Anda di halaman 1dari 6

MENGENITIS SEROSA

I. PENDAHULUAN
Insiden Mengenitis makin meningkat karena salah satu penyebabnya adalah
ketidak tahuan masyarakat akan gejala dan tanda dari penyakit tersebut. Bentuk yang
berat dapat menyebabkan kematian, tetapi dengan terapi yang tepat dan cepat nyawa
penderita dapat diselamatkan.

II. DEFINISI
Meningitis seposa adalah suatu radang selaput otak akibat komplikasi tuborkilosis
primer.

III.ETIOLOGI
Mtcobakterium tuberculasis yang dapat di temukan pada cairan otak.

IV. PATOGENESIS.
Meningitis tuberkulosa terjadi sebagai akibat komplikasi penyembuhan tuberkulosis
primer, biasanya dari baru terjadinya meningitis bukanlah KRN terifeksinya selaput
otak langsung oleh penyebaran hematogen melainkan biasanya skunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra
yang kemudian pecah kedalam ronga araknoit (RICH dan maccordeck) kadang-
kadang dapat juga terjadi perkontinultatum dari mastoiditis atau spondilitis. Pada
pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata merupakan
meningoencefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak terutama
pada batang otak ( brain stem ) tempat terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang
serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruktif pada sternabasalis dan
mengakibatkan hidrosepalus serta kelainan saraf otak. Tampak juga kelainan pada
pembuluh darah seperti arteritis dan fleblitis yang menimbulkan penyumbatan. Akibat
penyumbatan ini dapat terjadi infark otak yang kemudian akan mengakibatkan
pelunakan otak.

1
V. GEJALA KLINIS.
Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat, pada yang berat kesadaran
dapat menurun, penderita dapat sanor sampai koma, secara klinis kadang-kadang
dalam terdapat gejala meingitis nyata walaupun selaput otak sudah terkena. Hal
demikian terdapat pada tuberkulosis meliaris. Sehingga pada penyebaran miliar
sebaiknya dilakukan funsi lumbai walaupun gejala klinis belum nampak. Gejala
biasanya didahului oleh stadium prodormal berupa iritasi selaput otak. Meningitis
biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau hanya terdapat kenaikan suhu yang
ringan, jarang terjadi akut dengan panas yang tinggi, sering dijumpai anak mudah
terangsang atau anak menjadi apatis. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala
anoreksia, obstipasi dan muntah juga sering ditemukan. Stadium ini kemudian disusul
dengan stadium transisi dengan kejang, gejala diatas menjadi lebih berat dan
rangsangan meningeal mulai nyata, kuduk kaku, seluruh tubuh menjadi kaku dan
timbul opistotonus, refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan
pada umumnya juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala
strabismus dan nistagmus. Sering turberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi
lebih tinggi dan kesadaran lebih menurun.
Stadium terminal berupa kelumpuhan-kelumpuhan , menjadi lebih dalam , pupil
melebar dan tidak bereaksi sema sekali, nadi dan pernapsaan menjadi tidak teratur,
kadang-kadang terjadi pernapasan cheyne-stokes hiperpiraksia timbul dan anak
meninggal tanpa kesadaran pulih kembali.
Tiga stadium ini biasanya tidak mempunyai batas yang jelas antara satu dengan yang
lainnya.

Pada meningitis ini adanya gangguan kesadaran dan perangsangan meningeal.


1. Gangguan Kesadaran.
Pada hakekatnya gangguan derajat kesadaran merupakan soal input sensorik bagi
kedua helmis ferium, yang terutama ditemukan oleh keutuhan susunan asendens

2
difus. Kerusakan struktural dan gangguan metabolisme yang menyeluruh pada kedua
belah hemisferium akan menimbulkan kwalitas kesadaran. Gangguan tersebut tampak
pada aktivitas eksternal seseorang ia akan memperlihatkan gejala-gejala pokok
organik brainsindrome yaitu :
Gangguan daya berorientasi
Gangguan daya mengingat
Gangguan daya intelek. seperti pengertian.
organik brain sindrome beraneka warna dan bisa tersusun oleh beberapa segi dari
gangguan pokok

2. Gangguan Rangsangan Meningeal


Pada umumnya rangsangan meningeal terjadi karena, kuman berhasil menerobos
permukaan tubuh dalam dan luar, ia dapat tiba disusunan saraf pusat melalui lintasan-
lintasan berikut kuman yang berserang di mastoid dapat menjalar ke otak
perkontinuatum, sutura memberikan kesempatan untuk invasi semacam itu.
Hematogenik melalui arteri intraserebal merupakan penyebaran ke otak secara
langsung. Penyebaran hematogen tak langsung dapat juga dijumpai, misalnya arteri
meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteritis ini kuman dapat tiba di likuor
dan invasi kedalam otak dapat terjadi melalui penerobosan dari piameter. Akhirnya
saraf-saraf tepi juga dapat digunakan juga sebagai jembatan bagi kuman untuk tiba
disusunan saraf pusat. Ada penjagaan otak khusus terhadap bahaya yang datang
melalui lintasan hematogen yang dikenal sebagai sadar bawah otak atau blood brain
barrier.
Pada toksenia dan septikemia blood brain barrier rusak dan tidak lagi bertindak
sebagai sawar khusus.

VI. KOMPLIKASI
Dapat terjadi karena akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang
terhambat, dapat terjadi cacat neurologis berupa paresi, parentis sampai deserebrasi.

3
Hidrosefalus akibat sumbatan, reroesi berkurang atau produksi berlebihan dari likoor
serebrospinalis.
Anak juga dapat menjadi buta atau tuli dan kadang-kadang timbul retervasi mental.
VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Fungsi lumbal penting sekali untuk pemeriksaan bakterilogik dan laboratorium
lainnya. Likoor serebrospinanis berwarna jernih, opalesen atau kekuning-kuningan
(xantokrom). Tekanan dan jumlah sel meninggi namun pada umumnya jarang
melebihi 1500/3 mm3 dan terdiri teruitama dari limposit, kadar protein meninggi
sedangkan kadar divkosa akan florida total menurun, bila cairan otak didiamkan
maka akan timbul fibrinous web (poviken). Tempat sering ditemukannya basil
tuberkulosis.

VIII.DIAGNOSIS BANDING
Sebagai diagnosis bandingnya adalah meningitis puralenta pada umumnya
diakibatkan komplikasi penyakit fokongotonsintis, pneumonia, bronkopnomonia
dapat juga sebagai perluasan perkantinuatum dari peradangan organ/jaringan didekat
selaput otak.

IX. PENGOBATAN
Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian kombinasi obat anti
tuberkulosis dan ditambah dengan kortikosteron, pengobatan simptomatik bila
terdapat kejang. Koreksi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau
muntah-muntah demi fisioterapi.
Bila ada resistensi terhadap salah satu obat tersebut maka dapat diganti dengan
reserve drugs streptomisin di berikan dengan dosis 30 40 mg/kgBB/hari selama 3
bulan atau jika perlu diteruskan 2 kali seminggu selama 2-3 bulan lagi, sampai likour
serebrospinasis menjadi normal. PAS dan IVH diteruskan paling sedikit sampai 2
tahun kortikosteroid biasanya diberikan berupa prednison dengan dosis 2-3
mg/kg/bb/hari (dosis minimum 20 mg/hari) dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu
kemudian diturunkan 1 mg/kg/bb/hari setiap 1-2 mingg

4
Pemberian kortikosteroid seluruhnya 3 bulan dan dihentikan bertahap untuk
menghindarkan terjadinya reboud phenomenon.

X. PROGNOSIS
Sebelum ditemukan obat obatan anti anti tuberkulosis mortanitas meningitis
tuberkulosis hampir 100 % dengan obat-obatan, hartanitas dapat diturnkan walaupun
masih tinggi tentu berkisar antara 10 50 %. Pertumbuhan sempurna dapat juga
terlihat. Gejala sisa masih tinggi pada anak yang dapat mengatasi penyakit ini.
Terutama bila datang berobat dalam stadium yang lanjut saat permulaan pengobatan
pada umumnya menentukan hasil pengobatan

5
KEPUSTAKAAN

1. Neurologi Klinik ; Pemeriksaan Fisik dan Mental, Prof. Dr. S.M. Lumbantobing.
2. Ilmu Kesehatan Anak.2. oleh : Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook Of Pedicritiks) Edisi 15 Vol. 1
4. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 6
Prof.Dr. Mahar Marjono
Prof. Dr. Priguna Sidarta

Anda mungkin juga menyukai