Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PENYELIDIKAN TANAH

2.1. PENDAHULUAN
Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi bawah tanah untuk
perencanaan pondasi bangunan sipil. Penyelidikan tanah harus mencapai kedalaman dimana
tanah memberikan daya dukungnya atau mengkontribusi penurunan akibat struktur yang akan
dibangun.

2.2. CARA PENYELIDIKAN

Informasi kondisi tanah dasar fondasi, dapat diperoleh dengan cara menggali lubang
secara langsung di permukaan tanah yang disebut lubang uji (test-pit), maupun dengan cara
pengeboran tanah. Penyelidikan mendetail dengan pengeboran tanah yang diikuti dengan
pengujian-pengujian di laboraturium dan atau dilapangan, selaludilakukan untuk penyelidikan
tanah pada proyek-proyek besar seperti : gedung bertingkat tinggi, jembatan, bendungan,
bangunan industri, dll.

Penyelidikan tanah terdiri dari 3 tahap yaitu : pengeboran atau penggalian lubang uji,
pengambilan contoh tanah (sampling) dan pengujian contoh tanah. Pengujian contoh tanah
dapat dilakukan di laboraturium atau dilapangan.

Bergantung pada tingkat ketelitian yang dikehendaki, pengam \bilan contoh tanah
dilakukan pada setiap jarak kedalaman0,75-2 meter dengan cara menekan tabung contoh
tanah (sampler) secara hati-hati (terutama untuk contoh tak terganggu) yang dipasang pada
ujung bawah batang bor. Pada waktu pengeboran dilakukan, contoh tanah dapat diperiksa
didalam pipa bor yang ditarik keluar. Jika pada tahap ini ditemui perubaan jenis tanah,
kedalaman perubahan jenis tanah dan kedalamannya dicatat, dan kemudian, contoh tanah
tambahan diambil. Pada lapisan-lapisan yang dianggap penting untuk dikatahui karakteristik
tanahnya, kadang-kadang pengambilan contoh kontinu (continous sampling) diperlukan. Bila
pengeboran dilakukan pada lapisan batuan, contoh inti batu (rock core) diambil dengan alat
bor putar (rotary drill).

Kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti. Kesalahan data muka air tanah
dapat mempersulit pelaksanaan pembangunan fondasi dan dapat mengakibatkan kesalahan
analisis stabilitasnya.

1|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


2.3. ALAT- ALAT PENYELIDIKAN

Data hasil penyelidikan tanah dapt memberikan gambaran tentang kondisi-kondisi


lapisan pada sifat-sifat fisik tanah dalam arah vertical. Berdasarkan data ini, perancang
dituntut untuk menggabar profil lapisan tanah dengan cara inter polasi data dari tiap-tiap
lapisan yang mengandung material-material yang secara pendekatan mempunyai sifat-sifat
yang sama.

Terdapat beberapa cara penyelidikan yang berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah
dan sifat-sifat teknisnya.

1. Lubang-uji (test pit)

Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti. Lagi pula, bila
perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada lapisan-lapisan
yang dikehendaki.

2. Bor tangan (hand auger)

Cara ini termasuk yang paling sederhana dalam pembuatan lubang dalam tanah dengan
menggunakan alat bor. Alat bor seperti pada gambar 2.2 hanya dapat digunakan bila tanah
mempunyai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat tetap stabil di sepanjang
lubangnya. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasir yang terendam air. Penetrasi mata bor
terbatas pada kekuatan tangan yang memutarnya, oleh karena itu tanah harus tidak
mengandung batu atau lapisan tanah keras lainnya.bor tangan dapat menembus sampai 10m,
tapi umumnya kedalaman bor maksimum 6 sampai 8 meter. Alat ini sering digunakan dalam
penyelidikan tanah untuk proyek-proyek jalan raya , kereta api, dan lapangan terbang, dimana
kedalaman lubang yang dibutuhkan pada jalan raya hanya berkisar pada kedalaman 4m. untuk
pembuatan lubang yang lebih dalam pada tanah kohesif, bor ulir dapat digunakan.

3. Bor cuci (wash boring)

Pada cara ini, pengeboran tanah dilakukan dilakukan dengan cara penyemprotan air
sambil memutar-mutar pipa selubung (casing) untuk memudahkan penetrasi ujung mata bor
gambar 2.3 Tanah yang diambil merupakan contoh terganggu (disturbed) yang terangkut
keluar bersama aliran air. Tanah yang keluar dari lubang bor diidentifikasi secara kasar.
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara kering dengan cara mengganti ujung mata bor
denga tabung contoh. Cara ini tidak mengganggu tanah dibawah mata bor . oleh karena itu

2|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


contoh tanah yang diambil memungkinkan dalam kondisi tak terganggu (udisterbed sample).
Metode bor cuci tidak dapat digunakan jika tanah mengandung batu-batu besar.

Penyelidikan dengan pencucian (wash Probing)

Wash probing digunakan untuk mengetahui kedalaman pertemuan antara tanah lunak
dan tanah keras atau padat . caranya, air yang bertekanan tinggi disemprotkan melalui pipa-
pipa yang digerakan keatas dan kebawah pada lubang yang dilindung pipa gambar 2.3 cara
ini dilakukan untuk penyelidikan tanah di pelabuhan dan penentuan lapisan tanah dibawah
lipisan sungai, yang dimaksudkan untuk menentukan kedalaman pasir atau lanau yang terletak
di atas lapisan keras atau batu. Hal tersebut teutama digunakan dalam pekerjaan pemancangan
dan pengerukan.

4. Bor putar (rotary drill)

Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar atau bor mesin gambar 2.4 dapat
dilakukan pada semua jenis tanah. Alat bor putar yang digerakan dengan mesin dapat
menembus lapisan tanah keras atau bat sampai kedalaman lebih dari 40m. alat ini dapat
digunakan pada lapisan tanah keras, batu,tanah lempung dan bahkan tanah pasir.

Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu. Dan bila pada
penyelidikan diinginkan untuk memperoleh contoh inti kontinu (continous core sample) .
putaran batang bor menekan ujung matan bor. Tabung inti luar berputar bersama-sama batang
bor dan manekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya mata bor dipasang pada ujung alat
bornya. Putaran mata bor membentuk gerusan yang berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk
kebagian mata bor dan sekaligus masuk kedalam tabung inti dalam , yang dibuat tidak ikut
berputar. Selama pengeboran, air disirkulasikan lewat batang bor yang berlubang. Contoh
bentuk mata bor dari type double-tube core barrel, ditunjukan dalam. Gambar 2.5

Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa mengunakan pipa selubung (casing). Jika
lubang cenderung akan longsor, dilakukan pengeboran dengan memasukan kedalam lubang
bor suatu cairan kental dari bahan lempung vulkanik tiksotropik dan air. Cairan ini berfungsi
menahan sisi lubang bor dan menutup pori-pori tanah yang lolos air sekeliling lubang bor.

2.4. ALAT ALAT PANGAMBILAN CONTOH TANAH

3|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


Macam-macam contoh tanah yang harus diperoleh dari pengeboran bergantung pada
maksud penyelidikannya. Untuk indentifikasi serta penentuan sifat-sifat teknis tanah,
dibutuhkan contoh tanah yang mewakili. Dari sini, kemudian ditentukan nilai-nilai kuat geser,
batas-batas Atterbeg, berat volume, kandungan karbonat, dan kandunga material organiknya.

Contoh tanah diambil dari pengeboran dengan cara memasang tabung contoh (sampler)
pada ujung pipa bor di kedalaman yang berbeda-beda. Pada contoh tanah yang tidak rusak
susunan tanahnya atau sedikit sekali drajat ketergantungannya, maka contoh tersebut disebut
contoh tak terganggu (undisturbed sample). Karakteristik tegangasn-tegangan tanah harus
diambil dari contoh tanah tak terganggu.

Dalam praktek, sangat sulit diperoleh contoh yang benar-benar tak terganggu,
walaupun penanganan contohnya sudah sangat hati-hati. Gangguan contoh ini sering
mempengaruhi hasil-hasil pengujian laboraturium. Penyebab gannguan contoh tanah yang
diambil dengan cara pengeboran, antara lain:

1. perubahan kondisi tegangan dari tempat asal.

2. perubahan kadar air tanah dan angka pori.

3. gangguan susunan butir tanah.

4. perubahan kandungan bahan kimia.

Hvorslev (1984) menyaran dalam pengambilan contoh tanah, yang terbaik adalah
dengan cara menekan tabung dengan tidak memukulnya kedalam tanah. Selain itu, dimensi
tabung contoh harus sedemikian hingga rasio area (Ca) direduksi sampai minimum.

Untuk memperkecil gesekan antara tanah dengan dinding bagian dalam tabung, supaya
derajat gangguan contohnya kecil, ujung tabung agak dibengkokkan kedalam atau dilengkapi
dengan alat pemotong yang diiameterdalamnya lebih kecil dari dimeter dalam tabung contoh
(Gambar 2.6a). Namun, hal ini juga menyebabkan akibat sampingan yang berupa
pengembangan contoh setelah berada didalam tabung.

Untuk klasifikasi dan untuk mempelajari karakteristik kepadatan tanah, contoh


targanggu (disturbed sample) dapat digunakan. Prinsip persyaratan contoh terganggu adalah
bahwa contoh tersebut harus mewakili kondisi lapisan tanahnya. Hasil penyelidikan dengan
bor tangan mewakili kondisi tanah dalam kondisi terganggu.

Berbagai macam tabumg pengambilan contoh tanah telah dipakai hingga saat ini, beberapa
contohnya antara lain :

4|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


A. Tabung Contoh Tekanan Terbuka (Open Drive Sample)

Tabung contoh tekan terbuka terdiri dari tabung tabung baja yang dilengkapi dengan
alat pemotong pada ujungnya. Batang bor dihubungkan dengan ujung atas tabung contoh
(gambar 2.7). Diameter dalam tabung berkisar antara 100 sampai 450 mm. Pada saat
pengambilan contoh tanah, tabung contoh ditekan secara dinamis atau statis oleh alat penekan.

Tabung contoh tipe ini cocok untuk tanah berlempung. Jika digunakan dalam
tanahgranuler (berbutir lepas), penahan inti (core catcher) yang berfungsi menahan contoh
tanah agar tertahan dalam tabung harud digunakan.

Akibat pengaruh pekerjaan pengeboran, tanah dasar lubang bor yang berupa lempung
atau lanau sensitive, akan terganggu sampai pada kedalamn tertentu. Oleh karena itu, bila
tabung tekan terbuka kedalaman terbuka ditekan, bagian atas dari tabung tersebutakan terisi
oleh tanah yang telah rusak susunannya. Selain itu, pada waktu tabung diputar untuk
memotong tanah didalam lubang bor, putaran akan merusakkan susunan tanahnya pada bagian
bawah contoh. Untuk menanggulangi kerusakan ini, lebih baik jika digunakan tabung contoh
berpiston.

B. Tabung Contoh Berpiston

Tabung contoh berdinding tipis yang cocok digunakan untuk tanah kohesifini ini,
diperkenalkan oleh Hvorslev (1949). Diameter dalam tabung bervariasi dari 50-100 mm, dan
panjangnya bervariasi dari 450-750. tabung yang pendek dipakai untuk dipakai tabung yang
berdiameter kecil. Terdapat 2 tipe tabung contoh untuk tabung berdinding tipis, yaitu tabung
berpiston mengapung dan tabung berpiston tetap . tabung contoh berpiston cocok digunakan
untuk tanah-tanah yang sensitive terhadap gangguan, seperti lempung lunak dan lempung
plastis. Kecuali itu dapat pula digunakan dalam pengambilan contoh tanah pada lubang uji
dan pengambilan contoh tanah pada lubag bor yang dangkal.

( a ) tabung contoh berpiston mengapung (floating piston)

Alat ini terdiri dari tabung baja tipis yang kadang-kadang dilengkapi dengan alat
pemotong pada ujungnya (gambar 2.8). Tabung contoh dilengkapi dengan piston yang
tergantung oleh sebuah kabel. Pada waktu tabung dimasukan kedalam lubang bor hingga
menyentuh dasar lubang, posisi piston mula-mula terletak pada ujung bawah tabung, agar
tanah tidak masuk kedalamnya. Setelah tabung dan piston menyentuh tanah dasar, tabung
contoh ditekan kebawah sedang piston tetap ditempatnya. Untuk pengambilan contoh, tabung
harus sedikit diputar (atau alat pemotong tambahan harus dipasang pada ujungnya). Gesekan

5|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


antara contoh tanah dan dinding tabung membuat contoh tanah tetap tinggal dalam
tabungnya. Pada tabung contoh ditarik keluar dan dilepas dari tangkai bor, kedua ujung
tabung contoh tanah yang telah berisi tanah tidak terganggu ditutup dengan lilin, dan dibawa
ke laboraturium.

( b. ) tabung contoh berpiston tetap (fixed piston)

Pada tabung contoh berpiston tetap (gambar 2.8) piston dapat diletakan pada
posisinya oleh sebuah batang baja yang memanjangsampai permukaan tanah. Pengambilan
contoh tanah dipilih pada kedalaman tertentu, dimana diperkirakan tanahnya tidak
terganggu oleh operasi pengeboran. Saat pengam bilan contoh tanah, piston ditahan pada
posisinya dan tabung ditekan ke bawah. Dengan cara ini, jika tanah lunak, tabung dapat
ditekan ke bawah sampai kedalaman yang diinginkan dngan tanpa memperdalam
pengeboran.

( c ) tabung contoh belah (split barrel sample)

Tabung contoh terdiri dari tabung yang dapat dibelah menjadi dua bagian satu sama
lain pada waktu mengeluarkan contoh tanah (gambar 2.9) secara keseluruhan, bagian-bagian
tabung contoh tanah dari bawah keatas terdiri dari: bagian pemotong pada ujung bawah
tabung yang dapat dibelah, tabung penghubung dan bagian kepala tabung. Untuk menahan
contoh tanah tetap di tempatnya, pada bagian atas alat pemotong diberi katup penutup. Salah
satu dari jenis tabung contoh ini, digunakan untuk pengujian penetrasi standart (SPT).

2.5. PENANGANAN CONTOH TANAH

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan contoh tanah adalah bahwa
setelah tabung contoh tanah diambil dari lubang bor, ujung-ujungnya harus dibersihkan dan
ditutup lilin. Maksudnya adalah agar contoh tanah tidak berubah kadar airnya, dan juga unuk
menahan gangguan contoh tanah yang mungkin timbul dalam perjalanan ke laboraturium.
Selain itu pada tabung contoh tanah bor, dan kedalaman contoh. Ujung atas dan bawah tabung
contoh harus ditandai dengan benar, sehingga pada pengujian di laboraturium akan diketahui
ke arah mana contoh tanah akan dikeluarkan dari dalam tabung contoh. Contoh tanah lempung
sensitive harus dijaga dengan baik pada waktu diangkut ke laboraturium,terutama jangan
sampai terjadi getaran yang besar yang dapat merusak contoh tanah.

2.6. LAPORAN HASIL PENGEBORAN

6|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat pengawas lapangan yang
menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal kecil yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan, seperti : pergantian alat dan tipenya, kedalaman pada waktu
penggantian alat, metode penahanan lubang bor agar stabil atau penahan tebing lubang uji.

Sesudah contoh tanah diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan lapangan


bersama dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum sedemikian sehingga batas-
batas antara material yang berbeda diplot pada elevasi yang benar, menurut skala yang
ditentukan.

Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam laporan hasil pengeboran (atau disebut
boring log), yang berisi antara lain:

1. Kedalaman lapisan tanah.


2. Elevasi permukaan tiik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.
3. Simbol jenis tanah secara grafis.
4. Deskripsi tanah.
5. Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh terganggu
atau tak terganggu.
6. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan
pengeboran.

Dalam penggambaran profil lapisan tanah, lapisan tanah disajikan dalam bentuk
simbol-simbol yang digambar secara vertical. Gambar 2.10 menyajikan contoh symbol-
simbol tersebut. Kebanyakan tanah terdiri dari beberapa campuran dari jenis tanah-tanah
tertentu, seperti lempung berlapis, lanau berlapis, lanau berpasir, kerikil berlanau, dan
sebagainya. Dalam kondisi ini, symbol-simbol dapat dikombinasokan, dengan kandungan
tanah yang dominan digambar lebih banyak atau lebih tebal.

2.7. PENYELIDIKAN TANAH DILAPANGAN

Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah sekali terganggu oleh pengaruh pengambilan
contoh didalam tanah. Unuk menanggulanginya sering dilakukan beberapa pengujian-
pengujian tersebut antara lain :
7|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI
o Uji penetrasi standart atau uji SPT (standart penetration test)

o Uji penetrasi kerucut statis (static penetration test)

o Uji beban plat (plate load test)

o Uji geser kipas atau geser baling-baling (vane shear test)

Pengujian dilapangan sangat berguna untuk mengetahui karakter tanah dalam


mendukung beban fondasi dengan tidak dipengaruhi oleh kerusakan Contoh : tanah akibat
operasi pengeboran dan penanganan, contoh. Khususnya berguna untuk menyelidiki tanah
lempung sensitive, lanau dan tanah pasir tidak padat.

Perlu diperhatikan bahwa hasil-hasil uji geser kipas dan uji penetrasi , hanya
memberikan informasi kuat geser (kekuatan) tanah saja, oleh karena itu pengujian-pungujian
tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti pengeboran, namun hanya sebagai
pelengkap data hasil penyelidikan. Suatu yang tidak dapat diidentifikasikan oleh pengujian
tersebut adalah mengenai jenis tanah yang ditembusnya secara pasti, atau perbedaan jenis
tanahnya. Sebagai contoh, pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai tanah yang
diuji apakah tanah organic atau lempung lunak, atau tanah berupa pasir tak padat atau
lempung kaku, karena yang diketahui hanya tahanan penetrasi atau kuat gesernya saja.
Demikian pula, hasil-hasil pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai kondisi air
tanah. Untuk itu, kekurangan-kekurangan data dapat dilengkapi dengan mengadakan
pengeboran tanah.

2.7.1. UJI PENETRASI STANDAR (SPT)

Uji penetrasi standar dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak terganggu
pada tanah granuler. Pada pengujian ini, sifat-sifat tanah ditentukan dari pengukuran
kerapatan relative secara langsung dilapangan. Pengujian untuk mengetahui nilai kerapaatan
relative yang sering digunakan adalah Uji Penetrasi Standar atau disebut Uji SPT (Standar
Penetration Test).

Uji SPT dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman pengeboran telah mencapai


lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut tabung
belah standar (Standar Split barrel sampler) (Gambar 2.11a). Setelah tabung ini dipasang,

8|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah
dasar, dan kemudian dipukul dari atas. Pukulan diberikan oleh alat pemukul yang beratnya
63,5 kg (140 pon), yang ditarik naik turun denagn tinggi jatuh 76,2 cm (30) (Gambar 2.11c).

Nilai SPT diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Tahapan pertama, tabung belah standar dipukul sedalam 15 cm (6). Kemudian


dilanjutkan pemukulan tahap kedua sedalam 30,48 (12). Jumlah pukulan tahap kedua ini, yaitu
jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah standar sedalam 30,48 cm,
didevinisikan sebagai nilai-N. Pengujian yang lebih baik dilakukan dengan menghitung
pukulan pada tiap-tiap penembusan sedalam 7,62 cm (3 inci) atau setiap 15 cm (6 inci). Dengan
cara ini, kedalaman sembarang jenis tanahdidasar lubang bor dapat ditaksir, dan elevasi dimana
gangguan terjadi dalam usaha menembus lapisan yang keras seperti batu, dapat dicatat.

Pada kasus-kasus umum, uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 2 m atau paling
sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah disepanjang kedalaman lubang bornya.
Untuk fondasi dangkal interval pengujian dapat lebih rapat lagi.

Untuk tanah berbatu, palmer dan stuart (1957) memodifikasi tabung belah standar yang
terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30 pada ujungnya (Gambar 2.22b). pengamatan
telah menunjukan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh kedua tipe alat ini
mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relative tanah yang sama.

Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi kemungkinan model
keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck, 1948). Kondisi keruntuhan geser
local (Local shear failure) dapat dianggap mterjadi, bila N < 5, dan keruntuhan geser umum
(general shear failure) terjadi pada nilai N >30. Untuk nilai N antara 5 dan 30, interpolasi linier
dari koefisien kapasitas dulung tanah Na, Nq dan Ny dapat dilakukan. Bila nilai-nilai kerapatan
relative (Dr) diketahui, nilai N dapat didekati dengan persamaan (meyerhof, 1957).

N = 1,7 D r (14,2po + 10)

Dengan:

Dr = Kerapatan relative

po = tekanan vertical akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah


yang ditijau, atau tekanan overburden efektif.

Hubungan nilai N dengan kerapatan relative (Dr) yang diusulkan oleh Terzaghi dan
Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 2.1

9|TUGAS MATA KULIAH DESAIN PONDASI


Nilai N Kerapatan relative (Dr)

<4
Sangat tidak padat
4-10
Tidak padat
10-30
Kepadatan sedang
30-50
Padat
>50
Sangat padat

Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghidan Peck (1948) memberikan hubungan N secara
kasar dengan kuat tekan-bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2.2. kuat tekan-bebas
(qu) diperoleh dari uji tekan-bebas, Cu= 0,5qu dan simbul . akan tetapi, penggunaan hubungan
nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada Tabel 2.2tersebut tidak direkomendasikan.
Peck, dkk. (1953) menyatkan bahwa nilai N hasil uji SPT untuk tanah lempung hanyalah
sebagai pendekatan kasar, sedang pada tanah pasir, nilai N hasil uji SPT dapat di percaya.
Untuk menentukan kuat geser tanah lempung jenuh, lebih baik jika nilainya di peroleh dari uji
geser kipas (vane shear test) di lapangan atau dari pengujian contoh tanah tak terganggu di
laboraturium.

Untuk menentukan kapasitas dukung izin dari hasil uji SPT, diperlukan estimasi kasar
nilai lebar fondasi (B) dari fondasi terbesar pada bangunan. Untuk fondasi dangkal, uji SPT
dilakukan pada interval 2,5 ft (76 cm) dibawah dasar fondasi, dimulai dari kedalaman dasar
fondasi (Df) sampai kedalaman Df + B (Terzaghi dan Peck, 1948). Nilai N rata-rata sepanjang
kedalaman ini akan berfungsi sebagai gambaran kasar dari kerpatan relative pasir ang berada
di bawah dasar fondasi, yang masih mempengaruhi besar penurunan. Jika uji SPT dilakukan
pada beberapa lubang pada lokasi yang berlainan, nilai N rata-rata terkecil digunakan dalam
mamperkirakan nilai kapasitas dukung tanahnya (Terzaghi dan Peck, 1948).

Table 2.2 Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung
jenuh (Terzaghi dan Peck, 1948)

Kuat tekan bebas (qu)


Nilai N Konsistensi
(KN/m)

10 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
<2 Sangat lunak < 25

2-4 Lunak 25 50

4-8 Sedang 50 100

8 - 15 Kaku 100 200

15 - 30 Sangat Kaku 200 400

> 15 Keras > 400

2.7.2. UJI PENETRASI KERUCUT STATIS

Uji penetrasi kerucut statis atau uji sondir banyak digunakan diindonesia, di samping
uji SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi kepadatan tanah pasir
yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah tanah berkerikil dan berbatu,
penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena mengalami kesulitan dalam menembus
tanah. Nilai nilai tahanan kerucut statis atau tahanan konus (q) yang diperoleh dari
pengujian, dapat dikorelasikan secara langsung dengan kapasitas dukung tanah dan penurunan
pada fondasi fondasi dangkal dan fondasi tiang.

Ujung alat ini terdiri dari kerusut baja yang mempunyai sudut kemiringan 60dan
berdiameter 35,7 mm atau mempunyai luas tampang 1000 mmbentukstematis dan cara kerja
alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.12 a. Salah atu macam alat sondir dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mengukur tahanan ujung dan tahanan gesek dari selimut silinder mata
sondirnya.

Cara pengguanaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekanan dan mata sondir
secara terpisah, melalui alata penekanan mekanis atau dengan tangan yang memberikan
gerakan kebawah. Kecepatan penekanan kira kira 10 mm/detik. Pembacaan tahanan kerucut
statis atau tahan konus dilakukan dengan melihat arloji pengukur. Nilai q adalah besarnya
tahanan kerucut dibagi dengan luas penampangnya. Pembacaan arloji pengukur, dilakukan
pada tiap tiap penetrasi sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesek selimut alat
sondir dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau tahanan konus yang
menyajikan nialai ke duanya ( Gambar 2.12 b).

Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan Campanella

11 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
(1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q) dengan rasio gesekan Rf, untuk
mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, seperti yang ditunjukan dalam Gambar 2.12 b
dan 2. 13. pada Gambar tersebut Rf adalah rasio gesekan ( Fricition ratio ) yang merupakan
perbandingan antara gesekan selimut local, fs ( gaya gesek yang bekerja pada selimut konus
dibagi dengan luas selimutnya atau disebut gesek satuan ) dengan tahanan konus q atau rasio
gesekan dinyatakan oleh persamaan:

Rf = fs/q x100%

2.7.3. UJI BEBAN PELAT

Uji beban pelat (plate lood test ) sangat cocok untuk penyediaan tanah timbunan atau
tanah yang mengan dung banyak kerikil atau batuan, dimana uji-uji lapanga yang sulit
dilaksanakan.

Pelat beban berupa pelat besi berbentuk lingkaran atau bujursangkar dengan diameter
yang bervariasi dari 30 cm atau lebih besa lagi. Dimensi pelat tergantung dar ketelitian hasil
pengujian yang dikehendaki. Pada prinsipnya, bila ukuran pelat menedekati atau sama dengan
lebar pondasi sebenarnya, maka semakin teliti hasil yang diperoleh. Pelat diletakan pada dasar
pondasi rencana dengna lebar lubang paling sedikit 4 kali lebar pelat yang digunakan (
Gambar 2.14). Pengamatan besar beban dan penurunan terjadi dilakukan sampai tanah
mengalami keruntuhan atau pengujian dihentikan bila tekanannya mencapai kira- kira 2 kali
kapasitas dukungan pondasi yang dirancang. Penambahan beban yang diterapkan, kira kira
0,1 kali nilai estimasi kapasitas dukungan tanah.

Bentuk dan ukuran pelat pengujian bervariasi tergantung dari tujuan pengujian.
Kapasitas dukungan ultimit yang diperoleh dapat digunakan langsung, jika ukuran pelat beban
sama dengan ukuran pondasi yang akan digunakan. Untuk itu, kapasitas ujung izin dihitung
dengan cara membagi kapasitas dukung ultimit dengan factor aman. Jika penurunan
merupakan kriteria yang dijadikan pedoman dalam penentuan kapasitas dukung , kapasitas
beban yang menyebabkan terlampauinya persyaratan penurunan yang perlu diperhatikan.

2.7.4. UJI KIPAS DI LAPANGAN

Beberapa macam alat telah digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif.
Salah satunya adalah, alat uji geser kipas atau geser baling baling (vane shear test). Salah satu
macam alatnya terdiri dari kipas baja seinggi 10 cm dan diameter 5 cm yang berpotongan

12 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
saling tegak lurus (Gambar 2.15a). dalam peraktek, terdapat beberpa ukuran kipas yang bisa
digunakan.

Pada saat melakukan pengujian, alat ini di pasang pada ujung bor, kipas berserta
tangkainya ditekan ke dalam tanah, kemudian di putar dengan kecepatan 6 sampai 12 per
menit. Besarnya torsi (tenga puntiran) yang di butuh kan untuk memutar kipas diukur karena
tanah tergeser menurut bentuk silinder vertical yang terjadi di pinggir baling-baling, tahanan
geser tanah dapat dihitung, jika dimesi baling-baling dan gaya puntiran diketahui.untuk kipas
berbentuk segi empat, kuat geser tanah lempung jenuh, dihitung dengan persamaan:1

Pengukuran dilakukan sepanjang kedalaman tanah yang diselidiki, pada jarak interval
kira-kira 30 cm. bila pengukuran dilakukan dengan pembuatan lubang dari alat bor, kipas
ditancapkan paling sedikit berjarak 3 kali diameter lubang bor diukur dari dasar lubangnya.
Hal ini dimaksudkan untuk menyelidiki tanah yang benar-benar tak terganggu oleh operasi
pengeboran. Kuat geser tanah yang telah berubah susunan tanahnya (remoulded) dapat pula
dilakukan dengan pengukuran torsi minimum yang dibutuhkan untuk memutar baling-baling
secara cepat dan kontinu.

Studi yang mendetail telah membuktikan bahwa kuat geser tanah lempung yang
diperoleh dari uji geser kipas di lapangan terlalu besar (Aman,dkk., 1975). Hal ini disebabkan
oleh zona geser yang terjadi saat tanah geser,lebih besar dari bidang runtuh tanahnya (Gambar
2.15b). perluasan bidang runtuh, tergantung dari macam dan kohesi tanah. Bjerrum (1972),
mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser yang diperoleh dari uji geser kipas di lapangan,
sebagai berikut :

Su (nyata) = Su (lapangan) (2.7)

Dengan:

Su = cu = kohesi tak terdrainasi (kohesi undrained).

Su (nyata) = Kuat geser tak terdrainasi yang digunakan dalam perancangan.

Su (lapangan) = kuat geser tak terdrainasi yang diperoleh dari uji geser kipas
dilapangan.

= factor kohesi yang ditunjukkan pada Gambar 2.16.

2.9. DENAH TITIK-TITIK PENYELIDIKAN

13 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
Lokasi titik-titik penyelidikan tanah harus diusahakan sedekat mungkin dengan letak
fondasi. Hal ini penting, terutama bila bentuk lapisan tanah pendukung fondasi tidak beraturan.
Bila denah struktur belum tersedia pada waktu di lakukan penyelidikan tanah, maka denah bor
umumnya disusun dalam bentuk segiempat (lihat Gambar 2.17).

Untuk area yang luas, diperlukan jarak lubang bor yang agak lebar dan diselengi dengan
beberpa uji lapangan tambahan, seperti : uji kerucut stastis (sondir)atau pemeriksaan dengan
cara lubang uji (test-pi). Letak titik-titik penyelidikan tambahan tersebut, dipilih pada jarak
yang dekat, yaitu diantara lubang-lubang bor.

Jumlah lubang bor yang diperlukan sangat bergantung pada kekomplekan kondisi pada
lapisan tanah dan biaya yang tersedia. Yang jelas, semakin banyak lubang bor, semakin teliti
informasi yang di peroleh dari kondisi tanahnya. Bila biaya penyelidikan terbatas,
diperlukanpertimbaqngan matang guna memutuskan jumlah lubang bor yang mewakili kondisi
tanah.

Pada bangunan yang bebannya tidak begitu besar, paling tidak harus ada 2 atau
sebaliknya 3 lubang bor, sehingga benuk kemiringan lapisan tanah dapat diketahui. Jika jumlah
lubang terlalu sedikit, estimasi bentuk kemiringan lapisan tanah dpat meleset dari sebenarnya,
disamping kurangny informasi yang diperoleh dari kondisi tanah.

Untuk fondasi bangunan tingkat tinggi dan bangunan industri, paling sedikit diperlukan
satu lubang bor pada tiap-tiap sudut bangunannyayang diselingi dengan uji penetrasi kerucut
statis. Untuk tiap-tiap sudut bangunan-bangunan tersebut, sebaiknya jarak titik bor tidak
melebihi 15 m (Terzaghi dan Peck, 1948).

Untuk jembatan dan bendungan, 2 set pengeboran perlu dikerjakan. Pengeboran


pertama terletakpada sumbu-sumbuny, untuk mengetahui apakah pada lokasi tersebut tanahnya
mampu mendukung beban. Pengeboran kedua dilakukan pada lokasi tepat dibawah pangkal
jembatan atau pilarnya. Pada bendungan, set kedua dilakukan pada lokasi bangunan pelengkap,
seperti lokasi bendungan elak. Terzaghi dan Peck (1948),menyarankan jarak titik borminimum
30 m dan maksimum 60 m untuk proyek yang sangat luas dan besar. Untuk proyek jalan raya,
pengeboran dilakukan pada jarak interval kira-kira 30 msepanjang jalannya. Kedalaman lubang
bor disarankan 2-4 m dibawah tanah asli, bila dasr perkersan tanah asli, dan 1-4 m dibawh
perkerasn jalan, bila perkersannya diletakkan dengan menggali tanah asli.

2.10. KEDALAMAN LUBANG BOR

14 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
Kedalaman pada lubang bor bergantung pada kedalaman tanah yang masih dipengaruhi
oleh penyebaran tekanan fondasi bangunan. Tekanan vertical pada kedalaman 1,5 kali lebar
fondasi (B) adalah masih kira-kira 0,2 kali besarnya tekanan pada dasar fondasi. Oleh karna
itu, kedalaman lubang bor harus kira-kira 1,5 kali lebar fondasinya atau 1,5B, dengan B adalah
lebar fondasi.

Untuk fondasi telapak (sepread footing) atau fondasi memanjang (continuous footing)
kedalaman lubang bor agak dangkal (Gambar 2.18a). namun untuk fondasi rakit (raft atau mat
foundation) kedalaman lubang bor akan lebih dalam (Gambar 2.18c).

Pada fondasi telapak yang jaraknya terlalu dekat, penyebaran beban


ketanahdibawahnya saling tumpang indih, maka kedalaman lubang bor akan sama halnya
dengan kedalaman fondasi rakit, yaitu1,5B (Gambar 2.18b) untuk fondasi tiang,
kedalamanlubsng bor harus lebih dalam dari bawah dasar tiangnya. Dengan pertimbangan
bahwa lapisan tanah di bawah tiang masih mendukung beban yang ditranfer lewat tiang,
umumnya, untuk fondasi tiang yangterletak pada tanah homogen, prilakunya akan sama seperti
rakit yang dasar fondasinya dihitung dari kedalaman 2/3 panjang tiang (Gambar 2.18c). Untuk
itu, kedaslaman lubang bor untuk fondasi tiang adalah 2/3D + 1,5B, dengan D adalah panjang
tiang dan B adalah lebar area kelompok tiang.

Dalam hal fondasi akan di letakkan pada lapisan batu, harus yakin benar apakah
ketebalan lapisan batu tersebut mampu mendukung penyebaran bebannya. Untuk itu, apabila
lapisan batu terletak dipermukaan, ketebalan lapisan dapat diketahui dengan cara membuat
lubang uji secara langsung.

2.11. INFORMASI YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENYELIDIKAN TANAH

Bila Penyelidikan tanah dilakukan secara detail, maka perancang harus berusaha
memperolah data, sebagai berikut :
(1) Kondisi topografi lokasi pekerjaan. Data ini diperlukan untuk perancangan fondasi
dan penentuan cara pelaksanaan di lapangan terutama pada proyek-proyek bangunan
air dan jalan.
(2) Lokasi-lokasi bangunan yang terpendam di dalam tanah, seperti kabel telepon, pipa-
pipa atau gorong-gorong untuk air kotor dan air bersih, dan lain-lainnya.

15 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
(3) Pengalaman setempat sehubungan dengan kerusakan-kerusakan bangunan yang sering
terjadi di sekitar lokasi pekerjaan.
(4) Kondisi tanah secara global, muka air tanah dan kedalaman batuan. Keterangan ini
sering dapat diperoleh dari penduduk setempat.
(5) Keadaan iklim, elevasi muka air banjir, erosi tanah, dan besarnya gempa yang sering
terjadi.
(6) Tersedianya material alam dan kualitasnya,yang berguna untuk bahan pembentuk
bangunan seperti campuran beton.
(7) Data geologi yang disertai keterangan tentang proses pembentukan lapisan tanah dan
batuan di lokasi pekerjaan, serta kemungkinan terjadinya penurunan tanah maupun
bangunan akibat penurunan muka air tanah.
(8) Hasil-hasil penyelidikan laboratorium pada contoh-contoh tanah dan batuan, yang
dibutuhkan untuk perancangan fondasi atau penanganan problem-problem
pelaksanaannya.
(9) Foto kondisi lapangan dan bangunan-bangunan di dekatnya.

Di bawah ini diberikan data tambahan yang diperlukan untuk perancangan fondasi
bangunan-bangunan tertentu.
(a) Fondasi Bangunan Gedung
(1) Ukuran dan tinggi bangunan serta kedalaman ruang bawah tanah (basement), bila ada.
(2) Susunan dan jarak antar kolom serta besar beban.
(3) Tipe rangka bangunan dan bentangnya, serta kemungkinan adanya tempat-tempat
tertentu yang mendukung beban khusus, seperti fondasi mesin.
(4) Tipe tembok luar dan kaca pintu jendela yang sensitive terhadap penurunan bangunan.

(b) Fondasi Jembatan


(1) Tipe dan bentang jembatan.
(2) Besarnya beban pada pangkal jembatan dan pilar.

Perlu diperatikan bahwa pemeriksaan langsung di lapangan dengan berjalan kaki sangat
penting pada penyelidikan tanah. Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi
sering dihasilkan dari pekerjaan tersebut. Hal ini untuk mengetahui masalah-masalah penting
yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan dan pelaksanaan. Selain itu, juga untuk
mengetahui bentuk dan kondisi permukaan tanahnya.

16 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
2.12. LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH UNTUK PERANCANGAN FONDASI
Laporan penyelidikan tanah untuk perancangan fondasi dibuat untuk
mempertimbangkan seluruh data bor, lubang uji, observasi lapangan, uji-uji lapangan dan
laboratorium. Selanjutnya, laporan penyelidikan tanah secara lengkap harus berisi:
(1) Pendahuluan.
(2) Deskripsi Lokasi Proyek.
(3) Kondisi Geologi Lokasi Proyek.
(4) Deskripsi Lapisan Tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran.
(5) Hasil pengujian Laboratorium.
(6) Pembahasan.
(7) Kesimpulan.

Berikut ini penjelasan mengenai isi dari bab-bab tersebut.


Pendahuluan. Pendahuluan berisi tentang maksud dan tujuan diadakannya penyelidikan
tanah, waktu penyelidikan, dan untuk siapa penyelidikan tersebut dilakukan. Harus
dijelaskan maksud penyelidikan yang dilakukan: hanya untuk memperoleh data yang
terbatas, yang akan digunakan dalam penyelidikan yang sifatnya taksiran, atau untuk
penyelidikan lengkap dengan pengeboran, pengujian laboratorium, dan analisis hasil, yang
dilaksanakan untuk pertimbangan perancangan fondasi, cara pelaksanaan, serta untuk
menghitung kapasitas hitung dukung tanah izin.

Deskripsi Lokasi Proyek. Pada bagian ini harus dijelaskan: letak proyek, kondisi
permukaan tanah, adanya pohon-pohon, bangunan lama, kubangan, tempat pembuangan
sampah, sungai, jalan, saluran atau gorong-gorong air, dan lain-lainnya. Selian itu,
dijelaskan pula mengenai kemungkinan adanya banjir, erosi permukaan, gempa bumi,
stabilitas tebing, serta retakan-retakan akibat penurunan yang seringkali terjadi pada
bangunan di sekitar lokasi tersebut.

Kondisi Geologi Lokasi Proyek. Keterangan kondisi geologi di lokasi pekerjaan diberikan
berdasarkan hasil data pengeboran. Data hasil pengeboran sebaiknya dibandingkan dengan
data yang telah ada sebelumnya, untuk pertimbangan ketelitian hasil pengujian. Dari data
geologi yang diperoleh, perhatian diberikan jika terdapat patahan, sumber air, rongga-

17 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
rongga bawah tanah, lapisan lunak, dan lain-lain yang nantinya akan sangat mempengaruhi
basarnya kapasitas dukung fondasi.

Deskripsi Lapisan Tanah yang diperoleh dari hasil Pengeboran. Pada bab ini, deskripsi
kondisi lapisan tanah dibuat dari hasil data pengeboran. Disini harus dijelaskan mengenai
gambaran jenis dan bentuk lapisan tanah, elevasi perubahan lapisan serta elevasi muka air
tanah. Penggambaran bentuk lapisan akan berguna sebagai pertimbangan teknis dalam
perancangan. Gambar 2.19 memberikan contoh cara penggambaran gabungan beberapa
data bor.

Hasil Uji Laboratorium. Bab ini berisi penjelasan mengenai macam-macam pengujian
laboratorium yang dilakukan. Prosedur pengujian dijelaskan hanya bila dilakukan
pengujian yang tidak standar, khususnya untuk alat penyelidikan. Perhatian diberikan bila
terdapat hasil pengujian yang tidak seperti biasanya atau ada hal-hal khusus lainnya. Untuk
penjelasan secara detail, hasil pengujian sebaiknya dibuat dalam bentuk tabel-tabel dan
grafik-grafik. Hal ini dilakukan pada hasl-hasil uji triaksial, tekan-bebas, geser-langsung,
analisis butiran, dan uji konsolidasi.

Pembahasan. Bab ini merupakan inti pokok dari isi laporan. Penyajian harus diusahakan
untuk membahas masalahnya secara jelas dan singkat. Pembahasan dilakukan pada kondisi
bangunan rencana dan beban-beban rencana yang nantinya akan dipertimbangkan terhadap
kondisi tanah fondasi dan jenis fondasi yang cocok untuk mendukung bangunan. Bagian
selanjutnya adalah pembahasan pada bangunan pelengkap, seperti ruang generator listrik,
ruang mesin-mesin yang berat, ruang pemanas, dan lain-lain, yang akan membutuhkan
fondasi yang khusus.
Bila dipakai fondasi memanjang atau fondasi telapak, harus ditetapkan beberapa
kedalaman fondasi, dimensi, kapasitas dukung izin dan penurunan yang diharapkan akan
terjadi pada tekanan tanah yang diizinkan tersebut. Dijelaskan pula, kemungkinan
keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh bila elevasi dasar fondasi lebih dalam, untuk
memperoleh kapasitas dukung tanah yang lebih besar atau dapat memperkecil penurunan
tanpa mengabaikan segi ekonomis.

Jika dipakai fondasi tiang, dijelaskan mengenai lapisan tanah pendukung tempat tiang harus
dipancang, kedalaman penetrasi ke lapisan pendukung, beban maksimum yang diizinkan

18 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I
per tiang atau kelompok tiang, serta penurunan yang diharapkan akan terjadi pada tiang
tunggal atau kelompok tiangnya.

Masalah-masalah harus dipelajari dengan tanpa prasangka,sebagai contoh hasil pengujian


yang hasilnya terlalu yang hasilnya rendah herus tidak diabaikan hanya karena tidak cocok
dengan kapasitas dukung yang diperkirakan sebelumnya. Selanjutnya, sebab-sebab kenapa
kapasitas dukung sangant rendah harus dipelajari. Jika hal itu akibat kerusakan contoh, aau
jika nilai yang terlalu rendah hanya sedikit saja sehingga tidak berpengaruh besar pada hasil
keseluruhannya, hasil tersebut dapat diabaikan. Jika hasil pengeboran lokasi tertetu
menunjukkan perbedaan dengan hasil-hasil lain di sekitarnya, sehingga susunan fondasi
menjadi tidak teratur, maka mengenai hal ini harus diberikan. Bila terdapat keraguan
mengenai hasil pengeboran, pengeboran ulang harus diadakan, sehingga diperoleh hasil
yang memuaskan.

Rekomendasi untuk perancangan fondasi harus didasarkan pada hal- hal yang hubungannya
dengan hasil penyelidikan yang diperoleh, yaitu didasarkan pada hasil pengeboran dan
pengujian, dan tidak boleh didasarkan pada dugaan.

Kesimpulan. Jika laporan penylidikan yang disajikan terlalu panjang, maka sebaiknya
diringkas dalam bentuk item-item, dan di dalam bab kesimpulan. Hal ini berguna untuk
membantu perancangan yang terlalu sibuk yang tidak mempunyai cukup waktu untuk
membaca seluruh pembahasan. Atau dengan cara lain, laporan penyelidikan dimulai denga
ringkasan prosedur penyelidikan dan garis besar kesimpulan.

19 | T U G A S M A T A K U L I A H D E S A I N P O N D A S I

Anda mungkin juga menyukai