Erlenmeyer - washing soda - gelas arloji - karet penghisap - labu ukur - neraca analitik - pipet tetes - pipet volume - statif dan klem1.2.5. Prosedur Percobaan A. Preparasi larutan - Buat larutan asam klorida 0,1 N, sebanyak 250 mL - Buat larutan standard natrium bikarbonat 0,1 N, sebanyak 50 mL. B. Standardisasi asam klorida dengan larutan standard natrium karbonat - Pipet 10 mL larutan natrium karbonat ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan indikator methyl orange sebanyak 3 tetes - Standardisasi dengan larutan asam klorida sampai warna larutan berubah dari orange menjadi warna pink - Ulangi percobaan sampai 3 kali. C. Menentukan kadar natrium karbonat dalam washing soda - Timbang 1 gram washing soda dan masukkan ke dalam labu ukur 50 mL - Tambahkan aquadest sampai tanda batas - Pipet 10 mL larutan sampel 19. 19 - Tambahkan indikator methyl orange tiga tetes kemudian titrasi dengan larutan standard asam klorida sampai titik ekivalen - Catat volume yang diperlukan dan ulangi percobaan sampai 3 kali.1.2.6. Data pengamatan Tabel 1.2.6.1. Data pengamatan standarisasi larutan asam klorida dengan natrium karbonat 0,1 N Keterangan I II III Berat teliti bahan baku (gram) 0,265 0,265 0,265 Berat ekivalen bahan baku (gram) 53 53 53 Volume larutan baku (mL) 25 25 25 Volume larutan yang dititrasi (mL) 10 10 10 Volume larutan peniter (mL) 10,5 10,4 10,5 Tabel 1.2.6.2. Data pengamatan penentuan kadar karbonat dalam washing soda Keterangan I II III Berat teliti bahan baku (gram) 1 1 1 Berat ekivalen bahan baku (gram) - - - Volume larutan baku (mL) 25 25 25 Volume larutan yang dititrasi (mL) 10 10 10 Volume larutan peniter (mL) 8,2 8,3 8,21.2.7. Persamaan Reaksi 2HCl + Na2CO3 2NaCl + H2O + CO2 [1] (asam klorida) (natrium karbonat) (natrium klorida) (air) (karbondioksida) 20. 201.2.8. Pembahasan - Tujuan standardisasi adalah untuk menentukan konsentrasi dari suatu larutan. Dalam standardisasi pada percobaan ini digunakan natrium karbonat sebagai larutan baku primer, karena natrium karbonat digunakan sebagai pengatur pH untuk mempertahankan kondisi basa stabil dan HCl sebagai larutan baku sekunder, karena kebanyakan klorida dapat larut dalam air. Standardisasi ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan asam klorida secara tepat. Dan didapatkan konsentrasi asam klorida sebesar 0,1047 N. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa normalitas larutan tersebut sebesar 0,1 N. Perbedaan ini disebabkan karena penimbangan dan pengenceran larutan standard HCl 0,1 N yang kurang tepat maupun pada saat pengocokkan yang tidak tepat. - Pada standarisasi asam klorida dengan larutan standard natrium karbonat digunakan indikator methyl orange karena merupakan indikator asam basa yang umum digunakan. Dan juga disebabkan karena, methyl orange dapat memberikan perubahan warna yang jelas dan yang berbeda pada saat titrasi. Methyl Orange memiliki trayek pH 3,1-4,4, jadi methyl orange ini bersifat asam. - Untuk mendapatkan jumlah kadar natrium karbonat dalam washing soda pada sampel detergen tersebut dapat digunakan persamaan sebagai berikut: % Na2CO3 = 100% Maka dari percobaan ini, didapatkan kadar natrium karbonat dalam washing soda sebesar 4,36% dan kadar karbonatnya diperoleh dari persamaan berikut: - 2- % CO3 = % Na2CO3 Maka didapatkan kadar karbonatnya sebesar 2,468%. 21. 211.2.9. Kesimpulan - Untuk membuat larutan standard asam klorida 0,1 N sebanyak 250 mL, diperlukan 2,07 mL asam klorida pekat. Kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas. - Konsentrasi larutan standard asam klorida dengan natrium bikarbonat yang didapatkan dalam percobaan ini yaitu 0,1047 N. Sedangkan pada teori menyatakan bahwa normalitas larutan tersebut sebesar 0,1 N. - Kadar natrium karbonat dalam washing soda yang didapat dalam percobaan ini adalah 4,36% dan kadar karbonatnya adalah 2,468%. 22. 22 BAB II PERMANGANOMETRI2.1. Tujuan Percobaan - Membuat larutan standad kalium permanganat 0,1 N. - Standardisasi larutan kalium permanganat dengan larutan natrium oksalat. - Menentukan kemurnian garam nitrit.2.2. Tinjauan Pustaka Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksioleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasidan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasidengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasidilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asamatau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.[26] Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agenpengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidakmembutuhkan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setelahpermanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang tampak, kepada larutanyang volume lazim digunakan dalam titrasi. Warna ini digunakan untukmenyatakan berlebihnya reagen itu. Permanganat bereaksi secara beraneka,karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, +7.[2]- Reaksi saat suasana sangat asam (0,1 N atau lebih): MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O (permanganat) (hidrogen) (mangan) (air)- Reaksi dalam asam lemah: MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 2H2O (permanganat) (hidrogen) (mangan oksida) (air)- Reaksi dalam larutan netral asam atau basa: MnO4- + 4H2O + 3e MnO2 + 4OH- [11] (permanganat) (air) (mangan oksida) (hidroksida) 23. 23 Ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksid yang kuat.Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadappermanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, akan terjadi reaksi: 2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O (permanganat) (ion klorida) (hidrogen) (mangan) (klorida) (air)Dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi initerutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jikatindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yangsedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasiyang sangat lambat sambil mengocok terus-menerus, bahaya dari penyebab initelah dikurangi sampai minimal. Namun ada pula beberapa titrasi, seperti titrasidengan arsen(III) oksida, stibium trivalen, dan hidrogen peroksida, yang dapatdilakukan dengan adanya asam klorida. Untuk titrasi larutan yang tak berwarna atau sedikit saja berwarna,pemakaian indikator tidaklah perlu karena kalium permanganat 0,01N yang hanyaserendah 0,01 cm3 sudah memberi warna merah jambu pucat kepada 100 cm3air.Intensitas warna dalam larutan-larutan yang encer dapat ditingkatkan, jikadikehendaki, dengan penambahan suatu indikator redoks.[7] Indikator Redoksadalah indikator yang berubah warnanya karena terjadi reaksi reduksi-oksidasi(redoks). Dalam titrasi redoks ada 3 jenis indikator:a. Indikator Redoks Reversibel Indikator oksidasi - reduksi yang sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada perubahan potensial larutan selama titrasi. Indikator ini dapat dioksidasi dan direduksi secara reversibel (bolak-balik).b. Indikator yang berubah warnanya karena oksidasi dari oksidator dan sifatnya tidak dapat berubah kembali seperti semula.c. Indikator Redoks Khusus Indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi, Contoh indikator yang paling kita kenal ialah Amilum, yang membentuk kompleks biru tua dengan ion triIodida.[32] 24. 24A. Pembuatan larutan KMnO4: KMnO4 dapat diperoleh dalam keadaan murni, tetapi larutan titernya tidak dibuaat langsung dengan menimbang saksama. Ini disebabkan oleh waktu dilarutkan dalam air ia akan bereaksi dengan pengotor yang mungkin dalam air atau dinding wadah. Karena itu mula-mula dibuat larutan kira-kira sama dengan yang dikehendaki kemudian dibakukan, misalnya dengan menggunakan natrium oksalat. Larutan permanganat dibuat dengan pemanasan,[11] Hal ini untuk menghilangkan zat-zat pereduksi dalam air, sehingga akan mencegah terbentuknya MnO2. Terbentuknya MnO2 akan mengatalis penguraian larutan permanganat.[2] Lalu larutan disaring dengan glass-wool, krus atau penyaring asbes. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan endapan MnO2 yang dapat mempercepat penguraian larutan (autokatalisator).[11]B. Standarasasi atau pembakuan 1. Arsen (III) oksida (As2O3) Senyawa As2O3 merupakan standart primer yang sangat baik pada pembakuan larutan KMnO4 hal tersebut dikarenakan sifat As2O3 yang stabil, tidak higroskopik, dan mudah didapat dengan derajat kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam natrium hidroksida dan diasamkan dalam HCl dan dititrasi dengan permanganat. 5HAsO2 + 2 MnO4- + 6H+ 2Mn2+ + 5H3AsO4 (asam arsenik) (permanganat) (hidrogen) (mangan) (asam arsenik) 2. Natrium oksalat (Na2C2O4) Senyawa ini juga merupakan larutan standart primer yang baik bagi permanganat dalam larutan asam. Hal tersebut dikarenakan sifatnya yang stabil pada pemanasan, derajat kemurniannya tinggi, dan tidak higroskopis. 5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O (oksalat) (permanganat) (hidrogen) (mangan) (karbondioksida) (air) 25. 25 3. Asam oksalat (H2C2O4) Pada dasarnya reaksi yang terjadi hampir sama dengan pembakaran menggunakan larutan NaC2O4. Natrium oksalat adalah yang paling sering dipakai untuk pembakuan ini. Misalnya seperti metoda yang dicantumkan dalam farmakope Indonesia: 200 mg natrium oksalat yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 110oC hingga bobot tetap, dilarutkan dalam 250 mL air. Ditambahkan 7 mL asam sulfat,[11] hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.[2] Lalu dipanaskan hingga suhu lebih kurang 70oC,[11] Hal ini dilakukan karena reaksi berlangsung lambat pada temperatur kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan pada suhu sekitar 60oC, bahkan pada temperatur yang ditinggikan.[2] Kemudian dititrasi perlahan- lahan dengan larutan permanganat hingga warna merah jambu pucat mantap selama 15 detik. Suhu akhir titrasi tidak boleh kurang dari 60oC.[11]C. Penyimpanan Larutan permanganat, apalagi bila larutan encer, tidak stabil karena adanya reaksi berikut: 4MnO4- + 2H2O 4MnO4 + 4OH- + 3O2 (permanganat) (air) (permanganat) (hidroksida) (oksigen) Karena reaksi ini ssangat lambat, maka apa bila pengaruh katalis dapat dihindar konsentrasi larutan boleh dikatakan konstan selama 3 minggu. Penyimpanan lebih lama dari itu, perlu dilakukan pembakuan lagi. Reaksi diatas dapat dikatalisir oleh cahaya, Ion mangan(II), dan mangan (IV) oksida. Karena itu larutan kalium permanganat disimpan dalam botol coklat tertutup rapat, terlindung cahaya.[11]Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain:1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. 26. 262. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti Na2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan Na2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+. MnO4 + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+ (permanganat) (mangan) (air) (mangan oksida) (hidrogen)3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti Na2C2O4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Na2C2O4 + O2 Na2O2 + 2CO2 (natrium oksalat) (oksigen) (natrium peroksida) (karbon dioksida) Na2O2 Na2O + O2 (natrium peroksida) (air) (oksigen)Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuktitrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yangdilaksanakan.[17]Kurva titrasi redoks: Gambar 2.2.1. Kurva titrasi redoks 27. 272.3. Tinjauan BahanA. Kalium Permanganat (KMnO4) - Masa molar : 158,034 g/mol - Densitas : 2,703 g/cm3 - Titik lebur : 240 C, 513 K, 464F - Kelarutan : menguraikan/memisahkan di (dalam) bahan pelarut organik dan alkoholB. Asam Sulfat (H2SO4) - Masa molar : 98,08 g/mol - Densitas : 1,84 g/cm3 - Titik lebur : 240 C, 513 K, 464F - Keasaman (pKa) : - 3 - Vikositas : 26,7 (20C)C. Natrium Nitrit (NaNO2) - Masa molar : 134,00 g/mol - Densitas : 2,34 g/cm3 - Titik lebur : 240 C, 513 K, 464F - Keasaman (pKa) : - 3 - Vikositas : 26,7 (20C)D. Natrium Oksalat (Na2C2O4) - Masa molar : 68.9953 g/mol - Densitas : 2.168 g/cm3 - Titik lebur : 271C - Kelarutan : 82 g/100 ml (20C) 28. 282.4. Alat dan Bahan A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan: - batang pengaduk - aquadest (H2O) - beakerglass - asam sulfat (H2SO4) - buret - kalium permanganat (KMnO4) - botol aquadest - natrium nitrit (NaNO2) - Erlenmeyer - natrium oksalat (Na2C2O4) - corong - gelas arloji - kertas saring - labu ukur - neraca analitik - pipet ball - pipet tetes - pipet volume - statif dan klem - thermometer - waterbath2.5. Prosedur Percobaan A. Preparasi larutan - buat larutan kalium permanganat 0,1 N, sebanyak 250 mL (menggunakan aquadest yang sudah didihkan) - buat larutan asam sulfat 1 N, sebanyak 100 mL - buat larutan natrium oksalat 0,1 N, sebanyak 100 mL - buat larutan natrium nitrit 0,1 N, sebanyak 100 mL. B. Standardisasi larutan kalium permanganat dengan larutan natrium oksalat - pipet 50 mL larutan natrium oksalat ke dalam Erlenmeyer, tambahakan 50 mL asam sulfat 1N, kemudian panaskan sampai 70C - pipet 10 mL larutan tersebut dan masukkan ke dalam Erlenmeyer - titrasi dengan larutan kalium permanganat sampai dicapai titik akhir 29. 29 - ulangi prosedur tersebut sebanyak tiga kali. C. Penentuan kadar kemurnian garam nitrit - pipet 10 mL larutan natrium nitrit 0,1 N ke dalam Erlenmeyer - tambahkan 5 mL larutan asam sulfat 1 N - panaskan sampai suhu 70C - titrasi dengan larutan kalium permanganat sampai dicapai titik akhir - ulangi prosedur tersebut sebanyak tiga kali.2.6. Data Pengamatan A. Tabel 2.6.1. Data pengamatan standardisasi larutan kalium permanganat dengan natrium oksalat 0,1 N Keterangan I II III Volume larutan natrium oksalat dititrasi (mL) 10 mL 10 mL 10 mL Volume larutan primer kalium permanganat 6 mL 7 mL 7 mL (mL) Volume rata-rata 6,67 mL B. Tabel 2.6.2. Data pengamatan penentuan kemurnian garam nitrit Keterangan I II III Volume larutan yang dititrasi (mL) 15 mL 15 mL 15 mL Volume larutan peniter (mL) 7 mL 7 mL 6,8 mL Volume rata-rata 6,93 mL 30. 302.7. Persamaan ReaksiA. Standardisasi larutan KMnO4 dengan asam oksalat Na2C2O4 + H2SO4 H2C2O4 + Na2SO4 [9] (natrium oksalat) (asam sulfat) (asam oksalat) (natrium sulfat) 5Na2C2O4 10H+ + 5C2O 2 4 (natrium oksalat) (ion hdrogen) (ion oksalat) 2KMnO4 2K+ + 2MnO 4 (kalium permanganat) (ion kalium) (ion permanganat) Reaksi redoks KMnO4 dengan Na2C2O4: Oksidasi: C2O4 2 2CO2 + 2e 5 (ion oksalat) (karbondioksida) Reduksi: MnO 4 + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O 2 (ion permanganat) (ion hidrogen) (ion mangan(II)) (air) 5C2O 2 4 + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O [1] (ion oksalat) (ion permanganat) (ion hidrogen) (karbondioksida) (ion mangan(II)) (air) (merah rosa) (merah rosa)B. Penentuan kadar garam nitrit H2SO4 + 2NaNO2 2HNO2 + NaSO4 [8] (asam sulfat) (natrium nitrit) (asam nitrit) (natrium sulfat) Reaksi redoks KMnO4 dengan NaNO2: Oksidasi: NO2- + H2O NO3- + 2H+ + 2e 5 (ion nitrit) (air) (ion nitrat) (ion hidrogen) Reduksi: MnO 4 + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O 2 (ion permanganat) (ion hidrogen) (ion mangan(II)) (air) 2MnO4- + 6H+ + 5NO2- 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3- [7] (ion permanganat) (ion hidrogen) (ion nitrit) (ion mangan(II)) (air) (ion nitrat) (merah rosa) (merah rosa)2.8. PembahasanA. Preparasi larutan Penggunaan aquadest yang sebelumnya telah didihkan telebih dahulu bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi, karena zat pereduksi tersebut akan membentuk MnO2 yang mengkatalis penguraian KMnO4. 31. 31B. Standarisasi larutan kalium permanganat dengan larutan natrium oksalat dan penentuan kadar kemurnian garam nitrit Penambahan asam sulfat encer pada larutan natrium oksalat dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga suhu lebih kurang 70oC, hal ini disebabkan karena reaksi berlangsung lambat pada temperatur kamar sehingga dibutuhkan pemanasan. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan KMnO4 tanpa ditambahkan indikator, hal ini disebabkan karena KMnO4 itu sendiri berperan sebagai indikator. Titrasi berakhir sampai larutan berwarna merah rosa. Hasil standardisasi KMnO4 dengan asam oksalat didapatkan 0,149 N dan dalam prosedur seharusnya 0,1 N. Hal ini disebabkan karena apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2- dan pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan Na2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+ serta penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan Na2C2O4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Begitu pula dengan penentuan kadar kemurnian garam nitrit, penambahan asam sulfat encer pada larutan natrium oksalat dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga suhu lebih kurang 70oC, Hal ini disebabkan karena reaksi berlangsung lambat pada temperatur kamar sehingga dibutuhkan pemanasan. Pada titrasi permanganometri tidak digunakan indikator karena KMnO4 itu sendiri berperan sebagai indikator. Titrasi berakhir sampai larutan berwarna merah rosa. 32. 322.9. Kesimpulan - Normalitas larutan KMnO4 yang dihasilkan dari standardisasi dengan Natrium oksalat adalah 0,149 N. - Kadar Na dalam NaNO2 yang dihasilkan dari percobaan sebesar 34,419%. 33. 33 BAB III IODIMETRI-IODOMETRI3.1. Tujuan percobaan - Membuat larutan standard dalam iodometri. - Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikromat. - Menggunakan larutan standard natrium tiosulfat untuk penetapan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat.3.2. Tinjauan Pustaka Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengankonsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengansejumlah contoh tertentu yang dianalisis.[8] [18] Gambar 3.2.1. Kurva titrasi Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yangdigunakan bersifat sebagai oksidator. Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :1. Permanganometri, larutan bakunya: KMnO42. Dikromatometri, larutan bakunya: K2Cr2O73. Serimetri, larutan bakunya: Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO44. Iodimetri, larutan bakunya: I2[34] 34. 34 Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai zat pengoksid(iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai zatpereduksi (iodometri). Relatifsedikit zat yang bersifat pereduksi yang cukup kuat intuk dapat dititrasi langsungdengan iodium. Jadi penetapan iodimetri sedikit jumlahnya. Tetapi banyak zatpengoksid yang cukup kuat untuk bereaksi secara lengkap dengan ion iodida, danterdapat banyak penerapan proses iodometri. Ion iodium berlebih ditambahkanpada zat pengoksid yang akan ditetapkan, dibebaskan iodium, yang kemudiandititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iosium dan tiosulfatberlangsung baik. Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsungiodium murni dan melarutkannya serta mengencerkan dalam sebuah botolvolumetri. Iodium dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan ke dalamlarutan KI pekat, yang ditimbang dengan tepat sebelum maupun sesudahpenambahan iodium. Tetapi biasanya larutan itu distandarkan terhadap standarprimer, yang paling lazim digunakan adalah As2O3. Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometriadalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidratNa2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarkan berdasarkan penimbanganlangsung, melainkan harus distandarkan terhadap suatu standar primer. Larutannatrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lama. Sejumlah zat dapatdigunakan sebagai standar primer untuk larutan tiosulfat. iodium murnimerupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukarandalam penanganan dan penimbangan, lebih sering digunakan pengoksid kuat yangakan membebaskan iodium dan iodida, jadi suatu proses iodometri.[2]Ada dua macam proses dari iodometri dan iodimetri yaitu dengan titrasi langsung(Iodimetri) dan titrasi tak langsung ( iodometri).1. Titrasi langsung (Iodimetri) Titrasi dilakukan langsung dengan larutan standard iod sebgai oksidasitor, karena iod oksidator lemah, penggunaannya terbatas. Contoh zat-zat yang ditentukan melalui titrasi iodimetri seperti pada tabel berikut: 35. 35 Tabel 3.2.1. Beberapa zat yang ditentukan melalui titrasi iodimetri Zat Hasil H2S S SO2-2 SO42- S2O3-3 S4O62- AsO3-3 AsO4- SbO3- SbO4-2. Titrasi Tak langsung (Iodometri) Zat yang akan ditentukan direaksikan dengan iod iodide biasanya digunakan larutan KI berlebih. Zat oksidator direduksi dengan membebaskan I2 yang jumlahnya ekivalen. I2 kemudian dititrasi dengan S2O42- sehingga terjadi reaksi sebagai berikut: I2 + 2 S2O42- 3I- + S4O62- (iodium) (tiosulfat) (iod) (tetraionat) Beberapa contoh oksidator yang dapat ditentukan secara iodometri tercantum pada tabel berikut: Tabel 3.2.2. Beberapa oksidator yang dapat ditentukan secara iodometri Zat Hasil Cr2O72- Cr2O7 2- + 6 I- + 14 H+ Cr3+ + 3 I2 + 7 H2O MnO4- MnO4- + 10 I- + 16 H+ Mn2+ + 5 I2 + 8 H2O BrO3- BrO3- + 6 I- + 6 H+ Br- + 3 I2 + 3 H2O Cu2+ Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 Cl2 Cl2 + 2 I- 2 Cl- + I2 H2O2 H2O2 + 2I- + 2H+ 2H2O + I2 Perbedaan yang lain dari iodometri dan iodimetri adalah: pada iodometriperubahan warna pada titik ekivalen dan biru menjadi tak berwarna, sedangkanpada iodimetri perubahan warna pada titik ekivalen dari tak berwarna menjadibiru.[6] 36. 36Indikator yang dapat digunakan dalam titrasi ini antara lain:1. Indikator amilum Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbauserta tidak membentuk kompleks yang tidak dapat larut dengan air dan iod. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi.[26] Dengan iod berlebih,warna larutan yang mengandung 1 ml kanji akan berwarna hijau, selagi konsentrasi iod berkurang, warna berubah menjadi biru, yang menjadi biru tua tepat sebelum titik akhir dicapai. Titik akhir sangatlah tajam dan tereproduksikan dan tidak hanyut dalam larutan encer.2. Indikator kanji Kanji bereaksi denagn iod , dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru tua , yang terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah. Kepekaan reaksi warna ini adalah sedemikian hingga warna biru akan terlihat bila konsentrasi iod adalah 2 x 10-5 M dan konsentrasi iodide labih besar dari pada 4 x 10-4 M pada 20 o C . Kepekaan warna berkurang dengan naiknya temperature larutan. Kanji tidak dapat digunakan dalam mium yang sangat asam karena akan terjadi hirolisis dari kanji itu.[18]3. Indikator amilopektin Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan amilosa.Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Amilopektin tidak larut dalam air.[26] 37. 37Kegunaan iodometri adalah untuk menetapkan kadar larutan iodin, larutannatrium tiosulfat dan zat-zat yang dapat bereaksi dengan iodida membebaskaniodin. Contoh kegunaannya:1. Penetapan kadar CaOCl2 dalam kaporit CaOCl2 + 2HCl CaCl2 + H2O + Cl2 (kalsium hipoklorat ) (asamklorida) (kalsium klorida) (air) (klorida) Cl2 + 2KI 2KCl + I2 (klorida) (kalium iodida) (kalium klorida) (iodida)2. Penetapan kadar kalium bikromat Cr2O72- + 14H3O + 6e 2Cr3+ + 21H2O (1) (kromat) (hidronium) (kromium(III)) (air) 2I- I2 + 2e (3) (iod) (iodida) Cr2O72- + 14H3O + 6I- 2Cr3+ + 7H2O + 3I2 (kromat) (hidronium) (iod) (kromium (III)) (air) (iodida)3. Penetapan kadar FeCl3 KI + HCl KCl + HI (kalium iodida) (asam klorida) (kalium klorida) (asam iodida) FeCl3 + 2HI 2HCl + 2FeCl3 + I2 (besi (III) klorida) (asam iodida) (asam klorida) (besi(III) klorida) (iodida)4. Penetapan kadar CuSO4 2CuSO4 + 4KI 2K2SO4 + 2CuI2 (tembaga sulfat) (kalium iodida) (kalium sulfat) (tembaga(II)iodida) 2CuI2 2CuI + I2 (tembaga(II)iodida) (tembaga iodida) (iodida) 2CuSO4 + 4KI 2K2SO4 + 2CuI + I2 (tembaga sulfat) (kalium iodida) (kalium sulfat) (tembaga iodida) (iodida)5. Penetapan kadar NaClO dalam pemutih Cl2 + 2NaOH NaCl + NaClO + H2O [16] (klorida) (natrium hidroksida) (natrium klorida) (natrium hipoklorat) (air) 38. 383.3. Tinjauan Bahan Asam klorida (HCl) merupakan cairan yang sangat korosif. Dari tujuhasam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yangpaling sulit menjalani reaksi redoks.Massa Molar : 36,46 g/molDensitas : 1,18 g/cmTitik didih : -27,32 C (larutan 38%)Titik lebur : 48 C (larutan 38%)pKa : -8,0 Aquadest (H2O) merupakan bahan kimia yang tidak berbahaya karenamempunyai pH netral sehingga tidak mempunyai efek tertentu bagi manusia.Berat molekul : 18,02 g/molpH : netral (7)Titik didih : 100 oCDensitas : 0.998 g/cm Indikator amilum (C12H20O10) merupakan karbohidrat kompleks yangtidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati tersusundari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yangberbeda-beda.Densitas : 1,5 g/cmBerat molekul : 162,1406 g/mol Iodium (I2) mempunyai warna coklat tua dan berbentuk cairan. Stabil dibawah keadaan normal.Titik didh : 100 CpH : 6,5Berat molekul : 324 g/mol Kalium dikromat (K2Cr2O7) mempunyai penampilan kristal padat denganwarna merah orange. Paling sering digunakan sebagai zat oksidator.Massa molar : 294,185 g/molTitik didih : 500 CTitik lebur : 398 C 39. 39 Kalium Iodida (KI) mempunyai penampilan kristal padat berwarna putih.Pembakaran dapat menghasilkan uap yodium beracun. Karakteristik oksidatorkuat akan muncul bila dicampur dengan larutan asam.Densitas : 3,89 g/cmBerat molekul : 166 g/molTitik lebur : 681 CTitik didih : 1330 C Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) mempunyai penampilan padatberwarna putih. Berfungsi sebagai titran dalam uji iod. Pembakaran dapatmenghasilkan oksida belerang.Massa molar : 158,11 g/molpH : 8,6Titik lebur : 48 CTitik didih : >100 C Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) mempunyai penampilan padat, danberwarna biru. Stabil pada suhu kamar dalam wadah tertutup di bawah kondisipenyimpanan normaldan kondisi penanganan.Massa molar : 249,70 g/molDensitas : 2,284 g/cmTitik didih :150 C 40. 403.4. Alat dan Bahan A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan - batang pengaduk - ammonium hidroksida (NH4OH) - beakerglass - asamklorida (HCl) - botol aquades - aquadest (H2O) - buret - indikator amilum (C12H20O10 ) - corong - iodium (I2) - Erlenmeyer - kaliumdikromat (K2Cr2O7) - gelas arloji - kaliumiodida (KI) - kertas saring - natriumtiosulfat (Na2S2O3.5 H2O) - labu ukur - tembaga sulfat (CuSO4.5H2O) - neraca analitik - pipet ball - pipet tetes - pipet volume - statif dan klem - thermometer3.5. Prosedur Percobaan A. Preparasi larutan - membuat larutan natriumtiosulfat0,2 N, sebanyak 100 mL (menggunakan aquadest yang sudah didihkan) - membuat larutan kaliumdikromat0,1 N, sebanyak 50 mL - membuat larutan kaliumiodida0,1 N, sebanyak 50 mL - membuat larutan asamklorida10 %, sebanyak 50 mL - membuat larutan ammonium hidroksida 0,1 N, sebanyak 50 mL - membuatlarutantembaga sulfat 0,2 N, sebanyak 100 mL. B. Standardisasi larutan natriumtiosulfatdengan larutan kaliumdikromat - memipet 10 ml larutan kaliumdikromat dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 41. 41 - menambahkan 25 ml aquadest dan 15 ml larutan asamklorida 10% kemudian kocok sampai homogen - menambahkan 15 ml larutan kaliumiodida 0,1 N,kocok lagi - menitrasi dengan natriumtiosulfat yang akan distandarisasi sampai warna larutan kuning muda - menambahkan 3 tetes indikator amilum - melanjutkan titrasi sampai warna biru pada larutan hilang dan sampai berubah menjadi kuning muda - mengulangi prosedur tersebut sebanyak tiga kali. C. Menetapkan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat. - memipet 10 mL larutan tembaga sulfat 0,2 N ke dalam Erlenmeyer - menguji pH dengan kertas pH, bila larutan bersifat asam maka netralkan dengan ammonium klorida 0,1 N - menambahkan 15 mL larutan kaliumiodida0,1 N, kocok hingga homogen - menitrasi dengan natriumtiosulfat yang akan distandarisasi sampai warna larutan kuning muda - menambahkan 3 tetes indikator amilum - melanjutkan titrasi sampai warna biru pada larutan hilang dan sampai berubah menjadi kuning muda - mengulangi prosedur tersebut sebanyak tiga kali.3.6. Data Pengamatan Tabel 3.6.1. Data pengamatan standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan kalium dikromat 0,1 N Keterangan I II III Volume larutan kalium dikromatdititrasi (mL) 10 10 10 Volume larutan peniter natrium tiosulfat(mL) 7,2 6,7 6,8 42. 42Tabel 3.6.2. Data pengamatan penentuan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat Keterangan I II III Volume larutan yang dititrasi (mL) 10 10 10 Volume larutan peniter (mL) 4 4,6 4,5Tabel 3.6.3. Data perubahan warnaA. Preparasi larutan Perlakuan Ditambah+ H2O Na2S2O3.5H2O Larutan tak berwarna K2Cr2O7 Larutan berwarna orange KI Larutan tak berwarna HCl Larutan tak berwarna CuSO4.5H2O Larutan berwarna biru mudaB. Standarisasi Na2S2O3.5H2O dengan K2Cr2O7 Perlakuan +HCl +KI +C12H20O10 Dititrasi Larutan K2Cr2O7 + berwarna H2O kuning Larutan Lar.A berwarna coklat Larutan Lar.B berwarna kuning Larutan Lar.C berwarna bening 43. 43 C. Menetapkan kadar tembaga Perlakuan + KI C12H20O10 Dititrasi Larutan berwarna CuSO4.5H2O kuning tua Larutan Lar.D berwarna hitam Larutan Lar.E berwarna putih3.7. Persamaan Reaksi A. Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan kalium dikromat 0,1 N Oksidasi : 2I- I2 + 2e- (3) (iod) (iodium) Reduksi : Cr2O72- + 14H++ 6e- 2Cr3+ + 7H2O (1) (dikromat) (hidrogen) (kromium (III)) (air) Cr2O72- + 6I- + 14H+ 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O (dikromat) (iod) (hidrogen) (kromium (III)) (iodium) (air) Oksidasi : 2S2O32- S4O62- + 2e- (tiosulfat) (tetrationat) Reduksi : I2 + 2e- 2I- (iodium) (iod) I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62- (iodium) (tiosulfat) (iod) (tetrationat) B. Menentukan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat Oksidasi : 2CuI2 2CuI + I2[3] (tembaga (II) iodida) (tembaga iodide) (iodida) Reduksi : 2CuSO4 + 4KI 2K2SO4 + 2CuI2[4] (tembaga sulfat) (kalium iodida) (kalium sulfat) (tembaga (II) iodida) 2CuSO4 + 4KI 2K2SO4 + 2CuI + I2 (tembaga sulfat) (kalium iodida) (kalium sulfat) (tembaga iodida) (iodida) 44. 443.8. Pembahasan 1. Preparasi larutan - Pembuatan larutan natrium tiosulfat dengan menggunakan aquadest yang sudah didihkan menghasilkan larutan tak berwarna. Larutan natrium tiosulfat berfungsi sebagai larutan baku sekunder. - Penggunaan aquadest yang sebelumnya telah didihkan telebih dahulu bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi, - Pembuatan larutan kalium dikromat dicampur dengan aquadest menghasilkan larutan berwarna jingga. Sedangkan Pembuatan larutan kalium iodida danasam klorida dengan menggunakan aquadest menghasilkan larutan tak berwarna. Ketiga larutan ini berfungsi sebagai larutan baku primer. - Pembuatan larutan tembaga sulfat pentahidrat dengan menggunakan aquadest menghasilkan larutan berwarna biru muda. Larutan tembaga sulfat pentahidrat digunakan sebagai larutan sampel yang akan diuji untuk memperoleh kadar tembaga yang terkandung di dalamnya. 2. Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikromat - Larutan kalium dikromat dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat yang merupakan larutan baku sekunder. Sebelum dititrasi, larutan kalium dikromat yang berwarna jingga ditambahkan aquadest dan asam klorida sehingga warna larutan berubah menjadi kuning. setelah itu ditambahkan dengan kalium iodida menjadi coklat. Kemudian larutan tersebut di titrasi hingga berwarna kuning, saat terjadi perubahan warna itu ditambahkan indikator amilum dan dititrasi kembali hingga menjadi tak berwarna. - Penambahan asam klorida berfungsi sebagai pembawa suasana asam. - Penambahan larutan kalium iodida berfungsi sebagai reduktor terhadap larutan natrium tiosulfat. - Secara teoritis, normalitas natrium tiosulfat adalah 0,2 N sedangkan dari hasil percobaan diperoleh normalitas natrium tiosulfat adalah 0,145 N. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh : 45. 45 - Iodium mudah menguap - Dalam suasana asam, iodida akan dioksidasi oleh O2 dari udara - Larutan natrium tiosulfat kemungkinan terurai oleh bakteri mikroba Thiobacillus thioparus bila larutandibiarkan terlalu lama - Kanji tidak larut dalam air dingin - Suspensi kanji tidak stabil (mudah rusak). 3. Menetapkan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat - Larutan tembaga sulfat pentahidrat dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Sebelum dititrasi, larutan tembaga sulfat pentahidrat yang berwarna biru muda ditambahkan kalium iodida sehingga warnanya berubah menjadi kuning tua. Setelah itu larutan dititrasi hingga berwarna kuning muda, dan ditambahkan dengan indikator amilum sehingga warna larutan berubah menjadi hitam. Kemudian dititrasi kembali hingga warna berubah menjadi putih. - Penambahan larutan kalium iodida berfungsi sebagai reduktor terhadap larutan natrium tiosulfat. - Penambahan indikator amilum dimaksudkan agar memperjelas perubahan warna yang terjadi pada larutan.3.9. Kesimpulan - Normalitas natrium tiosulfat hasil percobaan adalah sebesar 0,145 N. - Kadar tembaga dalam tembaga sulfat pentahidrat adalah sebesar 12,715%. 46. 46 BAB IV KOMPLEKSOMETRI4.1. Tujuan Percobaan - Memahami prinsip-prinsip dasar titrasi kompleksometri. - Menentukan kesadahan air.4.2. Tinjauan Pustaka Kompleksometri ialah jenis titrasi dimana titrant dan titrat salingmengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks.[5] Titrasi kompleksometrimeliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekulnetral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknyakompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.[9] Kompleks senyawa inidisebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelatyang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligandan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.[26] Contoh darikompleks tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA (etilen diamin tetraasetat).[9] HOOCCH2 CH2COOH NCH2CH2N HOOCCH2 CH2COOH Gambar 4.2.1. Struktur EDTA Faktor-faktor yang membuat EDTA mampu sebagai pereaksi titrimetriantara lain:1. Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam2. Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna (kecuali dengan logam alkali)3. Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam4. Telah dikembangkan indikatornya secara khusus5. Mudah diperoleh bahan baku primernya 47. 476. Dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk standardisasi. Indikator adalah suatu zat yang memperagakan warna yang berlainandengan kehadiran analit atau titran secara berlebih.[2] Sebagian besar titrasikompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagaipengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbedadengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikatormetalokromat. Indikator jenis ini contohnya, yaitu:1. EDTA (C10H16N2O8) Dalam kimia analitik, EDTA digunakan dalam titrasi kompleksometri dan analisis kesadahan air atau sebagai agen masking untuk menyerap ion logam yang akan mengganggu analisis.2. Eriochrome black T (C20H12N3O7) Eriochrome Black T adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari titrasi kompleksometri, misalnya dalam proses penentuan kesadahan air.3. Calmagit (C17H14N2O5S) Calmagite adalah indikator kompleksometri digunakan dalam kimia analitik untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalm larutan.4. Murexide (NH4C8H4N5O6) Murexide sering digunakan dalam kimia analitik sebagai indikator kompleksometri untuk titrasi kompleksometri, paling sering digunakan untuk ion Ca2+, tetapi juga untuk ion Cu, Ni, Co, Th dan logam pada tanah jarang. Air sadah (hard water) adalah air yang mengandung kation Ca2+ atauMg2+. Kesadahan air biasanya dinyatakan sebagai massa CaCO3 (mg) dalam 1 Lair. Jika kadar Ca2+ tinggi, biasanya sacara fisik air tersebut tampak keruh.Batasan kesadahan air adalah 500 bpj (500 mg CaCO3 dalam 1 L air). Nilaikesadahan dinyatakan sebagai jumlah CaCO3 dalam satuan miligram per 1 L air.Pemeriksaan kesadahan dapat dilakukan dengan cara menetukan kadar ion Ca2+dan ion Mg2+.[12] 48. 48Satuan ukuran kesadahan ada 3, yaitu :1. Derajat Jerman, dilambangkan dengan D2. Derajat Inggris, dilambangkan dengan E3. Derajat Perancis, dilambangkan dengan FDari ketiganya yang sering digunakan adalah derajat Jerman, dimana 1 D setaradengan 10 mg CaO per liter. Artinya jika suatu air memiliki kesadahan 1 D makadi dalam air tersebut mengandung 10 mg CaO dalam setiap liternya. [18] Berdasarkan sifatnya, kesadahan dapat dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:1. Air sadah sementara Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2).[14] Air sadah sementara dapat dihilangkan dengan pemanasan sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+. Selain dengan cara pemanasan pelunakan air, air sadah sementara juga dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi kimia, yaitu penambahan larutan Ca(OH)2.[12]2. Air sadah tetap Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan saja,[14] tetapi harus melalui reaksi kimia. Pereaksi yang digunakan adalah Na2CO3(aq) atau K2CO3(aq).[12] 49. 49 Air yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :1. Air harus jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar dan tidak berbau.2. Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 8,5 . Air yang pHnya rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit.3. Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat, senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan radioaktif.4. Kesadahannya rendah. Kesadahan air dapat diakibatkan oleh kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+), serta ion-ion Mangan (Mn2+) dan besi (Fe2+) yang memberikan rasa anyir pada air dan berbau.5. Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escheria coli , yaitu bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera, typhus, paratyphus, dan hepatitis.[35]Tabel 4.2.1. Klasifikasi Tingkat Kesadahan [30] Kadar maksimal yang No Parameter Satuan dibolehkan 1 Besi Mg/I 1,0 2 Kadmium Mg/I 0,005 3 Kesadahan sebagai CaCO3 Mg/I 500 4 Klorida Mg/I 600 5 Mangan Mg/I 0,5 6 Timbal Mg/I 0,05 7 pH Mg/I 6,5-9,0 Tingkat kesadahan air dapat dinyatakan dalam satuan mg/I CaCO3 atauppm CaCO3 atau dalam satuan Grain atau derajat.[31] 50. 504.3. Tinjauan Bahan A. Aquadest (H2O) - Berat molekul : 18,015 g/mol - Titik didih : 99.98 oC B. Seng sulfat (ZnSO4) - Berat molekul : 161,47 g/mol - Titik lebur : 680 oC - Titik didih : 740 oC - Densitas : 57,7 g/100 ml C. Amonia (NH3) - Berat molekul : 17,0306 g/mol - Titik lebur : - 77,73 oC - Titik didih : -33,34 oC - Densitas : 89,9 g/100 ml D. Ammonium klorida (NH4Cl) - massa molar : 53,491 g / mol - densitas : 1.5274 g/cm3 - keasaman pKa : 9.245 - sifat : korosif, higroskopis E. Natrium hidroksida (NaOH) - Titik lebur : 318 C (591 K) - Titik didih : 1390 C (1663 K) - Massa molar : 39,9971 g/mol - Kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (20 C) - Penampilan : zat padat putih F. Natrium klorida (NaCl) - titik didih : 1465 C (1738 K) - massa molar : 58.44 g/mol - kelarutan dalam air : 35.9 g/100 mL (25 C) - warna : putih - bentuk : kristal 51. 51 G. EDTA (C10H16N2O8) - Masa molar : 292,24 g mol-1 - Densitas : 0,86 g cm-3 H. Indikator EBT (C20H12N3O7) - Massa molar : 461,381 g / mol - Penampilan : merah tua / coklat bubuk I. Indikator murexid (NH4C8H4N5O6) - Massa molar : 284,19 g / mol4.4. Alat dan BahanA. Alat B. Bahan - batang pengaduk - air sumur - beakerglass - ammonia (NH3) - botol aquades - ammonium klorida (NH4Cl) - buret - aquadest (H2O) - corong - etilendiamintetraasetat - Erlenmeyer (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2) - gelas arloji - indikator EBT (C20H12N3O7) NaCl - kertas saring - indikator Murexide (NH4C8H4N5O6) -NaCl - labu ukur - natrium hidroksida (NaOH) - neraca analitik - natrium klorida (NaCl) - pipet ball - seng sulfat (ZnSO4) - pipet tetes - pipet volume - statif dan klem - termometer 52. 524.5. Prosedur Percobaan A. Preparasi larutan - membuat larutan seng sulfat 0,01 sebanyak 100 mL - membuat larutan buffer pH 10 sebanyak 100 mL (67,5 gram amonium klorida 57 mL larutan ammonia pekat) - membuat larutan natrium hidroksida 2 M sebanyak 100 mL - membuat larutan EDTA 0,01 M sebanyak 500 mL - membuat campuran EBT-NaCl dan Murexide-NaCl. B. Standarisasi larutan EDTA 0,01 M - memipet 25 mL larutan seng sulfat 0,01 M, memasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL - menambahkan kurang lebih 75 mL aquadest dan 2 mL larutan buffer pH 10 - mengocok lalu menambahkan sedikit indikator EBT-NaCl sampai warna larutan merah anggur - menitrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan menjadi biru - mengulangi percobaan sampai 3 kali. C. Menentukan kesadahan total - memipet 25 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer - menambahkan 20 tetes larutan NaOH 2 M dan sedikit indikator Murexide-NaCl - menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi warna merah anggur - melakukan percobaan sampai 3 kali. D. Menentukan kesadahan tetap - memipet 25 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer - menambahkan 20 tetes larutan NaOH 2 M dan 5 mL larutan buffer pH 10 serta sedikit indikator EBT-NaCl 53. 53 - menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna larutan dari merah anggur menjadi biru - melakukan percobaan sampai 3 kali.4.6. Data Pengamatan A. Data pengamatan standarisasi larutan EDTA Tabel 4.6.1. Pengamatan standarisasi larutan EDTA Keterangan I II III Volume larutan seng sulfat dititrasi (mL) 25 25 25 Volume larutan EDTA-peniter (mL) 21,8 22 23 Volume rata-rata larutan peniter (mL) 22,26 B. Data pengamatan penentuan kesadahan total Tabel 4.6.2. Pengamatan penentuan kesadahan total dengan air sumur Keterangan I II Volume larutan yang dititrasi sampel (mL) 25 25 Volume titran (mL) 4,6 4,7 Volume rata-rata larutan peniter (mL) 4,65 Tabel 4.6.3. Pengamatan penentuan kesadahan total dengan air kran Keterangan I II Volume larutan yang dititrasi sampel (mL) 25 25 Volume titran (mL) 2,5 2,3 Volume rata-rata larutan peniter (mL) 2,4 54. 54 C. Data pengamatan penentuan kesadahan tetap Tabel 4.6.4. Pengamatan penentuan kesadahan tetap dengan air sumur Keterangan I II Volume larutan yang dititrasi sampel (mL) 25 25 Volume larutan titran (mL) 7 7 Volume rata-rata larutan peniter (mL) 7 Tabel 4.6.5. Pengamatan penentuan kesadahan tetap dengan air kran Keterangan I II Volume larutan yang dititrasi sampel (mL) 25 25 Volume larutan titran (mL) 3,5 3,6 Volume rata-rata larutan peniter (mL) 3,554.7. Persamaan Reaksi A. Standardisasi larutan EDTA 0,01 M Zn2+ + Y4- ZnY2- (Seng) (EDTA) (Seng-EDTA) B. Kesadahan total Ca(HCO3)2 CO2 + H2O + CaCO3 (Kalsium bikarbonat) (Karbondioksida) (Air) (Kalsium Karbonat) Mg(HCO3)2 CO2 + H2O + MgCO3 (Magnesium bikarbonat) (Karbondioksida) (Air) (Magnesium Karbonat) C. Kesadahan tetap CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaCl (Kalsium Klorida) (Natrium karbonat) (Kalsium karbonat) (Natrium klorida) MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl2 (Magnesium Klorida)(Kalsium hidroksida) (Magnesium hidroksida)(Kalsium klorida) 55. 554.8. PembahasanA. Standarisasi larutan EDTA EDTA dapat selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam, dan dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam. Tujuan penambahan larutan buffer (NH4Cl dan NH3) dalam titrasi kompleksometri adalah untuk menjaga agar pH tetap konstan. Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah EBT. Dengan penambahan EBT akan menimbulkan warna merah anggur kemudian dititrasi dengan larutan EDTA, maka warnanya berubah menjadi warna biru.B. Menentukan kesadahan total Pada penentuan kesadahan total, ditambahkan larutan NaOH 2M. Tujuan penambahan NaOH disini yaitu untuk meningkatkan pH sampel. Kemudian ditambahkan indikator Murexide (NH4C8H4N5O6)-NaCl yang akan membentuk warna merah. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA dan menimbulkan perubahan warna menjadi merah anggur. C. Menentukan kesadahan tetap Pada penentuan kesadahan tetap setelah ditambahkan larutan NaOH 2M dan larutan buffer pH 10 dengan indikator EBT-NaCl akan membentuk warna merah anggur. Tujuan penambahan larutan buffer dalam titrasi kompleksometri adalah untuk menjaga agar pH tetap konstan. Lalu dititrasi dengan larutan EDTA dan terjadi perubahan warna menjadi biru. Fungsi penambahan NaOH disini yaitu untuk meningkatkan pH sampel. 56. 564.9. Kesimpulan - Kompleksometri ialah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. - Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air. Kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam air sampel 1 (air sumur) adalah 280 ppm, dan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam air sampel 2 (air kran) adalah 140 ppm. 57. 57 BAB V ARGENTOMETRI5.1. Tujuan Percobaan - Membuat larutan standard perak nitrat 0,01 N. - Standardisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida. - Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor.5.2. Tinjauan Pustaka Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksititrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnyaadalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiappenambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikatoruntuk melihat titik akhir titrasi.[9] Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidakmudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakaiadalah titrasi penentuan natrium klorida dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksidengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut perakklorida. Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl (s) (endapan putih) + NaNO3(aq)[27] (perak nitrat) (natrium klorida) (perak klorida) (natrium nitrat)Penetuan titik akhir titrasi argentometri:- titrasi argentometri harus menggunakan indikator untuk mendeteksi titik akhir titrasi argentometri- berbagai cara dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi, yaitu cara potensiometri, cara turbidimetri, dan cara indikator- dikenal tiga metode penentuan titik akhir titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metoda Fajans- metoda Mohr didasarkan pada pembentukan endapan yang berwarna 58. 58- pembentukkan larutan senyawa kompleks berwarna merupakan dasar metode Volhard- metode Fajans didasarkan pada penyerapan indikator berwarna oleh endapan pada titik ekivalen.[34] Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat tiga indikator yangdigunakan, antara lain:- Metode Mohr (Pembentukan Endapan Berwarna)- Metode Volhard (Pembentukan Kompleks Berwarna)- Metode Fajans (Indikator adsorbsi) Titrasi dengan menggunakan metode Mohr dari klorida dengan ionperak, dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yangpermanen dan dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagaititik akhir titrasi. Tentu saja diperlukan bahwa pengendapan indikator itu terjadipada atau di dekat titik kesetaraan titrasi itu. Perak nitrat lebih dapat larut (sekitar8,410-5 mol/liter) daripada perak klorida (sekitar 110-5 mol/liter).[2] Konsentrasiion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara dengan larutanstandard perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama prosestitrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan kalium kromat encer. Setelahsemua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasidicapai akan bereaksi dengan indikator membentuk endapan coklat kemerahanperak kromat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (s) (putih) (ion perak) (ion klorida) (perak klorida) Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4 (s)(coklat kemerahan) [27] (ion perak) (ion kromat) (perak kromat) Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 10. Dalamlarutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asamkonsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4- hanya terionisasisedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengandikromat: 59. 59 2H+ + 2CrO42- 2HCrO4- Cr2O72- + H2O (ion hidrogen) (ion kromat) (hidrogen perak) (ion dikromat) (air) Mengecilnya kosentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunyamenambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat,dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromatcukup dapat larut.[2] Kurva titrasi argentometri dibuat dengan mengeplotkan antara perubahankonsentrasi analit pada sumbu ordinat dan volume titran pada sumbu aksis. Padaumumnya konsentrasi analit dinyatakan dalam fungsi (p) yaitu pX = -log[X]sedangkan volume titran dalam satuan milliliter. Kurva titrasi dapat dibagimenjadi 3 bagian wilayah yaitu sebelum titik ekuivalen, pada saat titik ekuivalendan setelah titik ekuivalen. Perlu diperhatikan bahwa kurva titrasi tidak hanyauntuk menentukan titik ekivalen, tetapi juga untuk menghitung konsentrasi kationatau anion pada setiap saat selama titrasi berlangsung.[27] Gambar 5.2.1. Kurva titrasi 50 mL NaCl 0,1 M vs AgNO3 Aplikasi argentometri dalam kehidupan sehari-hari adalah digunakanuntuk penentuan kadar klorida dilakukan dengan beberapa metode diantaranyaadalah metode titrasi argentometri dan metode spektrofotometer. Penggunaanmetode titrasi argentometri merupakan metode yang klasik untuk analisis kadarklorida yang dilakukan dengan mempergunakan perak nitrat dan indikator kaliumdikromat yaitu memiliki ketelitian dan keakuratan yang cukup tinggi dan dapatdigunakan untuk menentukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda-beda,