ORGANISASI KEPEMIMPINAN
Disusun oleh :
Kelompok 7
Anggota:
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami
dapat menyusun Makalah Supervisi Pedidikan dan Organisasi Kepemimpinan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
2
BAB I PEDAHULUAN..........................................................................................iv
A. Latar Belakang...........................................................................................Iv
B Rumusan Masalah......................................................................................Iv
C. Tujuan........................................................................................................Iv
A. Pengertian Supervisi.....................................................................................5
B. Perbedaan Inspeksi Dan Supervisi................................................................6
C. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan...........................................................8
D. Tujuan Supervisi.........................................................................................10
E. Fungsi Supervisi Pendidikan......................................................................11
F. Tipe-tipe Supervisi.....................................................................................12
G. Proses Supervisi.........................................................................................14
F. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi.................16
H. Model Supervisi Pendidikan.......................................................................26
G. Mekanisme Pelaksanaan Supervisi.............................................................27
H. Melaksanakan Supervisi Pembelajaran......................................................27
Organisasi...........................................................................................................30
Kepemimpinan...................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................38
BAB I
PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pengertian Supervisi
b. Secara morfologis, kata supervisi terdiri atas dua kata, super dan visi (super
dan vision). Menurut Ametembun (1981: 1) super berarti atas atau lebih,
sedangkan visi berarti lihat, tilik, dan awasai. Jadi supervisi berarti melihat,
menilik dan mengawasi dari atas; atau sekaligus menunjukan bahwa orang yang
melaksanakan supervisi berada lebih tinggi dari orang yang dilihat, ditilik, dan
diawasi.
c. Secara semantik, para ahli memberikan berbagai corak definisi, tapi pada
prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut (Wiles, 1955:
8) "Supervision is assistance in the development of a better teaching-learning
situation" (supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi mengajar yang
lebih baik. Neagley dalam Pidarta (1986: 2) menyebutkan bahwa supervisi adalah
layanan kepada guru-guru di sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan
perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum. Menurut Mc. Nerney (dalam
Sahertian, 1982: 20) mengartikan supervisi sebagai prosedur memberi arah serta
mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.Sedangkan
Poerwanto (1986: 84) menyatakan, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan
yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif
6
Sedangkan supervisi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu pengertian bantuan
dari perbaikan.
7
C. PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN
6) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal
penting yang diperlukan untuk membuat laporan.[4]
8
prinsip asasi dan merupakan landasan utama dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai supervisor.
Disamping prinsip asasi ini, dapat kita bedakan juga prinsip-prinsip positif dan
prinsipnegatif.
1. Prinsip-prinsip positifasi
d. Sorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru-guru oleh
karena jabatannya.
9
D. Tujuan Supervisi
Menurut Arikunto ( 2004 : 40 ) Tujuan Supervisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada
guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan
kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan
proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus
10
pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan
b. Usaha-usaha sekolah
Setiap guru ingin bertumbuh dalam jabatannya. Oleh karena itu, guru selalu
belajar terus menerus, mengikuti seminar, workshop, dan lain-lain. Mereka
berusaha meningkatkan diri agar lebih baik. Untuk itu, perlu ada koordinasi yang
merupakan tugas dari supervisi.
11
melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dalam
kepemimpinan di sekolah.
Supervisi harus dapat memotivasi guru-guru untuk mau belajar dari pengalaman
nyata dilapangan. Melalui pengalaman baru ini mereka dapat belajar untuk
memperkaya pengetahuan mereka.
Seorang supervisi harus bisa memberikan stimulus agar guru-guru tidak hanya
berdasarkan instruksi atasan, tetapi mereka adalah pelaku aktif dalam proses
belajar mengajar.
F. Tipe-tipe Supervisi
1. Tipe Otokratis
12
kesalahan orang lain, bertindak sebagai Inspektur yang bertugas mengawasi
pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan
mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan
seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan
diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses
Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk
yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan
baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun
tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja
dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya
mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara
tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada
guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor
tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan
kehilangan arah yang pasti.
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif
dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan
bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya
kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri
tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
13
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi
dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja
yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota
atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
G. Proses Supervisi
14
depan. Jadi tugas supervisi adalah menolong guru-guru untuk selalu melihat
kedepan, melihat hal-hal yang baru dan secara antusias mengusahakan
perkembangan.
4. Supervisi Kreatif
Dalam supervisi konstruktif peran supervisor lebih besar dibanding guru, dalam
supervisi kreatif peran guru lebih besar dibanding supervisor dalam hal perbaikan
terhadap kelemahan-kelemahan yang ada. Peran supervisor hanya membina dan
mendorong guru. Dengan kata lain supervisor menciptakan situasi yang dapat
meningkatkan kreatifitas guru. Hal-hal yang baru hanya mungkin terjadi berkat
adanya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas hanya muncul dalam situasi
dimana orang merasa aman untuk mencoba hal-hal yang baru, dengan resiko akan
membuat kesalahan-kesalahan.
Ketika pengawas melakukan pengawasan terhadap guru, TU, dan kepala sekolah,
pengawasan tersebut disebut pengawasan fungsional karena berhubungan dengan
tugasnya. Ketika Kepala Sekolah melakukan pengawasan kepada guru, TU, dll
pengawasan tersebut dinamakan pengawasan struktural karena berhubungan
dengan jabatannya sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut. Karena supervisi
dilakukan pula oleh kepala sekolah maka dikenalah istilah pengawasan melekat
(waskat).
Ketika pengawas mengawasi guru maka sidebut supervisi klinis sedangkan saat
mengawasi kepala sekolah, TU, dan lain-lain disebut supervisi administratif.
Pengawas melakukan kunjungan kelas, melihat hal-hal yang kurang kemudian
membuat instrumen untuk kemudian melakukan pengawasan. sebelum melakukan
pengawasan, maka seharusnya ada tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu
monitoring, evaluasi, dan bantuan. Yang harus dipahami adalah bahwa sepervisor
bukanlah pengawas tetapi orang yang memberikan bantuan. Bantuan yang
diberikan pun tidak sama pada tiap-tiap sekolah, tergantung dari permasalahan
yang dihadapi.
5. Supervisi Kooperatif
15
sama dengan stafnya (cooperative process). Mengingat bahwa supervisi
pendidikan bukan tanggung jawab pribadi supervisor, melainkan merupakan karya
dan tanggung jawab bersama, maka evaluasi sebagai bagian yang esensial untuk
menilai keberhasilan program supervisi pendidikan haruslah dilakukan secara
kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip supervisi pendidikan
haruslah dilakukan secara kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip
pendidikan yang demokratis dimana seluruh staf dan pihak-pihak yang
berkepentingan diikutsertakan atau wakil-wakilnya yang representative dan
dikerahkan untuk proses evaluasi dalam suatu wadah musyawarah.
Proses evaluasi program supervisi pendidikan pada dasarnya berupa prosedur,
tahapan-tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh supervisor
dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan. Adapun langkah-
langkah yang dapat ditempuh meliputi merumuskan tujuan evaluasi menyeleksi
alat-alat evaluasi, menyusun alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah
hasil-hasil evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan sebagai langkah terakhir
adalah follow up.
Teknik supervisi Pendidikan adalah atat yang digunakan oleh supervisor untuk
mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan
pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi
pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta
melaksanakan teknik teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat
digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar
mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara
langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media
komunikasi (Sagala 2010 : 210). Adapun teknik teknik Supervisi adalah sebagai
berikut :
16
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala 2010 : 210 - 227)
Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan
situasi sekolah.
Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut dalam
bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam
orientasi ini adalah makan bersama.
17
Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa guru
baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima dalam kelompok
guru lain.
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan
untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan
profesi guru. (Pidarta 2009 : 71). Tujuan teknik supervisi rapat guru yang dikutip
menurut pendapat Sagala (2010 : 212) dan Pidarta (2009 : 171) adalah sebagai
berikut :
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat guru yang dikutip
menurut pendapat Sagala (2010 : 211), antara lain :
18
2. Masalah masalah yang akan menjadi bahan rapat harus merupakan
masalah yang timbul dari guru guru yang dianggap penting dan sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah
guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS
dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak
berubah menjadi ngobrol hal hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik
yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih
dahulu. Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini adalah sebagai berikut :
Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu bidang studi
atau bidang bidang studi yang serumpun.
19
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang
suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah
satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi
berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu
dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah
tersebut (Sagala 2010 : 213). Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk
memecahkan masalah masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari
hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.
Hal hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi sehingga
setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung supervisor harus
mampu :
Melihat bahwa setiap anggota diskusi senang dengan keadaan dan topik
yang dibahas dalam diskusi.
20
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah
pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja
secara kelompok. Hal hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan
workshop antara lain :
1. Masalah yang dibahas bersifat Life cntred dan muncul dari guru
tersebut,
Merumuskan kesimpulan.
21
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah
teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi pribadi
guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik teknik individual
dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
a. Teknik Kunjungan kelas.
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor
ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk
membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor
memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan
ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian melakukan
perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan kesulitan yang dihadapi
oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan. Kunjungan kelas
dapat dilakukan dengan 3 cara, yatiu :
22
mengajar. Selama berada dikelas supervisor melakukan pengamatan dengan teliti,
dan menggunakan instrumen yang ada terhada lingkungan kelas yang diciptakan
oleh guru selama jam pelajaran.
c. Percakapan Pribadi
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan
menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah sekolah yang
ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat kiat yang telah
diambil sampai seekolah tersebut maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik
supervisi ini adalah dapat saling membandingkan dan belajar atas kelebihan dan
kekurangan berdasarkan pengalaman masing masing. Sehingga masing
masing guru dapat memperbaiki kualitasnya dalam memberi layanan belajar
kepada peserta didiknya.
23
menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. Hal ini menyatakan bahwa teknik penyeleksian berbagai suber materi untuk
mengajar memiliki arti bahwa Teknik ini yang menitik beratkan kepada
kemampuan Supervisor dalam menyeleksi buku buku yang dimiliki oleh guru
pada saat mengajar yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar mengajar.
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat
memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang
akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik.
Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu
pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada
beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara
lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-
murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas guru di muka kelas. Yaitu
dengan menyususun pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu
menyebutkan nama siswa.
3. Diskusi Panel
Teknik ini dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari bermacam sudut ilmu
dan pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan. Mereka akan
melihat suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-
masing sehingga guru dapat masukan yang sangat lengkap dalam menghadapi
atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini adalah lahirnya sifat
cekatan dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang ahli.
4. Seminar
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu kelompok untuk
mendiskusikan, membahas dan memperdebatkan suatu masalah yang
berhubungan dengan topik. Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi, dalam
seminar ini dapat dibahas seperti bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi,
bagaimana mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah, bagaimana
24
mengatasi anak anak yang selalu membuat keributan dikelas, dll. Pada waktu
pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau ide ide menyangkut
permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya.
5. Simposium
6. Demonstrasi mengajar
7. Buletin supervisi
G. Metode Supervisi
Ada beberapa metode sekaligus teknik dalam supervisi Pendidikan , yaitu metode
langsung dan tidak langsung dengan teknik kelompok maupun perorangan.
H. Jenis Supervisi
25
1. Supervisi Umum dan Pengajaran
Supervisi umum yaitu : supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran.
Sedangkan pengajaran : kegiatan kepengawasan yang berfungsi
memperbaiki kondisi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Supervisi Klinis
Supervisi klinis : proses supervisi adalah bimbingan yang berdasarkan atas
observasi dan analisis data secara teliti dan objektif.
3. Pengawasan Melekat dan Fungsional.
26
Jika dilihat dari besarnya peranan tanggung jawab guru, tanggung jawab
pembina serta metode pembinaan yang digunakan dapat dilhat dalam tabel
berikut :
Tangggungjawab guru Tinggi Sedang Rendah
Tanggungjawab
Pembina Rendah Sedang Tinggi
Pandangan pembina Non direktif Kolaboratif Direktif
Delinoness
Metode Pembinaan Self asistent Contrae standar
27
memberikan salam kepada guru yang mengajar
mencari tempat duduk yang tidak mencolok
tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas
mencatat setiap kegiatan
bila ada memakai alat elektronika : tape recorder, kemera
mempersiapkan isian berupa check list
c. membicarakan hasil observasi
hasil yang dicatat dibicarakan dengan guru, dan beberapa hal yang
diperlu dikemukankan :
kepala sekolah mempersiapkan (bisa bertanya pada nara sumber atau
perpustakaan)
waktu percakapan
tempat percakapan
sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan
percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi
guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat
kelamahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam
memperbaiki kelemahan
saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis
kesepakatan perbaikan disepakati bersama dengan menyenangkan.
d. laporan percakapan
hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang
telah diobservasi
isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan
diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran
2. Saling mengunjungi. Dalam kegiatan belajar mengajar sudah ada wadah dari
kegiatan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
pembelajaran guru-guru antara lain :
a. untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP)
b. untuk tingkat Sekolah Dasar adalah Pusat kegiatan guru (PKG)
28
kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang
pembelajaran yang baik
5. Kaji tindak. Fokus utama kajian tindak adalah mendorong para prektisi untuk
meneliti dan terlibat dalam praktik penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya
dipakai sendiri oleh peneliti dan orang lain yang membutuhkan. Menurut
kemmi (1995), kaji tindak dirumuskan dalam empat tahap yaitu : tahap
perencanaan, tahap aksi atau pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan, tahap
evaluasi danrefleksi/umpan balik.Laporan hasil penelitian kaji tindak terdiri
dari :
a. gagasan umum
b. perumusan masalah
c. perencanaan penelitian kaji tindak
d. pelaksanaan penelitian kaji tindak
29
e. monitoring
f. evaluasi dan refleksi
g. saran dan rekomendasi
BAB XI
ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
Pada dasarnya atau sesuai kodratnya, manusia adalah makhluk
social/bermasyarakat yang menurut Aristoteles disebut sebagai Zoon politicon,
sehingga pada dasarnya pula manusia itu tidak bias hidup wajar dengan
menyendiri. Hampir sebagian besar tujuannya ternyata dapat terpenuhi, apabila
manusia itu berhubungan dengan manusia atau orang lain. Hal ini terutama sekali
disebabkan karena adanya keterbatasan sifat kodrati manusia sendiri, serta adanya
pembatasan-pembatasan yang dihadapi manusia di dunia ini dalam usaha
mencapai tujuan.
Dalam usahanya untuk bermasyarakat itu, maka orang pergi berkelompok
atau memasuki sesuatu kelompok atau organisasi, juga demi mencapai sesuatu
kepuasan (lahir/batin) serta peningkatan diri.
Kelompok atau organisasi itu kemudian menjadi himpunan manusia
dengan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga ada yang
menonjol, dan diakui kelebihannya oleh anggota-anggota atau sebagian besar
anggota-anggotanya, terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha
bersama untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, ia adalah
pemimpin. Gaya dan proses untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain
atau sekelompok orang untuk mencapai sesuatu tujuan yang ditetapkan, adalah
kepemimpinan.
Organisasi
Secara umum, oraganisai adalah kelompok manusia yang berkumpul
dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama, dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan itu.
Seseorang memasuki kelompok atau organisasi, adalah karena
mengharapkan tercapainya sesuatu kepuasan, baik kepuasan fisik/kebendaan
(seperti mendapat imbalan uang, barang, makanan, dan sebagainya), maupun
kepuasan non fisik/batin/rohaniah (seperti pujian, kelegaan, penghargaan dan
30
sebagainya). Jadi seseorang yang bergabung atau menjadi anggota kelompok tau
organisasi itu akan membantu beberapa fungsi atau tujuannya, misalnya:
1. Untuk memecahkan masalah kesepian/kebingungan jiwanya, ia memasuki
organisasi/kelompok pengajian sembahyang, dan sebagainya.
2. Untuk memecahkan masalah kesulitan belajar matematika/bahasa inggris,
maka ia memasuki kelompok/organisasi belajar matematika/bahasa inggris.
3. Ada juga untuk memecahkan masalah kesepian/kebingungan jiwanya,
seseorang bias juga memasuki kelompok meminum minuman keras, pengisap
ganja, narkotika, pemain judi, begadang, dan sebagainya.
4. Untuk memenuhi keinginannya dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya,
seseorang telah memilih untuk memasuki kelompok/organisasi PKK, Keluarga
Berencana, dan sebagainya.
Kepemimpinan
Ibarat lidi-lidi yang secara sendiri-sendiri (single) juga dapat berfungsi
membersihkan, namun dengan diikat dengan suh akan dapat meningkatkan
fungsinya untuk membersihkan (seabagai sapu lidi). Jadi suh atau pengikat pada
sapu lidi, dapat meningkatkan fungsi/produktivitas. Jadi bila anggota-anggota
organisasi itu kemudian memperolah pengikat (suh) yaitu seorang pemimpin,
31
maka organisasi/ kelompok itu akan makin meningkat
fungsinya/produktivitasnya.
32
lain); memiliki emosi yang stabil; bersikap terbuka; berani mengakui kesalahan
dan berani membela kebenaran; konsekuensi dan sepi ing pamrih ; rendah hati
dan sederhana; objekktif, cerdas, (contoh : Ki Hadjar Dewantara, Mahatma
Gandhi).
Kombinasi yang ideal adalah pemimpin yang berwibawa dan berkuasa.
Kombinasi lainnya adalah berkuasa dan ditakuti. Tetapi kombinasi berwibawa dan
ditakuti, merupakan suatu contradiotio interminis.
Secara teoritis dapat dibedakan 3 (tiga) bentuk kepemimpinan, yang dalam
praktik mungkin dijalankan secara murni atau kombinasi atau menurut
kecenderungannya, yaitu Tipe/gaya kepemimpinan yang otoriter, laissez-faire dan
demokratis.
1. Tipe kepemimpinan otoriter adalah yang paling banyak dikenal karena
tergolong yang paling tua. Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di
tangan seseorang atau sekelompok kecil orang-orang yang disebut atasan
sebagai penguasa atau penentu yang tidak dapat diganggu gugat, dan orang
yang lain (bawahan) harus tunduk pada kekuasaannya dibawah ancaman dan
hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya. (monokrasi,
oligokrasi).
Bagi bawahan tidak ada kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan
pendapat. Instruksi atau perintah atasan tidak boleh ditafsirkan, tapi harus
dilaksanakan secara tertib dan konsekuensi tanpa kesalahan. Akibat-akibat
negative dalam kepemimpinan ini adalah:
a. Bawahan menjadi seorang penurut yang tidak mau dan tidak mampu
berinisiatif mampu berinisiatif dan takut mengambil keputusan, tidak
mampu menciptakan sesuatu karya tetapi hanya bersifat menunggu
instruksi atasan.
b. Bawahan dipaksa bekerja keras, patuh dan mekanis, selalu diliputi
perasaan takut dan cemas serta ketegangan jiwa, karena selalu dibayangi
ancaman hukuman. Mereka giat bekerja hanya selama dibawah
pengawasan atasannya, dan menunggu kesempatan untuk bersantai atau
melawan secara agresif bila mendapat kesempatan.
33
c. Suasana lembaga menjadi statis dan rutin saja. Rapat dan musyawarah
antara atasan dan bawahan dipandang tidak perlu, karena hanya
membuaang waktu. Segala sesuatu cukup diputuskan oleh atasan saja agar
cepat dilaksanakan.
34
Kepemimpinan pancasila
Dalam GBHN dinyatakan secara tegas, bahwa berhasilnya pembangunan
nasional tergantung dari partisipasi serta sikap mental, tekad, semangat, ketaatan
dan displin seluruh rakyat Indonesia serta para penyelanggara negara. Oleh sebab
itu para penyelanggara negara perlu memahami dan meyakini 3 konsep berikut:
1. Kepemimpinan Indonesia dalam melaksanakan pembanguanan nasional harus
bersumber kepada falsafah negara Pancasila.
2. Kepemimpinan Pancasila merupakan kepemimpinan yang mamp[u
memadukan nilai-nilai tradisional yang bermutu tinggi dengan nilai-nilai
modernism Barat yang positif.
3. Kepemimpinan Pembangunan Nasional sebagai aparatur negara harus mampu
memahami dan mayakini kebenaran dasar dan tujuan, perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta kaitannya dengan bidang-bidang lain. Di
samping itu kepemimpinan pembangunan harus mampu mendorong
menggerakkan dan mengarahkan usaha pembangunan ke arah pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut Dr. Roslan Abdoel Gani mengemukakan, bahwa setiap pemimpin
mempunyai landasan pokok nilai-nilai moral kepemimpinan dari warisan
nenek moyangnya. Bangsa Indonesia memiliki TAP II/MPR/1978 tentang P4
serta telah mengakui Pancasila sebagai satu-satunya asas, sehingga norma-
norma yang merupakan nilai moral Pancasila yang harus dihayati dan
diamalkan, dan selalu digunakan sebagai sumber bagi para pemimpin
Indonesia. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang
mencerminkan sikap konsisten dan konsekuen dalam menghayati
mengamalkan Pancasila. Kepemimpinan Pancasila hanya bisa diwujudkan
apabila ada keterpaduan antara nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dari warisan-
warisan nenek moyangnya, dengan nilai-nilai modernisme Barat yang positif
yaitu demokratis, rasional, efektif, dan efisien. Nilai demokrasi, khususnya
demokrasi Pancasila harus gigih dikembangkan untuk mematikan otokrasi
35
akibat tekanan colonial Belanda dan fasisme Jepang yang telah menjajah kita
selama 350 tahu + 3 tahun. Nilai rasional harus ditingkatkan untuk
mempertanggungjawabkan kepemimpinan yang selama masa silam banyak
ditutupi dengan kata tabu/pemali atau ora ilok (Jawa) untuk dijabarkan.
Namun sesungguhnya para orang tua sering takut atas ucapannya (yang sakti)
bila benar-benar terjadi misalnya: Jangan memanjat, itu pemali/tabu (ora
ilok). Nilai efektivitas dan efesiensi harus lebih dikembangkan agar
pembangunan nasional lebih cepat serta hemat pelaksanaannya.
Tentang nilai-nilai kepemimpinan sebagai warisan luhur nenek
moyang kita dapat tengak sejenak ke masa silam, khususnya masa kejayaan
bangsa Indonesia dibawah kepemimpinan para raja, panglima, pujangga,
pemuka adat, pejuang kemerdekaan, dan sebagainya. Di sana kita dapat
menemukan permata-permata dan mutiara-mutiara yang bernilai luhur sekali
sebagai warisannya, baik berbentu semboyan, slogan, syair dan puisi yang
tersusun dalam tembang dan gending-gending. Warisan kepemimpinan yang
adi luhug itu antara lain:
1. Dari pepatah/semboyan Jawa : Kajening sarira, mung ana lahi lan
solahbawa, artinya harga diri seseorang (pemimpin) ditentukan oleh
kata/ucapan dan tingkah lakunya. Jadi apakah seorang pemimpin itu selalu
konsisten dan konsekuen tegas, tepat, anggun dan berwibawa dalam
kepemimpinannya. Bagi Raja/Ratu berlaku : Sabda pandhita ratu,
artinya bahwa sabda/kata pemimpin adalah ucapan pasti.
2. Alkisah dinegara Mahespati dengan rajanya bernama Prabu Sosrobahu,
dengan patihnya bernama Suwondogeni yang semula berasal dari rakyat
biasa yang mulai mengabdi dengan nama Sumantri. Karena keluhuran
budinya dan ketekunannya, ia dijadikan suri tauladan bagi seluruh warga
negara yang terlukis dalam sebuah Dhandhanggula sebagai berikut:
Yogyanira kang para prajurit Seyogyanya para prajurit lamun bisa anuladda
Kadya muni caritane Andelira Sang Prabu
Sosrobahu ing Mahespati Kang aran Patih Suwondo lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara guna-Kaya Ian Purun dan antepi
Nuhoni trah utomo
36
3. Tatkala Sri Prabu Ramawijaya akan menobatkan Gunawan Wibisono
sebagai raja Alengka, menggantikan kakaknya Prabu Rahwana yang telah
gugur akibat keangkaramurkaannya, beliau berpesan agar Wibisono dapat
menjadi raja/pemimpin Negara yang baik, hendaklah berpegang pada
Hasta Brat atau 8 Dewa yang terbaik.
Penutup
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa dalam upaya ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai telah diamanatkan dalam pembukaan
UUD 1945, marilah kita tingkatkan pengorganisasian lembaga pendidikan kita
agar lebih efektif dan efisien, serta dibina dengan kepemimpinan Pancasila,
khususnya kepemimpinan pendidikan Pancasila, suatu proses mempengaruhi dan
menggerakkan peserta didik kita menuju sasaran yang telah kita tetapkan yaitu
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah digarikan dalam GBHN, dengan
senantiasa konsisten dan konsekuen dalam mengamalkan sila-sila Pancasila, yang
dalam perwujudannya senantiasa memperhatikan keterpaduan antara nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia dengan modernisasi Barat yang positif.
Realisasi dan keberhasilannya sangat tergantung pada kita semua dalam
menanggapi, menghayati serta mengamalkan dalam bidang pendidikan khususnya
serta dalam masyarakat luas pada umumnya. Ingatlah Bila ada kemauan, disitu
ada jalan (where is a will, threre is a way). Mari kita tingkatkan terus
kepemimpinan kita masing-masing, cara kita berorganisasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan kita , serta profesionalitas kependidikan kita demi
partisispasi aktif kita dalam ikut mewujudkan masyarakat Pancasila yang kita cita-
citakan.
37
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psb-psma.org/content/blog/pentingnya-supervisi-pendidikan
Maryono, Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.17
38
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar,
(Jakarta: Bumi Aksara,1994), hlm.1
39