Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

ENERGI SURYA

Oleh:
Farhan Pratama S
A1C015007

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan

jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan

kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari

dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk

memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depat energi surya hanya

dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan. Ada banyak cara untuk

memanfaatkan energi dari matahari. Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi

energi kimia dengan menggunakan fotosintesis.

Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap,

angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Berbagai teknologi pemanfaatan

energi surya termal untuk aplikasi skala rendah (temperatur kerja lebih kecil atau

hingga 60 hingga 120 C) telah dikuasai dari rancang bangun, konstruksi hingga

manufaktur secara nasional.

Kita memanfaatkan energi ini dengan memakan dan membakar kayu.

Bagimanapun, istilah tenaga surya mempunyai arti mengubah sinar matahari

secara langsung menjadi panas atau energi listrik untuk kegunaan kita. dua tipe

dasar tenaga matahari adalah sinar matahari dan photovoltaic (photo- cahaya,

voltaic=tegangan) Photovoltaic tenaga matahari: melibatkan pembangkit listrik

dari cahaya. Rahasia dari proses ini adalah penggunaan bahan semi konduktor
yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, partikel bermuatan negative yang

membentuk dasar listrik

Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic

adalah silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel

photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi konduktor seperti itu, satu

bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi

konduktor, lading listrik menyeberang sambungan diantara dua lapisan

menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC. Makin kuat cahaya,

makin kuat aliran listrik.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara menggunakan pyranometer.


2. Mengetahui cara menggunakan photovoltaic
3. Mengetahui cara mengukur energi surya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Energi matahari sebagai sumber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak

dapat habis, serta gratis dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk

dikembangkan. Apalagi letak geografis Indonesia didaerah khatulistiwa yang

memiliki curah radiasi matahari yang hampir konstan sepanjang tahun. Agar

pemanfaatan energi surya ini lebih baik maka digunakan alat pengumpul energi

matahari. Alat ini dapat berupa pengumpul pelat datar dan konsentrator. (Azridjal,

2003).

Energi matahari dijalarkan ke permukaan dan diradiasikan ke dalam ruang

angkasa. Dalam perjalarannya ke permukaan, 30% energi matahari akan

direfleksikan dan disebar kembali ke angkasa, memberikan bumi dan atmosfer

albedo sekitar 30%, sementara itu sebanyak 19% diabsorbsi oleh atmosfer dan

awan serta 51% diabsorbsi oleh permukaan (Ahrens, 2003).

Energi dari matahari tiba dibumi adalah dalam bentuk radiasi

elektromagnetik yang mirip dengan gelombang radio tetapi mempunyai kisaran

frekwensi yang berbeda. Energi dari matahari tersebut dikenal di Indonesia

sebagai energi surya. Energi surya diukur dengan satuan energi per waktu per luas

area atau dapat ditulis W/m2 dan dikatakan sebagai pancaran (irradiance) (NRC,

2005).

Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari matahari. Tumbuhan

mengubah sinar matahari menjadi energi kimia dengan menggunakan fotosintesis.

Kita memanfaatkan energi ini dengan memakan dan membakar kayu.

Bagimanapun, istilah tenaga surya mempunyai arti mengubah sinar matahari

secara langsung menjadi panas atau energi listrik untuk kegunaan kita. Dua tipe
dasar tenaga matahari adalah sinar matahari dan photovoltaic Photovoltaic

tenaga matahari melibatkan pembangkit listrik dari cahaya. Rahasia dari proses ini

adalah penggunaan bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas

elektron, pertikel bermuatan negatif yang membentuk dasar listrik (Widayana,

2012).

Tenaga surya pada dasarnya adalah sinar matahari yang merupakan radiasi

elektromagnetik pada panjang gelombang yang tampak dan yang tidak tampak,

yakni mencakup spektrum cahaya inframerah sampai dengan cahaya ultraviolet.

Masing-masing spektrum cahaya matahari memiliki panjang gelombang,

frekuensi dan energi yang berbeda. Sinar matahari memiliki panjag gelombang ()

antara 0,15 4 m, dan hanya panjang gelombang () antara 0,32 2 m yang

mampu menembus kaca transparan (Wisnubroto, 2004)

Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya potensial selain

air, uap, angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Berbagai teknologi

pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala rendah (temperatur

kerja lebih kecil atau hingga 60 hingga 120 C) telah dikuasai dari rancang

bangun, konstruksi hingga manufaktur secara nasional (Tim Asisten, 2017).

Informasi mengenai ketersediaan energi matahari merupakan hal penting

dalam rangka mendukung usaha pemanfaatan energi matahari secara optimal.

Pengetahuan mengenai besarnya radiasi matahari pada suatu lokasi merupakan hal

yang penting dalam beberapa aplikasi energi matahari seperti desain arsitektur dan

dan kenyamanan termal bangunan, sistem pemenfaatan energi matahari


(photovoltaic/PV, solar concentrator, solar collector) dan lain-lain (Mubiru,

2008).

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Pyranometer
2. Stopwatch
3. Termometer bola basah bola kering
4. Multimeter
5. Kalkulator
6. Alat tulis
7. Photovoltaic
8. Radiasi matahari

B. Prosedur Kerja

1. Pyranometer dan Photovoltaic ditaruh di bawah matahari langsung.


2. Termometer bola basah bola kering ditaruh di tempat teduh.
3. Pyranometer dengan multimeter dihubungkan.
4. Perubahan radiasi surya tiap 15 menit diamati.
5. Hasil pengamatan dicatat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Gambar 1. Pyranometer

Gambar 2. Multimeter dan Probe


Gambar 3. Photovoltaic

Gambar 4. Termometer Bola Basah dan Bola Kering

1. Prinsip Kerja:

a. Termometer
Dengan menggunakan air raksa yang akan memuai saat terjadi

perubahan sushu lingkungan. Saat suhu meningkat, air raksa akan memuai

(mengembang) dan menaik, sedangkan saat suhu turun, air raksa akan

menyusut sehingga menurun dan dapat dilihat nilainya pada skala

pengukuran pada dinding kaca termometer.


b. Pyranometer
Untuk mengukur intensitas radiasi matahari dengan radiasi yang

mengenai alat akan terdeteksi dengan melihat perubahan suhu. Perubahan

suhu akan dicatat oleh termokopel yang dihubungkan dengan multimeter

digital.
c. Photovoltaic
Cahaya matahari berupa energi foton dating mengenai sisi permukaan

lebih besar dari energi celah yang memisahkan pita valensi dan pita konduksi,

maka elektron-elektron bergerak dari pita valensi ke pita konduksi melakui

hubungan P-N.

2. Data hasil praktikum

Tabel 1. Data hasil pengamatan menggunakan Photovoltaic


Kelompok Waktu I (Ampere) V (Volt) P (Watt)
8:20 0 0 0
6 8:35 2.49 19.7 49.053
8:50 2.51 19.5 48.945
9:05 2.78 19.4 53.932
7
9:20 2.89 19.4 56.066
Kelompok Waktu I (Ampere) V (Volt) P (Watt)
9:35 2.98 19.5 58.11
8
9:50 2.94 19.6 57.624
10:05 3.04 19.3 58.672
9
10:20 3.02 19.4 58.588
11:20 3.24 19 61.56
1
11:35 1.72 19.3 33.196
11:50 0.78 18.5 14.43
2
12:05 0.86 19 16.34
12:20 0.53 18.8 9.964
3
12:35 6.6 19.1 126.06
12:50 0.57 19.1 10.887
4
13:05 0.52 18.8 9.776
13:20 2.4 18.8 45.12
5
13:35 1.25 19.6 24.5
Tabel 2. Data hasil pengamatan menggunakan Pyranometer dan Termometer
bola basah bola kering
Teganga Iradiasi Suhu (oC) Selis RH
Kelompok Waktu
n (mV) (W/m2) TBB TBK ih (%)
8:20 6.4 914.286 30 31 1 93
6 8:35 5.4 771.429 27 30 3 78
8:50 5.5 785.714 27 30 3 78
9:05 6.1 871.429 27 31 4 72
7
9:20 6.5 928.571 27 31 4 72
9:35 6.8 971.429 27 31 4 72
8
9:50 7.1 1,014.286 27 31 4 72
10:05 7.3 1,042.857 27 31 4 72
9
10:20 7.7 1,100.000 27.5 31.5 4 72
11:20 7.8 1,114.286 31 34 3 80
1
11:35 5.3 757.143 30 34 4 72
11:50 2.3 328.571 31 33 2 93
2
12:05 1.4 200.000 31 33 2 86
12:20 1.3 185.714 31 32 1 93
3
12:35 1.7 242.857 32 33 1 93
12:50 1.6 228.571 29 31 2 86
4
13:05 1.3 185.714 29 31 2 80
13:20 1.8 257.143 29 31 2 86
5
13:35 7 1,000.000 28 31 3 79

3. Perhitungan kelompok 1

Perhitungan:

1000
1. I radiasi = 7,8
7

= 11 14,29W /m

1000
2. I radiasi = 5,3
7
= 757,14 W /m
P=IV
1. P = 3,24 19,0 = 61,56 watt
2. P = 1,72 19,3 = 33,196 watt

B. Pembahasan
Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas

surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk

lain. Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap,

angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi (Yandri, 2012).

1. Keuntungan dari penggunaan energi surya antara lain:

a. Energi panas matahari merupakan energi yang tersedia hampir diseluruh

bagian permukaan bumi dan tidak habis (renewable energy).


b. Penggunaan energi panas matahari tidak menghasilkan polutan dan emisi

yang berbahaya baik bagi manusia maupun lingkungan.


c. Penggunaan energi panas matahari untuk pemanas air, pengeringan hasil

panen akan dapat mengurangi kebutuhan akan energi fosil.


d. Pembangunan pemanas air tenaga matahari cukup sederhana dan

memiliki nilai ekonomis.

2. Kerugian dari penggunaan energi surya antara lain:

a. Sistem pemanas air dan pembangkit listrik tenaga panas matahari tidak

efektif digunakan pada daerah memiliki cuaca berawan untuk waktu

yang lama.
b. Pada musim dingin, pipa-pipa pada sistem pemanas ini akan pecah

karena air di dalamnya membeku.


c. Membutuhkan lahan yang sangat luas yang seharusnya digunakan untuk

pertanian, perumahan, dan kegiatan ekonomi lainya. Hal ini karena rapat

energi matahari sangat rendah.


d. Lapisan kolektor yang menyilaukan bisa mengganggu dan

membahayakan penglihatan, misalnya penerbangan.


e. Sistem hanya bisa digunakan pada saat matahari bersinar dan tidak bisa

digunakan ketika malam hari atau pada saat cuaca berawan.


Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan

saat ini oleh pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia

mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran

matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia

dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan

timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI)

sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan

Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar

9%. Dengan demikian, potesi penyinaran matahari rata-rata Indonesia sekitar 4,8

kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.Matahari adalah sumber energi

utama yang memancarkan energi yang luar biasa besarnya ke permukaan bumi.

Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi menerima sekitar 1000 watt energi

matahari per-meter persegi. Kurang dari 30 % energi tersebut dipantulkan kembali

ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23 % digunakan untuk seluruh

sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25 %

ditampung angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil

0,025 % disimpan melalui proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan yang

akhirnya digunakan dalam proses pembentukan batu bara dan minyak bumi

(bahan bakar fosil, proses fotosintesis yang memakan jutaan tahun) yang saat ini

digunakan secara ekstensif dan eksploratif bukan hanya untuk bahan bakar tetapi

juga untuk bahan pembuat plastik, formika, bahan sintesis lainnya.Sehingga bisa

dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi surya. Energi surya adalah

sangat luar biasa karena tidak bersifat polutif, tidak dapat habis, dapat dipercaya
dan tidak membeli. Kejelekannya dari energi surya ini adalah sangat halus dan

tidak konstan. Arus energi surya yang rendah mengakibatkan dipakainya system

dan kolektor yang luas permukaannya besar untuk mengumpul dan

mengkonsentrasikan energi itu. Sistem kolektor ini berharga cukup mahal dan ada

masalah lagi bahwa sistem-sistem di bumi tidak dapat diharapkan akan menerima

persediaan yang terus menerus dari energi surya. Hal ini berarti diperlukan

semacam system penyimpanan energi atau konversi lain diperlukan untuk

menyimpan energi pada malam hari serta pada saat cuaca mendung (Widayana,

2012).

Alat-alat yang digunakan dalam memanfaatkan energy surya diantaranya :

1. Sel Surya
Sel surya merupakan alat untuk mengonversi cahaya matahari menjadi

energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dengan teknologi sel surya

(photovoltaic) energi surya diubah menjadi energi listrik yang bisa digunakan

untuk berbagai hal. Cara kerja sel suya adalah mengubah sinar matahari

menjadi tenaga listrik secara langsung. Sel surya pada dasarnya terdiri atas

sambungan pn yang sama fungsinya dengan sebuah dioda (diode).

Sederhananya, ketika sinar matahari mengenai permukaan sel surya, energi

yang dibawa oleh sinar matahari ini akan diserap oleh elektron pada

sambungan pn untuk berpindah dari bagian dioda p ke n dan untuk

selanjutnya mengalir ke luar melalui kabel yang terpasang ke sel. Alat ini

mempunyai kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan sel surya yaitu:


1) Tidak Menimbulkan Polusi. Tenaga surya tidak melepaskan karbon

dioksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida atau merkuri ke atmosfir.


2) Hampir Bebas Perawatan. Produsen menawarkan jaminan 20 tahun

dan lebih.

b. Adapun Kelemahan Sel Surya yaitu:

1) Panel surya masih relatif mahal, bahkan meskipun setelah banyak

mengalami penurunan harga.


2) Panel surya terbuat dari beberapa bahan yang tidak ramah

lingkungan.
3) Daur ulang panel surya yang tak terpakai lagi dapat menyebabkan

kerusakan lingkungan jika tidak dilakukan dengan hati-hati karena

silikon, selenium, kadmium, dan sulfur heksafluorida (merupakan

gas rumah kaca), kesemuanya dapat ditemukan di panel surya dan

bisa menjadi sumber pencemaran selama proses daur ulang.

Gambar 1. Sel Surya.


2. Kolektor Surya
Kolektor surya merupakan piranti utama dalam sistem surya termal

yang berfungsi mengumpulkan dan menyerap radiasi sinar matahari dan

mengkonversinya menjadi energi panas. Cara kerja kolektor surya adalah

ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor surya, sebagian

cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian

besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas

tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya


untuk kemudian dimanfaatkan pada berbagai aplikasi yang membutuhkan

panas. Alat ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan kolektor surya yaitu :

1) Biaya pemeliharaan yang sangat rendah atau nol biaya pemeliharaan.


2) Biaya operasional yang sangat rendah.
3) Dapat digunakan langsung dengan air kolam di-klorinasi.
4) Harga lebih murah.

b. Adapun kelemahan dari kolektor surya yaitu :

1) Hanya dapat digunakan di musim panas pada suhu luar ruangan.


2) Kurang efisien.
3) Tidak memiliki perlindungan dari dampak lingkungan.
4) Terdegradasi dari waktu ke waktu.

Gambar 2. Kolektor Surya.

3. Kompor Surya
Kompor surya adalah perangkat masak yang menggunakan sinar

matahari sebagai sumber energi. Pada prinsipnya semua jenis kompor tenaga

surya mempunyai cara kerjanya tidak jauh berbeda, yaitu memusatkan

cahaya matahari yang jatuh ke alumunium/kaca. Tujuannya agar energi lebih

terkonsentrasi dan berpotensi menghasilkan panas yang cukup untuk

memasak.

a. Beberapa keuntungan yang diperoleh jika menggunakan kompor surya

adalah:

1) Aman digunakan karena tidak menggunakan bahan mudah terbakar.


2) Mengurangi biaya untuk membeli bahan bakar karena menggunakan

energi dari sinar matahari yang bisa diperoleh secara bebas dan

gratis.
3) Tahan lama karena terbuat dari kaca, besi dan aluminium.

b. Kompor surya juga mempunyai kekurangan-kekurangan yaitu:

1) Penggunaannya sangat tegantung dari sinar matahari sehingga pada

hari hujan tidak dapat digunakan memasak.


2) Ukurannya masih terlalu besar dan memerlukan minimal tempat

lapang berukuran 2,5 meter persegi.

Gambar 3. Kompor surya.


Pemanfaatan energi surya pada bidang pertanian yaitu:
1. Kompor Matahari

Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas

yang diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin

cekung besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan

untuk menggantikan panas dari kompor minyak atau kayu bakar.


Gambar 5. Kompor matahari.

Untuk diameter cermin sebesar 1,3 meter kompor ini memberikan daya

thermal sebesar 800 watt pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka

kebutuhan akan energi fosil dan energi listrik untuk memasak dapat

dikurangi.

2. Pengeringan Hasil Pertanian.

Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan

menjemur hasil panennya di bawah terik sinar matahari. Cara ini sangat

menguntungkan bagi para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk mengeringkan hasil panennya. Berbeda dengan petani di negara-

negara empat musim yang harus mengeluarkan biaya untuk mengeringkan

hasil panennya dengan menggunakan oven yang menggunakan bahan bakar

fosil maupun menggunakan listrik.


Gambar 6. Pengering hasil pertanian

3. Distilasi Air.

Gambar 7. Distilasi Air.

Cara kerjanya adalah sebuah kolam yang dangkal, dengan kedalaman

25 mm hingga 50 mm, ditutup oleh kaca. Air yang dipanaskan oleh radiasi

matahari, sebagian menguap, sebagian uap itu mengembun pada bagian

bawah dari permukaan kaca yang lebih dingin. Kaca tersebut dimiringkan

sedikit 10 derajat untuk memungkinkan embunan mengalir karena gaya berat

menuju ke saluran penampungan yang selanjutnya dialirkan ke tangki

penyimpanan.

4. Pompa air tenaga surya.


Pompa air tenaga surya memanfaatkan sinar matahari sebagai tenaga

penggeraknya. Kelebihan pompa air jenis ini tentu tidak ada lagi biaya energi

penggeraknya, tidak direpotkan oleh ketersediaan bahan bakar atau listrik

sehingga sangat cocok untuk daerah yang belum terjangkau listrik PLN atau

daerah yang sulit diakses.

Secara garis besar, pompa air tenaga surya ini terdiri dari panel surya

yang menghasilkan arus listrik DC (arus listrik searah) saat kontak dengan

sinar matahari dan pompa air DC untuk memompa air. Yang perlu digaris

bawahi, pompa air tenaga surya ini harus menggunakan pompa air DC (direct

current-arus searah).

Gambar 8. Pompa air tenaga surya

Ada dua jenis sistem pompa air tenaga surya ini yaitu pompa air tenaga

surya menggunakan baterai (battery-coupled) dan tanpa menggunakan baterai

(direct-coupled). Bebagai faktor harus diperhitungkan untuk menentukan

sistem mana yang lebih optimal/sesuai dengan kebutuhan.

Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk

mendukung peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk


bangunan komersial atau perumahan di perkotaan. Prospek pemanfaatannya

dalam sektor-sektor masyarakat, yaitu (Widayana, 2012):

1. Industri, khususnya agro-industri dan industri pedesaan, yaitu untuk

penanganan pasca-panen hasil-hasil pertanian, seperti: pengeringan (komoditi

pangan, perkebunan, perikanan/peternakan, kayu olahan) dan juga

pendinginan (ikan, buah dan sayuran).


2. Bangunan komersial atau perkantoran, yaitu: untuk pengkondisian ruangan (

Solar Passive Building , AC) dan pemanas air.


3. Rumah tangga, seperti: untuk pemanas air dan oven/ cooker.
4. Puskesmas terpencil di pedesaan, yaitu: untuk sterilisator, refrigerator vaksin

dan pemanas air.

Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik,

arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara

umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk

beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan

sebagainya Pada praktikum ini penggunaan multimeter pada photovoltaic

digunakan untuk mengetahui kuat arus dan tegangan yang dihasilkan. Caranya

adalah dengan merangkai alat dan bahan percobaan lalu kuat arus dan tegangan

yang dihasilkan akan terlihat di multimeter. Sedangkan pada pyranometer,

multimeter digunakan untuk mengukur tegangan yang secara otomatis akan

terlihat di multimeter.

Praktikum kali ini, dilakukan pengukuran dan pengamatan energy surya.

Alat yang digunakan yaitu photovoltaic, pyranometer, dan termometer bola basah

dan kering. Pertama asisten menjelaskan prinsip kerja photovoltaic, termokopel,

pyranometer, termometer bola basah dan bola kering, serta multimeter. Pada
pengukuran menggunakan photovoltaic, waktu pengukuran adalah setiap 15 menit

untuk setiap kelompok. Untuk kelompok shift 1 waktu pengukuran dimulai dari

pukul 11:20 WIB hingga 13:35 WIB. Hasil dari pengukuran digunakan untuk

menghitung daya. Dari pukul 11:20-13:35 WIB, kuat arus dan tegangan yang

dihasilkan mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak teratur. Hal tersebut

disebabkan oleh penyerapan energi surya yang berubah-ubah dan kemungkinan

kesalahan saat pengukuran. Sehingga daya yang dihasilkan cukup beragam. Daya

yang dihasilkan di kelompok 1 pukul 11:20 dan 11:35 WIB berturut-turut yaitu

61,56 dan 33,196 watt.

Pengamatan menggunakan pyranometer bertujuan untuk mengukur

tegangan yang kemudian digunakan untuk menghitung iradiasi. Hasil pengukuran

tegangan berubah-ubah dari waktu awal sampai akhir begitu pula iradiasi yang

dihitung. Perhitungan iradiasi kelompok 1 pukul 11:20 dan 11:35 WIB berturut-

turut 1114,28 dan 757,14 watt/m2.

Pengamatan menggunakan termometer bola basah bola kering bertujuan

untuk mengetahui suhu dan kelembaban. Pembacaan dilakukan dengan melihat

suhu di termometer bola basah dan bola kering yang kemudian dicari selisihnya.

Selisih tersebut, dilihat pada termometer dengan melihat juga hasil pengukuran

suhu di termometer bola kering. Adapun hasil pengukuran kelompok 1 yaitu pukul

11:20 dan 11:35 WIB berturut-turut RH 7,8 dan 5,3OC.

Kendala yang dihadapi pada saat praktikum yaitu cuaca yang terkadang

cerah lalu disambung dengan berawan dan tiba-tiba mendung, sehingga sulit

membaca nilai yang tertera pada multimeter dikarenakan nilai yang muncul selalu
berubah dan alat yang terbatas membuat waktu praktikum yang sangat lama dan

tidak kondusif.

Setelah melakukan praktikum energi surya, judul pkm yang berhubungan

dengan energi surya yaitu Pemanfaatan Energi Matahari Sebagai Pembangkit

Listrik Bagi Pengembangan Pulau Cangke, Kabupaten Pangkep.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Cara menggunakan pyranometer dengan meletakkan di tempat terkena sinar

matahari langsung. Multimeter yang terhubung akan mendisplay radiasi yang


ditangkap oleh pyranometer. Setiap 15 menit multimeter dilihat dan dicatat

besarnya radiasi langsung dan teduh. Untuk pengukuran RH menggunakan

alat thermometer bola basah bola kering yang kalibrasinya menggunakan

grafik psikometri. Pengamatan dilakukan setiap 15 menit sekali sebanyak 9

kali.

2. Cara menggunakan photovoltaic yaitu dengan dipasang pada suatu

permukaan sehingga akan menyerap energi surya dan mengubahnya menjadi

energi listrik.

3. Cara mengukur energi surya dapat menggunakan pyranometer dan

photovoltaic dengan melakukan pengamatan setiap 15 menit sekali sebanyak

9 kali.

B. Saran

Sebaiknya pada saat praktikum alat pengukuran energi surya diperbanyak,

sehingga praktikum tidak perlu memakan waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA
Ahrens, C. Donald. 2003. Meteorology Today, An introduction to weather,
climate, and environment. Thomson learning, Inc. Amerika.

Aziz, Azridjal. 2003. Perancangan Kolektor Surya Tipe Pelat Datar dengan Fluida
Kerja Udara. Jurnal Momentum. Institut Teknologi Padang, Padang.

Mubiru, J. and Banda, E.J.K.B. 2008. Estimation of monthly average daily global
solar irradiation using artificial neural network. Solar Energy 82, 181187.

NRC. 2005. How Student Learn Science in the Classroom. Washington DC:
National Academic Press.

Tim Penyusun. 2017. Pedoman Praktikum Energi Dan Elektrifikasi Pertanian.


Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman.

Widayana, Gege. 2012. Pemanfaatan Energi Surya. JPTK UNDIKSHA. 9(1): 37-
46.

Wisnubroto, S. 2004. Metereologi Pertanian Indonesia. Fakultas Pertanian UGM.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas 3
    Tugas 3
    Dokumen3 halaman
    Tugas 3
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat
  • Surat Observasi
    Surat Observasi
    Dokumen1 halaman
    Surat Observasi
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat
  • Surat Permohonan Survey Lokasi
    Surat Permohonan Survey Lokasi
    Dokumen8 halaman
    Surat Permohonan Survey Lokasi
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen3 halaman
    Tugas 1
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen18 halaman
    Makalah
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat
  • Review Jurnal
    Review Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Review Jurnal
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat
  • Acara 2
    Acara 2
    Dokumen18 halaman
    Acara 2
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat
  • Acara 2
    Acara 2
    Dokumen23 halaman
    Acara 2
    Farhan Pratama S
    Belum ada peringkat