KORUPSI
DISUSUN OLEH:
NUR HAYATI
141510759
Islam merupakan Agama yang kaffah, yang tujuan diturunkannya adalah untuk menciptakan
rahmah dan tata kehidupan yang baik serta menebar nilai-nilai ketuhanan. Dalam rangka ini,
Islam memberikan tata aturan yang harus ditatati oleh pemeluknya. Tata aturan ini yang
kemudian disebut dengan hukum Islam. Hukum Islam ini bersandar pada syariah Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
Syariah Islam yang menjadi sandaran hukum Islam mempunyai tujuan
menciptakan maslahah (kebaikan dan keseimbangan) dalam tatanan masyarakat. Upaya
untuk mewujudkan kemaslahatan ini kemudian dalam bahasa Agama disebut
dengan maqashidusy syariah. Diantara kemaslahatan yang hendak dituju tersebut adalah
terpeliharanya harta (hifdhul mal), baik harta milik pribadi ataupun publik dari berbagai
bentuk penyelewengan dan pelanggaran.
Hukum perbuatan korupsi menurut pendapat para ulama secara ijma' atau konsensus adalah
haram. Haram karena bertentangan dengan prinsip maqashidusy syariah. Keharaman
perbuatan korupsi dapat ditinjau dari berbagai segi yang antara lain :
1. Perbuatan korupsi merupakan tindakan curang serta penipun yang akan merugikan
keuangan negara dan kepentingan publik. Tindakan ini dikecam oleh Allah dan diancam
dengan hukuman yang setimpal di akhirat (QS. Ali Imran : 161)
2. Perbuatan korupsi yang merupakan penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang untuk
memperkaya diri sendiri ataupun orang lain adalah satu bentuk penghianatan terhadap
amanah kepemimpinan yang diberikan kepadanya. Berkhianat bahkan termasuk salah satu
karakter orang munafiq
3. perbuatan korupsi termasuk tindakan dzalim karena memperkaya diri atau orang lain dari
harta kekayaan negara yang merupakan jerih payah masyarakat dan termasuk orang
miskin yang membayar pajak. Perbuatan dzalim ini mendapatkan adzab yang pedih (QS.
Az-Zukhruf : 60)
4. termasuk kategori korupsi adalah kolusi dengan memberikan fasilitas negara kepada orang
yang tidak berhak karena adanya kesepakatn-kesepakatan tertentu, seperti menerima suap
dari pihak yang diuntungkannya. Nabi memperingatkan terhadap prilaku ini: Allah
melaknat orang-orang yang menyuap dan yang menerima suap. Dalam riwayat lain
disebut juga dan perantaranya. (HR. Ahmad). Juga dalam sabdanya yang lain :
Barangsiapa yang telah aku pekerjakan dalam satu jabatan, lalu kuberi gajinya, maka
sesuatu yang dipungutnya tanpa sah di luar gajinya adalah korupsi. (HR. Abu Dawud)
Hukum pemanfaatan hasil korupsi untuk konsumsi atau biaya lain seperti menunaikan ibadah
haji, memberikan sumbangan dan sebagainya adalah haram sebagaimana pemanfaatan harta
hasil merampok, mencuri dan menipu serta hasil kejahatan lainnya.
salah satu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai korupsi berikut ini.
Semoga bermanfaat, dan kita dapat menghindari ataupun mewaspadai bahayanya.
Dari Adiy bin Amirah Al Kindi Radhiyallahu 'anhu berkata : Aku pernah mendengar Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia
menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul
(belenggu, harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat. (Adiy) berkata : Maka
ada seorang lelaki hitam dari Anshar berdiri menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
, seolah-olah aku melihatnya, lalu dia berkata,"Wahai Rasulullah, copotlah jabatanku yang
engkau tugaskan." Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya,"Ada apa gerangan? Dia
menjawab,"Aku mendengar engkau berkata demikian dan demikian (maksudnya perkataan di
atas, Pen.)." Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata,"Aku katakan sekarang,
(bahwa) barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan),
maka hendaklah dia membawa (seluruh hasilnya), sedikit maupun banyak. Kemudian, apa
yang diberikan kepadanya, maka dia (boleh) mengambilnya. Sedangkan apa yang dilarang,
maka tidak boleh.(HR. Bukhari dan Muslim).
Tidaklah Allah melarang sesuatu, melainkan di balik itu terkandung keburukan dan mudharat
(bahaya) bagi pelakunya. Begitu pula dengan perbuatan korupsi (ghulul), tidak luput dari
keburukan dan mudharat tersebut.
Diantaranya :
1. Pelaku ghulul (korupsi) akan dibelenggu, atau ia akan membawa hasil korupsinya pada hari
Kiamat,
2. Perbuatan korupsi menjadi penyebab kehinaan dan siksa api neraka pada hari Kiamat.
Dalam hadits Ubadah bin ash Shamit Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
"(karena) sesungguhnya ghulul (korupsi) itu adalah kehinaan, aib dan api neraka bagi
pelakunya". [14]
3. Orang yang mati dalam keadaan membawa harta ghulul (korupsi), ia tidak mendapat
jaminan atau terhalang masuk surga. Hal itu dapat dipahami dari sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam :
"Barangsiapa berpisah ruh dari jasadnya (mati) dalam keadaan terbebas dari tiga perkara,
maka ia (dijamin) masuk surga. Yaitu kesombongan, ghulul (korupsi) dan hutang". [15]
4. Allah tidak menerima shadaqah seseorang dari harta ghulul (korupsi), sebagaimana dalam
sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci, dan shadaqah tidak diterima dari harta ghulul
(korupsi)" [16]
5. Harta hasil korupsi adalah haram, sehingga ia menjadi salah satu penyebab yang dapat
menghalangi terkabulnya doa, sebagaimana dipahami dari sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam :
"Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan
sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman dengan apa yang Allah
perintahkan kepada para rasul. Allah berfirman,"Wahai para rasul, makanlah dari yang
baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang
kalian kerjakan". Dia (Allah) juga berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
yang baik-baik dari yang Kami rizkikan kepada kamu," kemudian beliau (Rasulullah)
aShallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan seseorang yang lama bersafar, berpakaian
kusut dan berdebu. Dia menengadahkan tangannya ke langit (seraya berdoa): "Ya Rabb,
ya Rabb," tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dirinya
dipenuhi dengan sesuatu yang haram. Maka, bagaimana doanya akan dikabulkan?"
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.
Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat
ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan
diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang
mereka tidak dianiaya. ( Ali Imran : 161 )
4. Q.S Al-Muminun Ayat 8
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya atas bimbingan Allah
SWT Yang Maha Benar, dan yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnyadari saya pribadi
sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.