PEMBAHASAN
47
Memastikan proses penambangan sesuai dengan perencanaan
tambang (akses jalan, land clearing,, disposal, perimeter drain,
dra
fasilitas pit stop, dan ROM ).
48
cuaca, geometri kerja yang kurang baik, dan keadaan alat yang
tidak mendukung (Rusak).
Pengecekan
kan plan dengan aktual
aktu di lapangan agar berjalan sesuai
rencana atau target
target.
49
4.1.2 Drill and Blast Engineer
B : Burden yaitu jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas (free face)
yang terdekat.
S : Spacing yaitu jarak antar lubang tembak dalam satu baris sejajar
dengan bidang bebas
T : Stemming yaitu material bukan explosive yang digunakan untuk
menyumbat sisa lobang bor yang tidak terisi bahan peledak, berfungsi
untuk mengurung gas ledakan
50
J : Sub drilling yaitu lubang tembak yang berada dibawah permukaan
lantai jenjang yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata
setelah peledakan
H : Hole Depth yaitu kedalaman lubang secara keseluruhan
K : Bench Hight yaitu Kedalaman lubang tembak dipengaruhi oleh tinggi
jenjang dan kedalamannya tidak boleh lebih kecil dari burden untuk
menghindari retakan yang melewati batas jenjang (over break)
51
Setelah pembuatan rencana lokasi blasting akan dilakukan stake out atau
pemasangan patok lokasi blasting,, kegiatan ini dilakkan bersama tim survey
blasting. Proses stake out diawali dengan memasukkan koordinat setiap titik batas
rencana lokasi blasting melalui GPS (Global
( Positioning System).
52
Gambar 4.10 Perencanaan lokasi blasting
53
Gambar 4.11 Pemasangan bendera evakuasi
54
menggunakan Geofon dan gelombang suara menggunakan mikrofon, sedangkan
alat yang membaca data/pergerakan tersebut adalak mikromet. Adapun
tahapannya sebagai beriku
berikut :
Tancapkan Geofon pada daerah kritis dan memiliki bidang tanah yang
relatif rata dengan posisi mengarah kelokasi ledakan
55
Setelah semua perangkat terpasang dan peledakan akan dimulai, nyalakan
mikromet. Setelah peledakan lihat hasilnya, parameternya yaitu <3mm/s
untuk daerah kritis. Diasumsikan area kritis sama dengan bangunan
dengan pondasi, pasangan bata dan adukan
adukan semen saja sehingga nilai
PVSnya tidak boleh lebih dari 3 mm/s (SNI 7571/2010)
56
Tanggul
Pengaman
Parit Parit
Dt Dt Dt Dt Dt
57
Material tambahan
Material tambahan
Dampingan lumpur
58
Gambar
ambar 4.20 Pengukuran CBR di lapangan
59
Pembuatan jalan tambang perlu dilengkapi dengan tanggul untuk melindungi
pengguna jalan tambang apabila terjadi sesuatu pada unit yang sedang
beroprasi.
60
Gambar 4.24 Drainase luar
Paritan
61
4.26 Monitoring daily water pump activity
Gambar 4.2
62
Gambar 4.29 Pompa Boster
Melakukan pemasangan
angan prisma pada daerah kritis
Pemasangan
asangan prisma (pengenal objek) ini bertujuan untuk mengetahui
koordinat dan pergerakan masa tanah pada daerah kritis. Saat pemasangan
prisma tim instrumen harus berkordinasi dengan tim surveyor
surveyor agar prisma
yang dipasang dapat terbaca oleh robotic, sesuai dengan jangkauan tembak
robotic.
63
Gambar 4.31 Pemasangan prisma pada daerah kritis ( jalan 6E)
64
Gambar 4.33 Monitoring kondisi lereng di area tambang menggunakan Radar
65
Adapun tahap kegiatannya tim survey adalah :
Tahap Perencanaan.
Pada tahap ini dilakukan P5M (Pembicaraan 5 Menit ) guna
mengetahui lokasi yang akan dilakukan survey
Gambar 4.3
4.35 Total Station ( Leica TCR 1203 )
66
Pita, digunakan sebagai penanda batas pengukuran
67
Tahap Pengambilan Data
Saat Pengambilan data, satu orang bertugas sebagai surveyor pada alat
total station, 2 lainnya bertugas sebagai instrumen yaitu mengambil posisi
batubara yang akan diukur.
Gambar 4.40
4.4 Surveyor pada alat total station
Gambar 4.41 Instrument sedang memposisikan prisma pada batas Batubara yang
akan diukur
Tahap Pengolahan Data
Mengambil atau memindahkan data hasil pengamatan dari memori
card Total Station ke PC ataupun laptop, lalu diolah oleh Dapros
menggunakan aplikasi 12 D dan manescape untuk mengetahui
menge
volume dari hasil pengukuran.
68
Pemasangan patok blasting tidak selamanya harus sesuai dengan posisi
yang ditunjukkan oleh koordinat rencana Blasting pada GPS, melainkan harus
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Hal ini disebabkan rencana blasting yang
dibuat oleh Mine Plan didasarkan pada peta situasi, sedangkan perubahan kondisi
di lapangan yang begitu cepat tidak dapat sepenuhnya diikuti oleh peta situasi.
Apabila rencana lokasi blasting berdekatan dengan lapisan batubara, maka
batas lokasi blasting harus diberi jarak (offset)
( dari lapisan batubara tersebut
sejauh 16 meter. Hal ini bertujuan agar lapisan batubara tersebut tidak ikut hancur
ketika dilakukan Blasting
lasting. Pemasangan patok pada saat stake out harus dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai daerah yang akan diledakkan.
Pita yang dipasangkan pada patok batas lokasi blasting berwarna biru dan
putih serta berisi keterangan mengenai elevasi aktual, rencana elevasi yang akan
dicapai,
capai, dan kedalaman lubang bor
bor.
69
Gambar 4.44 Lubang drilling
EW (+/- 30 CM)
EOS
70
4.4 Pita berwarna pink sebagai tanda crest
Gambar 4.46
Crest
Bench
Toe
71
Lebar Jenjang
Tinggi Jenjang H
Sudut Lereng Jenjang
Crest Toe
Tugasnya adalah :
Melakukan survey topo dan setting out pada proyek road atau konstruksi
yang diorder oleh bagian terkait
Monitoring pekerjaan Road atau konstruksi (berdasarkan design yang
diberikan)
72
4.1.3.5 Data Processing
Setelah dilakukan pengukuran oleh tim survey, data tersebut
tersebut kemudian
diolah dapros. Dapros memiliki tugas sebagai berikut :
Pick up posisi dan elevasi front loading (daily) dan melaporkannya dalam
Daily Survey Monitoring
Membuat laporan harian mengenai posisi dan elevasi front dumping serta
jarak hauling
fil job lapangan, file job SDRMAP dan Drawing
Mengelola data survey : file
Autocad
Mengelola data daily monitoring untuk mendapatkan jarak hauling
haulin
Pada tahap ini dilakukan pembersihan lahan yang akan ditambang setelah
di lakukannya identifikasi
ntifikasi letak batubara. Semua unsur yang terdapat diatas tanah
baik berupaa pohon dan tumbuhan, ada yang direlokasi ada juga yang ditebang.
73
Setelah semua unsur telah dibersikan , selanjutnya tanah lapisan paling atas atau
top soil, dikeruk dan direlokasi ketempat sementara untuk nantinya letakan
kembali pada lapisan atas disposal
disposa untuk proses reklamasi.
Pada tahap ini dilakukan proses pengeboran pada lapisan batuan yang
keras dan tidak dapat diloading sehingga harus dilakukan pengeboman atau
Lapisan lapisan batuan tersebut dibor atau di drilling
blasting pada area tersebut. Lapisan-lapisan
dengan kedalaman tertentu sesuai
sesuai kebutuhan dan selanjutnya diisi material
blasting yang selanjutnya dilakukan pengeboman untuk menghancurkan dan
tersebut Tahap kegiatan Drilling dan Blasting antara
mengurai material batuan tersebut.
lain :
74
Drilling
Kegiatan pemboran merupakan kegiatan utama yang dilakukan dalam
rangka menyediakan lubang ledak yang
y akan diisi
iisi dengan bahan pe
peledak.
Setiap perusahaan
ahaan biasanya memiliki standar tersendiri dalam pemboran
lubang ledak, mulai dari jenis dan ukuran diameter lubang bor, pola pemboran,
kedalaman lobang bor, serta spacing dan burden dari pemboran.
Blasting
Kegiatan Blasting
lasting merupakan proses peledakan yang dilakukam
setelah pengisian bahan peledak didalam lubang bor,
bor, proses ini burtujuan
untuk memberai material batuan yang massive,, adapun tahapannya adalah
Setelah dilakukan pengeboran, akan dilakukan pengecekan lubang
ledak (Sounding) diantaranya kedalaman lubang ledak dan apakah ada
air atau penghambat lainnya
Setelah itu dilakukan pengisian lubang ledak sesuai dengan kedalaman
lubang (charging), kedalaman lubang disesuaikan dengan geometri
lokasi peledakan. Set
Setelah
elah itu lubangnya ditutup menggunakan material
disekitar lubang (Stemming)
Stelah itu dilakukan perangkaian bahan peledak, lalu dihubungkan ke
detonator utama
Setelah itu pemblokiran jalan dan eksekusi lokasi ledakan
75
Gambar 4.54
4. Pengisian bahan peledak
76
4.2.3 Over Burden Removal
Pada tahap ini dilakukan pengambilan material batuan selain batubara atau
yang disebut overburden
burden (OB). Material ini nantinya diambil dan dipindahkan dan
ditaruh
itaruh ditempat pembuangan overburden
over yang disebut disposal.
4.2.3.1. Loading
Pengangkutan material OB kedalam alat angkut harus sesuai dengan
kapasitas alat angkut tersebut. Sementara waktu yang diperlukan untuk
mengangkut material kedalam alat muat disebut loading time
77
Gam
Gambar 4.59 Keadaan Geometri Kerja PC
4.2.3.2 Hauling
Hauling merupakan kegiatan pengangkutan dari tempat
tempat pemuatan
ketempat pembongkaran.
an. Sementara waktu pengangkutan dari tempat loading
ketempat pembongkaran disebut Hauling Time (HT). Pada saat alat kembali
ketempat pemuatan maka waktu yang di ukan untuk kembali disebut Return
d perlukan
Time (RT), waktu kembali lebih singkat karena dalam keadaan kosong.
78
Gambar 4.61 Undulating
79
Tahap pembongkaran material pada daerah disposal :
a. Dumping overbourden di ujung timbunan
b. Pastikan setiap mendorong material diujung timbunan. Bulldozer
membentuk safety berm
c. Buat area dumping sesuai level dan selebarmungkin untuk memudahkan
DT manuver.
d. Buanglah material dumping pada lokasi yangtelah ditentukan sesuai
dengan rencana.
e. Ikuti tahapan penimbunan yang telah direncanakan
Gambar 4.63
4. Dumping OB diujung timbunan
Ujung timbunan
Safety berm
80
Gambar 4.65 Disposal SMD
4.2.3.4.
3.4. Spotting (Manuver)
Pada saat alat kembali ketempat pemuatan adakalanya alat tersebut perlu
antri dan memutar sampai alat diisi kembali.
Gambar 4.
4.66 Manuver Dump Truck
81
4.2.4. Coal Getting
Pada tahap ini dilakukan pengambilan batubara pada seam-seam
seam yang
terdapat didaerah tersebut. Sebelum diambil, daerah batubara di cleaning terlebih
dahulu untuk menghilangkan sisa-sisa
sisa sisa material overburden, setelah dirasa sudah
cukup bersih barulah batubara tersebut siap ditambang.
4.2.4.1 Persiapan area front loading batubara.
Lakukan pembersihan optimal terhadap material penutup yang terdapat
pada seam batubara yang akan digali.
Lokasi front loading harus bersih dari segala macam kemungkinan
kontaminasi dan adanya penerangan yang optimal untuk malam hari
Floor
82
4.2.4.3 Pemuatan batubara
Pemuatan batubara tidak boleh berlebihan agar terhindar dari resiko
batubara tumpah di jalan.
Excavator harus merapikan muatan agar tersisa ruang di pinggiran bak
vessel sebagai pencegahan batubara tumpah.
Gambar 4.69
4. Pemuatan batubara Pit SMD
4.2.4.5 ROM
ROM (Run Of Mine) merupakan tempat penampungan sementara dari
produksi batubara
Perawatan ROM harus selalu dilakukan apabila base-nya
nya sudah terkikis
oleh aktifitas dumping maupun hujan.
83
Gambar 4.70 ROM
84