PENDAHULUAN
BAB II
GEOLOGI REGIONAL KARANGSAMBUNG
BAB III
GEOMORFOLOGI
BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI
BAB V
STRATIGRAFI
BAB VI
GEOLOGI SEJARAH
BAB VII
PEMBAHASAN
X :9165644
Y:0352076
Z: 92 m
Arah foto : N 2266 E
Jenis
Batuan :
Batuan
Sedimen
Klastik
Warna Lapuk : Hitam Keabua-abuan
Warna Segar : Hitam Kecoklatan
Tekstur :
- Ukuran Butir : Clay
- Derajat Pemilahan : Well Sorted
- Derajat Pembundaran : Well Rounded
- Kemas : Tertutup
Struktur di lapangan : Bersisik
Struktur Handspacement : Masif
Komposisi : Mineral Lempung
Nama Batuan : Scaly Clay (Lempung Bersisik)
Morfokronologi:
untuk mencapai daerah ini terlebih dahulu kami harus berjalan kaki cukup jauh melewati
sumgai dengan jembatan serta melewati pemukiman warga , singkapan ini berada tidak
jauh dari jalan raya untuk mencapai singkapan ini kami perlu menuruni lembah yang
cukup terjal.
Morfologi :
Singkapan ini terletak pada daerah yang memiliki slope yaitu 63 6 dengan dikelilingi oleh
vegetasi yang cukup lebat diantaranya adalah pohon bamboo dan jati , serta pada daerah
ini erosi berlansung kuat dibuktikan dengan adanya material lain yang bercampur pada
daerah tersebut
Morfogenesa:
Batuan Lempung bersisik merupakan batuan sediment. Biasanya pada zona dasar
subduksi akan akan ditemui massa dasar yaitu lempung hitam, warnanya hitam
mengkilap. Hal ini disebabkan gesekan antar lempung (uplift), akan tetapi akibatnya
batuan menjadi mudah rapuh. Bila dilihat dari strukturnya batuan lempung hitam
termasuk pada boudinade sehingga bisa mengetahui arah gaya. Adanya tekanan membuat
batuan menjadi memipih (foliasi) dan memanjang, melempung sehingga struktur menjadi
bersisik (scaly clay / lempung bersisik).
X : 0351452
Y : 99165488
Z : 175 m
Plot Lokasi :
Gunung Paras : N 66 6 E
Gunung Brujul : N 166 6 E
Arah foto : 65 6
Geomorfologi:
pada daerah karang sambung terlihat lembah yang memanjang dari barat ke timur
yang dibatasi oleh perbukitan disekelilingnya .pengaruh struktur lipatan sangat
mengontrol daerah ini sehingga membentuk kenampakan yang berupa lembahan
yang dikelilingi oleh pegunungan yang disebut dengan amphitheater, atau seperti
tapal kuda.
Melalui interprestasi peta dari kontur dapat diketahui bahwa komposisi litologi daerah
ini mengindikasikan kalau ada batuan yang resisten terhadap pelapukan dan ada yang
tidak resisten terbukti dari adanya kontur yang rapat dan renggang pada peta .struktur
geologi yang paling berpengaruh pada daerah ini adalah lipatan sehingga
menyebabkan pengangkatan dan sesar sehingga menyebabkan adanya satuan antiklin
dan satuan dataran aluvial.
Acara : Kuliah Lapangan
Hari/Tanggal : Senin 07 November 2016
Lokasi Pengamatan : Wagir Sambeng
Cuaca : Panas Terik
No, Stasiun : ST 3
X : 0351806
Y: 9165734
Z: 117 m
Strike/Dip : N 46 6 E/ 87 6
Arah foto : N 18 6 E
Jenis Batuan
:
Sedimen Non
Klastik
Warna Lapuk
:
Putih
Kemerahan
Warna Segar
:
Merah
Tekstur : Amorf
Struktur di Lapangan : Perlapisan
Struktur di Handspacement : Styolit
Komposisi : Monomineralik Karbonat
Nama Batu : Batugamping merah
2. Rijang
Batu rijang terbentuk di daerah laut dalam, batuan ini terbentuk dari suatu
endapan fosil renik radolaria dan kemudian mengalami pemadatan dan
rekristalisasi dari lumpur silica organic yang terakumulasi dan membentuk batu
rijang. Kedua batuan ini terbentuk secara berdampingan saling berselingan
Karena adanya perubahan bentuk dari batuan gamping merah namun masih
membawa unsure asli batuan itu sendiri dan bercampur dengan batu rijang pada
laut dalam sehingga terbentuknya saling berselingan .
Acara : Kuliah Lapangan
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Lokasi Pengamatan : Kali Blengkok
Cuaca : Cerah
No, Stasiun : ST 4
X : 0359299
Y: 9165894
Z: 106 m
Arah foto : N E
Jenis Batuan
:
Metamorfisme Regional
Warna Lapuk : Abu-abu Kecoklatan
Warna Segar : Abu-abu Keputihan
Tekstur : Lepidoblastik
Struktur : Foliasi (N 195 6 E/27 6 )Schistose
Komposisi : Mika,Kuarsa
Nama Batuan : Sekis Mika
Morfokronologi :
Untuk mencaoai lokasi stasiun 4 yang berada di kali bengkok kami melewati medan yang
banyak jurang di pinggir jalan, yang dimana posisi awal kita berada di kampus LIPI,
untuk mencapai stasiun 4 kami menggunakan kendaraan berupa bis sepanjang perjalanan
terdapat banyak sawah, pepohonan, gunung dan sungai yang kami lewati. Kami juga
melewati dataran aluvial berupa daerah kawasan penduduk. Dan juga kami melewati
bentukan asal denudasional yang bentuk lahannya perbukitan terisolasi yang dimana
jarak antara bukit yang satu dengan bukit yang lain cukup jauh. Sepanjang perjalanan
juga tidak selalu medan yang dilewati mulus tetapi terdapat pula medan yang berlubang.
Morfologi :
Pada daerah stasiun 4 yang berada di Kali Bengkok yang berada pada daerah aliran
sungai yang berada di tengah tengah kawasan penduduk dan terdapat pula pepohonan
disekitar batuan sekis mika. Pada daerah ini terletak di bagian timur laut pada peta.
Morfogenesa :
Batuan sekis mika merupakan jenis batuan metamorf regional dimana batuan ini
terbentuk dari batuan asal yaitu batu pasir kuarsa, proses terbentuknya yaitu karena
adanya tekanan dan suhu yang secara bersamaan namun masih dalam dimensi yang
belum tinggi sehingga batuan pasir kuarsa berubah bentuk, khususnya perubahan pada
unsure unsure mineralnya yaitu berubah menjadi mineral mineral berbentuk pipih
dikarnakan tekanan yang sangat tinggi sehingga mineral umum pembentuknya yaitu
mika, biotit dan lain lain, oleh karena itu batuan ini di beri nama batuan sekismika
X : 03574003
Y: 916318
Z: 121 m
Arah foto : N E
Jenis
Batuan :
Beku
Ekstrusi
Warna
Lapuk :
Coklat
Kehitaman
Warna Segar : Hitam
Tekstur :
- Kristalinitas : Hipokristalin
- Granularitas : Afanitik
- Bentuk Kristal : Anhedral
- Relasi : Equigranular
Struktur : Pillow lava
Komposisi :
- Piroksin : 60%
- Kuarsa : 10%
- Plagioklas : 20%
- Olivine : 10%
Nama Batuan : Basalt
2. Gamping merah
Gamping merah terbentuk pada zona Convention carbonation depth, dimana
rombakan batu gamping asal ter erosi ke dalam laut dalam dan terbawa arus purba
hingga fisik batu gamping tadi terlarutkan, akan tetapi unsure kimia yang dimiliki
masih terendapkan di dasar laut dalam, dan menyatu dengan fosil renik radiolaria
dan kemudian terendapkan lagi hingga mengalami proses proses sedimentasi dan
menjadi batu gamping merah
3. Rijang
Batu rijang terbentuk di daerah laut dalam, batuan ini terbentuk dari suatu
endapan fosil renik radolaria dan kemudian mengalami pemadatan dan
rekristalisasi dari lumpur silica organic yang terakumulasi dan membentuk batu
rijang
X : 0355754
Y: 9168398
Z: 101 m
Arah foto : N E
Jenis
Batuan :
Metamorfisme Regional
Warna Lapuk : Hitam Keabuan
Warna Segar : Hijau Kehitaman
Tekstur : Idioblastik
Struktur : Kataklastik
Komposisi : Kelompok Serpentin,Talk
Nama Batuan : Serpentinit
Morfokronologi :
Untuk mencapai boudin batuan serpentin cukup mudah karena letaknya yang dekat
dengan jalan, untuk mencapai daerah ini kami membutuhkan waktu sekitar 10 menit dari
station sebelumnya
Morfologi :
Boudin atau bongkah pada daerah ini terletak pada daerah yang cukup landai dengan slop
singkapan sektar 156. Batuan ini terletak pada daerah yang memiliki banyak pepohonan
dan terletak didekat rumah warga dan jalan raya.
Morfoganesa :
Batuan ini adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa yang mengandung
mineral serpentin, kemudian mengalami proses serpentinasi untuk kemudian menjadi
batuan serpentinit, namun dalam batuan ini adalah merupakan jenis batuan metamorfisme
regional. Akibat adanya pergerakan lempeng pada zona subduksi yang bermacam macam
si sebut dengan kompleks mlange, batuan ini sendiri hanya bersifat boudin.
X : 03529065
Y: 9162532
Z: 52 m
Arah foto : N E
Jenis Batuan : Metamorfisme Regional
Warna Lapuk : Abu-abu keputihan
Warna Segar : Hitam Keabuan
Tekstur : Nematoblastik
Struktur : Philitik
Komposisi : Biotit, Muscovit
Nama Batuan : Filit
Morfokronologi :
Dari station 6 menuju station 7 dengan bus, melewati daerah tebing yang di bawahnya
terdapat sungai yang panjang hingga sampai di daerah sungai luk ulo. Cuaca pada saat di
lapangan hujan
Morfologi :
Pada daerah sungai luk ulo, terdapat singkapan batu filit pada tebing sungai, dimana
tebing tersebut terjal, vegetasi pada daerah singkapan terdapat pohon pinus dan
rerumputan
Morfoganesa :
Batu filit berasa dari batuan induk ( batu lempung kaya akan carbon ), yang terbawa ke
palung laut ( subduction zone ) kemudian terkena pengaruh tekanan dan suhu hingga
mengalami proses metamorfisme kemudian menjadi batu filit
X : 0350291
Y: 9188256
Z: 89 m
Arah foto : N 72 6 E
Jenis Batuan :
Batuan Beku
Intrusi
Warna Lapuk
: Abu-abu
Kecoklatan
Warna Segar :
Abu-abu Kehitaman
Tekstur :
- Kristalinitas : Hipokristalin
- Granularitas : Fanaritik
- Bentuk : Euhedral
- Relasi : Equigranular
Struktur : Joint
Komposisi :
- Plagioklas : 40 %
- Piroksin : 30 %
- Hornblende: 5 %
- Kuarsa : 20 %
- Mika :5%
Nama Batuan : Diabase
Morfokronologi :
Dari station 7 menuju station 8 kami melewati daerah dengan vegetasi pohon karet dan
pohon jati dan juga melewati daerah pemukiman warga. Sesampainya di gunung parang
yaitu di station 8 terdapat parit-parit kecil dan persawahan di sepinggir jalan menuju
singkapan
Morfologi :
Terletak di atas gunung dengan keadaan vegetasi berupa pohon pinus dan pohon kelapa
singkapan di daerah ini terletak pada daerah yang cukup curam
Morfoganesa :
Batuan Diabas ini merupakan batuan hasil dari produksi asli dari magma yang keluar dari
hotspot dapur magma yang kemudian muncul ke permukaan atau mengintrusi dengan
arah sejajar dengan perlapisan. Hal ini dapat di lihat dari batas antara singkapan batuan
diabas dengan batuan di sampingnya yaitu berwarna hitam yang merupakan hasil panas
dari magma yang mengintrusi tersebut. Pada singkapan ini terlihat struktur columnar joint
yaitu struktur kekar kekar pada batuan. Munculnya kekar kekar ini karena adanya
perubahan suhu pada sisi magma yang bersentuh langsung dengan batuan yang intrusi
pada saat proses intrusi.
BAB VIII
PENUTUP