Anda di halaman 1dari 20

Kasus 1

Ibu hamil G6P5A0H5 datang ke Poskesri dengan keluhan sakit pinggang menajalar ke ari-ari
dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan, ibu merasa ingin buang air besar.hasil
pemeriksaan: TTV normal, VT: pembukaan lengkap, presentasi letak belakang kepala.
Beberapa menit kemudian anak lahir spontan dan segera menangis,dilakukan pemotongan tali
pusat dan penanganan kala III. Plasenta lahir lengkap,tidak adalaserasi jalan lahir dan ibu
dibersihkan dan kontrol 2 jam PP

Setelah 2 jam postpartum ibu mengatakan banyak darah keluar secara tiba-tiba membasahi 1
helai kain panjang dan 2 doek handuk, ibu tampak pucat. Hasil pemeriksaan TD : 70/50
mmHg, N: 100x/ menit, P: 30x/ menit,S: 360 C. Fundus uteri terasa lembek,perdarahan +
600 cc, laserasi jaalan lahir tidak ada

Keluarga bermusyawarah terlebih dahulu baru kemudian mau dirujuk. Jarak tempuh dari
poskesri ke rumah sakit memakan waktu + 3 jam, dan dalam perjalanan pendarahan
bertamabah banyak dan pasien mulai syok. Pasien tiba dirumah sakit, dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda syok

HB : 5gr %
TD : 70/50 mmHg
Nadi : 100x/ menit
Nadi : terasa halus dan cepat
Berkeringat dan kulit terasa dingin
Pernafasan cepat 30x / menit
Gelisahdan kesadaran menghilang
Dilakukan pemasangan infus RL dua jalur

Setelah dilakukan penatalaksanaan di RS ternyata pendarahan tidak teratasi dengan baik.


Pasien harus transfusi darah. Karena untuk mendapatkan darah membutuhkan waktu yang
lama maka pasien tidak dapat tertolong.

Pertanyaan

1. Apa interprestasi data pada kasus tersebut


2. Jelaskan penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan pada kasus tersebut
a. Sebelum pasien dirujuk ke RS
b. Selama perjalanan rujukan ke RS
c. Di rumah sakit
3. Jelaskan apa saja faktor resiko dan antisipasi masalah / diagnosa potensialnya pada
kasus tersebut
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada kasus tersebut
5. Jelaskan apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk :
a. Mengurangi resiko terjadinya kasus
b. Mencegah keterlambatan

Jawaban :

1. Ibu P6A0H6, 5 Jam postpartum, keadaan umum buruk dengan Atonia Uteri.
Alasan : pasien sudah berada dalam keadaan syok hemoragik kelas ke III (Berat).
Dimana tekanan darah sangat rendah, kulit dingin, serta gelisah (Sarwono
Prawihardjo, 2010).
2. Penatalaksanaan pasien rujukan
a. Sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit :
1) Masase fundus uteri dan merangsang putting susu
2) Pemberian oksitosin secar IM, IV atau SC
3) Kompresi bimanual ekterna/interna
4) Pemasangan tampon kondom hanya bersifat sementara sebelum dilakukan
rujukan ke rumah sakit
5) Pastikan jalan nafas bebas, harus diyakini bahwa jalan nafas tidak
tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut
Karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat
terhisap masuk ke dalam paru-paru (aspirasi) (Sarwono prawihardjo,
2010).
6) Pemberian oksigen, diberikan dalam kecepatan 6-8 liter/menit.
7) Pemberian cairan intravena, dipilih cairan isotonic misalnya Nacl 0,9 %
atau RL.
Jarum infus digunakan sebaiknya 16-18 agar cairan dapat masuk dengan
cepat.
b. Selama perjalanan rujukan ke RS :
1) Cairan infus sudah terpasang
2) Pantau dengan cermat vital sign pasien setiap 15 menit
3) Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan nafas ibu tetap terbuka dan
meminimalkan resiko aspirasi jika ibu muntah
4) Selimuti ibu agar tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan
5) Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah kembali ke
jantung.
c. Di rumah sakit :
1) Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan
tindakan operatif dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan
uterus) atau melakukan histerektomi.
3. Faktor resiko perdarahan :
1) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihdramnion, atau
anak terlalu besar
2) Kelelahan karena persalinan lama
3) Kehamilan grande-multipara
4) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit
menahun
5) Mioma uteri yang menganggu kontraksi rahim
6) Infeksi intrauterine (korioamnionitis)
7) Ada riwayat atonia uteri sebelumnya.

Antisipasi masalah :

1) Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri
2) Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet segera setelah bayi lahir
3) IMD

Diagnosa Potensial :

1) Asidosis metabolik
2) Dilatasi arteriol
3) Koagulasi intravascular
4) Kegagalan jantung
5) Kematian
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi keterlambatan penatalaksanaan kasus :
1) Dari segi penolong
-Tidak terampilnya penolong persalinan dalam melakukan MAK III dengan
cepat dan aman. Serta melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan
mengurangi resiko terjadinya perdarahan salah satunya adalah masih
sedikitnya bidan untuk melaksanakan program IMD setelah ibu melahirkan.
Padahal, IMD merupakan salah satu antisipasi dalam terjadinya perdarahan
postpartu
-tidak terlaksananya dengan baik penatalaksanaan rujukan mulai dari
sebelum rujukam, saat perjalanan rujukan, maupun penanganan di rumah
sakit
-penolong tidak mampu melakukan penapisan dengan baik kemungkinan
komplikasi atonia uteri.
2) Dari segi keluarga
Lambatnya pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kondisi ibu.
kelurga lebih memandang nilai budaya dan sosial dibandingkan dengan
keselamatan ibu yang harus disegerakan.
5. Mengurangi resiko terjadinya kasus :
a. Melakukan penapisan awak terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi
atonia uteri
b. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
setiap penyakit kronis
c. Mengenal faktor predisposisi HPP seperti multipritas, anak besar, hamil
kembar.
d. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam

Mencegah keterlambatan :

a. Terampilnya bidan dalam melakukan asuhan persalinan normal dengan baik


dan benar serta sesuai dengan ilmu terbaru yang berkembang
b. Terampilnya bidan dalam menggolongkan ibu ke dalam resti
c. Terampilnya bidan dalam melakukan penapisan terhadap komplikasi atonia
uteri
d. Bidan menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi HPP dan
mengadakan rujukan
e. Keluarga benar-benar diberitahu seberapa pentingnya ibu harus diselamatkan
dari informasi yang penolong sampaikan sehingga keputusan untuk merujuk
cepat terlaksana
f. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit
g. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dengan dukun.

Kasus II

Seorang ibu hamil datang ke BPM dengan keluhan sakit pinggang menjalar ke ari-ari sejak
pukul 24.00 WIB. Ibu terlihat meringis kesakitan dan hendak ingin mengedan. Kemuadian
bidan melakukan anamnesa yang singkat dan cepat kepada pasien karena ibu tidak pernah
ANC dengan bidan.

Hasil anamnesis : usia 38 tahun, G7P5A1H5, pendidikan SD. Jarak anak ke-6 dengan
kehamilan sekarang 1 tahun. Riwayat prsalinan normal tapi selalu perdarahan saat melahirkan

Pemeriksaan fisik : Td 100/70 mmHg, suhu tidak di ukur, Nadi 80x/menit. Terlihat pucat,
lemah, kaki oedema. Djj 143x/menit, VT : pembukaan lengkap. Ibu terlihat ingin mengedan,
dengan terpaksa bidan harus menolong ibu untuk melahirkan di BPM nya. Bidan
memberitahukan kepada keluarga yang ada saat itu (kakak perempuan dari ibu hamil
tersebut) supaya mempersiapkan mobil untuk merujuk apabila terjadi pendarahan. Keluarga
ibu yang akan bersalin memohon untuk tetap di tolong di rumah bidan karena memikirkan
tidak punya biaya untuk di rujuk ke rumah sakit. [asien memang tidak punya kartu jaminan
kesehatan (BPJS)

Pada pukul 05.45 WIB ibu melahirkan seorang bayi laki-laki dengan letak sunsang. BBL
3700 gr PB 49 cm, bayi lahir sehat langsung menangis. Terjadi retensio plasenta dengan
perdarahan banyak. Dalam waktu 10 menit pasien mengalami pre syok. Bidan mengira suami
telah mempersiapkan mobil untuk rujukan, karena dari awal sudah di beritahukan. Ternyata
sang suami tidak mempersiapkan alat transportasi tersebut. Pasien jatuh dalam keadaan syok.
Bidan tidak sanggup lagi memasang infus. Pukul 06.00 WIB pasien di rujuk ke RS dalam
keadaan syok dan tidak terpasang infus.

Pasien tiba di RS jam 06.00 Wib. Di Rs pasien di usahakan pasang infus, walaupun berhasil
di pasang dua jalur guyur, tetapi pasien sudah banyak kehilangan darah dan memakan waktu
yang lama untuk mendapatkan tindakan, sehingga sudah terjdi kerusakan organ-organ tubuh
yang lain akibat kekurangan darah yang terlalu lama. Hb 3 g/dl. Dua hari setelah itu pasien
meninggal dunia setelah mendapatkan transfusi darah 2 kantong (500cc)

Jawaban :

1. Interpretasi data
Ibu umur 38 tahun P6A1H6 dengan perdarahan post partum karena retensio plasenta,
KU ibu lemah.
2. Penatalaksanaan sebelum pasien dirujuk
Sikap umum bidan
a. Memperhatikan keadaan umum penderita.
1) Apakah anemis
2) Bagaimana jumlah perdarahannya
3) Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi, dan suhu
4) Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri.
b. Mengetahui keadaan plasenta.
1) Apakah plasenta inkarserata, perkreta atau akreta
2) Melakukan tes plasenta lepas : metode Kusnert, metode Klein, metode
Strassman,
c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

Sikap khusus bidan.


a. Retensio plasenta dengan perdarahan, Langsung melakukan plasenta manual
b. Retensio plasenta tanpa perdarahan
-Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang infus dan
memberikan cairan. Sebelum dirujuk pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc
NS/RL dengan 40 tetesan permenit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400
mg rectal
-Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk mendapatkan penanganan
yang lebih baik
-Memberikan transfusi darah jika perlu
-Proteksi dengan antibiotika seperti ampisilin 2g IV/oral + metrodinazol I g
supositoria/oral.
- Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa.
3. Pasien saat perjalanan menuju rujukan :
1) Cairan infus sudah terpasang
2) Pantau dengan cermat vital sign pasien setiap 15 menit
3) Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan nafas ibu tetap terbuka dan
meminimalkan resiko aspirasi jika ibu muntah
4) Selimuti ibu agar tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan
5) Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah kembali ke
jantung.
4. Penanganan di rumah sakit :

1) Resusitasi. Pemberian oksigen 10%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang


berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik
atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor
jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila
diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau
NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi
manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400
cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan
yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan
untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase
harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif
tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.

5. Faktor-faktor keterlambatan pada kasus :


1) Dari segi penolong
-Tidak terampilnya penolong persalinan dalam melakukan manual plasenta
dengan cepat dan aman. Serta melakukan berbagai hal yang berhubungan
dengan mengurangi resiko terjadinya perdarahan
-tidak terlaksananya dengan baik penatalaksanaan rujukan mulai dari
sebelum rujukam, saat perjalanan rujukan, maupun penanganan di rumah sakit
-penolong tidak mampu melakukan penapisan dengan baik kemungkinan
komplikasi retensio plasenta.
3) Dari segi keluarga
-Lambatnya pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kondisi ibu.
kelurga lebih memandang nilai budaya dan sosial dibandingkan dengan
keselamatan ibu yang harus disegerakan.
6. Mengurangi resiko terjadinya kasus :
e. Melakukan penapisan awal terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi
retensio plasenta
f. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
setiap penyakit kronis
g. Mengenal faktor predisposisi HPP seperti umur, paritas, interval kelahiran
anak
h. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam

Mencegah keterlambatan :

h. Terampilnya bidan dalam melakukan asuhan persalinan normal dengan baik


dan benar serta sesuai dengan ilmu terbaru yang berkembang
i. Terampilnya bidan dalam menggolongkan ibu ke dalam resti
j. Terampilnya bidan dalam melakukan penapisan terhadap komplikasi retensio
plasenta
k. Bidan menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi HPP dan
mengadakan rujukan
l. Keluarga benar-benar diberitahu seberapa pentingnya ibu harus diselamatkan
dari informasi yang penolong sampaikan sehingga keputusan untuk merujuk
cepat terlaksana
m. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit
n. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dengan dukun.

KASUS III

Seoprang perempuan berusia 39 tahun G6P5A0H5 datang ke polindes untuk melakukan


pemeriksaan kehamilan I. Hasil anamnesis di temui data bahwa tidak punya jamkesmas, P4K
lengkap, keadaan sosial ekonomi di kategorikan miskin. Berdasarkan hasil pemeriksaan di
temukan tanda vital normal, LILA 23 cm, Hb 9,3 gr%, TFU 3 jari di bawah pusat, usia
kehamilan 20 minggu
JAWABAN :

1) Faktor resiko dapat terjadi KEK dan anemia adalah :


Keadaan sosial ekonomi diukur dari tingkat pendidikan dan pekerjaan
Faktor dari ibu dapat berupa umur ibu menikah, umur kehamilan, jumlah anak,
pmeriksaan kadar HB serta pola nutrisi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK


Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
a. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan
tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan
berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik
makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,
semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah,
sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya

b. Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting
yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan
tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.

c. Faktor Pola Konsumsi


Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber
besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati),
menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan
faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI,
2007).

d. Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya
wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-
anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori /
hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka
status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman,
2007).

Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a. Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang
dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri
yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling
baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan
status gizi ibu hamil akan lebih baik.
b. Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak
antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak
dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu
memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan
masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
c. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu
kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa
mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas
viabilitas.
3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai
batas viabilitas. Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan
sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering dapat
menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi
tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum
masa kehamilan
d. Berat Badan Selama Hamil .
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata
untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat
makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar.
Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg.
Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg, dimana pada
trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan
trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus
bertujuan memantau pertumbuhan janin.
2) Tindakan pencegahan untuk kematian ibu :
a. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta
bagaimana menanggulanginya.
b. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang
ada.
c. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum
usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan
yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan
penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil
menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 450
Kalori dan 12 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
d. Konsumsi tablet Fe selama hamil.
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral
meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir
trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan
terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi
hemoglobin darah.
Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan
pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja
membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin
dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan,
rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat /
kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.
3) Antisipasi yang dilakukan bidan :
a. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan
Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek.
b. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan
sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan
putih).
Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita
sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran
LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya
remaja putri mempunyai risiko KEK.
Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke
puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja
putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT.
c. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas
(LILA) dengan memakai pita LILA.
d. Pada Remaja Putri/Wanita/PUS yang LILA-nya <23,5 cm berarti
menderita Risiko Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke
Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan
konseling dan pengobatan.
e. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu
sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan
oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau
petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren dan tempat
kerja.

KASUS IV

. Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke polindes dengan keluhan tidak datang haid
sejak tanggal 1 Februari 2015. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapat kan tanda vital normal,
BB 37 kg, ukuran LILA 22 cm, HB 9 gr%, rencana tempat persalinan di rumah. Tanggal 15
April 2015 terjadi keguguran, ditolong dukun dirumahnya

Pertanyaan

a. Jelaskan factor resiko apa saja yang dimiliki ibu!


b. Apakah rencana tindak lanjut yang harus dilakukan pada kasus tersebut?
c. Apa antisipasi yang harus dilakukan bidan dikomunitas agar kasus tersebut tidak
terjadi lagi di kalangan masyarakat?
JAWABAN :
a. Faktor resiko:
Keadaan sosial ekonomi diukur dari tingkat pendidikan dan pekerjaan
Faktor dari ibu dapat berupa umur ibu menikah, umur kehamilan, pemeriksaan kadar
HB serta pola nutrisi.
b. Rencana tindak lanjut
1. penilaian secara tepat mengenai tanda- tanda vital
2. Periksa tanda-tanda syok
3. Bila terdapa ttanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi berikan
antibiotik sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
4. Segera rujuk kerumah sakit
5. Berikan dukungan emosisonal dan konselingkontrasepsi pasca keguguran
c. Antisipasi yang dilakukan oleh bidan dikomunitas
Bermitra dengan dukun setempat
Memperoleh dukungan dari tomas mengenai kesehatan terutama perolongan
persalinan dengan tenaga kesehatan
Bidan lebih mengetahui sasarannya
Beri edukasi kepada ibu
Bidan lebih aktif dalam melakukan penyuluhan mengenai nutrisi ibu dan wanita
hamil, remaja putri, batas usia yang diperbolehkan untuk menikah
Kasus V

Di ketahui jumlah ibu hamil sampai bulan April 2015 sebanyak 25 orang, yang melakukan
pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan ada 5 orang

Pertnyaan :

Apakah manajemen tindak lanjut yang harus dilakukan pada bulan mei 2015?

Jawaban:
Bekerjasama dengan keder dan dukun bayi untuk mencari ibu hamil baru dan sisa ibu
hamil bulan ini yang belum diperiksa secara lengkap.
Memastikan ibu K1 yang seharusnya sudh memasuki K4 agar melakukan
pemeriksaan K4 dan untuk persiapan lebih lanjut ke persalinan yang aman.
Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan yang akan terjadi pada bulan
selanjutnya dan sekaligus mempersiapkan obat-obatan untuk persiapan persalinan dan
kegawat daruratan.
Mengkaji dan menindaklanjuti keadaan dari satu ibu yang K4 tetapi tidak Pn, memastikan
agar tidak terjadilagi pertolongan persalinan yang tidak dengan tenaga kesehatan

KASUS VI

Diketahui jumlah penduduk di desa Sari Propinsi Kalimantan Barat sebanyak 2500
jiwa. Angka kelahiran kasar di propinsi tersebut 0,0270.
a. Berapakah jumlah sasaran ibu hamil di desa S?
b. Berapakah jumlah sasaran ibu bersalin di desa S?
c. Erapakah jumlah sasaran bayi di desa S?
PEMBAHASAN

a. Jumlah sasaran ibu hamil di desa S adalah:


1,10 x angka kelahiran kasar (CBR) x Jumlah penduduk

=1,10 x 0,0270 x 2.500

=74,25

Jadi sasaran ibu hamil di desa S ada 74 orang

b. Jumlah ibu bersalin di desa S adalah


1,05 x CBR x jumlah penduduk

= 1,05 x 0,0270 x 2.500

= 70,87

Jadi, jumlah sasaran ibu bersalin di desa S adalah 71 orang.

c. jumlah sasaran bayi di desa S adalah


CBR x jumlah penduduk

=0,0270 x 2.500

=67,5

Jadi, jumlah sasaran bayi didesa S adalah 68 orang.

KASUS VI

Diketahui

a. Jumlah sasaran ibu bersalin di desa S tahun 2015 adalah 52%


b. Target pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan tahun 2015 adalah 95%
c. Data pelayanan kebidanan pertolongan persalinan dengan tenagakesehatan di desa S
pada bulan:
Januari : 5 orang
Februari : 4 orang

Maret : 6 orang

April : 7 orang

Mei : 7 orang

Juni : 2 orang

Pertanyaan :

a. Berapakah cakupan komulatif pertolongan persalinan di desa S?


b. Berapakah cakupan pertolongan persalinan bulan Juni 2015 di desa S?
c. Berapakah cakupan pertolongan persalinan bulan Mei 2015 di desa S?
d. Buatlah grafik PWS KIA untuk indicator pertolongan persalinan oleh teaga kesehatan
berdasarkan data di atas
Pembahsan kasus VI

1. Cakupan kumulatif pertolongan persalinan di desa S


(5+4+6+7+7+2)
a. = x 100%
52
31
b. = 52 x 100%

c. = 56,9%
2. Cakupan persalinan bulan juni di desa S
2
a. = =52 x 100%

b. = 3,85 %
3. Cakupan persalinan bulan mei di desa S
7
a. = 52 x 100%

b. = 13,5%
a. Grafik PWS KIA

Des-95%
Nov-86,9%
Sept-71,1%
Okt- 79%
Ags-63,2%
Juli-55,3%
Target 47,4%
Juni-47,4%
Mei-39,5%
April-31,6%
Mart-23,7%
Feb-15,8%
Jan-7,9%
Kumulatif 56,9%
% bulan ini 3,85 %
% bulan lalu 13,5%
Trend
Nama desa A
Kasus VII

Seorang ibu datang ke BPM dengan keluhan nyeri pada pinggang menjalar ke ari-ari semakin
kuat, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan. Kedua kaki ibu bengkak, tetapi ibu
merasa ini hal yang biasa sesuai dengan mitos menandakan persalinan hampir dekat.
Perasaan ibu cemas menghadapi persalinan ini.

Anamnesis: 14 februari 2010: Hamil 9 bulan, HPHT 15 Mei 2009, usia 37 tahun, tidak tamat
SD, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir jarang. Riwayat ANC: Sering ke dukun, hanya 2
kali ke bidan. Riwayat persalinan yang lalu: ditolong dukun. Keluhan kehamilan sekarang:
Penglihatan sering kabur, oedema pada tungkai, varices pada tungkai, varices pada tungkai.
Memiliki riwayat hipertensi dan DM. Penghasilan perkapita RP. 153.000. Ibu tidak
memiliki jamkesmas

Pemeriksaan fisik: TD 160/110 mmHg, Nadi 72x/mnt, Pernapasan 28x/mnt,Suhu 36,5 oC.
Konjunctiva agak pucat, ekstremitas bawah: oedema dan varices. His 2x 10 menit 30 detik.
DJJ 120X/mnt, kuat, tidak teratur. Hb 9,6 gr %, protein urin (+++). Pemeriksaan dalam :
tidak dilakukan

Bidan menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan serta memberikan ibu
rujukan agar bersalin ke rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti dengan hasil pemeriksaan.
Keluarga tidak dapat menindak lanjuti saran bidan karena ketidak mampuan ekonomi, ibu
dan keluarga takut dengan operasi. Ibu dibawa pulang keluarga dengan surat pernyataan.

Tanggal: 14 februari 2010 pukul 22.00 WIB Keluarga datang menjemput bidan, mengatakan:
ibu telah melahirkan dirumah dengan dukun. Setelah melahirkan ibu kejang-kejang, keluar
darah banyak dari kemaluan.

Pemeriksaan bidan: 15 menit bidan sampai ke rumah ibu, ibu post kejang. TTV tidak
terdeteksi, setelah 2 jam pupuil membesar. Ibu meninggal.

Pertanyaan:

1. Apakah interpretasi data pada kasus tersebut ?

Jawaban: Ibu G2P1A0H1 umur 37 tahun, Usia kehamilan 38-39 minggu, janin hidup,
tunggal, intrauterin, puka, let kep keadaan jalan lahir normal,KU ibu dan janin baik
dengan pre eklamsia berat.
2. Jelaskan penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan pada kasus tersebut !
Jawaban:
Preeklampsia dengan gejala
berat
34 minggu
MRS, Evaluasi gejala,
DJJ, dan cek laboratorium
Stabilisasi, pemberian
MgSO4 profilaksis

< 34 minggu

Jika didapatkan :
Eklampsa
Edema paru
DIC Jika usia kehamilan 24 Terminasi
HT berat, tidak terkontrol minggu, janin hidup : kehamilan setelah
Gawat janin Berikan pematangan
Solusio plasenta Iya stabilisasi
paru (dosis tidak harus
IUFD
Janin tidak viabel (tergantung
selalu lengkap) tanpa
kasus) menunda terminasi

Tidak

Jika didapatkan :
Gejala persisten Jika usia kehamilan >
Sindrom HELLP 24 minggu :
Pertumbuhan janin Pematangan paru (inj.
terhambat Iya dexamethason IM 2x6
Severe olygohydramnion
mg atau betamethason
Reversed end diastolic flow
Gangguan renal berat IM 1x12 mg) 2x24 jam

Tidak

Perawatan konservatif :
Evaluasi di kamar bersalin
selama 24-48 jam Usia kehamilan 34
Rawat inap hingga terminasi
minggu
Stop MgSO4, profilaksis (1x24
jam)
KPP atau inpartu
Pemberian anti HT jika TD Perburukan maternal
160/110 - fetal
Pematangan paru 2x24 jam
Evaluasi maternal-fetal secara
berkala
3. Jelaskan apa saja faktor predisposisi pada kasus tersebut !

Jawaban:

1. Kehamilan pertama

2. Jika ibu hamil lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 40 tahun.

3. berhubungan dengan jarak antara dua kehamilan.

4. Status sosial ekonomi rendah.

5. Beberapa kehamilan seperti kembar atau kembar tiga.

6. Kehamilan mola, kondisi abnormal yang meniru kehamilan normal tetapi sebenarnya

tumor.

7. Riwayat tekanan darah tinggi kronis, diabetes, gangguan ginjal, migrain, rheumatoid

arthritis

8. Riwayat keluarga pra-eklampsia (yaitu, ibu, adik, nenek atau bibi yang memiliki

gangguan tersebut).

9. Wanita dengan lemak tubuh lebih tinggi dari rata-rata.

4. Jelaskan apa saja faktor resiko dan antisipasi masalah/diagnosa potensialnya pada kasus
tersebut !

Jawaban:

1. Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia biala


2. mempunyai faktor-faktor predisposing sebagai berikut: 17,18,19,21)
a. Nulipara
b. Kehamilan ganda
c. Usia < 20 atau > 35 th
3. Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
5. penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum
6. kehamilan
7. obesitas.

5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada kasus tersebut !

faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada kasus


Tidak tepat dalam mengambil keputusan : dalam kasus keluarga tidak mau
merujuk pasien karena fktor ekonomi, dn ibu takut di operasi.
Keterlambatan mendapat pertolongan
Tidak bersalin dengan tenaga kesehatan

6. Jelaskan apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk :

JAWABAN :

usaha yang dapat dilakukan

a. Mengurangi risiko terjadinya kasus


1. pemeriksaan ANC yang teratur
2. diet
3. olah raga
b. Mencegah keterlambatan
1. sebelum melahirkan sediakan tabulin
2. persipan fisik dan mental ibu dengan memberi dukungan dan motivasi pada ibu
oleh tenkes

Anda mungkin juga menyukai