PENDAHULUAN
Memilih merupakan hal yang paling utama dari sebuah partisipasi dan
Konsep pemungutan suara dapat ditelusuri dalam sejarah dunia semenjak 508 SM
di masa Yunani kuno (Azhar, Zain & Asif, 2010). Setiap tahun Yunani memiliki
pemilihan yang bertujuan untuk pengasingan politisi selama lebih dari sepuluh
tahun berdasarkan suara negatif terbanyak, setiap laki-laki dan tuan tanah
politisi mereka. Jika salah satu politisi mendapat suara lebih dari 6000 orang yang
dijalankan oleh suatu partai, perwakilan pendapat dan kepentingan para pemilih,
serta sarana mobilisasi masa demi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, serta
pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu yang pertama kali dilaksanakan
pada tahun 1955, kemudian yang kedua dilaksanakan pada tahun 1971,
selanjutnya tahun 1977, tahun 1982, tahun 1987, tahun 1992, tahun 1997, tahun
1999, tahun 2004, dan tahun 2009. Pemilihan umum yang dilaksanakan dalam
1
2
rentang waktu 1971 sampai tahun 1999 masyarakat hanya memilih partai politik,
baik itu di DPRD kota/kabupaten, yang kemudian akan bertugas memilih walikota
ataupun bupati, DPRD provinsi, yang kemudian juga akan bertugas memilih
2008).
politik, hal ini dapat dilihat dengan ketidakbebasan yang dialami oleh masyarakat,
terutama dalam hal proses rekrutmen politik (pemilihan umum), di mana dalam
kesempatan untuk memilih siapa pemimpin mereka. Kondisi ini terjadi pada masa
orde baru, di mana partisipasi politik warga negara terutama dalam hal
menentukan pilihan dalam pemilihan umum sangat terbatas dan bahkan dibatasi
(Mahmud, 2009).
berubah secara signifikan. Dimasa orde baru, partai politik peserta pemilihan
umum di Indonesia hanya diikuti oleh tiga partai, yaitu Partai Golongan Karya,
partai politk peserta pemilu 2014 menghasilkan 15 partai politik yang dinyatakan
sah sebagai peserta pemilu (KPU, 2013). 12 partai yang lolos verifikasi faktual
Indonesia (PKPI). Dan 3 partai yang bersifat lokal yaitu, Partai Damai Aceh
(PDA), Partai Nasional Aceh (PNA), Partai Aceh (PA). 15 partai tersebut lolos
verifikasi faktual merupakan hasil seleksi KPU terhadap 34 partai politik yang
partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum tahun 1999 di atas 90 persen, pada
pemilihan umum tahun 2004 di bawah 80 persen dan pada pemilu terakhir tahun
2009 tingkat partisipasi masyarakat berada di bawah 70 persen (KPU 2010). Dari
data yang dikeluarkan KPU tersebut maka terlihat bahwa ada kecenderungan
Indonesia pada tahun 1999 akhirnya memunculkan tiga kekuatan politik baru,
yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan
Partai Bulan Bintang (PBB). Pada pemilihan umum 2004 juga memunculkan
partai politik yang baru yaitu Partai DEMOKRAT, dan Partai Hati Nurani Rakyat
kekuatan politik baru yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) (KPU,
2010). Dari data yang dikeluarkan oleh KPU tersebut maka terlihat bahwa ada
dalam pemilihan umum adalah rentang usia 18-24 tahun, hal ini ditunjukkan
dengan partisipasinya lebih rendah dengan usia yang lebih tua. Sebagai contoh
pada pemilihan presiden pada tahun 1996 dan 2000, hanya sekitar sepertiga surat
suara dari keseluruhan pemilih yang berusia 18-24 tahun. Pada tahun 2004, hanya
47 persen anak muda yang memilih, sedangakan rentang usia 24-55 tahun 55
dan ketidakpercayaan terhadap elit partai politik serta rendahnya kesempatan bagi
masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam sistem politik itu sendiri (Utama,
5
faktor seperti: jenis kelamin, budaya individualis dan kolektivis, serta keterlibatan
tingkat kepuasan masyarakat terhadap partai politik serta persepsi negatif terhadap
partai politik (Poon, 2003; Othman, 2008). Menurunnya tingkat partisipasi politik
memilih partai tertentu dan pilihan mana yang dipilih terlepas dari pihak mana
Seltzer dan Zhang (2011) berkesimpulan persepsi positif pada partai politik
tidak hanya meningkatkan partisipasi politik dalam memilih dalam pemilu tetapi
juga menguntungkan terhadap partai politik tertentu yang dipersepsi positif oleh
memiliki hubungan dengan persepsi pemilih terhadap partai politik. Jika persepsi
pada partai politik tertentu positif maka tingkat partisipasi politik juga akan
negatif antara persepsi terhadap partai politik terhap partisipasi politik. Penelitian
politik.
partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum juga berkaitan dengan trust
terhadap kandidat atau partai politik yang berkompetisi dalam pemilihan umum
(Goddeke, 2004; Yao & Murphy, 2007; Carter & Campbell, 2011).
bahwa ada hubungan yang positif antara trust dengan keputusan memilih di dalam
dan tokoh politik, efikasi politik para pemilih, serta tingkat sinisme masyarakat.
pemilih pemula di UK. Penelitian ini menghasilkan dampak dari sikap politik
partisipasi memilih masyarakat. Penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh
Ondercin dan White (2011) mengambil kesimpulan bahwa trust terhadap kandidat
konteks ini partisipasi politik formal yaitu ikut berperan aktif dalam pemilihan
presiden.
tingkat partisipasi masyarakat dalam dunia politik, baik itu partisipasi politik
formal seperti ikut serta dalam pemilihan umum, maupun aktivitas politik tidak
formal.
menjadi dewasa. Misalnya, sebagian besar pemuda yang berasal dari negara-
lebih rendah dibandingkan dengan pemuda yang tidak tergabung dalam komunitas
keterlibatan masyarakat dalam dunia politik yaitu kontak dengan orang lain. Hal
ini merupakan hal yang penting dalam domain instrumental dan sosio-emosional,
teman, dan banyak berhubungan satu dengan yang lainnya memiliki struktur
sosial yang kuat. Banyaknya informasi yang diperoleh dari kelompok di luar
dirinya, membuat sebuah kolam informasi yang sangat kaya dan heterogen.
relevan dari interaksi yang dilakukannya, ketertarikan dan penolakan terhadap hal
tertentu merupakan produk dari interaksinya itu, misalnya aktivitas politik yang
sejauh mana hubungan antara pemilih pemula sebagai masyarakat dan partisipasi
Dari paparan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul pada
penelitian ini adalah partisipasi politik pemilih pemula pada pemilihan presiden
ditinjau dari persepsi terhadap citra partai politik dan keterpercayaan kandidat
presiden.
B. Rumusan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana persepsi pemilih pemula terhadap citra partai politik dan
memilih.
khususnya yang tertarik dalam perilaku memilih. Selanjutnya penelitian ini juga
pertimbangan bagi partai politik yang ada di Indonesia untuk memperbaiki citra
dan membentuk persepsi yang positif terhadap partai ataupun strategi yang lain
agar partai politik menjadi sarana aspirasi masyarakat menjadi lebih maksimal.
partisipasi politik adalah penelitian yang dilakukan oleh Utama (2004) dengan
politik perempuan dan laki-laki tidak memiliki perbedaan yang nyata, perbedaan
yang nyata antara laki-laki dan perempuan hanya terjadi dalam aspek norma,
10
Dalam penelitiannya, Utama juga menemukan bahwa ada hubungan yang positif
khususnya pada bidang ilmu sosial dan politik. Di antara penelitian yang dengan
tema yang hampir sama pernah dilakukan oleh Slamet (2005) dengan judul
hubungan antara religiusitas dan persepsi terhadap partai Islam dengan sikap
memilih partai (studi pada mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Dalam
terhadap partai Islam memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap memilih
partai Islam. Tingkat religiusitas yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap
sikap memilih partai Islam yang semakin tinggi pula. Persepsi terhadap partai
Islam yang baik, juga akan mempengaruhi seseorang untuk memiliki sikap yang
semakin tinggi dalam memilih partai Islam. Persepsi terhadap partai Islam juga
menjadi prediktor yang cukup baik pula untuk meramalkan sikap seseorang dalam
Penelitian tentang profil kandidat juga pernah diteliti oleh Suyono (2005)
dengan judul sikap pemilih pemula ditinjau dari kampanye negatif, profil calon
presiden dan jenis kelamin. Dalam hasil penelitiannya Suyono (2005) menemukan
bahwa tidak ada perbedaan sikap pemilih yang mendapat pengaruh dari kampanye
negatif, profil calon presiden, dan jenis kelamin. Adanya perbedaan sikap pemilih
11
pemula yang mendapat pengaruh dari profil calon presiden dan kampanye negatif
dilatarbelakangi oleh profil calon presiden ideal dan profil calon presiden tidak
ideal, tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula ditinjau dari kampanye negatif
dan jenis kelamin, tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula ditinjau dari profil
calon presiden dan jenis kelamin, ada perbedaan sikap pemilih pemula yang
sangat signifikan sebagai akibat dari kampanye negatif, ada perbedaan sikap
pemilih pemula yang sangat signifikan sebagai akibat dari profil calon presiden,
tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula sebagai akibat dari jenis kelamin, tidak
adanya perbedaan sikap pemilih pemula ditinjau dari kampanye negatif, profil
masyarakat kota Gorontalo pada pemilihan kepala daerah secara langsung tahun
bersifat moderen yakni berorientasi pada isu, kandidat dan orientasi ekonomi.
kabupaten Lamongan. Peran dan pengaruh legitimasi kyai atau tokoh agama
masyarakat. Legitimasi institusi keagamaan dan kekuatan kyai atau tokoh agama
terhadap basis jamaah dan santrinya terurai dengan kepentingan ekonomi dan
Penelitian dengan tema yang sama juga telah dilakukan oleh Kurniawan
(2011) dengan judul komunitas sipil dan perilaku memilih dalam pemilihan umum
legislatif 2009 (studi tentang pengaruh komunitas sipil terhadap perilaku pemilih
bahwa mobilisasi massa yang dilakukan oleh komunitas sipil jauh lebih berhasil
Penelitan yang dilakukan oleh Eldo (2011) juga meneliti tentang perilaku
Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat pada pemilihan umum
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2005) dengan judul hubungan antara
harga diri dan aktualisasi diri dengan partisipasi mahasiswa dalam gerakan
dalam gerakan sosial peserta demonstrasi. Artinya semakin tinggi harga diri
13
gerakan sosial dan aktualisasi diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
politik juga pernah dilakukan oleh Matulessy (2008) dengan judul model kausal
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas maka dapat terlihat
bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dalam variabel yang diteliti, subjek dan
tempat penelitian.