Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dengan hak asasi manusia
(HAM). HAM ada melekat pada manusia, apabila HAM dihilangkan berarti
hilanglah kemanusiaannya seorang manusia. Oleh karenanya, HAM bersifat
fundamental maka adanya merupakan keharusan, siapapun tidak dapat
mengganggu dan setiap orang harus memperoleh perlindungan HAM-nya.
Bagaimana ini kaitannya dengan kesehatan reproduksi.
Tren kekinian yang juga berentetan jauh kebelakang dengan tradisi dan
budaya masyarakat di negara-negara telah terjadi diskriminasi ataupun
dominasi dari sekelompok orang terhadap kelompok lainnya, utamanya
berkaitan dengan jeniskelamin, sehingga menimbulkan penindasan dan
kesewenang-wenangan terhadap HAM, dan wanitalah yang menjadi korban.
Dalam hal ini terkait dengan masalah reproduksi pada wanita, yang
mengganggu atau merugikan kesehatannya, sehingga tidak ada jaminan
tentang hak-reproduksi. Kemudian, telah muncul berbagai upaya dan
perjuangan untuk menentang penindasan dan kesewenangan tersebut, yakni
perjuangan penyetaraan jender. Dalam konteks seperti itu, menjadi penting
pemahaman HAM yang akan dikaitkan dengan kesehatan reproduksi.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh
para bidan atau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki
khususnya oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari
anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
Untuk itu, kami dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan
beberapa pengertian yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk
khalayak pembaca khususnya para perempuan. Oleh karena itu penulis
mengambil judul pada makalah ini, yaitu Hak Kesehatan Reproduksi
IPPF Tahun 1996.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah:
1. Hak-hak kesehatan reproduksi apa saja yang belum didapatkan di
lingkungan sekitar?
2. Langkah apa yang perlu dilakukan untuk memenuhi hak-hak
kesehatan reproduksi?
3. Bagaimana advokasi agar hak-hak kesehatan reproduksi bisa
tersosialisasikan dan bisa didapatkan oleh semua masyarakat?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui hak-hak kesehatan reproduksi yang belum
didapatkan di lingkungan sekitar.
2. Untuk mengetahui langkah apa yang perlu dilakukan untuk memenuhi
hak-hak kesehatan reproduksi.
3. Untuk mengetahui advokasi yang dilakukan agar hak-hak kesehatan
reproduksi bisa tersosialisasikan dan bisa didapatkan oleh semua
masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Reproduksi


1. Definisi Kesehatan Reproduksi
a. Definisi Sehat (WHO)
Keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh. Jadi sehat
berarti bukan sekedar tidak ada penyakit ataupun kecacatan, tetapi
juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan untuk
melalui proses reproduksi baik perempuan maupun laki-laki berhak
mendapatkan standar kesehatan yang setinggi-tingginya, karena
kesehatan merupakan hak asasi manusia yang telah diakui dunia
internasional
b. Definisi Kesehatan Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan
kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang
disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh
pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit
dan kecacatan.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan

3
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi
yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat
memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan
sesudah menikah..
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan
alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan
reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman
dan memuaskan sebelum menikah dan sesudah menikah.

2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi


Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi
sebenarnya sangat luas, sesuai dengan definisi yang tertera di atas, karena
mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam
uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci
digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga
diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Secara
lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi :

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


b. Keluarga Berencana
c. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ),
termasuk PMS-HIV / AIDS
d. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
e. Kesehatan Reproduksi Remaja
f. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
g. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
h. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula dll.

4
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup
kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti
memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada
setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan tersebut.
Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka
hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya. Masa-
masa tersebut meliputi:
a. ibu hamil dan konsepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut
B. Hak Kesehatan Reproduksi
1. Definisi Hak Kesehatan Reproduksi
Hak Reproduksi adalah hak-hak dasar setiap pasangan maupun
individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab memutuskan jumlah,
jarak kelahiran, dan waktu untuk memiliki anak dan mendapatkan
informasi serta cara melakukannya, termasuk hak untuk mendapatkan
standar tertinggi kesehatan reproduksi dan juga kesehatan seksual (ICPD,
Kairo 1994).
Sedangkan menurut Depkes RI hak reproduksi perorangan adalah hak
yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa
memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga,
dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan
waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan
pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia
internasional (Depkes RI, 2002).
2. Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi

5
a. Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari
siksaan dan kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka
bagi kesehatan, kelahiran dan kenikmatan seks aman.
b. Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai
aktor dan pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan
reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait.
c. Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar
perempuan itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan
diskriminasi gender, ras, dan kelas melainkan juga menjamin adanya
keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan,
misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.
d. Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas
yang dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh
wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota
masyarakat tertentu.
e. Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup
berbagai aspek, tidak hanya aspek biologis dan permasalahannya bukan
hanya bersifat klinis, akan tetapi non klinis dan memasuki aspek
ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Oleh karena aitu diintroduksi
pendekatan interdisipliner (meminjam pendekatan psikologi,
antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum dan sebagainya) dan
ingin dipadukan secara integratif sebagai pendekatan transdisiplin.
3. Hak-hak Reproduksi menurut ICPD
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya

6
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan
seksual
h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
i. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan
dan kehidupan reproduksinya
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
4. Hak-hak reproduksi menurut Piagam IPPF/PKBI
a. Hak untuk hidup
b. Hak atas kebebasan dan keamanan
c. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi,
termasuk kehidupan keluarga dan reproduksinya
d. Hak atas kerahasiaan pribadi
e. Hak untuk kebebasan berpikir
f. Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan
g. Hak untuk memilih bentuk keluarga, dan hak untuk membangun dan
merencanakan berkeluarga
h. Hak untuk memutuskan kapankah dan akankah punya anak
i. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan
j. Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi
k. Hak kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam hal berpolitik
l. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk

7
BAB III
PEMBAHASAN

1. Berdasarkan hasil diskusi kami tentang hak kesehatan reproduksi oleh


International Planned Parenthoad Federation (IPPF) tahun 1996 maka hak-
hak kesehatan reproduksi yang belum didapatkan di lingkungan sekitar ialah:
a. Hak atas dasar kemerdekaan dan keamanan
Alasan:
Semua orang memiliki hak untuk hidup, merdeka, dan bebas dari
siksaan dan kekejaman, perlakuan yang tidak manusiawi dan merendahkan
di semua kasus dan terutama pada hal yang berkaitan dengan jenis kelamin,
usia, jender, identitas jender, orientasi seksual, status perkawinan, riwayat
hubungan seksual atau perilaku seksual, benar atau salah, dan status HIV-
AIDS dan sebaiknya memperoleh hak untuk memanfaatkan seksualitasnya
bebas dari kekerasan dan pemaksaan .
Hal ini didasarkan pada masih banyaknya peristiwa perjodohan
sehingga individu tidak bebas dalam mengatur seksualitasnya. Selain itu,
masih banyak kejadian pemerkosaan yang sering dijumpai di beberapa
tempat baik di Kendari maupun di luar Kendari.
b. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi
Alasan:
Semua manusia dilahirkan bebas dan sejajar dalam harga diri dan hak
serta harus menikmati kesetaraan perlindungan hukum dari diskriminasi
yang berbasis seksualitas dan jender. Semua orang harus dijamin
lingkungan di mana semua orang menikmati dan memilki akses yang setara
untuk memenuhi hak yang diusahakan oleh negara. Negara dan Masyarakat
harus mengambil langkah untuk mempromosikan modifikasi praktik sosial
dan budaya yang berdasar pada stereotipe peran perempuan dan laki laki
atau pemikiran superioritas dan inferioritas jenis kelamin, jender dan
ekpresi jender. Semua orang memiliki hak untuk bekerja, mendapatkan
pendidikan, kesehatan, keamanan sosial, serta fasilitas, barang barang,

8
pelayanan dan kondisi yang pokok untuk merealisasikannya tanpa
diskriminasi dalam dasar apapun Semua orang seharusnya menyetujui
kapasitas hukum dan memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan
kapasitas tersebut, hak yang setara untuk memasuki kontrak dan untuk
mengurus hak milik (properti), dan seharusnya diperlakukan setara dalam
semua tahapan prosedur di pengadilan dan mahkamah tertinggi, sesuai
dengan peningkatan kapasitas anak Semua orang seharusnya memiliki hak
yang sama berkaitan dengan hukum yang berhubungan dengan pergerakan
seseorang dan kemerdekaan untuk memilih tempat tinggal dan domisili
mereka tanpa dskriminasi.
Namun kini masih banyak kasus diskriminasi yang terjadi
dilingkungan sekitar, seperti hak untuk memilih pasangan hidup. Adanya
perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki diberikan
kebebasan untuk memilih namun perempuan harus menuruti pilihan orang
tuanya, ini salah satu contoh kecil bentuk diskriminasi.
c. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan.
Alasan:
Semua orang tanpa diskriminasi mempunyai hak untuk memperoleh
pendidikan dan informasi secara umum dan mendapatkan informasi dan
pendidikan seksualitas yang komprehensif untuk melatih kewarganegaraan
yang penuh dan sejajar dalam ranah politik, publik dan privasi Semua
orang memilki hak untuk mendapatkan pendidikan dengan tujuan
membasmi stigma dan diskriminasi, mempromosikan pembangunan orang
muda sebagai pemain yang terinformasi dengan baik mengambil
tanggungjawab atas kehidupan mereka dan memberdayakan mereka untuk
berpartisipasi dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
kesehatan seksual dan pendidikan seksual Semua orang dan orang muda
pemuda khususnya memiliki hak untuk memberikan masukan atas program
pendidikan seksualitas yang komprehensif dan kebijakan yang berkaitan
dengan seksualitas Semua orang memiliki hak khusus untuk
mengembangkan keahlian dalam bernegosiasi lebih kuat dan hubungan

9
yang lebih pantas Semua orang tanpa melihat batas nasional memilki akses
informasi tradisional dan non tradisional dalam semua media yang
meningkatkan seksualitas, Hak-Hak Seksual dan kesehatan seksual; orang
muda khususnya memiliki akses informasi seksualitas dan jender tidak
menyesuaikan dengan kehidupan dan hubungan seksual Semua orang
memiliki akses ke dalam komunitas, sekolah dan pemberi pelayanan
kesehatan berdasarkan informasi yang berkaitan dengan seksualitas dalam
bahasa yang mudah dimengerti, termasuk informasi penting untuk
menjamin kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual dan keputusan
kapan, bagaimana, dan dengan siapa berhubungan seks dan kapan perilaku
seks akan menjadi produktif. Semua orang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan dan infromasi yang cukup untuk menjamin bahwa
keputusan yang dibuat berhubungan dengan kehidupan reproduksi dan
seksual mereka dibuat dengan kesadaran penuh, bebas dan terinformasi.
Masih banyak ditemukan kasus bahwa di sebuah desa masih tidak
mendapatkan informasi maupun pendidikan yang memadai. Tentunya hal
ini akan menghambat pengetahuan masyarakat setempat untuk memperoleh
pengetahuan/informasi.
d. Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan
merencanakan keluarga.
Alasan:
Semua orang memiliki hak untuk memilih kapan atau tidak
menikah, kapan atau tidak merencanakan keluarga, kapan memilki anak
dan memutuskan jumlah dan penjarakan (spacing) anak mereka secara
bebas dan bertanggungjawab, dalam lingkungan di mana hukum dan
kebijakan mengakui perbedaan bentuk keluarga termasuk keluarga yang
tidak didefinisikan oleh perkawinan atau keturunan Semua orang memilki
hak untuk masuk secara bebas dan dengan perhatian penuh dalam sebuah
perkawinan atau pengaturan hubungan lainnya yang ada dalam kerangka
kerja non diskriminasi dan berhubungan dengan peningkatan kapasitas
anak Semua orang memilki hak kesejateraan sosial berkaitan dengan

10
hubungan keluarga dan keuntungan publik lainnya seperti mereka yang
berhubungan dengan pekerjaan dan imigrasi, kemandirian bentuk keluarga
yang mereka pilih untuk dibangun termasuk mereka yang tidak
didefinisikan oleh perkawinan atau keturunan Semua orang memiliki hak
untuk mendapatkan akses informasi, pendidikan dan makna yang mereka
butuhkan untuk membuat mereka mampu memutuskan apakah mereka
akan atau tidak dan kapan memiliki anak, memutuskan secara bebas dan
bertanggungjawab jumlah anak dan penjarakan (spacing) anak mereka
Semua orang memiliki hak untuk membuat pilihan secara bebas dan
bertanggungjawab berkaitan dengan reproduksi dan bentuk keluarga;
termasuk hak untuk memutuskan kapan dan tidak memilki anak biologis
atau anak adopsi, serta semua metode pengaturan kesuburan, teknologi
reproduksi, dan perawatan yang aman, efektif, dapat diterima, dan mudah
dijangkau Semua orang memiliki hak untuk mendapatkan konseling dan
pelayanan lainnya berkaitan dengan repduksi, ketidaksuburan dan
pengakhiran kehamilan, tidak melihat status perkawinan, dan dalam
kerangka kerja non diskriminasi dan memperhitungkan peningkatan
kapasitas anak Semua perempuan memiliki hak akan informasi,
pendidikan dan pelayanan yang penting bagi perlindungan kesehatan
reproduksi, keselamatan ibu dan aborsi yang aman yang mudah diakses,
dijangkau, diterima dan nyaman bagi semua pengguna. Semua orang
memilki hak dan tanggung jawab yang sama berkaitan dengan penjagaan,
kepercayaan dan adopsi anak, atau lembaga yang sama di mana konsep
seperti ini ada dalam hukum nasional, dalam kerangka kerja non
diskriminasi; dalam semua kases minat anak yang paling baik adalah
terpenting.
Hingga saat ini masih banyak anak-anak yang dijodohkan oleh
orang tua mereka, ini merupakan salah satu bentuk bahwa mereka tidak
diberikan hak untuk menentukan kapan mereka menikah dan bagaimana
bentuk keluarga yang mereka inginkan.

11
e. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan.
Alasan:
Di daerah Unaaha masih terdapat dokter bersalin yang memaksakan pasien
untuk melahirkan padahal belum waktunya untuk melahirkan. Selain itu,
pada pasien yang kurang mampu masih banyak dari mereka yang belum
menerima pelayanan kesehatan yang memadai karena faktor ekonomi.
f. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk.
Alasan:
Hal ini didasarkan karena masih ditemukan kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) yang banyak korban diantaranya adalah perempuan.

2. Berdasarkan hak-hak kesehatan reproduksi di atas maka langkah-langkah yang


perlu dilakukan untuk memenuhi kesehatan reproduksi ialah:
a. Meningkatkan dan menjamin kebutuhan tenaga kesehatan secara
menyeluruh di daerah terpencil untuk menudukung kierja mereka sebagai
ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan.
b. Meningkatkan kinerja kepolisianagar lebih baik dalam menindaklanjuti
kasus kejahatan atas reproduksi agar kasus tersebut tak terulang lagi
c. Meningkatkan kerjasama lintar sektor antar petugas keamanan, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), komisi perlindungan perempuan,
serta masyarakat.
d. Membentuk peer conseling untuk remaja terkait kesehatan reproduksi
e. Melakukan pendekatan budaya kepada masyarakat untuk mengubah pola
pikir agar permasalahan kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan
reproduksi remaja, merupakan masalah bersama dan tidak lagi
menganggapnya sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan.
f. Memasukkan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi (melalui pendidikan
kesehatan reproduksi) untuk remaja dan perempuan ke dalam indikator
SPM serta mengupayakan tersedianya layanan kesehatan reproduksi
remaja di Puskesmas yang secara aktif juga memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah sesuai jenjang pendidikan.

12
3. Bentuk advokasi yang dapat dilakukan
a. Orang tua/keluarga
Orang tua memiliki peran paling penting dalam mendidik anak.
Karena orang tua atau keluarga adalah madrasah pertama bagi seorang
anak sehingga dasar-dasar kepribadian anak ditanamkan sejak dini dalam
keluarga. Keluarga memiliki 8 fungsi terhadap anggota keluarga yaitu :
1) Fungsi agama
Keluarga sebagai tatanan sosial terkecil dalam masyarakat memiliki
fungsi sebagai tempat memperkenalkan dan mengajarkan kepercayaan
akan keber-Tuhan-an. Keluarga berperan untuk membentuk generasi
masyarakat yang agamis, yang beriman, dan percaya terhadap
keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
2) Fungsi social
Keluarga sebagai basis untuk membentuk generasi yang mengerti
aturan sosial. Mengenai norma-norma yang berlaku di masyarakat,
mengenai aturan-aturan tak baku bagaimana cara bersosialisasi
terhadap sesama manusia, bagaimana menghargai alam, dan kehidupan
sosial. Diharapkan anak-anak, sebagai generasi penerus dari sebuah
keluarga, diberikan pendidikan mengenai tingkah laku sesuai dengan
fase perkembangan mereka.
3) Fungsi cinta kasih
Dalam satu keluarga, diharapkan akan saling memberikan perhatian
dan kasih sayang. Dengan berlimpahnya kasih sayang, diharapkan
akan terbentuk manusia-manusia yang memiliki kecerdasan emosional
yang baik sehingga tercipta keluarga yang berkualitas, dan seterusnya
akan terbentuk generasi-generasi yang berkualitas sehingga akan
menciptakan suasana yang nyaman dalam sebuah kehidupan
bermasyarakat.
4) Fungsi perlindungan
Keluarga menjadi satu tempat yang memberikan perlindungan yang
nyaman bagi anggotanya. Melindungi setiap anggotanya dari tindakan-

13
tindakan yang kurang baik. Sehingga anggota keluarga merasa nyaman
dan terlindung dari hal-hal yang tidak menyenangkan.
5) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat
dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara
mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa datang.
6) Fungsi pendidikan
Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak-anak generasi
penerusnya. Sebuah keluarga idealnya mampu menjadi tempat dimana
terjadi interaksi yang mendidik. Suami terhadap istri, atau orang tua
terhadap anak-anaknya. Memberikan pendidikan pada anak-anak
sesuai dengan tahapan usia adalah salah satu fungsi pendidikan dalam
sebuah keluarga.
Fungsi pendidikan ini dapat diaplikasikan dengan cara menyekolahkan
anak-anaknya sesuai dengan perkembangan usia. Diharapkan, dengan
diberikan pendidikan melalui sekolah, anak-anak akan memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan perkembangan tingkah laku sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
7) Fungsi pelestarian lingkungan
Seperti fungsi-fungsi lainnya, fungsi pelestarian lingkungan
merupakan satu dari delapan fungsi keluarga. Dalam fungsi ini,
keluarga memberikan pengetahuan mengenai norma terhadap
lingkungan sehingga diharapkan generasi penerus keluarga tersebut
akan lebih santun terhadap alam dan lingkungannya.
8) Fungsi reproduksi
Fungsi ini merupakan fungsi yang paling hakiki dalam sebuah
keluarga karena harus dapat melanjutkan keturunannya dan yang
diharapkan adalah keturunan yang berkualitas. Memelihara,

14
membesarkan anak, dan merawat keluarga juga termasuk dalam fungsi
reproduksi ini.
Berdasarkan fungsi keluarga tersebut seharusnya dipahami dan
dijalankan oleh setiap keluarga sehingga semua hak-hak reproduksi anak
dapat terpenuhi. Maka dari itu kami sangat mengharapkan adanya peran
aktif keluarga dalam pemenuhan hak-hak kesehatan reproduksi terhadap
anggota keluarga.
Di dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2
pasal 7 ayat 1 berbunyi Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 tahun (sembilan belas) tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 (enambelas) tahun. Namun di kampong saya
masih banyak pernikahan dibawah umur. Karena alasan tidak mampu
untuk menyekolahkan maka orang tua lebih memilih untuk menikahkan
anak mereka. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan reproduksi sehingga hal ini menjadi
perhatian yang sangat penting oleh pemerintah dan dinas kesehatan
maupun kementrian kesehatan.
UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah memuat
tindak pidana yang dapat dikenakan terhadap penegak hukum yang dalam
memeriksa perkara anak yang berhadapan dengan hukum melakukan
tindak kekerasan atau penyiksaan terhadap anak. Ketentuan tersebut
terdapat di dalam Pasal 80 ayat (1), (2), dan (3) sebagaimana tersebut
dalam Pasal 80 (1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan
atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah), (2)
Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), (3)
Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau

15
denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Jika
terjadi pernikahan dibawah umur maka ketika terjadi kekerasan dalam
rumah tangga maka bisa jadi anak yang menjadi korban akan dilindungi
dengan pasal tersebut.
UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mencantumkan
tentang Kesehatan Reproduksi pada Bagian Keenam pasal 71 sampai
dengan pasal 77. Pada pasal 71 ayat 3 mengamanatkan bahwa kesehatan
reproduksi dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Setiap orang (termasuk remaja) berhak memperoleh
informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan (pasal 72). Oleh sebab itu
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana
pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk keluarga berencana (pasal 73). Setiap pelayanan
kesehatan reproduksi yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan/atau
rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan bantuan dilakukan secara aman
dan sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang khas, khususnya
reproduksi perempuan (pasal 74). Setiap orang dilarang melakukan aborsi
kecuali yang memenuhi syarat tertentu (pasal 75 dan 76). Pemerintah
wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal
77). Berdasarkan peraturan tersebut pemerintah dituntut untuk
menyampaikan informasi kesehatan reproduksi kepada seluruh masyarakat
tanpa terkecuali. Berdasarkan peraturan tersebut seharusnya orang tua
tidak semena-mena untuk menikahkan anak-anak mereka.
b. Tokoh masyarakat dan tokoh agama
Tokoh masyarakat dan toko agama juga memiliki peran yang
penting dalam pemenuhan hak kesehatan reproduksi pada setiap warga.
Tokoh masyarakat berperan dalam menjaga keamanan dan kenyamanan
warga dari segala bentuk kejahatan atau tindak kekerasan yang berkaitan

16
dengan kesehatan reproduksi. Seperti pemerkosaan, KDRT, dan berbagai
tindakan tercela lainnya. Demikian pula tokoh agama yang berperan dalam
memberikan informasi dan nasihat terkait kesehatan reproduksi sesuai
dengan pemahaman dalam agama masing-masing sehingga dapat
menurunkan angka kejadian seperti pelecehan seksual dan sebagainya.
Maka dari itu kami sangat berharap adanya peran aktif tokoh masyarakat
dan juga tokoh agama dalam mengawal hak-hak kesehatan reproduksi
setiap warganya. Sebagaimana memperjuangkan lahirnya UU No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT (memasukkan kekerasan seksual
dalam rumah tangga sebagai perbuatan pidana). Perlindungan terhadap
perempuan dan anak perempuan dari praktek-praktek perdagangan orang
(memasukkan eksploitasi pelacuran dan seksual sebagai modus dan tujuan
trafiking) dalam UU No. 21 Tahun 2007. Upaya amandemen UU No. 1
Tahun 1974, terutama untuk menghapus ketentuan soal domestikasi
perempuan, poligami, batas usia perkawinan bagi anak perempuan. Serta,
mendorong Revisi UU Kesehatan dengan memasukkan bab Kesehatan
Reproduksi dan telah disahkan pada tanggal 14 September 2009 . Salah
satu kasus yang terjadi dilingkungan sekitar saya yaitu di Kabupaten
Konawe Selatan, karena berawal dari perjodohan oleh orang tua sementara
anak tidak menginginkan hal tersebut sehingga berujung pada kekerasan
dalam rumah tangga dan rumah tangga mereka hanya berjalan 1 bulan
hingga perceraian pun menjadi akhir dari perjodohan tersebut. Hal ini
menggambarkan bahwa masih adanya ketidak sesuaian dengan hak
kesehatan reproduksi yang menyatakan bahwa seseorang memiliki hak
untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan merencanakan
keluarga. Pernyataan ini dibantah oleh kasus yang terjadi di daerah
tersebut.
c. Dinas kesehatan baik kabupaten atau kota dan provinsi
Kesehatan reproduksi tidak serta merta dipahami oleh masyarakat
tanpa adanya penyambung tangan dalm menyampaikan informasi tersebut.
Maka dari itu pemerintah beserta dinas kesehatan memiliki kewajiban

17
untuk menyampaikan informasi terkait hak-hak kesehatan reproduksi
kepada seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak sekolah sampai yang
telah lanjut usia.
Masih sangat banyak masyarakat yang tidak memahami mengenai
hak-hak kesehatan reproduksi yang mereka miliki, seperti daerah-daerah
pedesaan atau daerah terpencil. Sebagai bukti masih sangat banyak
pernikahan usia dini, perjodohan yang dipaksakan, tindak pelecehan
seksual, diskriminasi jender, KDRT, dan lain sebagainya.
Maka menjadi perhatian yang sangat penting untuk
memberdayakan segala petugas kesehatan yang berada diseluruh penjuru
Indonesia secara umum. Meningkatkan peran aktif para petugas kesehatan
yang berada di pelosok nusantara untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat yang secara pendidikan masih sangat kurang, sehingga adanya
keadilan dan kesetaraan diantara masyarakat Indonesia dalam
mendapatkan informasi kesehatan.
Pemahaman harus banyak ditanamkan kepada anak-anak agar
menjadi landasan atau pondasi mereka setelah mereka dewasa. Dan anak-
anak dapat menjaga diri mereka dari orang-orang asing. Sebagai mana saat
ini banyak sekali kasus pedofilia yang kita lihat di media. Maka
pemerintah dan dinas kesehatan harus mampu menuntaskan hal tersebut.
d. Kepolisisan
Ada banyak sekali kasus yang terjadi terkait hak kesehatan
reproduksi, setiap manusia sama dihadapan hokum sehingga kepolisian
harus tegas dalam menindaklanjuti setiap kejadian terkait hak reproduksi
sehingga terpenuhinya hak kesetaraan didepan hokum dan adanya efek
jera kepada setiap pelaku kejahatan, semakin tegasnya pihak kepolisian
maka akan semakin menurunkan angka kejadian baik itu pelecehan
seksual, KDRT, kasus pedofilia dan lain sebagainya.
e. Sekolah
Setiap sekolah harus memberdayakan muridnya sehingga mereka
mampu untuk melindungi diri mereka masing-masing dari tindakan yang

18
melanggar hak kesehatan reproduksi. Termasuk membentuk PIKR (pusat
informasi dan konseling remaja) dengan membentuk dan memberikan
pelatihan kepada pengurus sehingga mereka dapat membagikan informasi
kepada teman-teman mereka. Hal ini sangat efektif untuk menyebarkan
informasi kepada seluruh siswa dan siswi maka setiap sekolah seharusnya
membentuk PIKR tersebut.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
fungsi serta proses-prosesnya. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi
yang meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara
bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta
untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.
Permasalahan kesehatan reproduksi seringkali berakar dari kurangnya
informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara
reproduksi. Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan dan memberikan informasi tentang hak hak reproduksi yang
harus diketahui perempuan khususnya di Indonesia dan memberikan pilihan
kepada rema untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya
maupun keluarga dan masyarakat.
B. Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah
penting untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki
yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai
dengan sempurna. Oleh karena itu sebaiknya para pihak yang terkait
khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan
dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi,
kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa
tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hanum. 2010. Biologi reproduksi. Nuha medika: yogjakarta


Manuba. 1998. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : EGC
Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi.
Majalengka: Akademi Kebidanan YPIB

21

Anda mungkin juga menyukai