Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH SUPERVISI PEDIDIKAN DAN

ORGANISASI KEPEMIMPINAN

Disusun oleh :

Kelompok 7

Anggota:

1. Aisyah Isni Mauthia (E1R115004)


2. Iftahul Muhayana (E1R115023)
3. Shanti Astriani (E1R115058)
4. Ulwan Sulhi Zayyan (E1R115070)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM

2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami
dapat menyusun Makalah Supervisi Pedidikan dan Organisasi Kepemimpinan ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


Administrasi dan Supervisi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua
pembaca.
Demikian kata pengantar ini kami buat. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon maaf bila ada
kesalahan kata dalam pembuatan makalah ini. Kami harap kritik dan saran
pembaca yang membangun dapat membuat makalah ini lebih baik. Terima Kasih.

Mataram,20 Mei 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

2
BAB I PEDAHULUAN..........................................................................................iv
A. Latar Belakang...........................................................................................Iv
B Rumusan Masalah......................................................................................Iv
C. Tujuan........................................................................................................Iv

BAB II SUPERVISI PEDIDIKAN..........................................................................5

A. Pengertian Supervisi.....................................................................................5
B. Perbedaan Inspeksi Dan Supervisi................................................................6
C. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan...........................................................8
D. Tujuan Supervisi.........................................................................................10
E. Fungsi Supervisi Pendidikan......................................................................11
F. Tipe-tipe Supervisi.....................................................................................12
G. Proses Supervisi.........................................................................................14
F. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi.................16
H. Model Supervisi Pendidikan.......................................................................26
G. Mekanisme Pelaksanaan Supervisi.............................................................27
H. Melaksanakan Supervisi Pembelajaran......................................................27

BAB III ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN................................................30

Organisasi...........................................................................................................30
Kepemimpinan...................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................38

BAB I

PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

3
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar beaaga

C. TUJUAN

4
BAB II

SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Pengertian Supervisi

Supervisi adalah istilah yang relativ sering terdengar dari pendidikan di


Indonesia , karena itu perlu uraian secara lengkap tentang pengertiannya, yang
akan dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu dari sudut etimologis, morfologis, dan
semantik.

a. Secara etimologis, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris,


yaitu supervision, artinya pengawasan (Echols, 1983: 569). Oteng (1983: 222)
mengatakan bahwa penggunaan istilah supervisi sering diartikan sama
dengan directing atau pengarahan. Sementara Suharsimi (1988: 152) mengatakan
bahwa memang sejak dulu banyak orang menggunakan istilah pengawasan,
penilikan atau pemeriksaan untuk istilah supervisi, demikian pula pada zaman
Belanda orang mengenal istilah inspeksi.

b. Secara morfologis, kata supervisi terdiri atas dua kata, super dan visi (super
dan vision). Menurut Ametembun (1981: 1) super berarti atas atau lebih,
sedangkan visi berarti lihat, tilik, dan awasai. Jadi supervisi berarti melihat,
menilik dan mengawasi dari atas; atau sekaligus menunjukan bahwa orang yang
melaksanakan supervisi berada lebih tinggi dari orang yang dilihat, ditilik, dan
diawasi.

c. Secara semantik, para ahli memberikan berbagai corak definisi, tapi pada
prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut (Wiles, 1955:
8) "Supervision is assistance in the development of a better teaching-learning
situation" (supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi mengajar yang
lebih baik. Neagley dalam Pidarta (1986: 2) menyebutkan bahwa supervisi adalah
layanan kepada guru-guru di sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan
perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum. Menurut Mc. Nerney (dalam
Sahertian, 1982: 20) mengartikan supervisi sebagai prosedur memberi arah serta
mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.Sedangkan
Poerwanto (1986: 84) menyatakan, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan
yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat dipetik kesimpulan bahwa


Supervisi merupakan suatu layanan dari atasan kepada bawahan dengan
memberikan pengarahan guna mengembangkan kinerja menjadi lebih baik.
Kegiatan supervisi disebut pula sebagai kegiatan mengawasi atau pengawasan.

B. PERBEDAAN INSPEKSI DAN SUPERVISI

Inspeksi berasal dari istilah bahasa belanda inspectie. Didalam bahasa


inggris dikenal inspection. Kedua kata tersebut berartipengawasan, yang terbatas
kepada pengertian mengawasi apakah bawahan (dalam hal ini adalah guru)
menjalankan apa yang telah diinstruksikan oleh atasannya, dan bukan berusaha
membantu guru itu (Ngalim Purwanto, 1990). Pelakunya disebut inspektur.
Inspektur pendidikan bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap semua
kegiatan sekolah, mulai dari keberhasilan sekolah, masalah ketatausahaan,
masalah kemuridan, keuangan, dan sebagainya sampai kepada proses belajar-
mengajar. Pada saat melakukan inspeksi, kegiatan inspektur ditekankan kepada
usaha melihat kelemahan pelaksanaan sekolah untuk memberikan konduite guru
atau kepala sekolah.

Inspektur dalam hal ini mengadakan :

1. Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana


mestinya

2. Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah


ditetapkan/digariskan

3. Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan


sepihak

4. Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis

5. Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik

6
Sedangkan supervisi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu pengertian bantuan
dari perbaikan.

Berbagai buku mendefinisikan supervisi berbeda satu sama lain. Daresh


(1989), misalnya mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses mengawasi
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Wiles (1955)
mendefinisikan sebagai bantuan dalam perkembangan situasi belajar-mengajar.
Lucio dan McNeil (1978) medefinisikan tugas supervisi, yang meliputi:

(a) Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan kebijakan dan program.

(b) Tugas administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkordinasian


melalui konferensi dan konsultasi yang dilakukan dalam usaha mencari perbaikan
kualitas pengajaran.

(c) Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum, yaitu dalam


kegiatan merumuskan tujuan, membuat penuntun mengajar bagi guru, dan
memilih isi pengalaman belajar.

(d) Melaksanakan demonstrasi mengajar untuk guru-guru, serta

(e) Melaksanakan penelitian.

Sergiovanni dan Starratt (1979) berpendapat bahwa tugas supervisi adalah


perbaikan situasi pengajaran.

Dari berbagai definisi tersebut, kelihatannya ada kesepakatan umum, bahwa


kegiatan supervisi pengajaran ditujukan untuk perbaikan pengajaran. Perbaikan itu
dilakukan melalui peningkatan kemampuan professional guru dalam
melaksanakan tugasnya.[3]

7
C. PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN

Seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam


melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi:

1) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada


guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan
bukan mencari-cari kesalahan.

2) Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya


bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau
dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk
dapat mengatasi sendiri.

3) Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik,


sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor
memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan
pertanyaan atau tanggapan.

4) Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan


sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.

5) Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya


mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi
tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang
disupervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan
yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.

6) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal
penting yang diperlukan untuk membuat laporan.[4]

Sebagai seorang supervisor tidak sedikit masalah yang dihadapi


dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu dalam usaha memecahkan
masalah-masalah ini hendaknya berpegang teguh pada pancasila yang merupakan

8
prinsip asasi dan merupakan landasan utama dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai supervisor.

Disamping prinsip asasi ini, dapat kita bedakan juga prinsip-prinsip positif dan
prinsipnegatif.

1. Prinsip-prinsip positifasi

a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan koperatif

b. Supervisi harus kreatif dan konstruktif

c. Supervisi harus scientific dan efektif

d. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru

e. Supervisi harus berdasarkan kenyataan

f. Supervisi harus memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru-guru


untuk mengadakan self evaluation.

2. Prinsip-prinsip negatif, Prinsip-prinsip negatif ini merupakan larangan bagi


kepala sekolah sebagai supervisor, adalah sebagai berikut:

a. Seorang supervisor tidak boleh bersikap otoriter.

b. Seorang suupervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru.

c. Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa


apakah peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi yang telah dilaksanakan atau
tidak.

d. Sorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru-guru oleh
karena jabatannya.

e. Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil


dalam cara-cara guru mengajar.

f. Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia mengalami kegagalan.


[5]

9
D. Tujuan Supervisi

Menurut Arikunto ( 2004 : 40 ) Tujuan Supervisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada
guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan
kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan
proses pembelajaran.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus supervisi ada beberapa yaitu meliputi:

a. Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik


yang belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.

b. Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan


membimbing siswa mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

c. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana


dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung
dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.

d. Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada


untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan belajar siswa.

e. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung


terciptanya suasana kinerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat mencapai
prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.

f. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga


tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan sekolah

10
pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan

E. Fungsi Supervisi Pendidikan

Menurut Swearingen (Sahertian, 2008: 21) terdapat 8 fungsi supervisi sebagai


berikut:

1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah

Usaha-usaha sekolah meliputi:

a. Usaha tiap guru

Guru ingin mengemukakan ide dan menguraikan materi pelajaran menurut


pandangannya ke arah peningkatan. Usaha-usaha yang bersifat individu tersebut
perlu dikoordinasi. Itulah fungsi supervisi.

b. Usaha-usaha sekolah

Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap


kegiatan sekolah, termasuk program-program sepanjang tahun ajaran, perlu ada
koordinasi yang baik.

c. Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan

Setiap guru ingin bertumbuh dalam jabatannya. Oleh karena itu, guru selalu
belajar terus menerus, mengikuti seminar, workshop, dan lain-lain. Mereka
berusaha meningkatkan diri agar lebih baik. Untuk itu, perlu ada koordinasi yang
merupakan tugas dari supervisi.

2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah

Kepemimpinan merupakan suatu ketrampilan yang harus dipelajari dan


membutuhkan latihan yang terus-menerus. Salah satu fungsi supervisi adalah

11
melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dalam
kepemimpinan di sekolah.

3. Memperluas pengalaman guru

Supervisi harus dapat memotivasi guru-guru untuk mau belajar dari pengalaman
nyata dilapangan. Melalui pengalaman baru ini mereka dapat belajar untuk
memperkaya pengetahuan mereka.

4. Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif

Seorang supervisi harus bisa memberikan stimulus agar guru-guru tidak hanya
berdasarkan instruksi atasan, tetapi mereka adalah pelaku aktif dalam proses
belajar mengajar.

5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus

Penilaian yang diberikan harus bersifat menyeluruh dan kontinu. Mengadakan


penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama dari supervisi pendidikan.

6. Menganalisis situasi belajar mengajar

Tujuan dari supervisi adalah untuk memperbaiki situasi belajar mengajar.


Penganalisisan memberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha ke
arah perbaikan.

7. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf


supervisi berfungsi untuk memberikan dorongan stimulasi dan membantu guru
agar dapat mengembangkan pengetahuan dalam ketrampilan mengajar.

8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan


tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.[10]

F. Tipe-tipe Supervisi

1. Tipe Otokratis

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan


model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari

12
kesalahan orang lain, bertindak sebagai Inspektur yang bertugas mengawasi
pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan
mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan
seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.

2. Tipe Laisses Faire

Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan
diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses
Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk
yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan
baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.

3. Tipe Coersive

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun
tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja
dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya
mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara
tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada
guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor
tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan
kehilangan arah yang pasti.

4. Tipe Training dan Guidance

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif
dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan
bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya
kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri
tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.

5. Tipe Demokratis

13
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi
dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja
yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota
atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

G. Proses Supervisi

Ditinjau dari Pelaksanaannya Supervisi dibagi menjadi :


1. Supervisi Korektif

Supervisi ini menekankan pada usaha-usaha mencari kesalahan guru. Supervisi


yang bersifat korektif ini tidak menguntungkan karena dapat membuat guru
frustasi dan bersikap negatif terhadap program-program supervisi.
2. Supervisi Preventif

Supervisi yang bersifat preventif menekankan pada usaha-usaha untuk mencegah


guru melakukan kesalahan misalnya dengan memberikan larangan-larangan atau
pedoman secara tertulis. Supervisi ini tidak akan menolong guru meningkatkan
kemampuannya. Guru menjadi takut dalam bertindak kecuali hal yang sesuai
dengan yang dipaparkan. Akibatnya dapat menurunkan kepercayaan diri guru.
Tidak salah mencegah guru melakukan kesalahan tetapi lebih penting adalah
mempersiapkan guru untuk menghadapi persoalan-perosalan yang mungkin
terjadi.
3. Supervisi Konstruktif

Supervisi yang bersifat konstruktif ialah supervisi yang berorientasi kemasa


depan. Supervisi yang demikian ini didasari pada kenyataan dan keyakinan
melihat kesalahan yang lampau serta menjaga agar guru tidak membuat kesalahan.
Hal ini tidak banyak menolong guru-guru untuk berkembang dalam profesi
maupun kepribadianya. Hakikat pendidikan ialah membangun agar menjadi lebih
baik. Peranan supervisi adalah membina dan membangun. Kesalahan-kesalahan
masa lampau dapat digunakan sebagai pengalaman dan penemuan untuk masa

14
depan. Jadi tugas supervisi adalah menolong guru-guru untuk selalu melihat
kedepan, melihat hal-hal yang baru dan secara antusias mengusahakan
perkembangan.
4. Supervisi Kreatif

Dalam supervisi konstruktif peran supervisor lebih besar dibanding guru, dalam
supervisi kreatif peran guru lebih besar dibanding supervisor dalam hal perbaikan
terhadap kelemahan-kelemahan yang ada. Peran supervisor hanya membina dan
mendorong guru. Dengan kata lain supervisor menciptakan situasi yang dapat
meningkatkan kreatifitas guru. Hal-hal yang baru hanya mungkin terjadi berkat
adanya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas hanya muncul dalam situasi
dimana orang merasa aman untuk mencoba hal-hal yang baru, dengan resiko akan
membuat kesalahan-kesalahan.
Ketika pengawas melakukan pengawasan terhadap guru, TU, dan kepala sekolah,
pengawasan tersebut disebut pengawasan fungsional karena berhubungan dengan
tugasnya. Ketika Kepala Sekolah melakukan pengawasan kepada guru, TU, dll
pengawasan tersebut dinamakan pengawasan struktural karena berhubungan
dengan jabatannya sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut. Karena supervisi
dilakukan pula oleh kepala sekolah maka dikenalah istilah pengawasan melekat
(waskat).
Ketika pengawas mengawasi guru maka sidebut supervisi klinis sedangkan saat
mengawasi kepala sekolah, TU, dan lain-lain disebut supervisi administratif.
Pengawas melakukan kunjungan kelas, melihat hal-hal yang kurang kemudian
membuat instrumen untuk kemudian melakukan pengawasan. sebelum melakukan
pengawasan, maka seharusnya ada tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu
monitoring, evaluasi, dan bantuan. Yang harus dipahami adalah bahwa sepervisor
bukanlah pengawas tetapi orang yang memberikan bantuan. Bantuan yang
diberikan pun tidak sama pada tiap-tiap sekolah, tergantung dari permasalahan
yang dihadapi.

5. Supervisi Kooperatif

Dalam proses evaluasi di bidang supervisi pendidikan seorang supervisor dapat


mempertimbangkan untuk melakukan sendiri (single process) atau bersama-

15
sama dengan stafnya (cooperative process). Mengingat bahwa supervisi
pendidikan bukan tanggung jawab pribadi supervisor, melainkan merupakan karya
dan tanggung jawab bersama, maka evaluasi sebagai bagian yang esensial untuk
menilai keberhasilan program supervisi pendidikan haruslah dilakukan secara
kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip supervisi pendidikan
haruslah dilakukan secara kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip
pendidikan yang demokratis dimana seluruh staf dan pihak-pihak yang
berkepentingan diikutsertakan atau wakil-wakilnya yang representative dan
dikerahkan untuk proses evaluasi dalam suatu wadah musyawarah.
Proses evaluasi program supervisi pendidikan pada dasarnya berupa prosedur,
tahapan-tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh supervisor
dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan. Adapun langkah-
langkah yang dapat ditempuh meliputi merumuskan tujuan evaluasi menyeleksi
alat-alat evaluasi, menyusun alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah
hasil-hasil evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan sebagai langkah terakhir
adalah follow up.

F. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi

Teknik supervisi Pendidikan adalah atat yang digunakan oleh supervisor untuk
mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan
pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi
pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta
melaksanakan teknik teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat
digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar
mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara
langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media
komunikasi (Sagala 2010 : 210). Adapun teknik teknik Supervisi adalah sebagai
berikut :

16
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok

Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang


dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama sama oleh supervisor
dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86).

Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala 2010 : 210 - 227)

a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.

Pertmuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan supervisee


(Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana
kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian
(2008 : 86). Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat
menyampaikan atau menguraikan kepada supervisee hal hal sebagai berikut
(Sahertian 2008 : 86) :

Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.

Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah.

Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan
situasi sekolah.

Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut dalam
bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.

Ada juga melalui perkunjungan ke tempat tempat tertentu yang berkaitan


atau berhubungan dengan sumber belajar.

Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam
orientasi ini adalah makan bersama.

17
Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa guru
baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima dalam kelompok
guru lain.

b. Rapat guru

Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan
untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan
profesi guru. (Pidarta 2009 : 71). Tujuan teknik supervisi rapat guru yang dikutip
menurut pendapat Sagala (2010 : 212) dan Pidarta (2009 : 171) adalah sebagai
berikut :

Menyatukan pandangan pandangan guru tentang masalah masalah


dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.

Memberikan motivasi kepada guru untuk menerima dan melaksanakan


tugas tugasnya dengan baik serta dapat mengembangkan diri dan jabatan
mereka secara maksimal.

Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang baik guna pencapaian


pengajaran yang maksimal.

Membicarakan sesuatu melalui rapat guru yang bertalian dengan


proses pembelajaran.

Menyampaikan informasi baru seputar belajar dan pembelajaran, kesulitan


kesulitan mengajar, dan cara mengatasi kesulitan mengajar secara
bersama dengan semua guru disekolah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat guru yang dikutip
menurut pendapat Sagala (2010 : 211), antara lain :

1. Tujuan tujuan yang hendak dicapai harus jelas dan konkrit.

18
2. Masalah masalah yang akan menjadi bahan rapat harus merupakan
masalah yang timbul dari guru guru yang dianggap penting dan sesuai
dengan kebutuhan mereka.

3. Masalah pribadi yang menyangkut guru di lembaga pendidikan tersebut


perlu mendapat perhatian.

4. Pengalaman pengalaman baru yang diperoleh dalam rapat tersebut harus


membawa mereka pada peningkatan pembelajaran terhadap siswa.

5. Partisipasi guru pada pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan


sebaik baiknya.

6. Persoalan kondisi setempa, waktu, dan tempat rapat menjadi bahan


pertimbangan dalam perencanaan rapat guru.

c. Studi kelompok antar guru

Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah
guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS
dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak
berubah menjadi ngobrol hal hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik
yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih
dahulu. Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini adalah sebagai berikut :

Meningkatkan kualitas penguasaan materi dan kualitas dalam memberi


layanan belajar.

Memberi kemudahan bagi guru guru untuk mendapatkan bantuan


pemechan masalah pada materi pengajaran.

Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu bidang studi
atau bidang bidang studi yang serumpun.

19
d. Diskusi

Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang
suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah
satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi
berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu
dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah
tersebut (Sagala 2010 : 213). Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk
memecahkan masalah masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari
hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.

Hal hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi sehingga
setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung supervisor harus
mampu :

Menentukan tema perbincangan yang lebih spesifik ;

Melihat bahwa setiap anggota diskusi senang dengan keadaan dan topik
yang dibahas dalam diskusi.

Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua


anggota dan dapat memecahkan masalah dalam pengajaran.

Melihat bahwa kelompok merasa diperlukan dan diikutsertakan untuk


mencapai hasil bersama.

Mengakui pentingnya peranan setiap anggota yang dipimpinnya.

20
e. Workshop

Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah
pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja
secara kelompok. Hal hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan
workshop antara lain :

1. Masalah yang dibahas bersifat Life cntred dan muncul dari guru
tersebut,

2. Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam


kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih
baik.

f. Tukar menukar pengalaman Tukar menukar pengalaman Sharing of


Experince suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman
masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling
memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain.
Langkah langkah melakukang sharing antara lain :

Menentukan tujuan yang akan dicapai.

Menentukan pokok masalah yang akan dibahas.

Memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk menyumbangkan


pendapat pendapat mereka

Merumuskan kesimpulan.

21
2. Teknik Individual dalam Supervisi

Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah
teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi pribadi
guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik teknik individual
dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
a. Teknik Kunjungan kelas.

Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor
ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk
membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor
memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan
ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian melakukan
perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan kesulitan yang dihadapi
oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan. Kunjungan kelas
dapat dilakukan dengan 3 cara, yatiu :

Kunjungan kelas tanpa diberitahu,

Kunjungan kelas dengan pemberitahuan,

Kunjungan kelas atas undangan guru,

Saling mengunjungi kelas.

b. Teknik Observasi Kelas

Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor


mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu
yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor
melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Tentang waktu supervisor
mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu
sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya tidak mengganggu proses belajar

22
mengajar. Selama berada dikelas supervisor melakukan pengamatan dengan teliti,
dan menggunakan instrumen yang ada terhada lingkungan kelas yang diciptakan
oleh guru selama jam pelajaran.

c. Percakapan Pribadi

Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan


supervisornya, yang membahas tentang keluhan keluhan atau kekurangan yang
dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat
memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini supervisor berusaha
menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya. mendorong agar yang
sudah baik lebih di tingkatkan dan yang masih kurang atau keliru agar diupayakan
untuk memperbaikinya.

d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)

Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan
menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah sekolah yang
ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat kiat yang telah
diambil sampai seekolah tersebut maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik
supervisi ini adalah dapat saling membandingkan dan belajar atas kelebihan dan
kekurangan berdasarkan pengalaman masing masing. Sehingga masing
masing guru dapat memperbaiki kualitasnya dalam memberi layanan belajar
kepada peserta didiknya.

e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.

Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek aspek belajar


mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru,
supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek aspek proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus
mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan guru
untuk mengajar. Adapun cara untuk mengikuti perkembangan keguruan kita,
ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan
profesional, dengan mengadakan "profesional reading ". Ini digunakan untuk

23
menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. Hal ini menyatakan bahwa teknik penyeleksian berbagai suber materi untuk
mengajar memiliki arti bahwa Teknik ini yang menitik beratkan kepada
kemampuan Supervisor dalam menyeleksi buku buku yang dimiliki oleh guru
pada saat mengajar yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar mengajar.

f. Menilai diri sendiri

Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat
memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang
akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik.
Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu
pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada
beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara
lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-
murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas guru di muka kelas. Yaitu
dengan menyususun pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu
menyebutkan nama siswa.

3. Diskusi Panel

Teknik ini dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari bermacam sudut ilmu
dan pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan. Mereka akan
melihat suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-
masing sehingga guru dapat masukan yang sangat lengkap dalam menghadapi
atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini adalah lahirnya sifat
cekatan dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang ahli.

4. Seminar

Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu kelompok untuk
mendiskusikan, membahas dan memperdebatkan suatu masalah yang
berhubungan dengan topik. Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi, dalam
seminar ini dapat dibahas seperti bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi,
bagaimana mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah, bagaimana

24
mengatasi anak anak yang selalu membuat keributan dikelas, dll. Pada waktu
pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau ide ide menyangkut
permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya.

5. Simposium

Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas masalah


pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau suatu
topik dari aspek-aspek yang berbeda. Penyuguh pidato biasanya tiga orang
dimana guru sebagai pengikut diharapkan dapat mengambil bekal dengan
mendengarkan pidato-pidato tersebut.

6. Demonstrasi mengajar

Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara mendemonstrasikan cara


mengajar dihadapan guru dalam mengenalkan berbagai aspek dalam mengajar di
kelas oleh supervisor.

7. Buletin supervisi

Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati peristiwaperistiwa


pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara mengajar,tingkah laku siswa,dan
sebagainnuya.Diharapkan ini dapat membantu guru untuk menjadi lebih baik.

G. Metode Supervisi

Ada beberapa metode sekaligus teknik dalam supervisi Pendidikan , yaitu metode
langsung dan tidak langsung dengan teknik kelompok maupun perorangan.

metode langsung adalah metode supervisi yang digunakan untuk mengenai


sasaran pihak yang disupervisi secara langsung.

metode tidak langsung adalah supervisor yang mempergunakan berbagai


macam media dan atau alat perantara

H. Jenis Supervisi

Ada beberapa jenis supervisi yaitu :

25
1. Supervisi Umum dan Pengajaran
Supervisi umum yaitu : supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran.
Sedangkan pengajaran : kegiatan kepengawasan yang berfungsi
memperbaiki kondisi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Supervisi Klinis
Supervisi klinis : proses supervisi adalah bimbingan yang berdasarkan atas
observasi dan analisis data secara teliti dan objektif.
3. Pengawasan Melekat dan Fungsional.

H. Model Supervisi Pendidikan


Yang dimaksud dengan model ialah suatu pola, contoh : acuan dari
supervisi yang diterapkan. Ada berbagai model yang dikembangkan,
antara lain :
1. Model konvensional (tradisional), yaitu pemimpin cenderung untuk
mencari-cari kesalahan, kadang-kadang bersifat mematai-matai.
2. Model ilmiah, seperti yang telah diuraikan diatas supervisi ini
mempunyai ciri-ciri :
a. dilaksanakan secara berencana dan kontinu
b. sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu
c. menggunakan instrumen pengumpulan data
d. ada data yang obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil
3. Model artistik, supervisi ini menyangkut bekerja untuk orang lain,
bekerja dengan orang lain, dan bekerja melalui orang lain. Artinya
hubungan manusia dapat tercipta bila ada keralaan untuk menerima orang
lain sebgaimana adanya, yaitu adanya unsur kepercayaan, saling mengerti,
daling menghormati, dan saling mengakui. Karena mengajar merupakan
kegiatan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan seni.
4. Model klinis, merupakan gabungan antara model ilmiah dan artistik,
yaitu supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan
melalui siklus yang sistematis, dalam perencanaan, pengamatan serta
analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Jadi
tekanan dalam pendekatan ini bersifat khusus melalui tatap muka dengan
guru pengajar, inti bantuan terpusat pada perbaikan penampilan dan
perilaku mengajar guru.

26
Jika dilihat dari besarnya peranan tanggung jawab guru, tanggung jawab
pembina serta metode pembinaan yang digunakan dapat dilhat dalam tabel
berikut :
Tangggungjawab guru Tinggi Sedang Rendah
Tanggungjawab
Pembina Rendah Sedang Tinggi
Pandangan pembina Non direktif Kolaboratif Direktif
Delinoness
Metode Pembinaan Self asistent Contrae standar

G. Mekanisme Pelaksanaan Supervisi


1. Tahap penyusunan program supervisi.Program tersebut meliputi program
tahunan dan program semester ( terlampir )
2. Tahap persiapan, yang perlu dipersiapkan:
a. Format/instrumen supervisi.
b. Materi pembinaan/supervisi.
c. Buku catatan .
d. data supervisi/pembinaan sebelumnya.
3. Tahap pelaksanaan : diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan.
4. Tahap tindak lanjut.Merupakan pembinaan dan perbaikan dari hasil temuan
pada saat supervisi.

H. Melaksanakan Supervisi Pembelajaran.


1. Observasi kelas. observasi kelas merupakan salah satu cara paling baik
memberikan supervisi pembelajaran Karen dapat melihat kegiatan guru, murid
dan masalah yang timbul.
1) Perancanaan. Kepala sekolah merencanakan dalam menyusun program
dalam satu semester atau tahunan. Program tidak terlalu kaku, tergantung
dari jumlah guru yang perlu di observasi. Ada tiga macam observasi yaitu
dengan pemberitahuan, tanpa pemberitahuan, dan atas undangan.
2) Mekanisme observasi
a. persiapan yang diperhatikan :
guru diberi tahu kepala sekolah bahwa kepala sekolah akan
mengadakan observasi
kesepakatan kepala sekolah dan guru tolak ukur tentang apa yang
dioservasi
b. sikap observasi didalam kelas

27
memberikan salam kepada guru yang mengajar
mencari tempat duduk yang tidak mencolok
tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas
mencatat setiap kegiatan
bila ada memakai alat elektronika : tape recorder, kemera
mempersiapkan isian berupa check list
c. membicarakan hasil observasi
hasil yang dicatat dibicarakan dengan guru, dan beberapa hal yang
diperlu dikemukankan :
kepala sekolah mempersiapkan (bisa bertanya pada nara sumber atau
perpustakaan)
waktu percakapan
tempat percakapan
sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan
percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi
guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat
kelamahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam
memperbaiki kelemahan
saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis
kesepakatan perbaikan disepakati bersama dengan menyenangkan.
d. laporan percakapan
hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang
telah diobservasi
isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan
diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran

2. Saling mengunjungi. Dalam kegiatan belajar mengajar sudah ada wadah dari
kegiatan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
pembelajaran guru-guru antara lain :
a. untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP)
b. untuk tingkat Sekolah Dasar adalah Pusat kegiatan guru (PKG)

3. Demonstrasi mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar


menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar
menurut Siswoyo (1997) sebagai seni dan filusuf. Menurut pendapat diatas
mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga
kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui

28
kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang
pembelajaran yang baik

4. Supervisi klinis. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.


Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaannya
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam
proses pembelajaran dan kemudian langsung diusahkan perbaikan kekurangan
dan kelemahan tersebut.
Pelaksanaan supervisi klinis menurut la sulo (1987), mengemukakan ciri-
ciri supervisi sebagai berikut :
a.Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau
instruksi.
b. Kesepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis
keterampilan yang paling pointing (diskusi guru dengan supervisor)
c. Instrument dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dengan
supervisor
d. Guru melakukan persiapan dengan aspek kelemahan-kelemahan yang akan
diperbaiki. Bila perlu berlatih diluar sekolah
e. Pelaksanaannya seperti dalam teknik observasi kelas
f. Balikan diberikan dengan segera dan bersifat obyektif
g. Guru hendaknya dapat menganalisa penampilannya
h. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah
atau mengarahkan
i. Supervisor dan guru dalam keadaam suasanan intim dan terbuka
j. Supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan
perbaikan keterampilan pembelajaran

5. Kaji tindak. Fokus utama kajian tindak adalah mendorong para prektisi untuk
meneliti dan terlibat dalam praktik penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya
dipakai sendiri oleh peneliti dan orang lain yang membutuhkan. Menurut
kemmi (1995), kaji tindak dirumuskan dalam empat tahap yaitu : tahap
perencanaan, tahap aksi atau pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan, tahap
evaluasi danrefleksi/umpan balik.Laporan hasil penelitian kaji tindak terdiri
dari :
a. gagasan umum
b. perumusan masalah
c. perencanaan penelitian kaji tindak
d. pelaksanaan penelitian kaji tindak

29
e. monitoring
f. evaluasi dan refleksi
g. saran dan rekomendasi

BAB XI
ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
Pada dasarnya atau sesuai kodratnya, manusia adalah makhluk
social/bermasyarakat yang menurut Aristoteles disebut sebagai Zoon politicon,
sehingga pada dasarnya pula manusia itu tidak bias hidup wajar dengan
menyendiri. Hampir sebagian besar tujuannya ternyata dapat terpenuhi, apabila
manusia itu berhubungan dengan manusia atau orang lain. Hal ini terutama sekali
disebabkan karena adanya keterbatasan sifat kodrati manusia sendiri, serta adanya
pembatasan-pembatasan yang dihadapi manusia di dunia ini dalam usaha
mencapai tujuan.
Dalam usahanya untuk bermasyarakat itu, maka orang pergi berkelompok
atau memasuki sesuatu kelompok atau organisasi, juga demi mencapai sesuatu
kepuasan (lahir/batin) serta peningkatan diri.
Kelompok atau organisasi itu kemudian menjadi himpunan manusia
dengan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga ada yang
menonjol, dan diakui kelebihannya oleh anggota-anggota atau sebagian besar
anggota-anggotanya, terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha
bersama untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, ia adalah
pemimpin. Gaya dan proses untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain
atau sekelompok orang untuk mencapai sesuatu tujuan yang ditetapkan, adalah
kepemimpinan.
Organisasi
Secara umum, oraganisai adalah kelompok manusia yang berkumpul
dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama, dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan itu.
Seseorang memasuki kelompok atau organisasi, adalah karena
mengharapkan tercapainya sesuatu kepuasan, baik kepuasan fisik/kebendaan
(seperti mendapat imbalan uang, barang, makanan, dan sebagainya), maupun
kepuasan non fisik/batin/rohaniah (seperti pujian, kelegaan, penghargaan dan

30
sebagainya). Jadi seseorang yang bergabung atau menjadi anggota kelompok tau
organisasi itu akan membantu beberapa fungsi atau tujuannya, misalnya:
1. Untuk memecahkan masalah kesepian/kebingungan jiwanya, ia memasuki
organisasi/kelompok pengajian sembahyang, dan sebagainya.
2. Untuk memecahkan masalah kesulitan belajar matematika/bahasa inggris,
maka ia memasuki kelompok/organisasi belajar matematika/bahasa inggris.
3. Ada juga untuk memecahkan masalah kesepian/kebingungan jiwanya,
seseorang bias juga memasuki kelompok meminum minuman keras, pengisap
ganja, narkotika, pemain judi, begadang, dan sebagainya.
4. Untuk memenuhi keinginannya dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya,
seseorang telah memilih untuk memasuki kelompok/organisasi PKK, Keluarga
Berencana, dan sebagainya.

Mengingatkan betatap pentingnya peranan organisasi kemasyarakatan dalam ikut


mensukseskan pembangunan nasional Republik Indonesia yang kita cintai ini,
maka pengorganisasiannya, pembinanya, termasuk pemilihan personel-personel
pengurusnya,serta kepemimpinan yang diterapkannya, sangatlah perlu untuk
mendapatkan perhatian yang serius dari kita semua, khususnya para anggota.
Hicks dan Gullett (1975) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah
proses dimana struktur organisasi diciptakan dan dipelihara, proses ini meliputi
kegiatan menetapkan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi,
pengelompokan kegiatan tersebut. Berdasarkan pola yang rasioanla, dan
menugaskan kegiatan yang telah dikelompokkan ini pada suatu kedudukan ,
jabatan/orang. Pemilihan dan penetapan pemimpin dan seluruh personel
pengurusnya berdasarkan musyawarah.

Kepemimpinan
Ibarat lidi-lidi yang secara sendiri-sendiri (single) juga dapat berfungsi
membersihkan, namun dengan diikat dengan suh akan dapat meningkatkan
fungsinya untuk membersihkan (seabagai sapu lidi). Jadi suh atau pengikat pada
sapu lidi, dapat meningkatkan fungsi/produktivitas. Jadi bila anggota-anggota
organisasi itu kemudian memperolah pengikat (suh) yaitu seorang pemimpin,

31
maka organisasi/ kelompok itu akan makin meningkat
fungsinya/produktivitasnya.

Apakah pemimpin itu ?


Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau
sekelompok orang untuk mengerahkan usaha bersama, guna mencapai sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan. Dan kepemimpinan adalah sesuatu gaya atau
proses mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang untuk mengerahkan
usaha bersama, guna mencapai sesuatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut Dr. Hadari Nawawi menyebutkan:
1. Pemimpin (leader) dengan kegiatan yang disebut kepemimpinan (leadership).
2. Manajer (manager) dengan kegiatannya yang disebut manajemen
(management).
3. Administrator dengan kegiatannya yang disebut administrasi (administration).
Ketiga kegiatan tersebut secara kuantitatif terletak pada ruang lingkupnya
administrasi yang paling luas, kemudian manajemen, dan paling sempit adalah
kepemimpinan. (Dan yang lebih khusus lagi disebut Kepala atau Head atau
Master, seperti Kepala kantor = Head Office dan pembawa acara = Master of
Ceremony = MC).
Demi ambisi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu, kegiatan
kepemimpinan dapat dilakukan dengan berbagai cara atau pendekatan, dari yang
paling keras (menakut-nakuti, menggertak, memaksa, dan sebagainya).
Secar psikologis Prof. Slamet Iman Santoso menyebutukan adanya 3
(tiga) stereotype watak pemimpin, yaitu pemimpin yang ditakuti, berkuasa dan
berwibawa. Untuk menjadi pemimpin yang ditakuti, harus memiliki keganasan
untuk menghancurkan orang lain seperti kekuatan fisik, senjata, guna-guna,
kecurangan, dan sebagainya. Untuk menjadi pemimpin yang berkuasa harus
memiliki mandate atau Surat Kuasa (SK) dari instansi yang berwenang.
Pemimpin/orang yang berwibawa dapat ditangkap, bahkan
dibunuh/terbunuh, tetapi wibawanya tetap tidak berkurang bahkan makin
bertambah. Untuk menjdi pemimpin/orang yang berwibawa, sekurang-kurangnya
harus jujur, berdisiplin keras (pada diri sendiri sebelum mendisiplinkan orang

32
lain); memiliki emosi yang stabil; bersikap terbuka; berani mengakui kesalahan
dan berani membela kebenaran; konsekuensi dan sepi ing pamrih ; rendah hati
dan sederhana; objekktif, cerdas, (contoh : Ki Hadjar Dewantara, Mahatma
Gandhi).
Kombinasi yang ideal adalah pemimpin yang berwibawa dan berkuasa.
Kombinasi lainnya adalah berkuasa dan ditakuti. Tetapi kombinasi berwibawa dan
ditakuti, merupakan suatu contradiotio interminis.
Secara teoritis dapat dibedakan 3 (tiga) bentuk kepemimpinan, yang dalam
praktik mungkin dijalankan secara murni atau kombinasi atau menurut
kecenderungannya, yaitu Tipe/gaya kepemimpinan yang otoriter, laissez-faire dan
demokratis.
1. Tipe kepemimpinan otoriter adalah yang paling banyak dikenal karena
tergolong yang paling tua. Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di
tangan seseorang atau sekelompok kecil orang-orang yang disebut atasan
sebagai penguasa atau penentu yang tidak dapat diganggu gugat, dan orang
yang lain (bawahan) harus tunduk pada kekuasaannya dibawah ancaman dan
hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya. (monokrasi,
oligokrasi).
Bagi bawahan tidak ada kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan
pendapat. Instruksi atau perintah atasan tidak boleh ditafsirkan, tapi harus
dilaksanakan secara tertib dan konsekuensi tanpa kesalahan. Akibat-akibat
negative dalam kepemimpinan ini adalah:
a. Bawahan menjadi seorang penurut yang tidak mau dan tidak mampu
berinisiatif mampu berinisiatif dan takut mengambil keputusan, tidak
mampu menciptakan sesuatu karya tetapi hanya bersifat menunggu
instruksi atasan.
b. Bawahan dipaksa bekerja keras, patuh dan mekanis, selalu diliputi
perasaan takut dan cemas serta ketegangan jiwa, karena selalu dibayangi
ancaman hukuman. Mereka giat bekerja hanya selama dibawah
pengawasan atasannya, dan menunggu kesempatan untuk bersantai atau
melawan secara agresif bila mendapat kesempatan.

33
c. Suasana lembaga menjadi statis dan rutin saja. Rapat dan musyawarah
antara atasan dan bawahan dipandang tidak perlu, karena hanya
membuaang waktu. Segala sesuatu cukup diputuskan oleh atasan saja agar
cepat dilaksanakan.

Kepemimpinan otoriter bertolak dari asumsi, bahwa manusia adalah objek


yang dapat diatur menurut kehendak pimpinan/penguasa, sebagaiman boneka
atau robot yang selalu siap menjalankan perintah tanpa bertanya atau
membantah. Pemimpin lupa bahwa kedudukannya itu sekedar karena adanya
orang-orang lain itu sebagai anggota kelompok yang ikut menentukn
keberhasilan atau kegagalannya.
2. Tipe kepemimpinan laissez-faire merupakan kebalikan dari kepemimpinan
otoriter. Dalam realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk
mengambil keputusan secara perseorangan; pemimpin hanya berfungsi
sebagai penasihat. Akibatnya sasaran kerja menjadi simpang siur. Dan
akhirnya pemimpin hanya menjadi pelayan para anggota.
3. Tipe kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai factor utama
dan terpenting. Hubungannya antar pemimpin dengan yang dipimpin didasari
prinsip saling menghargai dan saling menghormati. Kegiatan kepemimpinan
dilaksanakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
kemampuan pemimpin pada setiap anggota kelompok sesuatu peranan dan
posisinya. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan demokratis
adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah, yang berusaha
memanfaatkan setiap anggota untuk kepentingan dan kemajuan organisasi.
Dari kebaikan/baiknya kepemimpinan demokratis ini, sering timbul
kepemimpinan pseudo demokratis dan kepemimpina manipulasi diplomatis.
Kepemimpinan pseudo demokratis atau demokratis semu, hanya
menampakkan sikap luarnya saja yang demokratis, tetapi dibalik kata-katanya
yang penuh tanggung jawab, ada siasat yang sebenarnya merupakan tindakan
yang absolute. Atau dengan manipulasi diplomatis (menggiring) pemikiran
anggota-anggota sehingga pendapat pemimpin sendiri yang harus disetujui.

34
Kepemimpinan pancasila
Dalam GBHN dinyatakan secara tegas, bahwa berhasilnya pembangunan
nasional tergantung dari partisipasi serta sikap mental, tekad, semangat, ketaatan
dan displin seluruh rakyat Indonesia serta para penyelanggara negara. Oleh sebab
itu para penyelanggara negara perlu memahami dan meyakini 3 konsep berikut:
1. Kepemimpinan Indonesia dalam melaksanakan pembanguanan nasional harus
bersumber kepada falsafah negara Pancasila.
2. Kepemimpinan Pancasila merupakan kepemimpinan yang mamp[u
memadukan nilai-nilai tradisional yang bermutu tinggi dengan nilai-nilai
modernism Barat yang positif.
3. Kepemimpinan Pembangunan Nasional sebagai aparatur negara harus mampu
memahami dan mayakini kebenaran dasar dan tujuan, perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta kaitannya dengan bidang-bidang lain. Di
samping itu kepemimpinan pembangunan harus mampu mendorong
menggerakkan dan mengarahkan usaha pembangunan ke arah pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut Dr. Roslan Abdoel Gani mengemukakan, bahwa setiap pemimpin
mempunyai landasan pokok nilai-nilai moral kepemimpinan dari warisan
nenek moyangnya. Bangsa Indonesia memiliki TAP II/MPR/1978 tentang P4
serta telah mengakui Pancasila sebagai satu-satunya asas, sehingga norma-
norma yang merupakan nilai moral Pancasila yang harus dihayati dan
diamalkan, dan selalu digunakan sebagai sumber bagi para pemimpin
Indonesia. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang
mencerminkan sikap konsisten dan konsekuen dalam menghayati
mengamalkan Pancasila. Kepemimpinan Pancasila hanya bisa diwujudkan
apabila ada keterpaduan antara nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dari warisan-
warisan nenek moyangnya, dengan nilai-nilai modernisme Barat yang positif
yaitu demokratis, rasional, efektif, dan efisien. Nilai demokrasi, khususnya
demokrasi Pancasila harus gigih dikembangkan untuk mematikan otokrasi

35
akibat tekanan colonial Belanda dan fasisme Jepang yang telah menjajah kita

selama 350 tahu + 3 tahun. Nilai rasional harus ditingkatkan untuk
mempertanggungjawabkan kepemimpinan yang selama masa silam banyak
ditutupi dengan kata tabu/pemali atau ora ilok (Jawa) untuk dijabarkan.
Namun sesungguhnya para orang tua sering takut atas ucapannya (yang sakti)
bila benar-benar terjadi misalnya: Jangan memanjat, itu pemali/tabu (ora
ilok). Nilai efektivitas dan efesiensi harus lebih dikembangkan agar
pembangunan nasional lebih cepat serta hemat pelaksanaannya.
Tentang nilai-nilai kepemimpinan sebagai warisan luhur nenek
moyang kita dapat tengak sejenak ke masa silam, khususnya masa kejayaan
bangsa Indonesia dibawah kepemimpinan para raja, panglima, pujangga,
pemuka adat, pejuang kemerdekaan, dan sebagainya. Di sana kita dapat
menemukan permata-permata dan mutiara-mutiara yang bernilai luhur sekali
sebagai warisannya, baik berbentu semboyan, slogan, syair dan puisi yang
tersusun dalam tembang dan gending-gending. Warisan kepemimpinan yang
adi luhug itu antara lain:
1. Dari pepatah/semboyan Jawa : Kajening sarira, mung ana lahi lan
solahbawa, artinya harga diri seseorang (pemimpin) ditentukan oleh
kata/ucapan dan tingkah lakunya. Jadi apakah seorang pemimpin itu selalu
konsisten dan konsekuen tegas, tepat, anggun dan berwibawa dalam
kepemimpinannya. Bagi Raja/Ratu berlaku : Sabda pandhita ratu,
artinya bahwa sabda/kata pemimpin adalah ucapan pasti.
2. Alkisah dinegara Mahespati dengan rajanya bernama Prabu Sosrobahu,
dengan patihnya bernama Suwondogeni yang semula berasal dari rakyat
biasa yang mulai mengabdi dengan nama Sumantri. Karena keluhuran
budinya dan ketekunannya, ia dijadikan suri tauladan bagi seluruh warga
negara yang terlukis dalam sebuah Dhandhanggula sebagai berikut:
Yogyanira kang para prajurit Seyogyanya para prajurit lamun bisa anuladda
Kadya muni caritane Andelira Sang Prabu
Sosrobahu ing Mahespati Kang aran Patih Suwondo lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara guna-Kaya Ian Purun dan antepi
Nuhoni trah utomo

36
3. Tatkala Sri Prabu Ramawijaya akan menobatkan Gunawan Wibisono
sebagai raja Alengka, menggantikan kakaknya Prabu Rahwana yang telah
gugur akibat keangkaramurkaannya, beliau berpesan agar Wibisono dapat
menjadi raja/pemimpin Negara yang baik, hendaklah berpegang pada
Hasta Brat atau 8 Dewa yang terbaik.

Penutup
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa dalam upaya ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai telah diamanatkan dalam pembukaan
UUD 1945, marilah kita tingkatkan pengorganisasian lembaga pendidikan kita
agar lebih efektif dan efisien, serta dibina dengan kepemimpinan Pancasila,
khususnya kepemimpinan pendidikan Pancasila, suatu proses mempengaruhi dan
menggerakkan peserta didik kita menuju sasaran yang telah kita tetapkan yaitu
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah digarikan dalam GBHN, dengan
senantiasa konsisten dan konsekuen dalam mengamalkan sila-sila Pancasila, yang
dalam perwujudannya senantiasa memperhatikan keterpaduan antara nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia dengan modernisasi Barat yang positif.
Realisasi dan keberhasilannya sangat tergantung pada kita semua dalam
menanggapi, menghayati serta mengamalkan dalam bidang pendidikan khususnya
serta dalam masyarakat luas pada umumnya. Ingatlah Bila ada kemauan, disitu
ada jalan (where is a will, threre is a way). Mari kita tingkatkan terus
kepemimpinan kita masing-masing, cara kita berorganisasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan kita , serta profesionalitas kependidikan kita demi
partisispasi aktif kita dalam ikut mewujudkan masyarakat Pancasila yang kita cita-
citakan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani, 1991, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan


Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara,

Baharuddin Harahap, 1985, Supervisi Pendidikan, Jakarta : CV. Damai Jaya

Darmanto, 2006, Administrasi Pendidikan,Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hendiyat soetopo dan wasty soemanto, 1988,Kepemimpinan dan supervisi


pendidikan, Jakarta: PT. Bina Akara.

http://www.psb-psma.org/content/blog/pentingnya-supervisi-pendidikan
Maryono, Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.17

Maryono, Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, (Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 19-20
Maryono, Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor
Pendidikan, (yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2011), Hlm.13

Moh Rifai, Supervisi Pendidikan. (Bandung: Jemmars, 1982), hlm.39-46


Mukhtar dan Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta :
Gaung Persada Press

Ngalim Purwanto, 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT


RemajaRosdakarya.

Piet A. Sahertian, 2000, Konsep Dasar dan teknik Supervisi Pendidikan,Jakarta:


Rineka Cipta.

Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2009,Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.

38
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar,
(Jakarta: Bumi Aksara,1994), hlm.1

Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Jakarta:


Bina Aksara,1988), hlm.134

39

Anda mungkin juga menyukai