Ibu hamil G6P5A0H5 datang ke Poskesri dengan keluhan sakit pinggang menajalar ke ari-ari
dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan, ibu merasa ingin buang air besar.hasil
pemeriksaan: TTV normal, VT: pembukaan lengkap, presentasi letak belakang kepala.
Beberapa menit kemudian anak lahir spontan dan segera menangis,dilakukan pemotongan tali
pusat dan penanganan kala III. Plasenta lahir lengkap,tidak adalaserasi jalan lahir dan ibu
dibersihkan dan kontrol 2 jam PP
Setelah 2 jam postpartum ibu mengatakan banyak darah keluar secara tiba-tiba membasahi 1
helai kain panjang dan 2 doek handuk, ibu tampak pucat. Hasil pemeriksaan TD : 70/50
mmHg, N: 100x/ menit, P: 30x/ menit,S: 360 C. Fundus uteri terasa lembek,perdarahan +
600 cc, laserasi jaalan lahir tidak ada
Keluarga bermusyawarah terlebih dahulu baru kemudian mau dirujuk. Jarak tempuh dari
poskesri ke rumah sakit memakan waktu + 3 jam, dan dalam perjalanan pendarahan
bertamabah banyak dan pasien mulai syok. Pasien tiba dirumah sakit, dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda syok
HB : 5gr %
TD : 70/50 mmHg
Nadi : 100x/ menit
Nadi : terasa halus dan cepat
Berkeringat dan kulit terasa dingin
Pernafasan cepat 30x / menit
Gelisahdan kesadaran menghilang
Dilakukan pemasangan infus RL dua jalur
Pertanyaan
Jawaban :
1. Ibu P6A0H6, 5 Jam postpartum, keadaan umum buruk dengan Atonia Uteri.
Alasan : pasien sudah berada dalam keadaan syok hemoragik kelas ke III (Berat).
Dimana tekanan darah sangat rendah, kulit dingin, serta gelisah (Sarwono
Prawihardjo, 2010).
2. Penatalaksanaan pasien rujukan
a. Sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit :
1) Masase fundus uteri dan merangsang putting susu
2) Pemberian oksitosin secar IM, IV atau SC
3) Kompresi bimanual ekterna/interna
4) Pemasangan tampon kondom hanya bersifat sementara sebelum dilakukan
rujukan ke rumah sakit
5) Pastikan jalan nafas bebas, harus diyakini bahwa jalan nafas tidak
tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut
Karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat
terhisap masuk ke dalam paru-paru (aspirasi) (Sarwono prawihardjo,
2010).
6) Pemberian oksigen, diberikan dalam kecepatan 6-8 liter/menit.
7) Pemberian cairan intravena, dipilih cairan isotonic misalnya Nacl 0,9 %
atau RL.
Jarum infus digunakan sebaiknya 16-18 agar cairan dapat masuk dengan
cepat.
b. Selama perjalanan rujukan ke RS :
1) Cairan infus sudah terpasang
2) Pantau dengan cermat vital sign pasien setiap 15 menit
3) Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan nafas ibu tetap terbuka dan
meminimalkan resiko aspirasi jika ibu muntah
4) Selimuti ibu agar tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan
5) Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah kembali ke
jantung.
c. Di rumah sakit :
1) Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan
tindakan operatif dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan
uterus) atau melakukan histerektomi.
3. Faktor resiko perdarahan :
1) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihdramnion, atau
anak terlalu besar
2) Kelelahan karena persalinan lama
3) Kehamilan grande-multipara
4) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit
menahun
5) Mioma uteri yang menganggu kontraksi rahim
6) Infeksi intrauterine (korioamnionitis)
7) Ada riwayat atonia uteri sebelumnya.
Antisipasi masalah :
1) Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri
2) Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet segera setelah bayi lahir
3) IMD
Diagnosa Potensial :
1) Asidosis metabolik
2) Dilatasi arteriol
3) Koagulasi intravascular
4) Kegagalan jantung
5) Kematian
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi keterlambatan penatalaksanaan kasus :
1) Dari segi penolong
-Tidak terampilnya penolong persalinan dalam melakukan MAK III dengan
cepat dan aman. Serta melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan
mengurangi resiko terjadinya perdarahan salah satunya adalah masih
sedikitnya bidan untuk melaksanakan program IMD setelah ibu melahirkan.
Padahal, IMD merupakan salah satu antisipasi dalam terjadinya perdarahan
postpartu
-tidak terlaksananya dengan baik penatalaksanaan rujukan mulai dari
sebelum rujukam, saat perjalanan rujukan, maupun penanganan di rumah
sakit
-penolong tidak mampu melakukan penapisan dengan baik kemungkinan
komplikasi atonia uteri.
2) Dari segi keluarga
Lambatnya pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kondisi ibu.
kelurga lebih memandang nilai budaya dan sosial dibandingkan dengan
keselamatan ibu yang harus disegerakan.
5. Mengurangi resiko terjadinya kasus :
a. Melakukan penapisan awak terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi
atonia uteri
b. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
setiap penyakit kronis
c. Mengenal faktor predisposisi HPP seperti multipritas, anak besar, hamil
kembar.
d. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam
Mencegah keterlambatan :
Kasus II
Seorang ibu hamil datang ke BPM dengan keluhan sakit pinggang menjalar ke ari-ari sejak
pukul 24.00 WIB. Ibu terlihat meringis kesakitan dan hendak ingin mengedan. Kemuadian
bidan melakukan anamnesa yang singkat dan cepat kepada pasien karena ibu tidak pernah
ANC dengan bidan.
Hasil anamnesis : usia 38 tahun, G7P5A1H5, pendidikan SD. Jarak anak ke-6 dengan
kehamilan sekarang 1 tahun. Riwayat prsalinan normal tapi selalu perdarahan saat melahirkan
Pemeriksaan fisik : Td 100/70 mmHg, suhu tidak di ukur, Nadi 80x/menit. Terlihat pucat,
lemah, kaki oedema. Djj 143x/menit, VT : pembukaan lengkap. Ibu terlihat ingin mengedan,
dengan terpaksa bidan harus menolong ibu untuk melahirkan di BPM nya. Bidan
memberitahukan kepada keluarga yang ada saat itu (kakak perempuan dari ibu hamil
tersebut) supaya mempersiapkan mobil untuk merujuk apabila terjadi pendarahan. Keluarga
ibu yang akan bersalin memohon untuk tetap di tolong di rumah bidan karena memikirkan
tidak punya biaya untuk di rujuk ke rumah sakit. [asien memang tidak punya kartu jaminan
kesehatan (BPJS)
Pada pukul 05.45 WIB ibu melahirkan seorang bayi laki-laki dengan letak sunsang. BBL
3700 gr PB 49 cm, bayi lahir sehat langsung menangis. Terjadi retensio plasenta dengan
perdarahan banyak. Dalam waktu 10 menit pasien mengalami pre syok. Bidan mengira suami
telah mempersiapkan mobil untuk rujukan, karena dari awal sudah di beritahukan. Ternyata
sang suami tidak mempersiapkan alat transportasi tersebut. Pasien jatuh dalam keadaan syok.
Bidan tidak sanggup lagi memasang infus. Pukul 06.00 WIB pasien di rujuk ke RS dalam
keadaan syok dan tidak terpasang infus.
Pasien tiba di RS jam 06.00 Wib. Di Rs pasien di usahakan pasang infus, walaupun berhasil
di pasang dua jalur guyur, tetapi pasien sudah banyak kehilangan darah dan memakan waktu
yang lama untuk mendapatkan tindakan, sehingga sudah terjdi kerusakan organ-organ tubuh
yang lain akibat kekurangan darah yang terlalu lama. Hb 3 g/dl. Dua hari setelah itu pasien
meninggal dunia setelah mendapatkan transfusi darah 2 kantong (500cc)
Jawaban :
1. Interpretasi data
Ibu umur 38 tahun P6A1H6 dengan perdarahan post partum karena retensio plasenta,
KU ibu lemah.
2. Penatalaksanaan sebelum pasien dirujuk
Sikap umum bidan
a. Memperhatikan keadaan umum penderita.
1) Apakah anemis
2) Bagaimana jumlah perdarahannya
3) Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi, dan suhu
4) Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri.
b. Mengetahui keadaan plasenta.
1) Apakah plasenta inkarserata, perkreta atau akreta
2) Melakukan tes plasenta lepas : metode Kusnert, metode Klein, metode
Strassman,
c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
Mencegah keterlambatan :
KASUS III
b. Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting
yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan
tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.
d. Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya
wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-
anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori /
hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka
status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman,
2007).
Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a. Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang
dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri
yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling
baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan
status gizi ibu hamil akan lebih baik.
b. Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak
antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak
dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu
memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan
masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
c. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu
kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa
mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas
viabilitas.
3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai
batas viabilitas. Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan
sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering dapat
menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi
tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum
masa kehamilan
d. Berat Badan Selama Hamil .
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata
untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat
makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar.
Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg.
Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg, dimana pada
trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan
trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus
bertujuan memantau pertumbuhan janin.
2) Tindakan pencegahan untuk kematian ibu :
a. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta
bagaimana menanggulanginya.
b. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang
ada.
c. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum
usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan
yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan
penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil
menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 450
Kalori dan 12 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
d. Konsumsi tablet Fe selama hamil.
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral
meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir
trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan
terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi
hemoglobin darah.
Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan
pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja
membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin
dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan,
rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat /
kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.
3) Antisipasi yang dilakukan bidan :
a. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan
Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek.
b. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan
sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan
putih).
Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita
sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran
LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya
remaja putri mempunyai risiko KEK.
Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke
puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja
putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT.
c. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas
(LILA) dengan memakai pita LILA.
d. Pada Remaja Putri/Wanita/PUS yang LILA-nya <23,5 cm berarti
menderita Risiko Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke
Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan
konseling dan pengobatan.
e. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu
sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan
oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau
petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren dan tempat
kerja.
KASUS IV
. Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke polindes dengan keluhan tidak datang haid
sejak tanggal 1 Februari 2015. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapat kan tanda vital normal,
BB 37 kg, ukuran LILA 22 cm, HB 9 gr%, rencana tempat persalinan di rumah. Tanggal 15
April 2015 terjadi keguguran, ditolong dukun dirumahnya
Pertanyaan
Di ketahui jumlah ibu hamil sampai bulan April 2015 sebanyak 25 orang, yang melakukan
pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan ada 5 orang
Pertnyaan :
Apakah manajemen tindak lanjut yang harus dilakukan pada bulan mei 2015?
Jawaban:
Bekerjasama dengan keder dan dukun bayi untuk mencari ibu hamil baru dan sisa ibu
hamil bulan ini yang belum diperiksa secara lengkap.
Memastikan ibu K1 yang seharusnya sudh memasuki K4 agar melakukan
pemeriksaan K4 dan untuk persiapan lebih lanjut ke persalinan yang aman.
Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan yang akan terjadi pada bulan
selanjutnya dan sekaligus mempersiapkan obat-obatan untuk persiapan persalinan dan
kegawat daruratan.
Mengkaji dan menindaklanjuti keadaan dari satu ibu yang K4 tetapi tidak Pn, memastikan
agar tidak terjadilagi pertolongan persalinan yang tidak dengan tenaga kesehatan
KASUS VI
Diketahui jumlah penduduk di desa Sari Propinsi Kalimantan Barat sebanyak 2500
jiwa. Angka kelahiran kasar di propinsi tersebut 0,0270.
a. Berapakah jumlah sasaran ibu hamil di desa S?
b. Berapakah jumlah sasaran ibu bersalin di desa S?
c. Erapakah jumlah sasaran bayi di desa S?
PEMBAHASAN
=74,25
= 70,87
=0,0270 x 2.500
=67,5
KASUS VI
Diketahui
Maret : 6 orang
April : 7 orang
Mei : 7 orang
Juni : 2 orang
Pertanyaan :
c. = 56,9%
2. Cakupan persalinan bulan juni di desa S
2
a. = =52 x 100%
b. = 3,85 %
3. Cakupan persalinan bulan mei di desa S
7
a. = 52 x 100%
b. = 13,5%
a. Grafik PWS KIA
Des-95%
Nov-86,9%
Sept-71,1%
Okt- 79%
Ags-63,2%
Juli-55,3%
Target 47,4%
Juni-47,4%
Mei-39,5%
April-31,6%
Mart-23,7%
Feb-15,8%
Jan-7,9%
Kumulatif 56,9%
% bulan ini 3,85 %
% bulan lalu 13,5%
Trend
Nama desa A
Kasus VII
Seorang ibu datang ke BPM dengan keluhan nyeri pada pinggang menjalar ke ari-ari semakin
kuat, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan. Kedua kaki ibu bengkak, tetapi ibu
merasa ini hal yang biasa sesuai dengan mitos menandakan persalinan hampir dekat.
Perasaan ibu cemas menghadapi persalinan ini.
Anamnesis: 14 februari 2010: Hamil 9 bulan, HPHT 15 Mei 2009, usia 37 tahun, tidak tamat
SD, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir jarang. Riwayat ANC: Sering ke dukun, hanya 2
kali ke bidan. Riwayat persalinan yang lalu: ditolong dukun. Keluhan kehamilan sekarang:
Penglihatan sering kabur, oedema pada tungkai, varices pada tungkai, varices pada tungkai.
Memiliki riwayat hipertensi dan DM. Penghasilan perkapita RP. 153.000. Ibu tidak
memiliki jamkesmas
Pemeriksaan fisik: TD 160/110 mmHg, Nadi 72x/mnt, Pernapasan 28x/mnt,Suhu 36,5 oC.
Konjunctiva agak pucat, ekstremitas bawah: oedema dan varices. His 2x 10 menit 30 detik.
DJJ 120X/mnt, kuat, tidak teratur. Hb 9,6 gr %, protein urin (+++). Pemeriksaan dalam :
tidak dilakukan
Bidan menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan serta memberikan ibu
rujukan agar bersalin ke rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti dengan hasil pemeriksaan.
Keluarga tidak dapat menindak lanjuti saran bidan karena ketidak mampuan ekonomi, ibu
dan keluarga takut dengan operasi. Ibu dibawa pulang keluarga dengan surat pernyataan.
Tanggal: 14 februari 2010 pukul 22.00 WIB Keluarga datang menjemput bidan, mengatakan:
ibu telah melahirkan dirumah dengan dukun. Setelah melahirkan ibu kejang-kejang, keluar
darah banyak dari kemaluan.
Pemeriksaan bidan: 15 menit bidan sampai ke rumah ibu, ibu post kejang. TTV tidak
terdeteksi, setelah 2 jam pupuil membesar. Ibu meninggal.
Pertanyaan:
Jawaban: Ibu G2P1A0H1 umur 37 tahun, Usia kehamilan 38-39 minggu, janin hidup,
tunggal, intrauterin, puka, let kep keadaan jalan lahir normal,KU ibu dan janin baik
dengan pre eklamsia berat.
2. Jelaskan penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan pada kasus tersebut !
Jawaban:
Preeklampsia dengan gejala
berat
34 minggu
MRS, Evaluasi gejala,
DJJ, dan cek laboratorium
Stabilisasi, pemberian
MgSO4 profilaksis
< 34 minggu
Jika didapatkan :
Eklampsa
Edema paru
DIC Jika usia kehamilan 24 Terminasi
HT berat, tidak terkontrol minggu, janin hidup : kehamilan setelah
Gawat janin Berikan pematangan
Solusio plasenta Iya stabilisasi
paru (dosis tidak harus
IUFD
Janin tidak viabel (tergantung
selalu lengkap) tanpa
kasus) menunda terminasi
Tidak
Jika didapatkan :
Gejala persisten Jika usia kehamilan >
Sindrom HELLP 24 minggu :
Pertumbuhan janin Pematangan paru (inj.
terhambat Iya dexamethason IM 2x6
Severe olygohydramnion
mg atau betamethason
Reversed end diastolic flow
Gangguan renal berat IM 1x12 mg) 2x24 jam
Tidak
Perawatan konservatif :
Evaluasi di kamar bersalin
selama 24-48 jam Usia kehamilan 34
Rawat inap hingga terminasi
minggu
Stop MgSO4, profilaksis (1x24
jam)
KPP atau inpartu
Pemberian anti HT jika TD Perburukan maternal
160/110 - fetal
Pematangan paru 2x24 jam
Evaluasi maternal-fetal secara
berkala
3. Jelaskan apa saja faktor predisposisi pada kasus tersebut !
Jawaban:
1. Kehamilan pertama
2. Jika ibu hamil lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 40 tahun.
6. Kehamilan mola, kondisi abnormal yang meniru kehamilan normal tetapi sebenarnya
tumor.
7. Riwayat tekanan darah tinggi kronis, diabetes, gangguan ginjal, migrain, rheumatoid
arthritis
8. Riwayat keluarga pra-eklampsia (yaitu, ibu, adik, nenek atau bibi yang memiliki
gangguan tersebut).
4. Jelaskan apa saja faktor resiko dan antisipasi masalah/diagnosa potensialnya pada kasus
tersebut !
Jawaban:
JAWABAN :