1. NPOPTKP sebesar minimal Rp 60.000.000,- tetap berlaku meskipun di
kabupaten yang memiliki NJOP yang rendah. Filosopi ditetapkan nilai NPOPTKP sebesar minimal Rp 60.000.000,- adalah memperhatikan tingkat suku bunga selama +10 tahun, NJOPTKP RSS yang 55 jt, ekonomi masyarakat, harga tanah dan bangunan yang selalu naik. 2. Pemda dapat menetapkan NJOP sendiri apabila telah menetapkan Perda tentang PBB Perdesaan dan Perkotaan. Apabila NJOP telah ditetapkan Pemda maka penerimaan BPHTB dapat lebih baik karena NJOP telah disesuaikan dengan harga pasar/nilai transaksi. 3. SSPD BPHTB Nihil juga harus tetap diberikan meskipun biaya cetak mahal, karena merupakan sarana Pemda/BPN untuk pengecekan apakah sudah lunas BPHTB atau belum dan pembuatan akta pengalihan ha katas tanah atau bangunan tersebut. 4. Daerah tidak boleh memungut retribusi selain yang ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 sampai dengan diterbitkan PP tentang Retribusi Tambahan. Mulai 1 Januari 2011, jenis pajak dan retribusi daerah yang tidak diatur dalam UU tidak dapat dipungut lagi. 5. Pemda dapat menetapkan Perda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara terpisah atau digabung. Namun untuk PBB dan BPHTB disarankan untuk dipisah/diatur dalam Perda tersendiri, karena ada ketentuan yang spesifik. 6. Pajak Daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Apabila ada kesulitan dalam penyusunan Raperda PDRD bersama dengan DPRD dapat dikonsultasikan secara bersama-DPRD ke Kementerian Keuangan secara langsung maupun lewat telepon. 7. BPHTB baru dapat dipungut apabila sudah ada perdanya dan pemberlakuan perda BPHTB tidak dapat berlaku surut. 8. Intensifikasi PAD dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. 9. Pemerintah daerah harus mulai menata SDM dan infrastruktur dalam pelaksananaan PBB dari sekarang agar nanti daerah sudah siap saat Perdanya diberlakukan. 10. Kemenkeu akan membuatkan semacam panduan bagi provinsi untuk mempercepat proses evaluasi raperda. 11. Keputusan Bersama Menkeu dan Mendagri mengenai Pengalihan PBB-P2 telah mengatur time-line penyelesaian proses tahap-tahap pengalihan. 12. Papan nama perusahaan tidak termasuk objek pajak, namun ukurannya dapat diatur dalam Perda secara proposional berdasarkan persentase tertentu dari luas bidang tempat dipasangnya papan nama tersebut. 13. Pemda dapat menggabungkan rekening penerimaan BPHTB dengan rekening penerimaan pajak daerah yang lain. Namun penerimaan masing-masing pajak tersebut dibedakan atas kode-kode tertentu. 14. Pemda dapat menetapkan pengurangan ketetapan BPHTB dalam Perda tentang BPHTB seperti halnya yang berlaku dalam pemungutan BPHTB oleh pusat. Misalnya di pusat saat ini untuk perolehan waris BPHTB yang dikenakan hanya 50% (nilai perolehan x tarif BPHTB x 50%).
Kasubdit PDRD I Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah