Anda di halaman 1dari 51

TUGAS MAKALAH

Limbah Rumah Sakit

Oleh :
Asrariyah H1E115003
Raudatun Nimah H1E115043
Yuni Yulianti H1E115026

Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II


Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Muhammad Firmansyah, S.T., M.T
Amd.hyp. S.T., M.Kes

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2017
TUGAS MAKALAH
Limbah Rumah Sakit

Oleh :
Kelompok 5

Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp. S.T., M.Kes


2. Muhammad Firmansyah, S.T., M.T

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini yang diberi judul Limbah Rumah Sakit, yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari adanya kekurangan ataupun kekeliruan yang belum dapat dikatakan
sempurna sebagaimana yang diharapkan, hal ini disebabkan karena keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki, namun demikian penulis berusaha semaksimal
mungkin dan berusaha untuk dapat memenuhi sasaran yang diinginkan sesuai
dengan judul diatas.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Limbah Rumah Sakit
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca. Aamiin.

Banjarbaru, April 2017

Penulis

2
TERIMAKASIH KEPADA :

Prof. Dr. H Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc


19660331 199102 1 001
Rektor Universitas Lambung Mangkurat

3
Dr. Ing Yulian Firmana Arifin,S.T., M.T
19750719 200003 1 001
Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

4
Rony Riduan, S.T., M.T
19761017 199903 1 003
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan di Universitas Lambung
Mangkurat

5
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.hyp. S.T., M.Kes
19780420 200501 2 002
Dosen Pengajar Kesehatan Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat

6
Muhammad Firmansyah,S.T., M.T

19890911 201504 1 002

Dosen Pengajar Kesehatan Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat

7
Asrariyah

H1E115003

Samuda, 16 Juli 1997

Jl. Partoe Muksin Rt 014/ Rw 005 Samuda, Kalimantan Tengah

asrariyah16@gmail.com

Laa Tahzan Innallah maana

8
Raudatun Nimah

H1E115043

Martapura, 21 Desember 1996

Komplek Sekumpul Indah 4 Blok.e no.6 Martapura

raudahnimah21.rn@gmail.com

Jadi diri sendiri itu baik, tapi lebih baik lagi jadi manusia yang Allah
inginkan

9
Yuni Yulianti

H1E115026

Tanjung, 26 Juni 1998

Komplek Swadharma Maburai RT. 03 A Kecamatan Murung Pudak Kabupaten


Tabalong

yuliantiyuni26@gmail.com

Dont put until tomorrow if you can do it today

10
PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa :


1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik apapun.
2. Karya tulis ini merupakan gagasan, dan rumusan yang diberi arahan oleh
Dosen Pengampu.
3. Dalam karya ini secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan
naskah dengan disebutkan nama penulis dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
4. Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka kami
bersedia menerima sangsi sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi.

Banjarbaru, April 2017


Yang membuat pernyataan, Yang membuat pernyataan,

Asrariyah Raudatun Nimah


H1E115003 H1E115043

Yang membuat pernyataan,

Yuni Yulianti
H1E115026

11
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
LIMBAH RUMAH SAKIT

Oleh :
Asrariyah H1E115003
Raudatun Nimah H1E115043
Yuni Yulianti H1E115026

Dosen Pengampu I

Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.hyp. S.T., M.Kes


NIP. 19780420 200501 2 002

Dosen Pengampu II

Muhammad Firmansyah, S.T., M.T


NIP. 19890911 201504 1 002
Banjarbaru, April 2017
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Teknik
Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

Dr. Rony Riduan, S.T., M.T Dr. Ing Yulian Firmana Arifin, S.T.,
M.T
NIP. 19761017 199903 1 003 NIP. 19750719 200003 1 00

12
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


PERNYATAAN ........................................................................................... 11
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... 12
DAFTAR ISI................................................................................................ 13

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 14


1.1 Latar Belakang............................................................................................ 14
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 15
1.3 Tujuan......................................................................................................... 15

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 16


2.1 Penggolongan Limbah Rumah Sakit.......................................................... 16
2.2 Pengelolaan Limbah Rumah Sakit..................................................... 17
2.3 Tahapan PengelolaanLimbah Rumah Sakit ............................................... 19
2.4 Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan..... 26
2.5 Pemanfaatan Limbah Rumah Sakit ........................................................... 27
2.6 Pemantauan Limbah Rumah Sakit ............................................................ 29

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 32


3.1. Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 32

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 36


4.1. Kesimpulan................................................................................................ 36

SOAL DAN JAWABAN ................................................................................ 37

RINGKASAN .............................................................................................. 44

INDEKS ..................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 49

RIWAYAT PENULIS .................................................................................... 50

13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat menjadi perhatian
utama dan merupakan kesejahteraan umum untuk pengembangan sumber daya
manusia Indonesia yang seutuhnya.Langkah utama dalam upaya tersebut adalah
dengan menjaga lingkungan sekitar agar tidak menimbulkan dampak
pencemaran. Namun seperti yang kita lihat saat ini berbagai macam
permasalahan lingkunganseperti menipisnya sumber daya alam dan tingginya
tingkat pencemaran menjadi permasalahan utama yang harus ditangani dengan
bijak. Jika masalah-masalah tersebut tidak diatasi dengan baik dan cepat maka
dapat mengancam kelangsungan pembangunan nasional dalam bidang
lingkungan hidup. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai
upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.Kegiatan
rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan
pencemaran. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian terhadap
pembuangan limbah ke lingkungan dengan adanya peraturan perundang-
undangan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Pasal 15 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No: KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Kualitas limbah padat mengacu pada Baku Mutu
Emisi Udara Insinerator menurut Keputusan KABAPEDALDA No: Kep-
03/BAPEDAL/09/1995.
Secara umum, limbah rumah sakit terdiri atas limbah padat, limbah cair
dan limbah gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia berbahaya dan
beracun sehingga diperlukan pemisahan limbah secara ketat berdasarkan jenis
limbahnya. Adapun salah satu sarana pengolahan limbah di rumah sakit dengan
menggunakan insenirator yaitu alat yang dapat mengurangi volume sampah yang

14
akan dibuang dan dapat menghilangkan sifat berbahaya dan beracunnya.
Parameter kunci untuk limbah rumah sakit yang dipantau yaitu berupa DO, BOD,
COD, TSS, pH, NH Bebas dan Total Bakteri.

1.2. Tujuan

Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
kesehatan lingkungan oleh dosen Ibu Prof. Dr.Ir.Qomariah
Sholihah,Amd.hyp.ST.M.Kes., juga untuk menambah wawasan kita mengenai
limbah rumah sakit serta memberikan pengetahuan dan wawasan kepada kita
tentang sumber, penggolongan, dampak limbah. Agar timbul kesadaran yang
pada akhirnya pencemaran dapat dikurangi.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa saja penggolongan penggolongan limbah rumah sakit?
2. Bagaimana pengelolaan dan tahapan pengelolaan limbah rumah sakit?
3. Apa pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkngan dan kesehatan?
4. Bagaimana cara pemanfaatan limbah rumah sakit?

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGGOLONGAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Menurut Alamsyah pada tahun 2007, limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya. Mengingat dampak yang kemungkinan ditimbulkan maka diperlukan
upaya pengelolaan yang baik dan benar meliputi alat, sarana, dan tatalaksanan
pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah
sakit yang memenuhi persyaratakan kesehatan lingkungan.
Penggolongan limbah rumah sakit terbagi menjadi limbah non
medis/domestik dan limbah medis. Limbah non medis/domestik adalah segala
zat padat yang terbuang dan tidak berguna baik yang dapat membusuk maupun
yang tidak dapat membusuk, untuk itu setiap unit disediakan tempat
pembuangan dengan ukuran, bentuk dan jumlah sampah kondisi setempat
kriteria alat penampung sampah antara lain : tidak mudah berkarat, tertutup
rapat, kedap air untuk sampah yang cair, mudah diangkut, mudah dibersihkan
dan dikosongkan, serta tidak menimbulkan bising. Sedangkan limbah medis
adalah hasil buangan dari segala aktivitas medis. Penggolongan limbah medis
dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalam
limbah medis serta volume dan sifat persistensinya yang menimbulkan masalah
(Depkes RI, 2002):
1. Limbah benda tajam seperti jarum, perlengkapan intravena, pipet Pasteur,
pecahan gelas dan sebagainya.
2. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah
laboratorium.
3. Limbah patologi (jaringan tubuh) adalah limbah jaringan tubuh yang terbuang
dari proses bedah atau autopsi.

16
4. Limbah citotoksik adalah limbah yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan bat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi citotoksik.
5. Limbah farmasi berasal dari limbah obat-obatan yang kadaluarsa atau sudah
tidak diperlukan lagi.
6. Limbah kimia dihasilkan dari limbah penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
7. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida.
Menurut Pristiyanto pada tahun 2000, rumah sakit tidak hanya
menghasilkan limbah organik dan anorganik tetapi juga menghasilkan limbah
infeksius yang mengandung bahan beracun (B3). Sekitar 10 sampai 15 persen
dari keseeluruhan limbah rumah sakit merupakan limbah infeksius yang
mengandung logam berat, antara lain merkuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya
adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makan baik dari
pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya sisanya merupakan
limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
Hasil kajian 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-
rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari. Sedangkan
produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisa lebih
jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik
sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) rumah sakit
sebesar 376,089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per
hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya potensi rumah sakit untuk
mencemari lingkungan dan kemungkinannnya menimbulkan kecelakaan serta
penularan penyakit (Kurminarno, 2004).

17
2.2 PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Menurut Sianturi pada tahun 2003, pengelolaan limbah rumah sakit di
Indonesia masih dalam kategori belum cukup baik. Berdasarkan kriteria WHO,
pengelolaan limbah rumah sakit yang baik bila presentase limbah medis 15
persen, namun kenyataannya di Indonesia presentase limbah medis mencapai
23,3 persen. Survei ini juga menemukan rumah sakit yang memisahkan limbah
sebesar 80,7 persen, melakukan pewadahan 20,5 persen dan pengangkutan 72,7
persen. Sedangkan pengelolaan limbah dengan insinerator untuk limbah
infeksius 62 persen, limbah toksik 51,1 persen, limbah radioaktif di Batan 37
persen.
Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan salah satu kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan tuntuk melindungi
kesehatan masyarakat sekitar oleh bahaya pencemaran yang bersumber dari
limbah rumah sakit. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksankaan
berupa peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengatur
pengelolaan dan peningkatan kesehatan lingkungan rumah sakit. Disamping itu,
secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan telah
mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Saat ini, sebagian
rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah.
Namun, pengelolaan tersebut masih perlu ditingkatkan.
Pengelolaan limbah pada dasarnya adalah upaya untuk mengurangi
volume, konsentrasi maupun bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan
setelah proses produksi. Dalam pelaksanaannya upaya yang mesti dilakukan
pertama kali adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah
yang dikeluarkan ke lingkungan berupa mengurangi limbah pada sumbernya,
serta upaya pemanfaatan limbah. Perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak
hanya pada limbah medis tajam tetapi juga secara keseluruhan. Namun
berdasarkan hasil Rapid Assesment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen
P2MPL. Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Kota, menyebutkan bahwa sebanyak 648 dari rumah sakit dari

18
1.476 rumah sakit yang ada yang memiliki insinerator yang baru 49% dan yang
memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah
tersebut kualitas limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang
memenuhi syarat baru mencapai 52%.
2.3. TAHAPAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

1.Limbah padat
Sebelum limbah padat dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan
limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan menjadi 5
golongan sebagai berikut:

1. Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai atau
jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan swab dan dreesing.
2. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
3. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
4. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
5. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan


penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.

19
a. Pemisahan

Pada limbah golongan a, dressing bedah yang kotor, swab dan limbah
lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam
bak penampungan limbah medis yang mudah dijangkau bak sampah yang
dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastik
tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah
mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan
ditampung sementara di bak sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai
tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah
tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :

1) Sampah dari haemodialisis


Sampah sebaiknya dimasukkan bersamaan dengan incinerator. Bisa juga
digunakan autoclaving (pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan
sterilisasi terutama untuk limbah infeksius),tetapi kantung harus dibuka dan
dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.

2) Limbah dari unit lain :


Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin
bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang
aman.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak
limbah medis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan
dengan incinerator.Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya
dimusnahkan dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah
pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.

Pada limbah Golongan B, syringe, jarum dan cartridges hendaknya


dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak
tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak

20
lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah
klinis sebelum diangkut dan dimasukkan denganincinerator.

b. Penampungan

Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan


kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa
ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang
ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan
dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah
ditentukan secara terpisah.
3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,
dan disediakan sarana pencuci.
4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan
bebas dari infestasi serangga dan tikus.
5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)

Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi


bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain
sambil menunggu pengangkutan.

c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan


eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.Kereta atau troli yang
digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa
sehingga permukaan harus licin, rata dan tidak tembus; tidak akan menjadi
sarang serangga; mudah dibersihkan dan dikeringkan; sampah tidak menempel
pada alat angkut; sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali.

21
2. Limbah Cair

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,


bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau unit
Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:

a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)


Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan,
karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya
dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih
mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup
sederhana yakni :
1) Pump Swap (pompa air kotor).
2) Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
3) Bak Klorinasi
4) Control room (ruang kontrol)
5) Inlet
6) Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
7) Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)


Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota,
karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips,
dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama
berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke
bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air
yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum
atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan
pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini
terdiri dari :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Oxidation Ditch (pompa air kotor)

22
3) Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4) Chlorination Tank (bak klorinasi)
5) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).
6) Control Room (ruang kontrol)

c. Anaerobic Filter Treatment System


Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment
dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya
akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa
anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Oleh
sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak
stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas,
sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi
nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain
sebagai berikut :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Septic Tank (inhaff tank)
3) Anaerobic filter.
4) Stabilization tank (bak stabilisasi)
5) Chlorination tank (bak klorinasi)
6) Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
7) Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung
dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka
kontruksi Anaerobic Filter Treatment Systemdapat disesuaikan dengan
kebutuhan tersebut, misalnya :
1) Volume septic tank
2) Jumlah anaerobic filter
3) Volume stabilization tank
23
4) Jumlah chlorination tank
5) Jumlah sludge drying bed
6) Perkiraan luas lahan yang diperlukan

Secara singkat pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah


sebagai berikut :

1. Pengumpulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses


yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran
penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan
pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia
B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah
untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah
bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan
tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan
perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan
kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan
domestik

3. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan


eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam

24
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah
diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.Pengangkutan eksternal yaitu
pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site).
Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan
harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus,
harus kuat dan tidak bocor.

4. Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis


tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan
dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh
terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang
mungkin diterapkan adalah :
Incinerasi
Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu
121 C)
Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)
Inaktivasi suhu tinggi
Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti C o60
Microwave treatment
Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk.

25
5. Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan


di rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan
volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan
pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan
dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur
pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya
kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume
sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik
menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan
relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu
dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya
adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari
logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak
dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag
filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan
dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat
dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara
yang sesuai.

2.4. PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN DAN


KESEHATAN

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan


dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organic, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap
dipandang.
26
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut
(korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.
3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat
seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetic dan reproduksi.
6. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat
yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
7. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum
suntik atau benda tajam lainnya.
8. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector
penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau
genangan air.
9. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-
gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
10. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman
penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.
11. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya
akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara.

2.5 PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Pemanfaatan limbah rumah sakit akan sangat membantu dalam


mengurangi jumlah limbah di lingkungan rumah sakit dan juga akan menjadi
nilai tambah pada limbah yang semula tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi
bahan yang mempunyai nilai ekonomis. Pelaksanaanpemanfaatan limbah dapat

27
berlangsung di dalam ataupun diluar rumah sakit. Pemanfaatan limbah dapat di
kelompokkan menjadi tiga jenis yaitu kegiatan 3R (reuse, recycledanreduce)
(DKSHE IPB, 2008).

Adapun yanga dimaksud dengan 3R (reuse, recycledanrecovery) adalah:

a. Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memilih wadah,


kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-
ulang.
b. Recycle adalah mendaur ulang barang seperti memilih produk dan kemasan
yang dapat didaur ulang dan mudah terurai. Mengolah sampah kertas
menjadi kertas atau karton kembali. Melakukan pengolahan sampah organik
menjadi kompos. Melakukan pengolahan sampah non organik menjadi
barang yang bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual.
c. Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak
lingkungan, mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.

Limbah cair rumah sakit dalam bentuk air hasil olahan dapat digunakan
kembali.air hasil olahan dapat di pergunakan untuk menyiram tanaman dan
mencuci mobil serta endapannya dapat dijadikan batu bata. Selain itu, air hasil
olahan dapat dijadikan pengisi kolam ikan hias atau membuat ternak ikan non
konsumtif seperti ikan hias dan ikan sapu-sapu.

Sampah limbah padat rumah sakit tidak bisa dimanfaatkan seluruhnya.


Hanya sampah non-infeksius yang dapat dimanfaatkan, misalnya sampah
tersebut dijadikan kompos untuk dijual sebagai pupuk tanaman. Dalam
pemanfaat sampah limbah rumah sakit jarang sering terjadi, selain banyak
mengandung bahan-bahan berbahaya juga limbah rumah sakit juga banyak
mengandung mikroogranisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun
dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes,2006). Pemanfaatan sampah infeksius
rumah sakit tidak diperkenankan karena mengandung bahan-bahan yang dapat
membahayakan penggunanya. Oleh karena itu, sampah infeksius harus selalu
dimusnahkan.

28
Sebelum di musnakan limbah rumah sakit juga harus di lakukan
pemilahan, pewadahan dengan:
1. Memilahan jenis jenis limbah medis padat mulai dari sumbernya, seperti
limbah infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksis dan B3
2. Tempat pewadahan limbah medis padat harus terbuat dari bahan yang kuat,
cukup ringan dan tahan karat, kedap air mempunyai permukaan yang halus
seperti fiberglass
3. Untuk benda-benda tajam dengan tempat khusus seperti safety box
4. Bahan atau alat yang dimanfaatkan kembalu setelah melalui sterilisasi seperti
pisau bedah mauoun botol gelas.

2.6. PEMANTAUAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Dalam upaya pemantauan limbah rumah sakit kementrian kesehatan


menjelaskan berbagai macam efek merugikan limbah rumah sakit bagi
lingkungan dan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Rendahnya
pengetahuan dan tata cara pengelolaan yang baik limbah medis maka
dibutuhkan suatu pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pengolahan limbah rumah sakit .
Berdasakan Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 pengertian limbah medis
padat yaitu limbah padat yang terdiri dari limbah ifeksius, limbah patologi,
limbah enda tajam , limbah farmasi, limbah sititoksis, limbah kimiawi , limbah
radioaktif, limbah containerbertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
Pengawasan mengenai pengeolaan limbah rumah sakit wajib dilakukan
secara aktif dan pasif, aktif dengan memantau rutin dan pasif yaitu menerima
laporan hasil pengolahan setiap triwulan sekali. Selain itu juga adanya instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dimana struktur yang dirancang untuk membuang
limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk
digunakan pada aktivitas yang lain. Adapun Sasaran dari kegiatan ini adalah
pembinaan dan pengawasan serta pengendalian pada Rumah sakit yang

29
menghasilkan limbah B3 medis sehingga meningkatkan kinerja pengelolaan
limbah B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Beberapa Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140)
c. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pengganti PP No. 18
Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Jo. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
48);
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
g. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
h. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
i. Permen LH No. 02/2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3

30
j. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
k. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009
tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah
Daerah;
l. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-
01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dann Beracun;
m. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Pengendalian Dampak Lingkungan (Lembaran Daerah Provinsi Banten
Tahun 2002 Nomor 79 Seri E);
n. Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor 14 Tahun 2013 tentang
Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah
Provinsi Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2013 Nomor 14);

31
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Limbah Cair Rumah Sakit


Pengolahan limbah cair yang dilakukan pada RS. Islam Faisal menggunakan
sistem pengolahan aerob. Pengolahan limbah cair ini dilakukan dalam beberapa
tahap, yaitu :
Air limbah yang berasal dari ruangan dan kamar yang ada di RS. Islam Faisal
dialirkan pada bak kontrol yang terdapat di depan maupun belakang kamar
dan ruangan tersebut.
Semua air limbah yang berasal dari bak kontrol tersebut terhubung dan
dialirkan pada bak pertama yang menggunakan sistem endapan selanjutnya
air limbah tersebut akan mengalir melewati bak kedua, ketiga, keempat,
kelima dan keenam.
Di bak keenam air limbah ini akan dialirkan pada bak pertama yang berukuran
besar dengan menggunakan sistem aerob.
Setelah melewati bak pertama air limbah selanjutnya dialirkan pada bak
kedua. Kedua bak ini memiliki ukuran yang sama dengan panjang 3m dan
diameter 100cm. Masing-masing bak memiliki skat yang berfungsi sebagai
penghubung dan bila mana terjadi kerusakan pada skat pertama maka
perbaikan hanya dilakukan pada skat tersebut, tanpa harus membongkar dua
skat yang lainnya.Pada pipa yang mengalirkan air limbah menuju bak masing-
masing memiliki tanda panah, hal ini berfungsi bila mesin berhenti beroprasi
atau bak penuh, maka air limbah akan di back wass atau dilairkan kembali
pada bak pertama.
Air limbah yang bersal dari bak tersebut selanjutnya dialirkan dengan
menggunakan bantuan sinar ultraviolet yang berfungsi sebagai pembunuh
kuman.

32
Air limbah selanjutnya difiltrasi dan dialirkan pada kolam ikan koi dengan
menggunakan bak yang berisi arang sebagi perantara.Ikan koi berfungsi untuk
memakan bakteri berbahaya pada air limbah tersebut.
Sebaian air limbah yang berasal dari kolam ikan dialirkan pada empat bak
yang selanjutnya akan mengalir ke lingkungan masyarakat.Limbah yang
mengalir ke lingkungan masyarakat ini tidak lagi berbahaya karna telah
melalui proses pembunuhan mikroorganisme berbahaya pada air limbah
rumah sakit tersebut. Air limbah yang mengalir ke lingkungan masyarakat
sekita 10 kubik.

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pengolahan limbah cair


RS. Islam Faisal telah memenuhi syarat sebagaimana yang tercantum
padaKepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Selain itu pengolahan limbah
cair yang menggunakan sistem aerob ini telah diolah dengan menggunakan
bantuan sinar ultraviolet dan bantuan ikan koi hingga menghasilkan limbah cair
yang ramah lingkungan.

2. Limbah Padat
a. Insenerator
Limbah padat seperti botol-botol, infus dibakar pada insenerator dengan
suhu pembakaran 120 C. Abu dan partikel-partikel yang berasal dari
pembakaran tersebut disemprot air dengan menggunakan batuan gas elpiji yang
dihubungakan dengan mesin pompa air, hal ini dilakukan agar abu pembakaran
tersebut tidak mencemari lingkungan. Pembakaran dilakukan 1 kali sehari atau
bergantung pada sampah medis. Dalam sekali pembakaran sampah mencapai 50
kg dalam waktu 1 jam. Hasil pembakaran dialihkan ke PT Multusam baik yang
telah dihancurkan maupun yang belum dihancurkan.Pengolahan limbah padat
golongan B pada RS. Islam Faisal telah diolah dengan baik menggunkan sistem
insenerator yang ramah lingkungan.
b. Limbah padat berupa jarum suntik dihancurkan pada mesin pencacah jarum.

33
c. Sebagian sampah-sampah juga ditampung pada tempat pembuangan sampah
sementara yang ditutupi dengan seng.
d. Tempat pembuangan sampah sementara pada RS. Islam Faisal belum
memadahi. Sampah yang ada di TPS menumpuk dengan ditutupi oleh
seng, sehingga sampah tersebut dapat membusuk dan memungkinkan
menjadi perkembangbiakan vektor, selain itu anak-anak yang tinggal disekitar
lingkungan rumah sakit masuk mengambil limbah padat seperti spuit,
sehingga sampah menjadi berantakan.
e. Limbah padat domestik berupa botol-botol dan sampah-sampah plastik
ditampung pada tempat pembuangan sampah sementara dan diangkut oleh
mobil pengangkut sampah sebanyak 3 kali seminggu. Selain itu RS. Islam Faisal
juga bekerja sama dengan pihak lain yang dapat mengolah limbah padat baik
itu limbah medis dan limbah domestik. Akan tetapi masih terdapat sampah
plastik seperti botol miniman dan pembungkus makanan yang berserakan di
halaman belakang rumah sakit, hal ini dapat mengganggu estetika lingkungan
rumah sakit. Penangan terhadap sampah yang berserakan ini dapat dilakukan
dengan mempekerjakan tukang sampah yang akan rutin membersihkan
sampah dilingkungan rumah sakit tersebut.
f. Pengolongan limbah medis RS. Islam Faisal dengan Warna kuning dan
hitam kantung plastic bertujuan untuk memudahkan mengenal berbagai jenis
limbah yang akan dibuang. Menurut buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit
Indonesia.1995, dan Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Klinis dan
Desinfeksi dan Sterilisasi RS. Kode standar hanya diusulkan untuk 3 golongan
sampah yang paling berbahaya yaitu:
Sampah Infeksius : Kantong berwarna kuning dengan symbol biohazard yang
telah dikenal secara internasional berwarna hitam.
Sampah citotoksik : Kantong berwarna ungu dengan symbol limbah citotoksik
(berbentuk cell dalam telo plasma)
Sampah radioaktif : Kantong berwarna merah dengan symbol radioaktif yang
telah dikenal secara internasional.

34
3. Pengolahan limbah padat bagi kesehatan manusia
Pengolahan limbah cair yang dilakuan RS. Islam Faisal telah memenuhi
syarat, sehingga tidak memungkinkan timbulnya penyakit bagi masyarakat yang
tinggal disekitar pemukiman RS. Islam Faisal. Pada pengolahan limbah padat RS.
Islam Faisal belum sepenuhnya memenuhi syarat terutama pada tempat
pembuanagan sampah sementara.
Sampah selalu identik sebagai sumber penyakit. Apalagi tumpukan ribuan
sampah medis yang sangat potensial menimbulkan berbagai macam penyakit.
Limbah padat rumah sakit yang dibiarkan menumpuk akan menimbulkan
berbagai dampak bagi kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan RS. Islam
Faisal. Pembuangan Sampah Sementara yang digunakan tidak memadai.
Banyaknya vektor yang berasal dari sampah tersebut seperti tikus dan lalat
masuk ke pemukiman masyarakat. Sehingga memungkinkan timbulnya penyakit
seperti diare, keracunan dan penyakit lainnya.

35
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil observasi YANG DILAKUKAN, terhadap keadaan sanitasi
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar masih perlu diperbaiki karena masih
banyak permasalahan yang kita lihat misalnya TPS yang sampahnya masih
menumpuk sehingga memungkinkan menjadi tempat perkembangbiakan
vektor seperti lalat dan tikus.
2. Pengolahan limbah cair dan padat di Rumah sakit sudah memenuhi
persyaratan dan prosedur yang ditetapkan,tetapi hanya saja khusus untuk
limbah padat perlu diberi warna sesuai dengan kode agar mudah dalam
penaganan, selain itu TPS harus dibenahi agar tidak terjadi pembusukan
sampah.

36
Soal dan Jawaban

1. Sebutkan, 5 kategori penggolongan Dalam pengelolaan limbah!


Penyelesaian:
Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari
kamar bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dreesing.

Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

2. Jelaskan sistem pengolahan air limbah mengenai proses anaerob


treatment!
Penyelesaian:
Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida
ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi
zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.

37
3. Sebutkan dan Jelaskan mengenai tata cara pengelolaan dan pembuangan
limbah medis!
Penyelesaian:

1. Pengumpulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )


Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses
yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan :
kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan
volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta
menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian
label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas
dan pembuangan.
2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah
bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup
dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis
dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan
menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan
dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong
berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius,
kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik,
kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah
radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang
sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas
pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat
pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan
38
prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang
terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan
lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan
tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.

4. jelaskan Dampak negative limbah cair terhadap lingkungan maks 3!


Penyelesaian:

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan


kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:

1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal


dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organic, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap
dipandang.

2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang


terlarut (korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.

3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan


oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient
tertentu dan fosfor.

5. Pemanfaatan limbah rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi 3


sebutkan dan jelaskan!
Penyelesaian:

39
Adapun yanga dimaksud dengan 3R (reuse, recycledanrecovery)
adalah:

a. Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya


memilih wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan
beberapa kali atau berulang-ulang.
b. Recycle adalah mendaur ulang barang seperti memilih produk
dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
Mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Melakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang
bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual.
c. Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa
merusak lingkungan, mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.
6. Bagaimana pengolahan limbah cair rs dilakukan?
Penyelesaian:
Pengolahan limbah cair ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :
Air limbah yang berasal dari ruangan dan kamar yang ada di RS. Islam
Faisal dialirkan pada bak kontrol yang terdapat di depan maupun
belakang kamar dan ruangan tersebut.
Semua air limbah yang berasal dari bak kontrol tersebut terhubung dan
dialirkan pada bak pertama yang menggunakan sistem endapan
selanjutnya air limbah tersebut akan mengalir melewati bak kedua,
ketiga, keempat, kelima dan keenam.
Di bak keenam air limbah ini akan dialirkan pada bak pertama yang
berukuran besar dengan menggunakan sistem aerob.
Setelah melewati bak pertama air limbah selanjutnya dialirkan pada bak
kedua. Kedua bak ini memiliki ukuran yang sama dengan panjang 3m
dan diameter 100cm. Masing-masing bak memiliki skat yang berfungsi
sebagai penghubung dan bila mana terjadi kerusakan pada skat pertama
maka perbaikan hanya dilakukan pada skat tersebut, tanpa harus
40
membongkar dua skat yang lainnya.Pada pipa yang mengalirkan air
limbah menuju bak masing-masing memiliki tanda panah, hal ini
berfungsi bila mesin berhenti beroprasi atau bak penuh, maka air limbah
akan di back wass atau dilairkan kembali pada bak pertama.
Air limbah yang bersal dari bak tersebut selanjutnya dialirkan dengan
menggunakan bantuan sinar ultraviolet yang berfungsi sebagai
pembunuh kuman.
Air limbah selanjutnya difiltrasi dan dialirkan pada kolam ikan koi dengan
menggunakan bak yang berisi arang sebagi perantara.Ikan koi berfungsi
untuk memakan bakteri berbahaya pada air limbah tersebut.
Sebaian air limbah yang berasal dari kolam ikan dialirkan pada empat bak
yang selanjutnya akan mengalir ke lingkungan masyarakat.Limbah yang
mengalir ke lingkungan masyarakat ini tidak lagi berbahaya karna telah
melalui proses pembunuhan mikroorganisme berbahaya pada air limbah
rumah sakit tersebut. Air limbah yang mengalir ke lingkungan masyarakat
sekita 10 kubik.

7. Bagaimana pengelolaan limbah rs dengan incinerator?


Penyelesaian:
Limbah padat seperti botol-botol, infus dibakar pada insenerator
dengan suhu pembakaran 120 C. Abu dan partikel-partikel yang
berasal dari pembakaran tersebut disemprot air dengan menggunakan
batuan gas elpiji yang dihubungakan dengan mesin pompa air, hal ini
dilakukan agar abu pembakaran tersebut tidak mencemari lingkungan.
Pembakaran dilakukan 1 kali sehari atau bergantung pada sampah medis.
Dalam sekali pembakaran sampah mencapai 50 kg dalam waktu 1 jam.
Hasil pembakaran dialihkan ke PT Multusam baik yang telah dihancurkan
maupun yang belum dihancurkan.
8. Jelaskan Anaerobic Filter Treatment System?
Penyelsaian:

41
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida
ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi
zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
9. Apasaja system oksidasipadakolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation
Ditch Treatment System)
Penyelesaian:
Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3) Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4) Chlorination Tank (bak klorinasi)
5) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2
petak).
6) Control Room (ruang kontrol)
10. Bagaimana pengolahan dan pembuangan limbah rumah sakit?
Penyelesaian:
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah
medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi
yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan
yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah
medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :
Incinerasi

42
Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh
bersuhu 121 C)
Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)
Inaktivasi suhu tinggi
Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti C o60
Microwave treatment
Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran
sampah)
Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk.

43
RINGKASAN

Menurut Alamsyah pada tahun 2007, limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Penggolongan limbah rumah sakit terbagi menjadi limbah non medis dan
limbah medis. Limbah non medis adalah segala zat padat yang terbuang dan
tidak berguna baik yang dapat membusuk maupun yang tidak dapat
membusuk.Penggolongan limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung di dalamnya serta volume dan sifat
persistensinya yang menimbulkan masalah (Depkes RI, 2002): limbah benda
tajam, limbah infeksius, limbah patologi, limbah citotoksik, limbah farmasi,
limbah kimia, dan limbah radioaktif. Pengelolaan limbah pada dasarnya adalah
upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi maupun bahaya limbah yang
dikeluarkan ke lingkungan setelah proses produksi.

Secara singkattahapan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah


sebagai berikut :1.Pengumpulan (Pemisahan Dan Pengurangan); 2.
Penampungan; 3. Pengangkutan, 4. Pengolahan dan pembuangan, 5.
Incinerator.Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti : gangguan
kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, gangguan/ kerusakan
tanaman dan binatang, gangguan terhadap kesehatan manusia, gangguan
genetic dan reproduksi, kecelakaan kerja , insiden penyakit demam berdarah
dengue meningkat, menimbulkan bau dan lain sebagainya.
Pemanfaatan limbah rumah sakit akan sangat membantu dalam
mengurangi jumlah limbah di lingkungan rumah sakit dan juga akan menjadi nilai
tambah pada limbah yang semula tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi
bahan yang mempunyai nilai ekonomis. Pemanfaatan limbah dapat di
kelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, ,kegiatan 3R (reuse, recycledanreduce).
Reuse berarti pemakaian kembali seperti contohnya memilih wadah, kantong
atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Recycle

44
adalah mendaur ulang barang seperti memilih produk dan kemasan yang dapat
didaur ulang dan mudah terurai. Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-
bahan yang bisa merusak lingkungan, mengurangi penggunaan bahan sekali
pakai. Dalam pemantauan limbah rumah sakit pengawasan mengenai
pengeolaan limbah rumah sakit wajib dilakukan secara aktif dan pasif, aktif
dengan memantau rutin dan pasif yaitu menerima laporan hasil pengolahan
setiap triwulan sekali. Selain itu juga adanya instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) dimana struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan
kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada
aktivitas yang lain.Beberapa Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140)
c. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pengolahan limbah cair yang dilakukan pada RS. Islam Faisal menggunakan
sistem pengolahan aerob.Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pengolahan
limbah cair RS. Islam Faisal telah memenuhi syarat sebagaimana yang tercantum
padaKepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Selain itu pengolahan limbah
cair yang menggunakan sistem aerob ini telah diolah dengan menggunakan
bantuan sinar ultraviolet dan bantuan ikan koi hingga menghasilkan limbah cair
yang ramah lingkungan.Pada pengolahan limbah padat RS. Islam Faisal belum
sepenuhnya memenuhi syarat terutama pada tempat pembuanagan sampah
sementara.

45
INDEKS
A
Anaerobic

B
Bakteri

C
Citotoksik

D
Dreesing

H
Haemodialisis

I
Infrksius
Intravena
Insinerator

L
Limbah

M
Medis

P
Patologi
Pipet

46
Preventif

R
Radioaktif

S
Swab

V
Veterinary

47
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, B. Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang untuk


Memenuhi Baku Mutu Lingkungan.Semarang. 2007.

Arifin.M, 2008. Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kesehatan. FKUI.

Djaja, M. I., dan Maniksulistya, D. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair di Rumah


Sakit X Jakarta. Volume 10, No. 2. 2006.

Direktorat Jendral PPM dan PLP dan Departemen Kesehatan RI.1991. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Kegiatan Di Bidang
Kesehatan Yang Wajib Membuat AMDAL dan AMDAL Rumah Sakit. Jakarta.
Bakti Husada.

Direktorat Jendral PPM dan PL dan Direktorat Jendral Pelayanan Medik


Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di
Indonesia. Jakarta. Bakti Husada.

Haqq, K. Analisis Efektivitas Biaya dan Penilaian Masyarakat Terhadap


Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Bogor. 2009.

Paramita, N. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot


Soebroto. Volume 2, No.1. 2007.

Reinhardt, P.A and Gordon, J.G . 1991. Infectious and Medical Waste
Management. Michigan. Lewis Publisher Inc.

Syovitri, M., Rosyidi, B. M. dkk. Apakah Breakpoint Chlorination (Bpc) Selalu


Aplikatif UntukMengolah Limbah Cair Rumah Sakit. Surabaya.

48
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama Asrariyah (H1E115003). Lahir


di Samuda, Kalimantan Tengah pada tanggal 16
Juli 1997. Alamat penulis di Jalan Partoe
Muksin RT. 14 RW. 05, Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan Samuda Kabupaten Kotawaringin
Timur, Kalimantan Tengah. Penulis lahir dari
pasangan suami istri Bapak Muhammad Usman
dan Ibu Siti Hatmah. Penulis merupakan anak
ke lima dari lima bersaudara. Penulis tamat
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Mentaya Hilir Selatan. Saat ini penulis menempuh pendidikan di Program Studi
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Membaca
adalah salah satu hobi penulis. Cita-cita penulis adalah ingin menjadi orang
sukses dunia dan akhirat. Motto penulis yaitu la tahzan, innallaha maana

Penulis bernama Raudatun Nimah


(H1E115043) lahir di Martapura, pada tanggal
21 Desember 1996. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara yang lahir dari
pasangan suami istri Bapak Muhammad Zaini
dan Ibu Khairun Najifah. Alamat penulis di
Komplek Sekumpul Indah 4 Blok. E Nomor 06,
Martapura. Penulis menyelesaikan pendidikan
di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Martapura pada tahun 2015. Saat ini penulis
terdaftar sebagai mahasiswi di Perguruan Tinggi Universitas Lambung Mangkurat
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan. Hobi penulis adalah streaming
youtube. Cita-cita penulis adalah ingin menjadi konsultan, pengusaha dan orang

49
yang sukses. Motto penulis yaitu jadi diri sendiri itu baik, tapi lebih baik lagi jadi
manusia yang Allah inginkan.

Nama lengkap penulis yaitu Yuni Yulianti


(H1E115026), lahir di Tanjung, 26 juni 1998 dari
pasangan suami istri Bapak Drs. Hasril Hasan
(alm) dan Ibu Darmayanti. Penulis bertempat
tinggal di Komplek Swadharma Maburai RT. 03
A Kecamatan Murung Pudak Kabupaten
Tabalong. Penulis menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjung.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara. Saat ini penulis sedang menempuh
pendidikan di Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat. Hobi penulis adalah membaca dan berolahraga. Cita-cita
penulis yaitu ingin menjadi dosen, wirausahawan, dan menjadi kebanggaan
keluarga. Motto penulis adalah dont put until tomorrow if you can do it today.

50

Anda mungkin juga menyukai