Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antar dua
atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan yaitu zat
terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, fasa cair, atau
fasa padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa
larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak
umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya. Berikut jenis-
jenis larutan dalam tabel berikut.
Jenis larutan Zat penyusun
1. Larutan gas Campuran antar gas atau antar uap (dalam
semua perbandingan).
Contoh : Udara dengan N2 sebagai
pelarut
2. Larutan cair Zat padat, zat cair, atau zat gas melarut
kedalam pelarut cair.
Contoh : iod dalam alkohol, asam asetat
dalam air, O2 dalam air, dan seterusnya
3. Larutan padat
a) Gas terlarut dalam zat padat Gas H2 dalam logam paladium; gas N2
dalam logam titanium.

b) Zat cair terlarut dalam zat padat Raksa dalam logam emas (amalgram).

c) Zat padat terlarut dalam zat padat Seng dalam tembaga (disebu kuningan);
karbon dalam besi (disebut baja); timah
dalam tembaga (disebut perunggu); dan
sebagainya.

Selain itu, masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap larutan. Berdasar
banyak jenis zat yang menyusun larutan dikenal larutan biner (tersusun dari 2 jenis zat);
larutan ternet (tersusun 3 jenis zat); larutan kuartener (tersusun 4 jenis zat); dan
seterusnya. Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik) dan larutan non elektrolit (larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan suatu zat melarut
kedalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu, dikenal :
a) Larutan tak jenuh (unsaturated-solution) ; larutan yang masih dapat melarutkan
sejumlah zat terlarutnya.
b) Larutan jenu (saturated-solution) ; larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah maksimal pada suhu tertentu.
c) Larutan lewat jenu (supersaturated-solution) ; larutan yang mengandung zat
terlarut melebihi jumlah maksimalnya. (Mulyono,2005)
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat yang harus ditambahkan kedalam air, tidak bolek
sebaliknya. Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada
didekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit. (Brady,2000)
Diantara zat yang tersedia dalam bentuk larutan pekat adalah berbagai jenis asam dan
amonia. Misalnya, asam sulfat biasanya diperdagangkan berupa larutan dengan kadar
98% dan massa jenisnya 1,8kg/L. Kemolaran larutan pekat dapat ditentukan jika kadar
dan massa jenisnya diketahui yaitu dengan menggunakan rumus
.10.%
M ...............................................................................2.1
Mm

Dimana, M= kemolaran
= massa jenis
Kadar(%)= persen massa
Mm= massa molar
Larutan pekat biasanya berasap (mudah menguap) dan sangat korosif. Oleh karena itu,
pembuatan larutan dari larutan pekat harus dilakukan dalam lemari asam dan dikerjakan
dengan hati-hati dengan mengikuti semua aturan keselamatan. (Michael Purba,2007)
Berikut adalah sifat fisik dan kimia bahan
Untuk akuades, antara lain :
a) Pelarut yang baik
b) Tidak berwarna
c) Tidak berbau
d) Memiliki pH netral
e) Massa molar : 18,0153 g/mol
f) Densitas dan fase : 0.998 g/cm3 (cairan), 0,92 g/cm3 (padat)
g) Titik lebur : 0C (273, 15K)
h) Titik didih : 100C (373,15K)
i) Kalor jenis : 4184 J/kg
(Http://kimiakuki.wordpress.com)

Untuk larutan H2SO4 pekat, antara lain :


a) Keadaan fisik dan penampilan : cairan (cairan berminyak tebal)
b) Berbau, namun memilik bau tersedak ketika panas
c) Rasa asam (kuat)
d) Berat molekul : 98,08 g/mol
e) Tak berwarna
f) Titik didih : 270C
g) Densitas uap : 3,4 (air=1)
h) Kelarutan : mudah larut dalam air dingin
(http://dokumen.tips)

Untuk padatan Na2Co3, antara lain :


a) Keadaan fisik dan penampilan : solid (bedak padat)
b) Tidak berbau
c) Rasa alkali
d) Berat molekul : 105,99 g/mol
e) Berwarna putih
f) Melting point : 851C
g) Kelarutan : larut dalam air panas, gliserol, sebagian larut dalam air dingin
(http://muzhoffarbusyro.wordpress.com)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat- alat
a) Neraca analitik
b) Labu takar 100ml 2 buah
c) Pipet tetes 2 buah
d) Pipet volume 10ml 1 buah
e) Batang pengaduk 1 buah
f) Gelas kimia 100ml 2 buah
g) Corong kaca 2 buah
h) Spatula 1 buah
i) Kaca arloji 1 buah
j) Botol semprot 1 buah
k) Gelas ukur 25ml 1 buah
3.1.2 Bahan bahan
a) Akuades 200ml
b) Larutan H2SO4 pekat 2ml
c) Padatan Na2Co3 1gram
d) Kertas label

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Larutan dari bahan padat
a) Ditimbang dengan tepat 1 gram padatan Na2CO3 dengan menggunakan kaca
arloji
b) Dipindahkan secara kuantitatif padatan Na2Co3 kedalam gelas kimia 100ml
c) Ditambahkan 25ml akuades dan diaduk hingga padatan larutan sempurna
d) Dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar 100ml dengan menggunakan
corong kaca
e) Dibilas gelas kimia, batang pengaduk dan corong kaca, dimana hasil bilasnya
dimasukkan dalam labu takar 100ml
f) Ditambahkan akuades hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm
g) Dikeringkan akuades yang menempel pada leher labu takar dengan menggunakan
tissu
h) Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar dengan menggunakann
pipet tetes
i) Ditutup labu takar dan bolak-balikkan labu takar sambil dipegang tutupnya
selama beberapa kali
3.2.2 Larutan dari bahan cair
a) Dipipet 2ml H2SO4 pekat dan dimasukkan dalam labu takar 100ml yang telah
diisi dengan akuades sekitar 50ml
b) Dibiarkan hingga labu takar terasa dingin kemudian tambahkan akuades hingga
batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm
c) Dikeringkan akuades yang menempel pada leher labu takar dengan menggunakan
tissu
d) Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas labu takar dengan
menggunakan pipet tetes
e) Ditutup labu takar dan bolak-balikkan labu takar sambil dipegang tutupnya
selama beberapa kali
DAFTAR PUSTAKA

Brady,J.E.2000.Kimia Universitas Asas dan Struktur.Binarupa Aksara.Jakarta

Ham,Mulyono.2005.Membuat Reagen Kimia Dilaboratorium.PT Bumi Aksara.Bandung

Purba,Michael.2007.Kimia untuk Kelas XI.Erlangga.Jakarta

https://dokumen.tips/documents/sifat-fisika-dan-kimia-sulfat.html/ diakses pada tanggal


10 November 2016

https://Kimiakuki.wordpress.com/2010/09/13/Laporan-kimia-dasar-1-pemisahan-dan-
pemurnian/ diakses pada tanggal 10 November 2016

https://Muzhoffarbusyro.wordpress.com/teknologi-industri-pangan/Laporan-praktikum-
mikrobiologi-pangan-1/Laporan-praktikum-kimia-pangan/pembuatan-larutan/ diakses
pada tanggal 10 November 2016

Anda mungkin juga menyukai