Anda di halaman 1dari 26

I.

AHULUAN

A. Latar Belakang

Bahwa hutan, sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
diamatkan kepada bangsa indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh
negara dan memberikan manfaat secara optimal serta dijaga kelestariaannya
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kawasan hutan indonesia seluas 140.300.000 Ha merupakan kekayaan yang


dikuasai oleh negara, dimana hutan sebagai salah satu penentu sistem
penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat cenderung semakin
menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara
optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari dan diurus dengan akhlak
mulia,adil,bijaksana serta bertanggung jawab. Hutan sebagai suatu sistem
penyangga kehidupan dengan 3 (tiga) fungsi utamanya yang meliputi fungsi
konservasi, fungsi pelindung dan fungsi produksi.

Untuk menjawab tuntutan pelayanan dan tanggung jawab kementerian


kehutanan sebagai aparat penegak hukum, sesuai dengan komitmen kementerian
Kehutanan yang kuat dalam hal penegakan hukum terhadap tindakan pidana
illegal loging, Kementerian kehutanan dalam hal ini SPORC Brigade Anoa Unit Wil.
Sulawesi Tenggara turut serta berupaya menegakan hukum terhadap tindakan
pidana illegal loging yang terjadi di hutan propinsi sulawesi tenggara, namun
dalam pelaksanaannnya selama ini masih dirasakan belum optimal, karena dari
data yang berhasil dikumpulkan bahwa penegakan hukum terhadap tindak
pidana illegal loging yang dilakukan oleh Satuan Polhut Reaksi Cepat unit Sultra,
hanya mampu menjaring para pelaku pelaksana penebangan dihutan saja dan
belum mampu menangkap pelaku atau pemilik modalnya.

Untuk melaksanakan penegakan hukum terhadap tindak pidana illegal logging


dipropinsi Sulawesi Tenggara ini diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik
antar aparat penegak hukum, instansi terkait aparat keamanan lainnya dengan
tetap mendasari ketentuan perundang-undangan yang berlaku khususnya yang
berkaitan dengan illegal logging.

Suaka Margasatwa Buton Utara adalah salah satu Kawasan Konservasi yang
berada dipropinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki tingkat kerawanan terhadap
gangguan keamanan hutan serta peredaran hasil hutan tumbuhan dan
satwanya,sehingga sangat perlu diadakan patroli preventif secara rutin guna
mencegah kerusakan hutan yang terjadi.
B. Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya kegiatan Patroli rutin SPORC Perlindungan dan


Pengamanan Hutan di SM. Buton Utara, Kab. Buton Utara ini adalah
mencegah dan membatasi serta mengatasi adanya pembukaan lahan baru
serta gangguan hutan dan hasil hutan lainnya peredaran hasil hutan oleh
masyarakat yang bermukim disekitar kawasan hutan maupun oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab.

Sedangkan tujuan dilaksanakannya Kegiatan Patroli rutin SPORC


perlindungan dan pengamanan hutan di SM. Buton Utara, Kab. Buton Utara
adalah untuk mencegah terjadinya pencurian atau pengerusakan hutan dan
hasil hutan serta mencegah terjadinya peredaran tumbuhan dan satwa liar
secara illegal.

C. Sasaran / hasil yang diharapkan

Sasaran pelaksanaan kegiatan Patroli rutin Perlindungan dan pengamanan


hutan di SM. Buton Utara, Kab. Buton Utara Propinsi Sulawesi Tenggara
meliputi:

1. Penanggulangan Perambahan Kawasan Hutan Negara.

2. Penanggulangan Pencurian (Illegal Logging) dan peredaran hasil hutan,


tumbuhan dan satwa liar.

3. Penanggulangan Penambangan liar (Illegal Logging) di dalam kawasan


hutan.

4. Penanggulangan Perburuan liar secara tradisional pada satwa dan


tumbuhan liar yang dilindungi.

5. Melakukan Proses penyidikan terhadap tindakan yang terjadi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hutan, kawasan Hutan dan Illegal Logging

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya
yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya sedangkan Kawasan
hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.

Praktek Illegal Logging secara umum berupa kegiatan menebang, mengangkut,


dan menjual kayu dengan melanggar ketentuan/perundangan nasional dan/atau
internasional (Contreras-Hermosilla, 1997).

Definisi tentang Illegal Logging atau pembalakan liar menurut draf RUU
Pemberantasan Pembalakan Liar adalah bentuk kegiatan secara tidak sah di bidang
kehutanan yang meliputi penebangan pohon, penguasaan, pengangkutan dan
peredaran kayu hasil tebangan, serta perambahan kawasan hutan. Lebih lanjut
Tacconi et.al (2003) mendefinsikan Illegal Logging sebagai kegiatan illegal yang
berkaitan dengan ekosistem hutan, industri terkait hutan, dan juga produk hutan
kayu dan non-kayu. Hermosilla (1997) mengklasifikasikan beberapa praktek
kehutanan yang termasuk praktek Illegal Logging, yaitu :

a. pembalakan (logging) spesies yang dilindungi.


b. pemalsuan dokumen pemanenan kayu.
c. melakukan kontrak dengan oknum pengusaha lokal untuk membeli kayu dari
kawasan yang dilindungi.
d. pembalakan kayu di dalam kawasan lindung.
e. pembalakan kayu di luar batas konsesi.
f. pembalakan kayu di dalam areal yang dilarang untuk ditebang, seperti lahan
dengan kemiringan lahan curam sampai sangat curam dan daerah
tangkapan air.
g. pemungutan kayu melebihi ijin yang diperkenankan.
h. pembalakan kayu tanpa ijin.
i. mendapatkan konsesi melalui proses yang illegal.
j. mengkonversi lahan hutan untuk penggunaan lain tanpa ijin.
k. pengangkutan kayu tanpa ijin.
l. penyelundupan kayu.
m. ekspor dan impor spesies pohon yang dilarang oleh perjanjian internasional,
misalnya CITES.
n. menyatakan nilai dan volume ekspor kayu lebih rendah daripada yang
sebenarnya.
o. mengabaikan hukum lingkungan, sosial, dan tenaga kerja dalam
pengelolaan hutan.
p. penggunaan kayu yang diperoleh secara illegal dalam proses industri.
Rosander (2008) menyebutkan bahwa ITTO (International Tropical Timber
Organization) membedakan istilah Illegal logging dengan illegal (timber) trade,
walaupun keduanya terkait erat. Illegal logging merupakan kegiatan pemanenan
kayu yang melanggar ketentuan yang telah ditetapkan (forest law), sedangkan
illegal trade (domestik atau luar negeri) dilihat lebih kompleks, melibatkan tidak
hanya hukum kehutanan, tetapi juga hukum yang mengatur perusahaan,
perdagangan, perbankan, auditing, cukai, pajak, dan sebagainya. Legalitas kayu
dapat dilihat dari sumber-sumber kayu yang dianggap legal atau tidak legal.

B. Kategori Pelaku Illegal Logging


Kategori pelaku Illegal Logging , terdiri dari :

a. Masyarakat setempat dan masyarakat pendatang.


b. Pemilik modal atau cukong.
c. Oknum pemilik industri kayu atau pemilik IUPHHK yang bertindak sebagai
penadah.
d. Awak pengangkut kayu IL;
e. Oknum pejabat pemerintah dan/atau penegak hokum.
f. Oknum pengusaha asing sebagai pemodal dan/atau penadah.

C. Modus Operandi
Adapun modus operandi yang sering dilakukan dalam Illegal Logging adalah
sebagai berikut (Sukardi, 2005) :

a. Modus operandi di daerah hulu


Melakukan penebangan tanpa ijin, biasanya dilakukan oleh masyarakat dan
hasil tebangannya dijual kepada cukong kayu atau oknum pengusaha industri
kehutanan.
Melakukan penebangan di luar ijin yang telah ditetapkan konsesinya oleh
pemerintah, biasanya dilakukan oleh oknum pemegang konsesi HPH dan HTI.

b. Modus operandi di jalur pengangkutan dan di daerah hilir


Pengangkutan kayu tanpa dilengkapi dokumen yang sah.
Pengangkutan kayu dilengakapi dokumen palsu
* Blangko dan isinya palsu
* Blangko asli tetapi isinya palsu
Dokumen berasal dari daerah lain
Jumlah kayu yang diangkut tidak sesuai dengan data yang ada dalam
dokumen yang sah.
Penggunaan dokumen sahnya kayu yang berulang-ulang.
Penggunaan dokumen lain di luar dokumen yang telah ditetapkan, misalnya
penggunaan faktur kayu sebagai pengganti dokumen sahnya kayu; hal ini
disebabkan oleh terjadinya praktek kolusi antara oknum pejabat, pengusaha,
dan penegak hukum.

Polisi Kehutanan adalah pejabat tertentu dalam lingkup instansi kehutanan


pusat dan/atau daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya
menyelenggarakan atau melaksanakan usaha pelindungan hutan yang oleh
kuasa undang-undang diberikan wewenang kepolisian khusus di bidang
kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang
berada dalam satu kesatuan komando

Patroli adalah bentuk pengaman bergerak yang dilakukan baik secara


fungsional maupun gabungan, berdasarkan jenis-jenis patroli dapat dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Patroli rutin

Kegiatan pengamanan yang dilakukan secara rutin, terus menerus, berencana


dan simultan oleh PPNS, POLHUT baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama sesuai dengan kewenangannya.

2. Patroli insidentil / mendadak

Kegiatan pengamanan, baik fungsional maupun gabungan yang dilakukan


secara mendadak/insidentil, apabila mendapat informasi akan terjadinya
pelanggaran/tindak pidana di bidang kehutanan yang perlu segera dilakukan
pencegahannya.
Untuk mencegah terjadinya laju kerusakan hutan yang disebabkan oleh
pembukaan lahan secara liar/perambahan hutan, pencurian hasil hutan (illegal
logging), pertambangan liar (illegal minning) dan yang tidak memiliki izin dari
pejabat yang berwenang, peredaran hasil hutan berupa kayu dan non kayu serta
peredaran satwa yang dilindungi, maka diperlukan tenaga Polisi Kehutanan
(POLHUT), SPORC dan PPNS untuk melakukan patroli secara rutin dan terjadwal.
III. RENCANA PELAKSANAAN

A. Dasar
Dasar pelaksanaan kegiatan Patroli Rutin Perlindungan dan pengamanan hutan
ini meliputi :

1. Undang Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
2. Undang Undang RI No. 18 tahun 2013 tentang pencegahan
pemberantasan perusakan hutan.
3. Inpres No. 4 tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu
Secara
4. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No.
SK.109/IV-PPH/2005 tentang Penetapan Anggota Satuan Polhut Reaksi
Cepat.
5. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No.
SK.176/IV-PPH/2009 tentang Pembentukan Unit Wilayah SPORC Lingkup
Brigade Anoa Sulawesi Selatan.
6. Surat pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai KSDA
Sultra Tahun 2013 Nomor : DIPA-029.05.2.238652/2013 tanggal 5
Desember 2014.
7. SPT Kepala Balai KSDA Sulawesi Tenggara No. PT. 426/BKSDA.SULTRA-
1/DIPA/2014 Tanggal 30 September 2014.

B. Waktu dan Tempat

Kegiatan Patroli Rutin perlindungan dan pengamanan hutan ini di


laksanakan di Seksi Konservasi Wil. I Raha - Buton, Suaka Marga Satwa Buton
Utara Propinsi Sulawesi Tenggara, dilaksanakan selama 8 (delapan) hari dari
tanggal 30 September 2014 sampai dengan 7 Oktober 2014.

C. Alat dan Bahan


Peralatan dan Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan Operasi
Pengamanan Hutan di Kabupaten Buton Utara ini meliputi :

a. Peta Fungsi Kawasan Hutan di Kabupaten Buton Utara.


b. GPS
c. Kamera
d. Alat Komunikasi
e. 1 set tali Police Line
f. Perlengkapan Personil meliputi :
1. Kartu Tanda Anggota (KTA) SPORC
2. Senjata
3. Amunisi
4. Sangkur dan,
5. Borgol
Motor Patroli

g. Mobil Patroli
h. Bahan Perbekalan Makanan

D. Tim Pelaksana

Susunan Tim Patroli Rutin SPORC Brigade Anoa Unit Wil. Sultra di
SM.Buton Utara SKW I Raha - Buton ;

Jabatan Dalam
No. Nama / Nip Pangkat / Gol.b Ket.
Tim
1 2 3 4 5
1. Asra Jaya, S. Hut. / Penata Muda, III /b Ketua
19720612 199703 1 003
2. La Ode Sihuddin / Penata Muda, III /a Wakil Ketua
19770724 199903 1 002
3. La Filu/ Penata, III /c Anggota
19701231 197703 1 027
4. Esran Rerungan, S. Sos. / Penata Muda Tk. I, III /b Anggota
19770304 199803 1 001
5. Aswan Hayat / Penata Muda Tk. I, III /b Anggota
19740819 199803 1 002
6. Ahmad Soim Alkohari/ Penata Muda Tk. I, III /b Anggota
19770803 199803 1 001
7. Yusri Batu/ Penata Muda Tk. I, III /b Anggota
19780515 199803 1 004
8. Adi Supriadi / Penata Muda Tk. I, III /b Anggota
19770315 199803 1 002
9. Muhammad Aras. S. Ap/ Penata Muda, III /a Anggota
19730724 199803 1 004
10. Ruslan. S. Hut/ Penata Muda, III /a Anggota
19781231 199803 1 001
11. La Ode Ilman/ Penata Muda, III /a Anggota
19770109 199803 1 003
12. Hartono / Penata Muda, III /a Anggota
19711231 199803 1 013
13. Cecep Deni S. SP/ Penata Muda, III /a Anggota
19840402 200312 1 003
14. La Ode Kasman/ Penata Muda, III /a Anggota
19760911 199903 1 002
15. Wa Ode Lita Sukarti / Pengatur Tk. I, II/d Anggota
19850324 200501 2 001
16. Hidayat / Pengatur , II/ c Anggota
19840217 200312 1 003
17. Rinto Toasa / Pengatur Muda TK.I, II/b Anggota
19842706 200312 1 003

E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
V.
W.
X.
Y.
Z.
AA.
BB.
CC.
DD.
EE.
FF.
GG.
HH.
II.
JJ.
KK.
LL.
MM.
NN.
OO.
PP.
QQ.
RR.
SS.
TT.
UU.
VV.
WW.
XX.
YY.
ZZ.
AAA.
BBB.
CCC.
DDD.
EEE.
FFF.
GGG.
HHH.
III.
JJJ.
KKK.
LLL.
MMM.
NNN.
OOO.
PPP.
QQQ.
RRR.
SSS.
TTT.
UUU.
VVV.
WWW.
XXX.
YYY.
ZZZ.
AAAA.
BBBB.
CCCC.
DDDD.
EEEE.
FFFF.
GGGG.
HHHH.
IIII.
JJJJ.
KKKK.
LLLL.
MMMM.
NNNN.
OOOO.
PPPP.
QQQQ.
RRRR.
SSSS.
TTTT.
UUUU.
VVVV.
WWWW.
XXXX.
YYYY.
ZZZZ.
AAAAA.
BBBBB.
CCCCC.
DDDDD.
EEEEE.
FFFFF.
GGGGG.
HHHHH.
IIIII.
JJJJJ.
KKKKK.
LLLLL.
MMMMM.
NNNNN.
OOOOO.
PPPPP.
QQQQQ.
RRRRR.
SSSSS.
TTTTT.
UUUUU.
VVVVV.
WWWWW.
XXXXX.
YYYYY.
ZZZZZ.
AAAAAA.
BBBBBB.
CCCCCC.
DDDDDD.
EEEEEE.
FFFFFF.
GGGGGG.
HHHHHH.
IIIIII.
JJJJJJ.
KKKKKK.
LLLLLL.
MMMMMM.
NNNNNN.
OOOOOO.
PPPPPP.
QQQQQQ.
RRRRRR.
SSSSSS.
TTTTTT.
UUUUUU.
VVVVVV.
WWWWWW.
XXXXXX.
YYYYYY.
ZZZZZZ.
AAAAAAA.
BBBBBBB.
CCCCCCC.
DDDDDDD.
EEEEEEE.
FFFFFFF.
GGGGGGG.
HHHHHHH.
IIIIIII.
JJJJJJJ.
KKKKKKK.
LLLLLLL.
MMMMMMM.
NNNNNNN.
OOOOOOO.
PPPPPPP.
QQQQQQQ.
RRRRRRR.
SSSSSSS.
TTTTTTT.
UUUUUUU.
VVVVVVV.
WWWWWWW.
XXXXXXX.
YYYYYYY.
ZZZZZZZ.
AAAAAAAA.
BBBBBBBB.
CCCCCCCC.
DDDDDDDD.
EEEEEEEE.
FFFFFFFF.
GGGGGGGG.
HHHHHHHH.
IIIIIIII.
JJJJJJJJ.
KKKKKKKK.
LLLLLLLL.
MMMMMMMM.
NNNNNNNN.
OOOOOOOO.
PPPPPPPP.
QQQQQQQQ.
RRRRRRRR.
SSSSSSSS.
TTTTTTTT.
UUUUUUUU.
VVVVVVVV.
WWWWWWWW.
XXXXXXXX.
YYYYYYYY.
ZZZZZZZZ.
AAAAAAAAA.
BBBBBBBBB.
CCCCCCCCC.
DDDDDDDDD.
EEEEEEEEE.
FFFFFFFFF.
GGGGGGGGG.
HHHHHHHHH.
IIIIIIIII.
JJJJJJJJJ.
KKKKKKKKK.
LLLLLLLLL.
MMMMMMMMM. Tahapan Pelaksanaan
1. Persiapan

Adapun tahapan persiapan pelaksanaan patroli rutin SPORC hutan


sebagai berikut :

1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Balai KSDA Sulawesi Tenggara


selaku pembina unit SPORC Brigade Anoa Wilayah Sulawesi Tenggara
2) Mempersiapkan dan menyusun data awal serta Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK)
3) Melakukan analisa dan evaluasi target operasi terhadap data awal dalam
rangka menentukan sasaran secara selektif.
4) Persiapan personil, logistik, material dan anggaran yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan Operasi.
5) Melakukan pergeseran pasukan dari Mako SPORC Brigade Anoa Unit
Wilayah Sultra di Kendari ke SM. Buton Utara Kabupaten Buton Utara
Prop. Sulawesi Tenggara.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Patroli Rutin perlindungan dan pengamanan
hutan di SM. Buton Utara, Kab. Buton Utara ini dilakukan dengan cara :

a) Pengumpulan bahan dan keterangan serta data yang di anggap perlu


dalam pelaksanaan Patroli Rutin.
b) Melakukan pemantauan dan pengawasan langsung di tempat-tempat
yang dianggap rawan terjadi perambahan dan pencurian hasil hutan
kayu dan non kayu.
c) Melakukan pemeriksaan dokumen hasil hutan, penjagaan peredaran
hasil hutan di sekitar kawasan hutan SM. Buton Utara.
d) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya keberadaan hutan pada
masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar hutan.

3. Pelaporan

Sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan kegiatan patroli rutin


perlindungan dan pengamanan hutan yang dilaksanakan di SM. Buton Utara,
Kab. Buton Utara maka laporan akan diselesaikan setelah melaksanakan
tugas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kegiatan dan segera
melaporkan dan menyerahkan ke bagian pelaporan sebagai bukti telah
dilaksanakan kegiatan yang telah diperintahkan oleh Kepala Balai BKSDA
Sulawesi Tenggara selaku Pembina Unit SPORC Wilayah Sultra.

IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Adapun hasil pelaksanaan kegiatan patroli rutin SPORC Perlindungan dan


Pengamanan Hutan yang dilaksanakan dikawasan SM. Buton Utara, Kab.
Buton Utara sebagai berikut :

1. Tanggal 30 September 2014


Tim melakukan persiapan untuk melakukan patroli rutin dengan menyiapkan
alat-alat operasi berupa GPS, senjata api (Senpi), dll. Kemudian tim melakukan
perjalanan dari kantor BKSDA Kendari menuju SKW I Di Bau Bau, dengan
menggunakan transportasi kendaraan laut Kapal Cepat dengan waktu tempuh
selama 4 jam.

2. Tanggal 1 Oktober 2014


Tim melakukan perjalanan menuju sasaran yang sesuai dengan target patroli
kawasan hutan SM Buton Utara, dalam perjalan ke lokasi kawasan SM Buton
Utara tim menemukan Truk yang sementara memuat hasil hutan di jalan poros
Kamaru, Desa Kakenauwe, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton. Sesuai
Laporan Kejadian No. LK. 05/BKSDA.SULTRA-I/SPORC/2014.

Tim menemukan lagi kendaraan Truk yang sedang memuat hasil Hutan dijalan
poros yang berada dipinggir jalan kawasan Cagar Alam Kakenauwe, Desa
Kakenauwe, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton. Sesuai Laporan Kejadian
No. LK. O6/BKSDA.SULTRA-I/SPORC/2014.

Tim melakukan koordinasi dengan POLSEK Kapontori untuk pengamanan barang


bukti berupa : 1 (satu) buah truk, dengan Nomor Polisi DT.9046. UG. Warna
Kuning, Kayu Olahan jenis maniaga dengan ukuran ; 6cm x 25cm x 400cm
sebanyak 137 batang, 1 (satu) buah truk, dengan Nomor Polisi DT.9708. UE
Warna Kuning, Kayu Olahan Rimba Campuran dengan ukuran ; 8cm x 12cm x
400cm sebanyak 137 batang, guna penyelidikan lebih lanjut.

3. Tanggal 2 Oktober 2014


Tim melakukan Lacak Balak sesuai dengan Laporan Kejadian No. LK.
05/BKSDA.SULTRA-I/SPORC/2014 dan Tanda bukti penerimaan No.
/PHP.KR/2014 Atas nama La Sata, Tim tiba dilokasi dengan situasi lokasi yang
berbukit dan datar, cuaca cerah sangat panas, dilokasi tempat penebangan kayu
olahan tersebut kerapatan pohon yang tumbuh dilahan masih sangat banyak,
jenis kayu maniaga, tim mengambil titik koordinat lokasi areal pengambilan
kayu dengan titik sebagai berikut X : 0487827 Y : 9427441. X : 0487826 Y :
9427440. X : 0487825 Y : 9427439. X : 0487823 Y : 9427437. Setelah
pengambilan titik koordinat maka titik tersebut diproyesikan dalam aplikasi GIS
oleh penyidik, dan hasilnya dinyatakan Lokasi tersebut berada pada kawasan
hutan Areal Pemanfaatan Lainnya (APL).
Titik ditemukannya mobil yang lagi memuat hasil hutan diluar kawasan hutan
SM. Buton Utara X : 0487429 Y : 9426309.

4. Tanggal 3 Oktober 2014


Tim melakukan Lacak Balak sesuai dengan Laporan Kejadian No. LK.
06/BKSDA.SULTRA-I/SPORC/2014 dan Daftar kayu bulat/Olahan Atas nama
Adam, Tim tiba dilokasi dengan situasi lokasi yang berbukit dan datar, cuaca
cerah sangat panas, dilokasi tempat penebangan kayu olahan kerapatan pohon
yang tumbuh dilahan tersebut masih sangat banyak, jenis kayu rimba campuran,
macopo, tim mengambil titik koordinat lokasi areal pengambilan kayu dengan
titik sebagai berikut X : 0488452 Y : 9425693. X : 0488450 Y : 9425691. X :
0488448 Y : 9425689. X : 0488449 Y : 9425690. Setelah pengambilan titik
koordinat maka titik tersebut diproyesikan dalam aplikasi GIS oleh penyidik, dan
hasilnya dinyatakan Lokasi tersebut berada pada kawasan hutan Areal
Pemanfaatan Lainnya (APL).

Titik tempat penumpukan kayu olahan hasil hutan diluar kawasan hutan Cagar
Alam Kakenauwe X : 0488730 Y : 9426265.

5. Tanggal 4 Oktober 2014


Tim melakukan patroli peredaran hasil hutan sepanjang jalan poros maligano
kapontori, disekitar kawasan hutan SM Buton Utara, memeriksa kendaraan
truk yang memuat hasil hutan berupa papan jenis kayu rimba campuran
dilengkapi dengan dokumen dokumen (SKAU), tidak ditemukan adannya
pelanggaran dibidang kehutanan.

6. Tanggal 5 Oktober 2014


Tim melakukan patroli peredaran hasil hutan jalan poros Kakenauwe -
Kapontori disekitar kawasan Cagar Alam Kakenauwe, memeriksa kendaraan truk
yang memuat hasil hutan berupa kayu gergajian jati yang dilengkapi dengan
dokumen (SKAU), tidak ditemukan adannya pelanggaran dibidang kehutanan.

7. Tanggal 6 Oktober 2014


Tim melakukan patroli penyisiran sekitar kawasan hutan Suaka Marga Satwa
Lambusango tidak menemukan aktivitas masyarakat yang secara langsung
melakukan kegiatan di dalam kawasan hutan, dilanjutkan penyisiran Cagar Alam
Labundo bundo tidak ditemukan adannya pelanggaran dibidang kehutanan.

8. Tanggal 7 Oktober 2014


Tim melakukan perjalanan untuk kembali ke kantor SKW I Wilayah Kota Bau
- bau dalam perjalanan di Desa Wakangka Kecamatan Kapontori Kabupaten
Buton, memeriksa mobil truk yang bermuatan hasil hutan non kayu yaitu Rotan
Batang Mentah sebanyak 3,300 ton, yang dilengkapi dengan dokumen Faktur
Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu (FA-HHBK), tidak ditemukan adannya
pelanggaran dibidang kehutanan.
V. PENUTUP

Dari hasil kegiatan yang dilakukan selama Patroli Rutin perlindungan dan
pengamanan hutan dan hasil temuan di lapangan.

A. Kesimpulan

1. Masih dijumpai penumpukan kayu olahan disekitar Kawasan konservasi Suaka


Margasatwa Buton Utara.
2. Tidak ditemukan secara langsung masyarakat yang sedang melakukan
aktivitas penebangan pohon dalam kawasan, hanya memeriksa beberapa truk
pengangkut hasil hutan yang dilengkapi dokumen.
3. Aktivitas peredaran hasil hutan pada malam hari dengan truk baik untuk
keperluan pribadi maupun keperluan perusahaan dagang yang dilengkapi
dengan dokumen sahnya hasil hutan dari Dinas Kehutanan maupun
perusahaan.
4. Masih ditemukannya tumpukan kayu kayu hasil olahan masyarakat di
beberapa titik kawasan hutan tetapi tidak diketahui pemilik kayu kayu
tersebut karena masyarakat disekitar hutan sangat tertutup dalam
memberikan informasi.
5. Jalur peredaran hasil hutan di Kabupaten Buto Utara melalui darat dengan
menggunakan mobil truk tujuan Kota Bau Bau, jalur laut menggunakan
kapal laut yang bermuatan diatas 100GT dengan tujuan diluar Propinsi
Sulawesi Tenggara.

B. Saran

1. Meningkatkan prekuensi kegiatan patroli rutin yang dilakukan oleh POLHUT


SKW I Bau-Bau, pada kawasan konservasi Suaka Margasatwa Buton Utara
pada wilayah wilayah yang rawan gangguan tindak pidana bidang kehutanan.
2. Meningkatkan prekuensi kegiatan patroli rutin dan pengawasan peredaran
hasil hutan diwilayah jalan poros Kabupaten Buton Utara menuju Kota Bau-
Bau.
3. Perlunnya pengawasan peredaran hasil hutan melalui laut.
4. Perlunya menjalin kerjasama dengan masyarakat untuk dijadikan informan
dilapangan.
DOKUMENTASI KEGIATAN PATROLI RUTIN SPORC

DI SUAKA MARGASATWA BUTON UTARA

Melakukan Perjalanan kelokasi sasaran patroli SM.Buton Utara

Tim melakukan peredaran malam di jalan poros SM. Buton Utara.

Tim memeriksa sebuah truk yang bermuatan kayu olahan.


Tim memeriksa dokumen angkut kayu olahan

Pemeriksaan dokumen angkut kayu olahan


Pemeriksaan truk bermuatan kayu olahan jenis rimba campuran

Pemeriksaan dokumen kayu olahan jenis rimba campuran


Tim melakukan lacak balak, tunggak bekas tebangan

Kantor POLSEK Kapontori.


Memeriksa mobil truk bermuatan kayu rimba campuran yang dilenkapi dengan dokumen.

Memeriksa Kayu Gergajian Jati yang dilengkapi Dokumen (SKAU)


Memeriksa Kayu Gergajian Jati yang dilengkapi Dokumen (SKAU)

Dokumen Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)


Memeriksa mobil truk Rotan Batang Mentah yang dilengkapi dengan Dokumen (FA-HHBK)

Dokumen Faktur Angkut Hasil Hutan Bukan Kayu (FA-HHBK)


Memeriksa mobil truk Rotan Batang Mentah yang dilengkapi dengan Dokumen (FA-HHBK)

Dokumen Faktur Angkut Hasil Hutan Bukan Kayu (FA-HHBK)

Anda mungkin juga menyukai