Anda di halaman 1dari 2

Privatisasi PLN, Asing Ancam Sektor Energi

Listrik Indonesia
Privatisasi sektor kelistrikan dengan pecahan (unbundling) baik secara vertikal maupun horizontal PT.
PLN akan mengakibatkan beban listrik yang harus dibayar oleh masyarakat semakin besar, selain itu
membuka peluang pihak asing asing untuk menguasai sektor kelistrikan di tanah air.

Program ini pasti akan menaikan harga, sebab listrik selama ini mulai dari pembangkit, kemudian
transmisi, distribusi, dan retail melalui satu tangan. Ini akan dipecah-pecah, jelas Ketua UmumDPP
Serikat Pekerja PT. PLN Ahmad Daryoko dalam Acara Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan bertema
Prokontra Privatisasi PLN, di Gedung YTKI, Jakarta, Senin(18/2).

Menurutnya, apabila pembangkitan listrik ditangani oleh perusahaan asing, kemudian yang
mengurus transmisi oleh perusahaan lain, dan yang melakukan distribusi lain lagi, dikhawatirkan
akan terjadi perebutan keuntungan dari pembayaran konsumen.

Tiap masing-masing bagian itu akan membebankan biaya kepada konsumen, yang dirugikan
konsumen, apalagi ketika terjadi beban puncak, bisa seperti Kamerun naik 15-20 kali lipat biayanya.
Yang untungkan mereka yang menguasai unit-unit tadi, inikan instalasi milik publik tetapi kenapa
dikuasai pribadi-pribadi, tandasnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Tim Indonesia Bangkit Ichsanuddin Noorsy


mengatakan,Indonesia secara sistemik selama tiga generasi terus dijadikan sapi perahan AS, karena
secara ekonomi tidak bisa bebas.

Indonesia selalu merujuk kepada mekanisme pasar, dan ini sejalan dengan
konsensusWashington yang menuliskan bahwa tidak ada barang yang gratis, tegasnya.

Karena itu, lanjut Ichsan rencana privatisasi PLN yang nantinya akan tergantung pada mekanisme
pasar ini, selalu mengukur kekuatan dari segi materi, hal itu hanya akan menguntungkan kelompok
kapitalis, dan terus menyengsarakan rakyat.

Di tempat yang sama Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia M. Ismail Yusanto menegaskan, kebijakan
ekonomi pemerintah terhadap sektor kelistrikan ini, kalau dibiarkan akan bertentangan dengan
prinsip keadilan, sebab Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Energi ini merupakan milik
rakyat.

Masyarakat harus mempunyai akses yang sama untuk memperolah hak miliknya, dan seharusnya
pemerintah hanya mengatur ketersediaannya, jelasnya

Ia menilai, rencana pemerintah untuk melakukan pemecahan PLN telah mengubah fungsi negara
menjalankan pengawasan terhadap SDE, namun tidak lepas dari visi pasar bebas berupa penjajahan
baru melalui penguasaan sumber daya energi.

Wacana privatisasi PT. PLN ini bermula pada rapat umum pemegang saham (RUPS) PT PLN pada 8
Januari 2008. Keputusan dalam RUPS itu kali ini sangat istimewa, karena berupa restrukturisasi
terhadap PLN berupa pembentukan 5 anak perusahaan distribusi (Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Bali) serta paling lambat akhir tahun 2008 membentukan satu anak
perusahaan Transmisi dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali. Juga akan dibentuk dua BUMN
Pembangkitan bahwa PT Indonesia Power dan PT Pembangkit Jawa Bali yang terpisah dari PLN.
(novel; eramuslim.com; Senin, 18 Peb 08 18:33 WIB)

Anda mungkin juga menyukai