Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Jean Piaget adalah seorang tokoh pendidikan yang dilahirkan di Neuchtel,


Swiss, pada tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya bernama Arthur Piaget sedangkan
ibunya bernama Rebecca Jackson. Ayahnya adalah seorang profesor sastra
sedangkan ibunya orangnya cerdas dan energik. Jean Piaget terkenal dengan
teorinya tentang perkembangan psikologis manusia. Menurut Piaget, setiap
individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual dalam
pembelajaran. Salah satunya adalah menekankan perkembangan dalam
pembelajaran matematika.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat yang khas kalau
dibandingkan dengan disiplin lain. Oleh karena itu kegiatan belajar dan mengajar
matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu lain, karena
kemampuan peserta didik berbedabeda, maka kegiatan belajar dan mengajar
haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan peserta didik. Pada
umumnya proses belajar-mengajar matematika berkenaan dengan perubahan
tingkah laku seseorang dipelajari melalui psikologi, sehingga diterapkanlah teori
teori psikologi yang berkaitan dengan proses belajarmengajar matematika. Teori
perkembangan kognitif Piaget banyak mempengaruhi dunia pendidikan, terutama
pendidikan kognitif pada masa anakanak sampai remaja.
Oleh karena itu, sebagai calon para pendidik (guru) harus mengetahui
mengenai Bagaimana penerapan teori belajar Piaget dalam pembelajaran
matematika?. Hal ini sangat penting bagi guru mengetahui perkembangan
kognitif anak didiknya agar dapat menunjukkan pengajaran dan mengarahkan para
anak didik secara tepat dalam mencapai tujuan umum pendidikan.

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran
aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Piaget tertarik
bagaimana cara seorang anak memahami dunianya. Dia mengamati perilaku si
anak lalu menghasilkan teori yang menekankan bahwa anak-anak memiliki cara
berfikir yang berbeda dengan orang dewasa.
Dalam teori ini, proses belajar tidak hanya berhubungan dengan masalah
pematangan, karena meskipun anak-anak bergerak dari tahap yang satu ke tahap
berikutnya seiring dengan semakin dewasanya mereka, perkembangan anak pun
tergantung pada interaksi lingkungan juga termasuk interaksi lingkungan
keluarga.
Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami
teori perkembangan Piaget, yaitu:
a. Intelegensi (kecerdasan)
Menurut Piaget, intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan
yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis
dan mendapat pengalaman, intelegensi juga merupakan bagian integral dari
setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi
yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh
sosial dan proses pengaturan diri (ekuilibrium).

b. Skemata
Piaget menggunakan skema (schema, jamaknya skemata, schemata) sebagai
perantara favoritnya. Skema adalah cara mempersepsi, memahami, dan
berfikir tentang dunia. Skema yang ada pada seseorang akan menentukan
bagaimana ia akan merespons lingkungan fisik.
c. Asimilasi
Asimilasi adalah adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya. Bagi guru matematika, Teori Piaget jelas sangat
relevan, karena dengan menggunakan teori itu, guru akan bisa mengetahui
adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-
anak di sekolahnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang
tepat bagi para siswanya.
d. Akomodasi
Akomodasi adalah konsep piaget mengenai pembentukan skema agar sesuai
dengan informasi dan pengalaman baru. Dapat terjadi bahwa dalam

2
menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada.

Tahap Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Adapun tahapan perkembangan kognitif anak adalah sebagai berikut:

a. Tahap Sensorimotor (Umur 0 2 tahun)

Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayis belajar
tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang
sedang berkembang dan melalui aktivitas motor. (Diane, E. Papalia, Sally
Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman, 2008:212 dalam Fatimah Ibda:
2015). Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat indra (sensori) dan gerak
(motor), artinya dalam peringkat ini, anak hanya mampu melakukan
pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya.
Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya,
aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. (Mohd. Surya, 2003: 57
dalam Fatimah Ibda: 2015).

b. Tahap pra-operasional (Umur 2 7 tahun)

Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam


menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum
mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami
realitas di lingkungan dengan menggunakan tandatanda dan simbol. Cara
berpikir anak pada tingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan
tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:

1. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau


deduktif tetapi tidak logis

3
2. Ketidakjelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal hubungan
sebab-akibat secara tidak logis

3. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti


dirinya

4. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu


mempunyai jiwa seperti manusia

5. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang


dilihat atau di dengar

6. Mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk


menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya

7. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang


paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya

Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut


kehendak dirinya. (Mohd. Surya, 2003: 57-58 dalam Fatimah Ibda:
2015).

c. Tahap Operasional Konkrit (Umur 7 12 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran
logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam
tahap ini, anak telah hilang kecenderungan terhadap animism dan
articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya dalam tugas-tugas
konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka,
anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar
dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Jarvis, 2011:149-150 dalam
Fatimah Ibda: 2015). Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka
dengan warna rambut yang berlainan (edith, susan dan lily), tidak mengalami
kesulitan untuk mengidentifikasikan boneka yang berambut paling gelap.
Namun ketika diberi pertanyaan, rambut edith lebih terang dari rambut

4
susan. Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang
paling gelap?, anak-anak pada tahap operasional kongkrit mengalami
kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan
lambing-lambang.

d. Tahap Operasional Formal (Umur 12 Dewasa)

Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak
dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi
yang lebih kompleks. (Matt Jarvis, 2011:111 dalam Fatimah Ibda: 2015).
Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan
pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk
berpikir abstrak. Anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan
tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu disebut operasional
formal.

Penerapan Teori Jean Piaget dalam Pembelajaran Matematika

Kunci utama teori Piaget yang harus diketahui guru matematika yaitu
perkembangan kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh siswa itu
dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya,
seberapa jauh pengetahuan atau pengalaman barunya itu dapat dikaitkan.

Berikut adalah beberapa penerapan teori Jean Piaget dalam pembelajaran


matematika:
1. Tahap Sensorimotor (Umur 0 - 2 tahun)
Anakanak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang
konsep angka dan menghitung. Misalnya: Anak diajak oleh orang tua untuk
mengenal angka terlebih dahulu melalui pengamatan gambar atau permainan
puzzle angka. Kemudian orang tua dapat membantu anak-anak mereka
menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat
menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang ia
punya hilang.
2. Tahap Preoperational (Umur 2 - 7 Tahun)

5
Pada tahap ini, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi,
perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang
tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis.
Contoh: Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk. Pada materi
bangun ruang mengenai bola cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar,
serta warna jika ada. Misalnya anak diajak untuk mengamati beberapa bola
berukuran kecil dengan warna yang berbeda (kuning dan hijau). Kemudian
anak diberi pertanyaan: Warna bola mana yang lebih banyak?.
Kemungkinan jawaban masing-masing anak berbeda. Hal ini terjadi karena
anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan
pemikiran bagiannya.
3. Tahap Operasional Konkrit (Umur 7 - 12 Tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran
yang didasarkan pada aturanaturan tertentu yang logis. Tahap operasi
konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang
kelihatan nyata/ konkret. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi
penjumlahan (+), pengurangan (-).
Dimisalkan para siswa SD/ MI sudah belajar tentang penjumlahan dan sudah
menguasai penjumlahan seperti 2 + 2 + 2 = 6. Pada pembelajaran tentang
perkalian, guru dapat mengawali kegiatan, misalnya dengan menunjukkan
adanya tiga tempat pensil yang masing-masing berisi 2 pensil seperti
ditunjukkan gambar di bawah ini.

Ketika guru meminta siswanya untuk menentukan banyaknya pensil yang


ada, maka diharapkan para siswa akan dengan mudah menentukan
jawabannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan siswa dan dapat
diterima guru untuk menentukan hasilnya, yaitu: (1) dengan membilang dari
1 sampai 6 atau (2) dengan menjumlahkan 2 + 2 + 2 = 6. Setelah itu guru lalu

6
menginformasikan bahwa notasi lain yang dapat digunakan adalah 3 2 = 6.
Hal ini menyebabnya siswa paham bahwa penjumlahan berulang dapat
disebut juga dengan perkalian.
4. Tahap Operasional Formal (Umur 12 Tahun Dewasa)
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak. Misalkan, apabila
dihadapkan kepada suatu benda berbentuk kerucut. Seperti halnya ia ingin
mengetahui volume dari topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Lalu ia
mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi dan jarijari kerucut. Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu
memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang (volume kerucut).

PENUTUP

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang


menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya. Konsep utama dalam teori Piaget adalah
intelegensi (kecerdasan), skemata, asimilasi dan akomodasi. Sedangkan kunci
utama teori Piaget yang harus diketahui guru matematika yaitu perkembangan
kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya, seberapa
jauh pengetahuan atau pengalaman barunya itu dapat dikaitkan.
Piaget mendeskripsikan tahap perkembangan anak dalam empat tahap
utama, yaitu: (1) sensorimotor (0-2 tahun), di mana anak berhadapan langsung
dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra-
operasional (2-7 tahun), di mana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3)
operasional konkrit (7-12 tahun), di mana anak menggunakan tindakan yang telah
diinteriorisasikan atau peimikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman
mereka; dan (4) operasional formal (12 tahun-dewasa), di mana anak dapat
memikirkan situasi hipotesis secara penuh.
Bagi guru matematika, teori belajar Piaget jelas sangat relevan untuk
diterapkan terutama pada masing-masing tahap perkembangan kognitif anak,
karena dengan menggunakan teori ini, guru dapat mengetahui adanya tahap-tahap

7
perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak di kelasnya. Dengan
demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya
dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga
dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang
dimiliki oleh siswa masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman. 2008. Psikologi
Perkembangan. Cet. I. Jakarta: Kencana. hal. 212

8
Hariyanto. 2010. Biografi Jean Piaget. 16 Oktober 2016.
http://belajarpsikologi.com/biografi-jean-piaget/
Hutabarat, Juandi. 2013. Penerapan Teori Belajar Piaget dalam Pengajaran
Matematika. 16 Oktober 2016.
http//juandipranata12.blogspot.co.id/2013/03/teori-piaget.html?m=1
Ibda, Fatimah. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. 1(3): 32-35.
Jarvis, Matt. 2011. Teori-Teori Psikologi. Cet. X. Bandung: Nusa Media. hal. 142
Surya, Mohd. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Cet. II. Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya. hal. 56

Anda mungkin juga menyukai