Anda di halaman 1dari 14

METODE PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

DI DESA MARGOMULYO
(Laporan Responsi Pengembangan Masyarakat)

Oleh
Kelompok 4

Anwar Hanif 1414071013


Danang Rezki Nugraha 1414071021
Retno Ayu Kusuma W 1414071079
Sukron Mahmud 1414071093

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada pembangunan masyarakat yang berkelanjutan, masyarakat adalah pelaku


atau subjek dalam pembangunan harus dipertahankan. Hal tersebut dapat
diartikan sebagai pemberian kesempatan kepada warga komunitas yang berperan
dalam proses dalam pembangunan. Sebagai pelaku dalam proses pembangunan,
masyarakat dapat menentukan apa yang menjadi keinginannya. Pengembangan
masyarakat menitik beratkan adanya pemberdayaan, partisipasi, dan peranan
langsung warga komunitas dalam pembangunan.

Permasalahan dasara bernegara adalah pada penyelenggaraa pemerintahan baik di


tingkat pusat maupun daerah. Permasalahan tersebut berhubungfan dengan
tercapainya tujuan pemerintahan dalam suatu negara yaitu mensejahterakan
masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
tersebut, pemerintah harus melaksanakan pembangunan.

Ada hal-hal yang harus dilaksanakan pemerintah untuk mencapai tujuan Negara
yaitu perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh
masyarakatnya dan sensitive terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa
kemauannya. Selanjutnya pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.
Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek
pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan. Keberhasilan
pelaksanaan pembangunan masyarakat Community Development sangat
bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus
mampu menciptakan sinegri.

Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil


pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-
produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal
dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak
terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru.

I.2. Tujuan
Tujuan dari laporan kali ini adalah
1. Mengetahui masalah pembangunan di Desa Margomulyo menggunakan
Focus Group Discussion (FGD)
2. Mengetahui solusi masalah pembangunan di Desa Margomulyo
menggunakan Focus Group Discussion (FGD)
II. TINJAUAN PUSTAKA

Focus Group Discussion/FGD atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu


metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial,
tidak terkecuali pada penelitian keperawatan. Metode ini mengandalkan perolehan
data atau informasi dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan hasil
diskusi dalam suatu kelompok yang berfokus untuk melakukan bahasan dalam
menyelesaikan permasalahan tertentu. Data atau informasi yang diperoleh melalui
teknik ini, selain merupakan informasi kelompok, juga merupakan suatu pendapat
dan keputusan kelompok tersebut. Keunggulan penggunaan metode FGD adalah
memberikan data yang lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data yang
tidak diperoleh ketika menggunakan metode pengumpulan data lainnya, terutama
dalam penelitian kuantitatif (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).

Karakteristik pelaksanaan kegiatan FGD dilakukan secara obyektif dan bersifat


eksternal. FGD membutuhkan fasilitator/moderator terlatih dan terandalkan untuk
memfasilitasi diskusi agar interaksi yang terjadi diantara partisipan terfokus pada
penyelesaian masalah. Carey (1994) menjelaskan karakteristik pelaksanaan
metode FGD yaitu menggunakan wawancara semi struktur kepada suatu
kelompok individu dengan seorang moderator yang memimpin diskusi dengan
tatanan informal dan bertujuan mengumpulkan data atau informasi tentang topik
isu tertentu. Metode FGD memiliki karakteristik jumlah individu yang cukup
bervariasi untuk satu kelompok diskusi. Satu kelompok diskusi dapat terdiri dari 4
sampai 8 individu (Kitzinger, 1996; Twin, 1998).

Carey (1994) menjelaskan bahwa informasi atau data yang diperoleh melalui FGD
lebih kaya atau lebih informatif dibanding dengan data yang diperoleh dengan
metode-metode pengumpulan data lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
partisipasi individu dalam memberikan data dapat meningkat jika mereka berada
dalam suatu kelompok diskusi. Namun, metode ini tidak terlepas dari berbagai
tantangan dan kesulitan dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan yang optimal dari
metode FGD masih seringkali menjadi bahan perdebatan para ahli penelitian dan
konsensus untuk menyepakati metode FGD sebagai metodologi yang ideal dalam
penelitian kualitatif masih belum dicapai (McLafferty, 2004).

Metode FGD berdasarkan segi kepraktisan dan biaya merupakan metode


pengumpulan data yang hemat biaya/tidak mahal, fleksibel, praktis, elaborasif
serta dapat mengumpulkan data yang lebih banyak dari responden dalam waktu
yang singkat (Streubert & Carpenter, 2003). Selain itu, metode FGD memfasilitasi
kebebasan berpendapat para individu yang terlibat dan memungkinkan para
peneliti meningkatkan jumlah sampel penelitian mereka. Dari segi validitas,
metode FGD merupakan metode yang memiliki tingkat high face validity dan
secara umum berorientasi pada prosedur penelitian (Lehoux, Poland, & Daudelin,
2006).

Metode FGD juga memiliki beberapa keterbatasan sebagai alat pengumpulan data.
Dari segi analisis, data yang diperoleh melalui FGD memiliki tingkat kesulitan
yang tinggi untuk dianalisis dan banyak membutuhkan waktu. Selain itu,
kelompok diskusi yang bervariasi dapat menambah kesulitan ketika dilakukan
analisis dari data yang sudah terkumpul. Pengaruh seorang moderator atau
pewawancara juga sangat menentukan hasil akhir pengumpulan data (Leung et al.,
2005).
III. PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum

Turun lapang di Desa Margomulyo dilakukan pada hari Rabu, 07 Juni 2017 ,
pukul 09.30 wib. Komoditas yang dibudidayakan oleh petani di desa margomulyo
adalah padi tetapi ada juga yang bercocok tanaan sayuran . Tidak jaranag
diadakannya program pelatihan pertanian GAPOKTAN yang bertujian
meningkatkan mutu komoditas-komoditas yang dihasilkan. Pelatihan yang pernah
dijalankan adalah pelatihan pola penanaman padi dan penanaman beberapa jenis
sayur-sayuran. Beberapa masalah yang ada terkait dengan program-program yang
dilaksanakan yaitu partisipasi masyarakat, biaya, dan harga jual.

3.2. Permasalahan dan Solusi yang Ada di Desa Margomulyo adalah


sebagai berikut.
1. Dikelompok tani makmur sudah menggunakan mesin dalam pengeringan dan
fermentasi coklat. Namun penggunakaan alat ini hanya diawal-awal karena
jika memeperitungakan waktu, biaya dan lain-lain hanya lebih tinggi sedikit
yang mengggunakan alat namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sedangkan petani membutuhkan hasil dari panen tersebut secepatnya. Hal ini
lah yang mendorong petani untuk lebih memilih menjual langsung coklat
tanpa difermentasi terlebih dahulu. Kebanyakan jika melakukan pengeringan
coklat petani menggunakan cara alami yaitu menggunakan cahaya matahari.
2. Skala pertanian kecil atau lahan yang dimiliki oleh sebagian besar petani
relatif sempit. Dengan lahan yang minim petani tidak dapat mengoptimalkan
hasil produksi sehingga kondisi perekonomian di desa ini tergolong rendah.
Solusi dari masyarakat yaitu dengan sistem tumpang sari dimana di sekitar
pematang sawah ditanami tanaman jenis lainnya misal kacang panjang atau
jagung. hasil tanaman yang menumpang ini dapat dimanfaatkan sendiri atau
dijual untuk menambah penghasilan bagi petani.
3. Pertanian di desa ini sangat dipengaruhi oleh musim yaitu pada saat musim
kemarau, petani lebih memilih untuk tidak mengambil resiko karena gagal
panen yang ditimbulkan saat musim kemarau dengan ini petani banyak yang
beralih profesi sebagai tukang ataupun kuli.
4. Masalah ketersediaan pupuk dan harganya yang mahal. Pupuk yang tersedia
untuk petani masih dirasa kurang. Sebenarnya permohonan untuk anggaran
telah disampaikan namun belum ada tanggapan. Untuk mengatasi hal tersebut
maka masyarakat memperkecil penggunaan pupuk seperti pengurangan dosis
yang diaplikasikan ke tanaman dan dilakukan pengoplosan pupuk yang
memiliki harga yang murah.
5. Modal yang sangat terbatas. Biaya untuk membeli bahan baku emping bagi
kelompok wanita tani di Desa Margomulyo bergerak pada produksi emping.
Namun permasalahannya terkait dengan modal untuk membeli bahan baku
emping. Saat bahan baku ada, modal kurang atau tidak ada. Kemungkinan
untuk hal ini dapat diatasi dengan pemerintah desa memberikan anggaran dana
untuk kelompok wanita tani ini.

3.3. Solusi untuk Mengatasi Permasalahan di Desa Margomulyo Menurut


Kelompok Kami
1. Dalam permasalahan alat atau mesin perlu diadakannya pelatihan atau
penyuluhan terkait penggunaan, perawatan dari alat pengeringan maupun
fermentasi coklat sehingga dapat mengoptimalkan waktu pengolahan atau
pascapanen dari produksi coklat tersebut. Dan dengan dilakukannya pelatihan
terkait fermentasi coklat maka masyarakat dapat menerapkannya pada hasil
panen dari coklat tersebut sehingga dapat meningkatkan nilai jual coklat dan
dapat meningkatkan nilai perekonomian desa tersebut.
2. Solusi dari masyarakat sudah bagus dan cocok untuk diterapkan namun ada
salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan sistem hidroponik yaitu
suatu teknik bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sehingga cocok untuk
diterapkan pada lahan yang tidak terlalu luas dan sangat mudah dalam
pengaplikasiannya. Dengan menggunakan sistem ini masyarakat dapat
menambah hasil produksi seperti sayur-sayuran secara berkelanjutan
walaupun tidak memilkiki lahan yang luas.
3. Solusi dari permasalahan ketiga adalah dengan membuat suatu sistem irigasi
yang baik didaerah yang belum terdapat saluran irigasinya. Jika sistem
irigasinya sudah bagus dan petani dapat dengan adil memabagi air irigasi
tentunya musim kemarau tidak akan lagi menjadi penghambat musim tanam
tiba.
4. Masalah mahalnya harga pupuk pemerintah seharusnya memberikan subsidi
yang lebih banyak untuk pupuk agar petani lebih mudah memperoleh pupuk
dan dengan harga yang murah para petani. Solusi yang dapat diterapkan yaitu
mengganti kekurangan pupuk tersebut dengan membuat sendiri pupuk organik
dari limbah ternak dan bahan organik.
5. Dalam pengolahan modal di Desa Margomulyo harus lebih mengoptimalkan
pemanfaatan dari KUD diberi pinjaman oleh pemerintah untuk mengolah
modal ini agar terjadi perputaran modal sehingga kelompok tani ataupun ibu-
ibu KWT dapat meminjam modal simpan pinjam diantara anggota tentunya
dengan bunga yang relatif rendah.
KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan ini adalah


1. Permasalahan pertanian yang ada di Desa Margomulyo adalah alat
pengering coklat, lahan pertanian sempit, sangat dipengaruhi oleh musim,
harga pupuk yang mahal, dan modal yang terbatas.
2. Solusi dari masalah di Desa Margomulyo adalah penyuluhan terkait alat
pengering dan proses fermentasi coklat, menerapkan sistem tumpang sari
dan hidroponik, membangun sistem irigasi yang baik, pengajuan bantuan
untuk pupuk, dan pemerintah desa mengajukan anggaran dengan modal
yang berasal dari pemerintah untuk memberikan pinjaman dengan tingkat
suku bunga rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Brajtman, S. (2005). Helping the family through the experience of terminal


restlessness. Journal of Hospice and Palliative Nursing, 7, 2, 73.

Howard, E., Hubelbank, J. & Moore, P. (1999). Employer evaluation of


graduates: use of the focus group. Nurse Educator, 14(5), 38-41.

Kitzinger, J. (1994). The methodology of focus group interviews: the importance


of interaction between research participants. Sociology of Health and
Illness, 16, 103-121. (1996). Introducing focus groups.British Medical
Journal, 311, 299-302.

Lehoux P., Blake P. & Daudelin, G. (2006). Focus group research and the
patients view. Social Science and Medicine, 63, 2091-2104.

McLafferty, I. (2004). Focus group interviews as a data collecting strategy.


Journal of Advanced Nursing, 48, 187-194.
LAMPIRAN
Proses wawancara dengan ketua GAPOKTAN di Desa Margomulyo

Anda mungkin juga menyukai