Oleh :
Asrariyah H1E115003
Raudatun Nimah H1E115043
Yuni Yulianti H1E115026
2017
TUGAS MAKALAH
Limbah Rumah Sakit
Oleh :
Kelompok 5
2017
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
TERIMAKASIH KEPADA :
3
Dr. Ing Yulian Firmana Arifin,S.T., M.T
19750719 200003 1 001
Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
4
Rony Riduan, S.T., M.T
19761017 199903 1 003
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan di Universitas Lambung
Mangkurat
5
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.hyp. S.T., M.Kes
19780420 200501 2 002
Dosen Pengajar Kesehatan Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat
6
Muhammad Firmansyah,S.T., M.T
7
Asrariyah
H1E115003
asrariyah16@gmail.com
8
Raudatun Nimah
H1E115043
raudahnimah21.rn@gmail.com
Jadi diri sendiri itu baik, tapi lebih baik lagi jadi manusia yang Allah
inginkan
9
Yuni Yulianti
H1E115026
yuliantiyuni26@gmail.com
10
PERNYATAAN
Yuni Yulianti
H1E115026
11
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
LIMBAH RUMAH SAKIT
Oleh :
Asrariyah H1E115003
Raudatun Nimah H1E115043
Yuni Yulianti H1E115026
Dosen Pengampu I
Dosen Pengampu II
Dr. Rony Riduan, S.T., M.T Dr. Ing Yulian Firmana Arifin, S.T.,
M.T
NIP. 19761017 199903 1 003 NIP. 19750719 200003 1 00
12
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .............................................................................................. 44
INDEKS ..................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 49
13
BAB I
PENDAHULUAN
14
akan dibuang dan dapat menghilangkan sifat berbahaya dan beracunnya.
Parameter kunci untuk limbah rumah sakit yang dipantau yaitu berupa DO, BOD,
COD, TSS, pH, NH Bebas dan Total Bakteri.
1.2. Tujuan
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
kesehatan lingkungan oleh dosen Ibu Prof. Dr.Ir.Qomariah
Sholihah,Amd.hyp.ST.M.Kes., juga untuk menambah wawasan kita mengenai
limbah rumah sakit serta memberikan pengetahuan dan wawasan kepada kita
tentang sumber, penggolongan, dampak limbah. Agar timbul kesadaran yang
pada akhirnya pencemaran dapat dikurangi.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Alamsyah pada tahun 2007, limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya. Mengingat dampak yang kemungkinan ditimbulkan maka diperlukan
upaya pengelolaan yang baik dan benar meliputi alat, sarana, dan tatalaksanan
pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah
sakit yang memenuhi persyaratakan kesehatan lingkungan.
Penggolongan limbah rumah sakit terbagi menjadi limbah non
medis/domestik dan limbah medis. Limbah non medis/domestik adalah segala
zat padat yang terbuang dan tidak berguna baik yang dapat membusuk maupun
yang tidak dapat membusuk, untuk itu setiap unit disediakan tempat
pembuangan dengan ukuran, bentuk dan jumlah sampah kondisi setempat
kriteria alat penampung sampah antara lain : tidak mudah berkarat, tertutup
rapat, kedap air untuk sampah yang cair, mudah diangkut, mudah dibersihkan
dan dikosongkan, serta tidak menimbulkan bising. Sedangkan limbah medis
adalah hasil buangan dari segala aktivitas medis. Penggolongan limbah medis
dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalam
limbah medis serta volume dan sifat persistensinya yang menimbulkan masalah
(Depkes RI, 2002):
1. Limbah benda tajam seperti jarum, perlengkapan intravena, pipet Pasteur,
pecahan gelas dan sebagainya.
2. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah
laboratorium.
3. Limbah patologi (jaringan tubuh) adalah limbah jaringan tubuh yang terbuang
dari proses bedah atau autopsi.
16
4. Limbah citotoksik adalah limbah yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan bat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi citotoksik.
5. Limbah farmasi berasal dari limbah obat-obatan yang kadaluarsa atau sudah
tidak diperlukan lagi.
6. Limbah kimia dihasilkan dari limbah penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
7. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida.
Menurut Pristiyanto pada tahun 2000, rumah sakit tidak hanya
menghasilkan limbah organik dan anorganik tetapi juga menghasilkan limbah
infeksius yang mengandung bahan beracun (B3). Sekitar 10 sampai 15 persen
dari keseeluruhan limbah rumah sakit merupakan limbah infeksius yang
mengandung logam berat, antara lain merkuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya
adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makan baik dari
pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya sisanya merupakan
limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
Hasil kajian 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-
rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari. Sedangkan
produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisa lebih
jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik
sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) rumah sakit
sebesar 376,089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per
hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya potensi rumah sakit untuk
mencemari lingkungan dan kemungkinannnya menimbulkan kecelakaan serta
penularan penyakit (Kurminarno, 2004).
17
2.2 PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Menurut Sianturi pada tahun 2003, pengelolaan limbah rumah sakit di
Indonesia masih dalam kategori belum cukup baik. Berdasarkan kriteria WHO,
pengelolaan limbah rumah sakit yang baik bila presentase limbah medis 15
persen, namun kenyataannya di Indonesia presentase limbah medis mencapai
23,3 persen. Survei ini juga menemukan rumah sakit yang memisahkan limbah
sebesar 80,7 persen, melakukan pewadahan 20,5 persen dan pengangkutan 72,7
persen. Sedangkan pengelolaan limbah dengan insinerator untuk limbah
infeksius 62 persen, limbah toksik 51,1 persen, limbah radioaktif di Batan 37
persen.
Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan salah satu kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan tuntuk melindungi
kesehatan masyarakat sekitar oleh bahaya pencemaran yang bersumber dari
limbah rumah sakit. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksankaan
berupa peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengatur
pengelolaan dan peningkatan kesehatan lingkungan rumah sakit. Disamping itu,
secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan telah
mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Saat ini, sebagian
rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah.
Namun, pengelolaan tersebut masih perlu ditingkatkan.
Pengelolaan limbah pada dasarnya adalah upaya untuk mengurangi
volume, konsentrasi maupun bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan
setelah proses produksi. Dalam pelaksanaannya upaya yang mesti dilakukan
pertama kali adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah
yang dikeluarkan ke lingkungan berupa mengurangi limbah pada sumbernya,
serta upaya pemanfaatan limbah. Perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak
hanya pada limbah medis tajam tetapi juga secara keseluruhan. Namun
berdasarkan hasil Rapid Assesment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen
P2MPL. Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Kota, menyebutkan bahwa sebanyak 648 dari rumah sakit dari
18
1.476 rumah sakit yang ada yang memiliki insinerator yang baru 49% dan yang
memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah
tersebut kualitas limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang
memenuhi syarat baru mencapai 52%.
2.3. TAHAPAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
1.Limbah padat
Sebelum limbah padat dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan
limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan menjadi 5
golongan sebagai berikut:
1. Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai atau
jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan swab dan dreesing.
2. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
3. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
4. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
5. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
19
a. Pemisahan
Pada limbah golongan a, dressing bedah yang kotor, swab dan limbah
lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam
bak penampungan limbah medis yang mudah dijangkau bak sampah yang
dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastik
tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah
mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan
ditampung sementara di bak sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai
tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah
tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
20
lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah
klinis sebelum diangkut dan dimasukkan denganincinerator.
b. Penampungan
c. Pengangkutan
21
2. Limbah Cair
22
3) Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4) Chlorination Tank (bak klorinasi)
5) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).
6) Control Room (ruang kontrol)
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung
dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka
kontruksi Anaerobic Filter Treatment Systemdapat disesuaikan dengan
kebutuhan tersebut, misalnya :
1) Volume septic tank
2) Jumlah anaerobic filter
3) Volume stabilization tank
23
4) Jumlah chlorination tank
5) Jumlah sludge drying bed
6) Perkiraan luas lahan yang diperlukan
2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah
bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan
tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan
perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan
kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan
domestik
3. Pengangkutan
24
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah
diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.Pengangkutan eksternal yaitu
pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site).
Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan
harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus,
harus kuat dan tidak bocor.
25
5. Incinerator
27
berlangsung di dalam ataupun diluar rumah sakit. Pemanfaatan limbah dapat di
kelompokkan menjadi tiga jenis yaitu kegiatan 3R (reuse, recycledanreduce)
(DKSHE IPB, 2008).
Limbah cair rumah sakit dalam bentuk air hasil olahan dapat digunakan
kembali.air hasil olahan dapat di pergunakan untuk menyiram tanaman dan
mencuci mobil serta endapannya dapat dijadikan batu bata. Selain itu, air hasil
olahan dapat dijadikan pengisi kolam ikan hias atau membuat ternak ikan non
konsumtif seperti ikan hias dan ikan sapu-sapu.
28
Sebelum di musnakan limbah rumah sakit juga harus di lakukan
pemilahan, pewadahan dengan:
1. Memilahan jenis jenis limbah medis padat mulai dari sumbernya, seperti
limbah infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksis dan B3
2. Tempat pewadahan limbah medis padat harus terbuat dari bahan yang kuat,
cukup ringan dan tahan karat, kedap air mempunyai permukaan yang halus
seperti fiberglass
3. Untuk benda-benda tajam dengan tempat khusus seperti safety box
4. Bahan atau alat yang dimanfaatkan kembalu setelah melalui sterilisasi seperti
pisau bedah mauoun botol gelas.
29
menghasilkan limbah B3 medis sehingga meningkatkan kinerja pengelolaan
limbah B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Beberapa Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140)
c. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pengganti PP No. 18
Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Jo. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
48);
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
g. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
h. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
i. Permen LH No. 02/2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3
30
j. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
k. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009
tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah
Daerah;
l. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-
01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dann Beracun;
m. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Pengendalian Dampak Lingkungan (Lembaran Daerah Provinsi Banten
Tahun 2002 Nomor 79 Seri E);
n. Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor 14 Tahun 2013 tentang
Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah
Provinsi Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2013 Nomor 14);
31
BAB III
32
Air limbah selanjutnya difiltrasi dan dialirkan pada kolam ikan koi dengan
menggunakan bak yang berisi arang sebagi perantara.Ikan koi berfungsi untuk
memakan bakteri berbahaya pada air limbah tersebut.
Sebaian air limbah yang berasal dari kolam ikan dialirkan pada empat bak
yang selanjutnya akan mengalir ke lingkungan masyarakat.Limbah yang
mengalir ke lingkungan masyarakat ini tidak lagi berbahaya karna telah
melalui proses pembunuhan mikroorganisme berbahaya pada air limbah
rumah sakit tersebut. Air limbah yang mengalir ke lingkungan masyarakat
sekita 10 kubik.
2. Limbah Padat
a. Insenerator
Limbah padat seperti botol-botol, infus dibakar pada insenerator dengan
suhu pembakaran 120 C. Abu dan partikel-partikel yang berasal dari
pembakaran tersebut disemprot air dengan menggunakan batuan gas elpiji yang
dihubungakan dengan mesin pompa air, hal ini dilakukan agar abu pembakaran
tersebut tidak mencemari lingkungan. Pembakaran dilakukan 1 kali sehari atau
bergantung pada sampah medis. Dalam sekali pembakaran sampah mencapai 50
kg dalam waktu 1 jam. Hasil pembakaran dialihkan ke PT Multusam baik yang
telah dihancurkan maupun yang belum dihancurkan.Pengolahan limbah padat
golongan B pada RS. Islam Faisal telah diolah dengan baik menggunkan sistem
insenerator yang ramah lingkungan.
b. Limbah padat berupa jarum suntik dihancurkan pada mesin pencacah jarum.
33
c. Sebagian sampah-sampah juga ditampung pada tempat pembuangan sampah
sementara yang ditutupi dengan seng.
d. Tempat pembuangan sampah sementara pada RS. Islam Faisal belum
memadahi. Sampah yang ada di TPS menumpuk dengan ditutupi oleh
seng, sehingga sampah tersebut dapat membusuk dan memungkinkan
menjadi perkembangbiakan vektor, selain itu anak-anak yang tinggal disekitar
lingkungan rumah sakit masuk mengambil limbah padat seperti spuit,
sehingga sampah menjadi berantakan.
e. Limbah padat domestik berupa botol-botol dan sampah-sampah plastik
ditampung pada tempat pembuangan sampah sementara dan diangkut oleh
mobil pengangkut sampah sebanyak 3 kali seminggu. Selain itu RS. Islam Faisal
juga bekerja sama dengan pihak lain yang dapat mengolah limbah padat baik
itu limbah medis dan limbah domestik. Akan tetapi masih terdapat sampah
plastik seperti botol miniman dan pembungkus makanan yang berserakan di
halaman belakang rumah sakit, hal ini dapat mengganggu estetika lingkungan
rumah sakit. Penangan terhadap sampah yang berserakan ini dapat dilakukan
dengan mempekerjakan tukang sampah yang akan rutin membersihkan
sampah dilingkungan rumah sakit tersebut.
f. Pengolongan limbah medis RS. Islam Faisal dengan Warna kuning dan
hitam kantung plastic bertujuan untuk memudahkan mengenal berbagai jenis
limbah yang akan dibuang. Menurut buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit
Indonesia.1995, dan Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Klinis dan
Desinfeksi dan Sterilisasi RS. Kode standar hanya diusulkan untuk 3 golongan
sampah yang paling berbahaya yaitu:
Sampah Infeksius : Kantong berwarna kuning dengan symbol biohazard yang
telah dikenal secara internasional berwarna hitam.
Sampah citotoksik : Kantong berwarna ungu dengan symbol limbah citotoksik
(berbentuk cell dalam telo plasma)
Sampah radioaktif : Kantong berwarna merah dengan symbol radioaktif yang
telah dikenal secara internasional.
34
3. Pengolahan limbah padat bagi kesehatan manusia
Pengolahan limbah cair yang dilakuan RS. Islam Faisal telah memenuhi
syarat, sehingga tidak memungkinkan timbulnya penyakit bagi masyarakat yang
tinggal disekitar pemukiman RS. Islam Faisal. Pada pengolahan limbah padat RS.
Islam Faisal belum sepenuhnya memenuhi syarat terutama pada tempat
pembuanagan sampah sementara.
Sampah selalu identik sebagai sumber penyakit. Apalagi tumpukan ribuan
sampah medis yang sangat potensial menimbulkan berbagai macam penyakit.
Limbah padat rumah sakit yang dibiarkan menumpuk akan menimbulkan
berbagai dampak bagi kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan RS. Islam
Faisal. Pembuangan Sampah Sementara yang digunakan tidak memadai.
Banyaknya vektor yang berasal dari sampah tersebut seperti tikus dan lalat
masuk ke pemukiman masyarakat. Sehingga memungkinkan timbulnya penyakit
seperti diare, keracunan dan penyakit lainnya.
35
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil observasi YANG DILAKUKAN, terhadap keadaan sanitasi
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar masih perlu diperbaiki karena masih
banyak permasalahan yang kita lihat misalnya TPS yang sampahnya masih
menumpuk sehingga memungkinkan menjadi tempat perkembangbiakan
vektor seperti lalat dan tikus.
2. Pengolahan limbah cair dan padat di Rumah sakit sudah memenuhi
persyaratan dan prosedur yang ditetapkan,tetapi hanya saja khusus untuk
limbah padat perlu diberi warna sesuai dengan kode agar mudah dalam
penaganan, selain itu TPS harus dibenahi agar tidak terjadi pembusukan
sampah.
36
Soal dan Jawaban
Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
37
3. Sebutkan dan Jelaskan mengenai tata cara pengelolaan dan pembuangan
limbah medis!
Penyelesaian:
39
Adapun yanga dimaksud dengan 3R (reuse, recycledanrecovery)
adalah:
41
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida
ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi
zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
9. Apasaja system oksidasipadakolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation
Ditch Treatment System)
Penyelesaian:
Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3) Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4) Chlorination Tank (bak klorinasi)
5) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2
petak).
6) Control Room (ruang kontrol)
10. Bagaimana pengolahan dan pembuangan limbah rumah sakit?
Penyelesaian:
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah
medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi
yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan
yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah
medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :
Incinerasi
42
Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh
bersuhu 121 C)
Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)
Inaktivasi suhu tinggi
Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti C o60
Microwave treatment
Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran
sampah)
Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk.
43
RINGKASAN
Menurut Alamsyah pada tahun 2007, limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Penggolongan limbah rumah sakit terbagi menjadi limbah non medis dan
limbah medis. Limbah non medis adalah segala zat padat yang terbuang dan
tidak berguna baik yang dapat membusuk maupun yang tidak dapat
membusuk.Penggolongan limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung di dalamnya serta volume dan sifat
persistensinya yang menimbulkan masalah (Depkes RI, 2002): limbah benda
tajam, limbah infeksius, limbah patologi, limbah citotoksik, limbah farmasi,
limbah kimia, dan limbah radioaktif. Pengelolaan limbah pada dasarnya adalah
upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi maupun bahaya limbah yang
dikeluarkan ke lingkungan setelah proses produksi.
44
adalah mendaur ulang barang seperti memilih produk dan kemasan yang dapat
didaur ulang dan mudah terurai. Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-
bahan yang bisa merusak lingkungan, mengurangi penggunaan bahan sekali
pakai. Dalam pemantauan limbah rumah sakit pengawasan mengenai
pengeolaan limbah rumah sakit wajib dilakukan secara aktif dan pasif, aktif
dengan memantau rutin dan pasif yaitu menerima laporan hasil pengolahan
setiap triwulan sekali. Selain itu juga adanya instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) dimana struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan
kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada
aktivitas yang lain.Beberapa Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140)
c. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pengolahan limbah cair yang dilakukan pada RS. Islam Faisal menggunakan
sistem pengolahan aerob.Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pengolahan
limbah cair RS. Islam Faisal telah memenuhi syarat sebagaimana yang tercantum
padaKepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Selain itu pengolahan limbah
cair yang menggunakan sistem aerob ini telah diolah dengan menggunakan
bantuan sinar ultraviolet dan bantuan ikan koi hingga menghasilkan limbah cair
yang ramah lingkungan.Pada pengolahan limbah padat RS. Islam Faisal belum
sepenuhnya memenuhi syarat terutama pada tempat pembuanagan sampah
sementara.
45
INDEKS
A
Anaerobic
B
Bakteri
C
Citotoksik
D
Dreesing
H
Haemodialisis
I
Infrksius
Intravena
Insinerator
L
Limbah
M
Medis
P
Patologi
Pipet
46
Preventif
R
Radioaktif
S
Swab
V
Veterinary
47
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral PPM dan PLP dan Departemen Kesehatan RI.1991. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Kegiatan Di Bidang
Kesehatan Yang Wajib Membuat AMDAL dan AMDAL Rumah Sakit. Jakarta.
Bakti Husada.
Reinhardt, P.A and Gordon, J.G . 1991. Infectious and Medical Waste
Management. Michigan. Lewis Publisher Inc.
48
RIWAYAT PENULIS
49
yang sukses. Motto penulis yaitu jadi diri sendiri itu baik, tapi lebih baik lagi jadi
manusia yang Allah inginkan.
50