Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam II
Dosen Pengampu: Aminuddin, Dr
Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat- Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pemakalah
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Jakarta, 28 Mei2017
11160810000006
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ..................................................................................... 21
B. Saran ........................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam
memahami hukuman adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian hudud?
2. Bagaimana kedudukan hukum hudud dalam islam?
3. Apa saja macam-macam tindakan hudud?
4. Bagaimana ciri-ciri hudud?
5. Bagaimana hikmah pensyariatan hukum hudud?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini:
1. Mengetahui ruang lingkup hukum hudud.
2. Mengetahui tindakan-tindakan yang termasuk dalam hukum hudud.
3. Mengetahui hikmahnya pelaksanaan hudud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hudud
Hudud adalah bentuk jamak dari kata Had yang artinya sesuatu yang
membatasi dua benda. Dan pada asalnya perkataan had ialah sesuatu yang
memisahkan antara dua perkara dan digunakan atas sesuatu yang membedakan
sesuatu yang lain.
Menurut syarI, hudud adalah hukuman-hukuman kejahatan yang telah
ditetapkan oleh syara untuk mencegah dari terjerumusnya seseorang kepada
kejahatan yang sama. Oleh karena itu tidak termasuk tazir kerena tazir tidak ada
ketentuan hukumnya dan tidak termasuk pula qisas karena qisas adalah hak anak
adam. Kesalahan dalam jinayah hudud dianggap sebagai kesalahan terhadap hak
Allah, karena perbuatan itu menyentuh kepentingan masyarakat umum yaitu
menjelaskan ketenteraman dan keselamatan orang ramai dan hukumannya pula
memberi kebaikan kepada mereka.Kesalahan ini tidak boleh diampunkan oleh
manusia pada mangsa jinayah itu sendiri, warisnya, ataupun masyarakat umum.
Hukuman hudud wajib dikenakan pada orang yang melanggar larangan-
larangan tertentu dalam agama, misalnya zina, menuduh zina, qadzab, dan lain-
lain.Mereka yang melanggar ketetapan hukum Allah yang telah ditentukan oleh
Allah dan Rasul-Nya adalah termasuk dalam golongan orang yang zalim. Firman
Allah SWT yang artinya :Dan siapa yang melanggar aturan-aturan hukum Allah
maka mereka itulah orang-orang yang zalim.(Q.S.Al-Baqarah (2) : 229).1
1
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam SyafiI, (Jakarta : Almahira, 2010), hlm. 259.
3
4
hukum Allah dan Rasul-Nya yang sudah lapuk ditelan zaman, bahkan hukum-
hukum Allah dan Rasul itulah hukum ultra moden karena ia dicipta oleh Allah
Yang Bijaksana dan Mengetahui akan sifat hambnya zahir dan batin. Tiada
alternative lain bagi umat Islam selain dari hukum-hukum Allah. Hukum-hukum
islam itu telah dijalankan sepenuhnya oleh Rasulullah dan Khulafur-Rasyidin dan
Khalifah-khalifah Islam berikutnya sehingga zaman kejatuhan Islam. Tidak ada
siapapun yang erhak menukar gantikannya atau memansukhkannya.Hukum-
hukum tersebut adalah kekal abadi sampai akhir zaman. Allah telah menurunkan
hukum-hukumnya dan kepada kita sebagai hambanya diwajibkan melaksanakan
hukum-hukum itu dengan penuh ketaatan kami dengar dan kami taat, bukannya
dengan dolak-dalik dan helah seperti kaum Yahudi dan orang-orang munafiq.2
Pelaksanaan hukum hudud dan lain-lain syariat islam dapat menyelesaikan
masalah kerusakan moral dan sahsiah yang sedang mengancam masyarakat
menusia dan pasti akan wujud masyarakat yang aman damai dan makmur dalam
keridhaan Allah. Demikian jaminan Allah dan Allah tidak akan memungkiri janji-
janji-Nya.3
2
Ali Zainudin, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), h. 105.
3
Ibid, hlm. 109.
5
atas dasar syahwat.Jadi perbuatan zina itu adalah haram hukumnya dan
termasuk salah satu dosa besar, karena perbuatan tersebut termasuk
perbuatan yang sangat keji, pergaulan seperti binatang. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Al-Isra (17) : 32.
Artinya Dan janganlah kamu mendekati zina, sungguh zina itu perbuatan
yang keji, dan jalan suatu yang buruk.
4
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam SyafiI, (Jakarta : Almahira, 2010), h.265.
3
6
Adapun dalil terhadap orang yang tidak muhsan ialah firman Allah Swt.:
Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, hendaklah kamu dera
tiap-tiap satu dari keduanya itu dengan seratus kali deraan. Dan janganlah kamu
dipengaruhi oleh perasaan kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan
(ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu sebenarnya beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Dan hendaklah hukuman keduanya itu disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman. (An-Nur: 2)
Perawan dan bujang yang berzina hendaklah didera seratus kali dan
diasingkan dari negeri itu selma satu tahun. (Riwayat Muslim).
Hukuman hamba laki-laki dan perempuan adalah seperdua dari hukuman orang
yang mereka (yaitu 50 kali dera dan diasingkan dari negeri itu selama setengah
tahun).
3
7
mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo
hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami.
Adapun anak-anak dan orang gila, tidak didera, baik laki-laki ataupun
perempuan.5
Menuduh sama juga dengan fitnah yang merupakan suatu pelanggaran yang
terjadi bila seorang dengan bohong menuduh seorang muslim berzina atau
meragukan silsilahnya. Ia merupakan kejahatn yang besar dalam islam dan yang
melakukannya disebut pelanggaran yang berdosa. Hukum bagi orang yang
menuduh zina dan tidak terbukti berdasarkan firman Allah dalam
Adapun dalil hukuman terhadap hamba (40 kali dera) ialah ayat diatas, yaitu surat
An-Nisa ayat 25.
a. Orang yang menuduh itu sudah balig, berakal dan bukan ibu, bapak,
atau nenek dan seterusnya dari yang dituduh.
5
H. Sulaiman Rasjid, FIQH ISLAM, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), h.436
3
8
Dalil jalan yang pertama dapat dipahami dari surat An-Nur ayat 4 seperti yang
tersebut di atas, yang mengatakan: Tidak mengemukakan 4 saksi, maka jika ia
dapat mengemukakan 4 orang saksi, dia terlepas dari hukuman.
Dalil yang kedua, karena hukuman itu adalah hak yang tertuduh, maka dia
berhak mengambilnya dan menghilangkannya dengan memberi maaf.
Adapun dalil yang ketiga ialah ayat lian yang telah dibahas dalam pasal
lian.
Orang yang meminum minuman keras wajib didera 40 kali, apabila ada saksi dua
orang laki-laki atau dia mengaku sendiri.
Bukan saja minuman, tetapi suatu makanan yang menghilangkan akal, seperti
candu dan lain-lainnya, hukumnya juga haram karena termasuk dalam arti
memabukkan.
Sabda Rasulullah Saw:
Tiap-tiap sesuatu yang memabukkan adalah haram. (Riwayat Muslim).
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk. (Al-Araf: 157)
10
Mencuri adalah perbuatan mengambil harta orang lain tanpa seizin pemilik
ya (secara diam-diam), dengan maksud untuk memiliki. Menurut fuqaha yang
disebut mencuri adalah mengambil barang secara sembunyi-sembunyi ditempat
penyimpanan dengan maksud untuk memiliki, dilakukan dengan sadar atau
adanya pilihan serta memenuhi syarat-syarat tertentu. Salim Al-Uwa mengartikan
mencuri sebagai mengambil barang secara sembunyi dengan niat ingin memiliki
barang tersebut.
Mencuri merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman potong
tangan sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-maidah (5) : 38,
6
Hariyono,HukumPencurian dalam Islam,http://hariyono1407.blogspot.com/2012/04/hukum-
pencurian-dalam-islam.html, Di Akses 28 Mei 2017 pukul 22:10
11
7
H. Sulaiman Rasjid, FIQH ISLAM, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), h.441
12
8
Abdurrahman Doi, Hudud dan Kewarisan, (Jakarta : Srigunting , 1996), hlm.64.
13
9
Ibid, h.441-442
14
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar
perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku
adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
Meninggalkan Shalat. (Al-Hujurat: 9).10
10
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam SyafiI, (Jakarta : Almahira, 2010), h.267.
15
Riddah ialah keluar dari agam Islam, baik pindah pada agama yang lai atau
menjadi tidak beragama. Terjadinya karena 3 sebab:
a. Perbuatan yang mengkafirkan, seperti sujud berhala, menyembah bulan,
batu dan lain-lainnya.
b. Perkataan yang mengkafirkan, seperti menghinakan Allah atau Rasul-Nya,
begitu juga memaki salah seorang nabi Allah.
c. Iktikad (keyakinan) seperti mengiktidkan alam kekal, Allah baru,
menghalalkan zina, menghalalkan minum arak, begitu juga mengharamkan
yang disepakati ulama akan halalnya.
Orang yang keluar dari agama Islam (murtad) itu wajib disuruh tobat tiga kali.
Kalau tidak mau tobat, wajib dihukum mati.
Firman Allah Swt.:
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa
mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan
berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu." (Al-
Anfal: 38).
Sabda Rasulullah Saw:
Orang-orang Islam yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
sebenarnya melainkan Allah, dan bahwasanya aku (Nabi Muhammad) Rasul-
Nya, mereka tidak halal dibunuh kecuali karena tiga sebab: Pertama, sayid
(janda) berzina. Kedua, orang yang membunuh orang. Ketiga, orang yang keluar
dari agamanya. (Riwayat Jamaah ahli hadist).
16
Apabila ia sudah dihukum mati, ia tidak boleh dimandikan, tidak disalatkan dan
tidak dikuburkan dipekuburan orang Islam.11
D. Sifat-sifat Hudud
Hudud mempunyai sifat-sifatnya yang khusus, yaitu :
1. Kesalahan-kesalahan hudud telah ditetapkan syara.
2. Hukuman-hukuman siksanya telah ditentukan jenis-jenisnya dan berat
ringannya oleh ketetapan syara, tiada siapa yang boleh mengubah
melibihi atau menguranginya. Ia wajib dilaksanakan seperti adanya.
3. Kesalahan-kesalahan hudud boleh dimaafkan sebelum ia dibawa kedepan
hakim, tetapi tiada siapa pun yang dapat memaafkan atau mengurangkan
hukuman setelah dibawa ke depan pengadilan.
4. Semua orang yang mencukupi syarat yang dikenakan hukuman yang sama
tanpa terkecuali.
5. Taubat tidak menggugurkan siksa kecuali dalam hal kejahatan
perampokan dimana perampok digugurkan dari siksa, jika ia bertaubat
sebelum dapat ditangkap, dan orang-orang murtad yang bertaubat
sebelum dibawa kemuka pengadilan.
11
H. Sulaiman Rasjid, FIQH ISLAM, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), h.445
17
Hukum Islam tidak sama dengan hukum konvensional. Menurut Abdul Qadir
Audah dalam At-Tasyri al-Jinai al-Islamy Muqaran bil bil Qanunil Wadiy,
sejatinya hukum Islam tidak dapat dianalogikan dengan hukum konvensional.
Betapa tidak, Hukum Islam merupakan produk Sang Pencipta, sedangkan hukum
konvensional hasil pemikiran manusia.
*Sumber hukum
Pada prinsipnya, perbedaan yang paling mendasar antara hukum Islam dan
hukum konvensional adalah sumber hukumnya. Kedua hukum tersebut dengan
jelas merepresentasikan sifat pembuat masing-masingnya.
12
Kholid Syamhudi, Fiqh Hudud, http://almanhaj.or.id/content/3383/slash/0/fikih-hudud/, diakses
29 Mei 2017 pukul 14:53.
18
Sedangkan hukum Islam bersumber dari Allah SWT. Sejak diturunkan, hukum
Islam mempunyai teori hukum yang terbaru yang baru dicapai oleh hukum
konvensional akhir-akhir ini, padahal hukum konvensional lebih tua dari hkum
Islam. Lebih dari itu, hukum Islam lebih banyak mencapai sesuatu yang tidak
dapat dicapai oleh hukum konvensional.
Ketetapannya tidak akan berubah hingga kapan pun dan dimana pun,
sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Yunus ayat 64: "...Tidak ada
perubahan bagi janji-janji Allah..".
19
*Kaidah hukum
* Dasar hukum
Negara yang pertama mengadopsi teori ini adalah negara Komunis Soviet
lalu diikuti oleh Turki dengan ajaran sekuler Kemal Attaturk, Italia dengan ajaran
20
Sementara dasar hukum Islam tidak hanya mengatur urusan dan kehidupan
masyarakat sebagaimana halnya pada hukum konvensional. Tetapi, lebih dari itu,
hukum Islam juga berperan sebagai pembentuk individu-individu yang saleh,
masyarakat yang saleh, membentuk format negara, dan tatanan dunia yang ideal.
Atas dasar inilah, hukum Islam lebih tinggi daripada seluruh tingkatan hukum
dunia pada saat diturunkannya dan hal tersebut masih tetap seperti itu hingga
sekarang. Prinsip-prinsip dasar dan teori-teori hukum Islam ini baru dapat disadari
dan dipahami oleh bangsa-bangsa non-Muslim setelah berabad-abad lamanya dan
bahkan hingga masa kini.13
13
Heri Ruslan, Inilah perbedaan hukum Islan dan hukum konvensional,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/23/ly83xd-inilah-perbedaan-
hukum-islam-dan-konvensional , diakses tanggal 28 Mei 2017 pukul 19:22
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Hudud
adalah bentuk jama dari kata hadd yang berarti mencegah. Disebut hudud karena
hukuman itu dapat mencegah terjadinya perbuatan yang mengakibatkan jatuhnya
hukuman.macam-macam kesalahan yang termasuk hudud antara lain : zina,
menuduh zina, meminum khamar, mencuri, murtad, bughah, dan hirabah.
Hukum-hukum tersebut adalah kekal abadi sampai akhir zaman. Allah telah
menurunkan hukum-hukumnya dan kepada kita sebagai hambanya diwajibkan
melaksanakan hukum-hukum itu dengan penuh ketaatan kami dengar dan kami
taat, bukannya dengan dolak-dalik dan helah seperti kaum Yahudi dan orang-
orang munafiq.
Pelaksanaan hukum hudud dan lain-lain syariat islam dapat menyelesaikan
masalah kerusakan moral dan sahsiah yang sedang mengancam masyarakat
menusia dan pasti akan wujud masyarakat yang aman damai dan makmur dalam
keridhaan Allah. Demikian jaminan Allah dan Allah tidak akan memungkiri janji-
janji-Nya.
B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat, adapun substansi yang terkandung
didalamnya semoga akan menjadi suatu badan acuan bagi setiap orang dalam
melaksanakan tindakannya dimuka bumi ini. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat karena pembahasan dari makalah ini sangatlah berguna bagi siapapun.
Apabila dalam makalah ini terdapat suatu hal baik itu perkataan, penulisan,
ataupun hal-hal lain yang menuju kearah ketidaksempurnaan mohon kiranya agar
makalah ini dapat dikoreksi, karena sebagai, manusia biasa tentunya penyusun
pasti banyak melakukan kesalahan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Zainudin, Ali. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Sinar
Grafika.
Zuhaili, Prof. Dr. Wahbah. 2010. Fiqh Imam SyafiI. Jakarta : Almahira
22