Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya kami
dapat menyampaikan Laporan Akhir pekerjaan Pembuatan Aplikasi
Interoperabilitas Sistem Informasi Inter Departemen. Pekerjaan ini
dilaksanakan berdasarkan kontrak Pengadaan Jasa Konsultasi antara Direktorat
Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Direktorat Jenderal
Aplikasi Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan
CV. Waditra Reka Cipta Nomor:
32/INTEROPERABILITAS.01/SIPLK.1/03/2010.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Kami menyadari bahwa
laporan ini masih sangat jauh untuk dikatakan sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
P E N D A H U L U A N ..................................................................................... 1
1.1Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3Sasaran .................................................................................................... 2
1.4Ruang Lingkup.......................................................................................... 2
2.2Metodologi ............................................................................................. 18
ii
3.1Program Kerja ........................................................................................ 56
PENUTUP ...................................................................................................... 99
LAMPIRAN.................................................................................................. 100
Lampiran A. Jadwal.................................................................................... 101
iii
BAB I PENDAHULUAN
Namun demikian pemanfaatan yang optimal dari TIK belum sepenuhnya dapat
tercapai. Salah satu penyebabnya adalah basis data dan aplikasi dibangun
menggunakan platform sistem informasi dan data yang berbeda-beda. Akibatnya suatu
basis data atau sistem informasi belum tentu dapat saling berhubungan (saling tukar
informasi dan data) untuk melayani suatu kegiatan yang sifatnya terpadu
Untuk itu diperlukan aplikasi yang bisa menerapkan interoperabilitas dari tiap sistem
informasi yang ada di masing-masing institusi atau instansi. Karena instansi
pemerintah merupakan institusi yang paling penting dalam pengelolaan negara, maka
penerapan interoperabilitas ditujukan pada instansi pemerintah, agar pengelolaan
informasi di pemerintahan bisa lebih efisien dan efektif.
1.2 Tujuan
1.3 Sasaran
1. Kegiatan
Lingkup kegiatan :
Pengumpulan literatur, desain arsitektur dan metode transaksi pengolahan
data terdistribusi berbasis SOA (Service Oriented Architecture).
Perancangan arsitektur pengolahan data terdistribusi berbasis layanan web.
Pembuatan aplikasi layanan interoperabilitas menggunakan web service
berbasis Open Source (Kode sumber terbuka).
Pembuatan model bisnis proses yang terjadi antar aplikasi melalui aplikasi
layanan interoperabilitas.
Uji coba aplikasi layanan interoperabilitas.
Pembuatan dokumentasi
Pembuatan dokumentasi (source-code) aplikasi interoperabilitas.
Pembuatan dokumentasi bisnis proses dan rancangan pemetaan data antar
system informasi.
Pembuatan dokumentasi hasil transaksi antar sistem informasi.
Pembuatan panduan untuk pengembangan sistem informasi menggunakan
arsitektur interoperabilitas.
2. Jadwal Pelaksanaan
1. Disain Sistem
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S2.
Berpengalaman dibidangnya minimal 5 tahun.
Mampu membuat rencana strategis dalam menjalankan proyek pengembangan
sistem informasi.
Mampu mengatur dan mengkoordinasikan aktifitas kegiatan pengembangan
system informasi.
Mampu mengalokasikan sumberdaya yang dibutuhkan dalam pengembangan
sistem informasi.
Mampu mengawasi pengembangan sistem informasi.
Mampu membuat laporan hasil kegiatan kepada pengguna.
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1.
Mampu membuat rencana dan menganalisa sistem serta merancang konsep
arsitektur interoperabilitas dan membuat aplikasi yang dapat mengkoneksikan
beberapa sistem informasi yang memiliki bisnis proses dan struktur database
berbeda.
Mampu merancang bisnis proses.
Mampu membuat dokumentasi sistem aplikasi.
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman dibidangnya
Menguasai berbagai perangkat lunak terutama open source
Mampu membuat aplikasi berbasis web sesuai dengan rancangan dan mampu
menghubungkan beberapa aplikasi yang memiliki platform ataupun database
yang berbeda.
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1
Menguasai berbagai penggunaan database server (MySQL, PostgreSQL,
MSSQLServer, Oracle).
Mampu merancang dan membangun database
Mampu membuat dokumentasi rancangan database
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1
Menguasai berbagai perangkat keras jaringan
Menguasai konsep jaringan yang aman dan cepat
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1
1. Output
2. Outcome
a. Meningkatnya efektifitas dan akurasi dalam pertukaran data antar instansi
pemerintah
b. Meningkatnya kualitas pelayanan publik
3. Pelaporan
Laporan yang harus diserahkan oleh pelaksana adalah:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan yang memuat sekurang-kurangnya rancangan kegiatan,
strategi pengumpulan data, ruang lingkup kegiatan, metodologi dan rencana
kegiatan sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan. Diterbitkan sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar laporan.
2. Laporan Antara
Laporan Antara yang memuat sekurang-kurangnya hasil pelaksanaan pekerjaan
sementara. Diterbitkan sebanyak 10 (dua puluh) eksemplar laporan.
3. Laporan Akhir
Laporan Akhir ini merupakan hasil akhir yang telah disempurnakan melalui
diskusi dengan pihak terkait. Diterbitkan sebanyak 10 (dua puluh) eksemplar
laporan.
Sejak disahkannya INPRES NO.3 Tahun 2003 tentang e-Government, sejumlah instansi
pemerintah terutama Departemen dan Lembaga Non Departemen mulai membangun
sistem informasi yang dibutuhkannya. Ini dibuktikan setelah lima tahun Inpres tersebut
disahkan, kini telah banyak Departemen dan Lembaga Non Departemen yang memiliki
Situs Portal Pemerintah, artinya TI dianggap sebagai alat yang sudah mampu
membantu memudahkan pekerjaan dan mengarahkan sosialisasi rencana
pembangunan dan hal ini ditunjang dengan perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang melaju cepat.
Dengan demikian akhir-akhir ini banyak Departemen dan Lembaga Non Departemen
memusatkan kegiatannya pada layanan berbasis TI. Sejumlah layanan yang awalnya
dilakukan secara offline, bahkan ada yang masih manual, kini dengan adanya payung
hukum e-Government hampir setiap tahun tiap-tiap Departemen dan Lembaga Non
Departemen membuat anggaran untuk pengembangan aplikasi online berbasis
web/internet untuk menunjang layanan publiknya. Dan tidak sedikit juga yang
melakukannya dengan inovasi mutakhir, misalnya melalui layanan SMS, Smart-Card,
Wifi, Teleconference, RF-ID, GPS dan sebagainya. Semakin majunya perkembangan
teknologi informasi, maka akan mendorong terlaksananya konsep-konsep TI yang
selama ini cuma ada di atas kertas.
Pemikiran bahwa tugas institusi pemerintahan adalah untuk melayani publik perlu
ditingkatkan sehingga semua pihak harus memiliki paradigma bahwa data yang dimiliki
adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan instansi pemerintah lainnya dan
seluruh masyarakat Indonesia, sehingga kualitas layanan publik akan semakin
meningkat.
2.2 Interoperabilitas
Menurut IEEE [1], interoperabilitas didefinisikan sebagai The ability of two or more
systems or components to exchange information and to use the information that has
been exchanged , secara teknis menggambarkan kemampuan 2 atau lebih sistem
untuk saling tukar menukar data atau informasi dan saling dapat mempergunakan data
atau informasi yang dipertukarkan tersebut.
Document XML
Document XML
Title
Document
Laporan
XML
Strategis
SI Bappenas
Ada beberapa sistem informasi yang semuanya digunakan sebagai sumber data bagi
sebuah aplikasi lain yang berfungsi mengkompilasi laporan prioritas dana jaminan
kesehatan masyarakat. Kondisi nyata di lapangan pada umumnya menunjukkan bahwa
Laporan Akhir Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem Informasi Inter- Departemen 11
Pada Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Depkominfo
sistem-sistem informasi yang digunakan di unit/badan/dinas tersebut dibangun di atas
komponen-komponen yang berbeda. Heterogenitas terjadi pada perangkat keras
(hardware), sistem operasi, program aplikasi, maupun sistem basis data yang
digunakan. Dalam kondisi ini muncullah isu interoperabilitas, bagaimana sistem-sistem
yang berbeda tersebut bisa saling berkomunikasi dan bertukar data dengan baik.
Dalam contoh pada Gambar 2.1 di atas, bagaimana aplikasi penyusun aplikasi bisa
menggunakan data yang dikelola oleh aplikasi sistem-sistem informasi yang lain.
Dalam pertukaran data antar aplikasi komputer yang berbeda, masalah utamanya
terletak pada format data. Perbedaan format data menyebabkan data dari satu aplikasi
Laporan Akhir Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem Informasi Inter- Departemen 12
Pada Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Depkominfo
tidak bisa begitu saja dikirimkan ke dan digunakan oleh aplikasi lainnya. Untuk itu
diperlukan sebuah format netral yang disepakati oleh kedua aplikasi. Kata netral
berarti tidak memihak ke format yang digunakan oleh salah satu aplikasi. Format netral
ini kemudian digunakan sebagai format antara dalam pengiriman data, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut ini:
Format Netral
Format Netral
Internet
Format Netral
Format Netral
Penggunaan format netral juga meningkatkan ekstensibilitas, aplikasi yang lain dapat
pula memanfaatkannya, tanpa harus mengetahui format aslinya. Dewasa ini, format
netral untuk pertukaran data banyak dijalankan oleh XML (eXtensible Markup
Language). Selain format, masalah lain dalam pertukaran data antar aplikasi komputer
adalah mekanisme pertukarannya. Aplikasi-aplikasi yang berkomunikasi biasanya
independen satu sama lain. Keduanya dibuat oleh pengembang yang berbeda, pada
saat yang tidak sama pula. Padahal untuk bisa berkomunikasi, sebuah aplikasi harus
tahu tentang cara menghubungi dan berbicara dengan aplikasi mitranya serta struktur
data yang terlibat. Memberitahu semua ini berarti memberitahu detil internal dari
aplikasi tersebut, dan hal ini yang sering menimbulkan kesulitan, karena tidak semua
instansi bersedia membuka detil internal aplikasinya ke pihak lain, dengan alasan
keamanan data dan sebagainya.
XML kependekan dari eXtensible Markup Language, dikembangkan mulai tahun 1996
dan mendapatkan pengakuan dari W3C pada bulan Pebruari 1998. XML adalah sebuah
format dokumen yang mampu menjelaskan struktur dan semantik (makna) dari data
yang dikandung oleh dokumen tersebut. Berbeda dengan HTML yang lebih berorientasi
pada tampilan (appearance), XML lebih fokus pada substansi data, sehingga lebih
cocok digunakan sebagai media pertukaran data. Kelebihan XML dibandingkan format
teks biasa adalah dengan XML, struktur data yang ditransfer tidak hilang, demikian
juga deskripsi tentang semantik datanya. Dengan karakteristiknya ini, XML telah
menjadi standar de-facto bagi pertukaran data antar aplikasi komputer. Spesifikasi
formatnyapun telah distandarkan untuk menjadi referensi yang sama bagi tiap aplikasi
komputer yang memerlukannya.
Teknologi yang digunakan pada XML sebenarnya bukan teknologi baru, tapi
merupakan turunan dari SGML yang telah dikembangkan pada awal 80-an dan telah
banyak dikembangkan pada tahun 1990, para penggagas XML mengadopsi bagian
paling penting pada SGML dan dengan berpedoman pada pengembangan HTML
menghasilkan markup language yang tidak kalah hebatnya dengan SGML.
XML menggunakan elemen yang ditandai dengan tag pembuka < > dan diakhir tag
penutup </>. XML bukanlah pengganti HTML, karena masing-masing dikembangkan
untuk tujuan yang berbeda. XML mendeskripsikan susunan informasi dan berfokus
pada informasi itu sendiri. XML terutama dibutuhkan untuk menyusun dan menyajikan
informasi dengan format yang tidak mengandung format standard layaknya seperti di
HTML. File XML berbentuk teks sehingga bila diperlukan kita bias membacanya tanpa
memerlukan bantuan software khsuus. Hal ini memudahkan pengembang aplikasi yang
menggunakan XML untuk mendebug programnya. XML lebih fleksibel disbanding HTML
dalam hal kemampuannya menyimpan informasi dan data. Pada XML kita bisa
menyimpan informasi dan data. Pada XML kita bisa menyimpan data baik dalam atribut
maupun sebagai isi elemen yang diletakkan diantara tag pembuka dan tag penutup.
Kelebihan yang dimiliki XML adalah bahwa informasi bisa dipertukarkan dari satu
Laporan Akhir Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem Informasi Inter- Departemen 14
Pada Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Depkominfo
sistem ke sistem lain yang berbeda platform. Misalnya dari Windows ke Unix, atau dari
PC ke Machintosh bahkan dari internet ke handphone dengan teknologi WAP.
Hasil keluaran XSLT bisa berupa HTML, text file atau XML dengan format baru.
Sebenarnya untuk menampilkan dokumen XML agar lebih menarik dilihat bisa
dilakukan oleh CSS (Cascade StyleSheet ) yang sering digunakan untuk memformat
HTML. Akan tetapi CSS tidak mampu melakukan tugas yang rumit seperti memformat
angka desima, menjumlah, menghitung rata-rata, menampilkan gambar dan lain-lain.
Dan untuk melakukan itu kita memerlukan XSLT. XSLT Processor atau yang biasa
disebut Parser adalah software bantu khusus yang tugasnya menerapkan perintah-
perintah dalam XSLT pada dolumen sumber XML dan menghasilkan dokumen keluaran
baik berupa HTML, text file maupun XML.
Sebuah dokumen XML terdiri dari bagian-bagian yang disebut node. Node-node ini
adalah :
Root node, yaitu node yang melingkupi keseluruhan dokumen. Dalam satu
dokumen XML hanya ada satu root node. Node-node yang lainnya berada di
dalam root node.
Element node, yaitu bagian dari dokumen XML yang ditandai dengan tag
pembuka dan tag penutup atau bisa juga sebuah tag tunggal elemen kosong.
XML tag harus extensible, dimana seorang perancang system dimungkinkan untuk
menuliskan sendiri XML tag-nya dalam pendeskripsian sebuah content. Kita dapat
menciptakan tag-tag yang berbeda untuk setiap format dokumen yang kita inginkan di
dalam aplikasi. Tag didefinisikan menggunakan XML schema language. Sebuah schema
mendefinisikan struktur dari dokumen XML. Sebuah schema juga digunakan untuk
membatasi content dari sebuah dokumen XML ke dalam sebuah element, attributes
dan values tertentu.
XML schema memiliki sintaks sendiri dan ditulis dalam bahasa XML, schema juga
memperkenankan kita untuk menetapkan tipe data, menggunakan namespace dan
mendefinisikan jangkauan dari nilai untuk atribut dan elemen.
Secara teknis, teknologi untuk melakukan pengiriman dan pertukaran data antar
aplikasi komputer di instansi-instansi pemerintah yang berbeda telah tersedia.
Selanjutnya, penerapan teknologi ini perlu didorong dan didukung oleh perangkat
kebijakan yang memadai. Perangkat kebijakan inilah yang mengatur mekanisme
pertukaran data pada aras operasional sebagai bagian dari proses-proses birokrasi
yang dijalankan dalam kerangka e-government.
Khusus tentang format pertukaran data, banyak pemerintahan atau organisasi global
yang merekomendasikan penggunakan format yang bersifat terbuka seperti Open
Document Format (ODF) yang sejak tahun 2006 telah menjadi standar internasional
ISO/IEC JTC 1 IS 23600. ODF dirancang untuk menjadi format untuk pertukaran data
antar aplikasi perkantoran, yang spesifikasinya ditetapkan oleh sebuah konsorsium
Organization for the Advancement of Structured Information Standards (OASIS).
Melalui program Interoperable Delivery of European e-Government Services to Public
Administrations, Business, and Citizens (IDABC), Uni Eropa telah merekomendasikan
ODF sebagai format pertukaran data dan dokumen dalam inisiatif e-government di
negara-negara anggotanya. Dengan format terbuka, diharapkan pertukaran informasi
antar instansi pemerintah, perusahaan swasta, dan warga masyarakat dapat dilakukan
secara lancar.
Bila pengaturan pada aras kebijakan perlu ditegaskan, implementasi pada aras teknis
operasional tidak perlu diatur secara ketat. Tiap instansi di pusat maupun daerah
dibebaskan untuk mengimplementasikan aplikasi-aplikasi komputernya masing-masing,
sesuai dengan kebutuhannya. Yang perlu dijaga adalah ketaatan (conformance)
aplikasi-aplikasi tersebut pada kerangka yang telah ditetapkan dalam IGASIS. Dengan
pendekatan ini, Pemerintah dapat menjamin tercapainya tujuan pertukaran data tanpa
harus mengorbankan independensi dan otonomi masing-masing instansi
2.7 Metodologi
- Model Waterfall
Kelemahan dari model ini adalah adanya kendala dalam mengakomodasi perubahan
setelah proses pengembangan telah berjalan. Fase sebelumnya harus lengkap dan
selesai sebelum memasuki tahap berikutnya. Beberapa kendala yang muncul pada
model waterfall adalah :
a. Aspek perubahan pada perangkat lunak sulit dilakukan karena sifatnya yang
kaku dimana kebutuhan perangkat lunak harus lengkap.
b. Karena sifat kakunya, model ini cocok manakala kebutuhan telah
dikumpulkan secara lengkap sehingga perubahan bisa ditekan sekecil
mungkin. Akan tetapi pada kenyataannya sangat jarang sekali pengguna
dapat mendefinisikan kebutuhan awal secara lengkap, oleh karena
perubahan kebutuhan adalah sesuatu yang wajar terjadi.
c. Waterfall pada umumnya digunakan untuk rekayasa sistem perangkat lunak
berkapasitas besar dimana proyek dikerjakan di beberapa tempat berlainan,
dan terbagi menjadi beberapa bagian sub-proyek.
Sesuai dengan namanya "waterfall" atau air terjun, model waterfall menggunakan
tahapan-tahapan seperti air terjun, dimana tahapan-tahapan tersebut terbagi menjadi
lima tahapan.
Model ini berbasiskan pada kebutuhan terhadap aplikasi secara keberlanjutan untuk
menyaring kebutuhan-kebutuhan tersebut dan estimasi proyek secara keseluruhan.
Model ini menerapkan perancangan model proses yang lebih dinamis dengan terus
beradaptasi terhadap kebutuhan proses bisnis dimasa yang akan datang sehingga versi
aplikasi terus berkembang dengan fitur-fitur yang mengalami peningkatan dari waktu
kewaktu.
Kebutuhan waktu untuk pengembangan aplikasi yang cepat dengan kapasitas proyek
yang relatif kecil sangat relefan dengan model spiral ini. Keterlibatan pelanggan
dengan tim pengembang perangkat lunak akan sangat sering terjadi karena pelanggan
akan memberikan feedback dan persetujuan setiap tahap dalam pengembangan
aplikasi perangkat lunak. Dengan adanya feedback dari pelanggan maka estimasi
waktu terhadap penyelesaian proyek perangkat lunak menjadi semakin jelas.
Model ini menggabungkan dua macam model proses terdahulu dengan menerapkan
prinsip-prinsip terbaik dari masing-masing model yaitu pada model waterfall dimana
titik transisi yang jelas pada setiap tahap pengembangan sistem, maka akan
memudahkan tim pengembang perangkat lunak dalam memonitor penjadwalan
proyek, menetapkan tanggung jawab dan akuntabilitas peran personal dalam proyek
perangkat lunak, sedangkan pada model spiral berbasiskan pada kebutuhan
keberlanjutan untuk menyaring kebutuhan-kebutuhan sistem dan estimasi proyek
secara keseluruhan. Selain itu model ini menerapkan perancangan model proses yang
Model ini secara umum terdiri dari aktivitas untuk membangun dan implementasi
solusi, fleksibel dan dapat mengakomodasi kebutuhan pengembangan dan desain yang
luas, berbasiskan fase seperti pada model waterfall, dan diterapkan untuk
pengembangan perangkat lunak dengan versioning.
Model kombinasi ini memiliki tahapan-tahapan yang berbeda dengan model proses
waterfall dan spiral. Model ini mengenal lima tahapan yang disebut dengan
Envisioning Phase, Planning Phase, Developing Phase, Stabilizing Phase, dan Deploying
Phase. Pada setiap phase merupakan tahapan-tahapan yang berbeda dan mencapai
kulminasi pada sebuah milestone dan mengasilkan keluaran / derivelable.
2. Fase Planning
Pihak pengembang menetapkan aplikasi yang akan dikembangkan dan pembuatan
rencana kerja pembuatan solusi perangkat lunak dengan menyiapkan spesifikasi
fungsional, desain perangkat lunak, rencana kerja, perkiraan biaya, penjadwalan
proyek dan melakukan analisa terhadap kebutuhan bisnis, kebutuhan pemakai,
kebutuhan operasi dan kebutuhan sistem.
Milestone :
a) Validasi teknologi, meliputi produk dan teknologi yang akan
digunakan untuk membuat dan menyebarkan solusi, spesifikasi
3. Fase Developing
Pada fase ini pihak pengembang mulai membuat solusi aplikasi dengan melakukan
pengkodean dan dokumentasi program, sebagai aktivitas tambahan tim juga
mengembangkan infrastruktur dari sistem.
Milestone :
a) Aplikasi telah teruji secara modular. Pengujian telah dilakukan oleh
internal pengembang terhadap komponen-komponen / modul-modul
yang dibangun.
b) Aplikasi teruji secara terintegrasi. Pengujian dilakukan dengan
mensimulasikan kasus-kasus dan lingkungan yang akan
dipergunakan.
Deliverables:
a) File-file source code and executable files.
b) Skrip instalasi and seting konfigurasi untuk instalasi.
c) Spesifikasi fungsional.
d) Perangkat / software pendukung.
4. Fase Stabilizing
Pada fase stabilizing tim melakukan integrasi dan pengujian versi beta (test beta) dari
aplikasi, skenario penggunaan/distribusi solusi aplikasi, dan tim fokus terhadap
bagaimana mengidentifikasi, memprioritaskan, memecahkan persoalan sehingga
sistem siap untuk direalease.
Milestone :
a) Memusatkan perhatian pada bug (error program).
b) Release zero-bug, dimana bug-bug yang terdeteksi telah tertangani.
c) Kandidat Release, mengkomparasi sejumlah bug yang tertangani
dengan zero-bug release.
d) Final Release, sistem telah siap untuk diimplementasi.
Deliverables:
a) Release Final.
b) Catatan-catatan setiap Release aplikasi.
c) Perangkat / sistem pendukung.
d) Hasil test dan perangkat pengujian.
e) Source Code dan file executable.
f) Dokumentasi proyek.
5. Fase Deployment
Pada fase ini tim mulai melakukan sosialisasi serta instalasi sistem yang telah
dibangun, mendampingi pengoperasian sistem, dan serah terima pekerjaan. Pada fase
ini pula proses alih teknologi kepada pihak pengguna dilakukan.
Milestone :
a) Aplikasi telah teruji / stabil
b) Sistem telah terinstalasi.
c) Alih Teknologi / Pelatihan.
Deliverables:
a) Buku Petunjuk Penggunaan.
Tahap ini berfokus pada pengumpulan data-data yang berasal dari instansi yang
menjadi sasaran survey. Hail perolehan data ditempatkan pada lampiran berdasarkan
tempat instansi survey meliputi :
a. Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan (Lampiran Kepemilikan Data
Ditjen Adminduk).
b. Departemen Kesehatan (Lampiran Kepemilikan Data Departemen Kesehatan).
c. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Lampiran Kebutuhan Data
Bappenas ).
d. Badan Pusat Statistik (Lampiran Kepemilikan Data BPS).
Tahap ini fokus pada identifikasi data-data yang bisa dipertukarkan antar masing-
masing institusi dan menghasilkan data laporan yang merupkan kombinasi data
berbagai institusi terutama yang dilakukan secara manual dan benar-benar terjadi
sekarang yaitu pertukaran data bukan pada logic level melainkan pertukaran data
melalui email, CD dan lain sebagainya.
Hasil analisis data pada tahap ini akan diubah cara pertukarannya dari manual ke logic.
Hasil lampiran data pada tahap As-Is dibedakan berdasarkan kelompok data sebagai
berikut :
Tahap To-Be adalah impian masa depan bagaimana data dari masing-masing institusi
dapat dipertukarkan secara logic, menghasilkan laporan data seperti yang telah terjadi
sekarang dan ditambah dengan laporan data lain yang memungkinkan dibuat karena
telah ada keterkaitan masing-masing data pada level logic.
Dalam tahap To-Be ini semua dokumen yang diperlukan akan ditempatkan dalam
sebuah Repositori Dokumen yang berisi semua data-data yang dimiliki dan boleh
diakses secara umum dari institusi pemerintah ke institusi pemerintah yang lain.
Dokumen yang akan disediakan dalam Repositori Dokumen ini adalah sebagai
berikut:
Excel
My SQL
extends
extends
extends Oracle
koneksi DBase
extends
Access
uses
konversi file pilih Database
transfer file
uses
uses
koneksi FTP
Setting Konfigurasi
extends max DB
connectDatabase
uses selectInstansi
uses
user readXML selectDatabase
uses
uses
readConfiguration
convertToDatabase
T
login
Selesai
T
login
chooseDatabase(database)
setKoneksi(database)
showDatabase
getResultSet
saveXML
isCreateXML
readXML
showListXML
setFTPServer
setFTP
uploadFile
upload(file)
chooseDatabase(database)
setKoneksi(database)
chooseInstansi
getResultSet
listXML
showListXML
readXML
showListXML
convertToDatabase
setQuery
dlgKoneksi dlgUpload
-m1 : mainProgram -m1:mainProgram
dlgEditQuery
-pilihan : int +upload()
+connect()
+editQuery()
mainProgram
-d1:dlgKoneksi
-db:database
settingData -d4:dlgEditQuery
-dbo:databaseOracle
-judul[] : unsigned char
-ftp1:runFTP
-confKolom[][] : unsigned char
-sd:settingData
-fileName[] : unsigned char
-kodeProp[] : unsigned char +setFTPServer(server,user,password):void()
-namaProp[] : unsigned char +setPath():void()
-cacat[] : unsigned char +getPath():String() database
+setDataXML():void()
+setDataAwal()
+getDataXML(x:int,y:int):void()
+setPropinsi() +getResult()
+createXML(query,fileName):void()
+setPekerjaan() +getString() : char
+readListXML():void()
+setCacat() +getInt() : int
+readXML(namaFile):void()
+setDataAdminduk() +setUpdate() : void
+writeXML(urutanFile):void()
+setDataDepkes() +dbClose() : void
+readDatabase():void()
+setDataBps()
+isCreateXML(noLap,fileName):boolean()
+setDataBappenas()
+readConfig(namaFile):void()
+listInstansi():void()
+readTable():void()
+readQuery():void()
settingData
-judul[]:String
-confKolom[][]:String mainProgram
-fileName[]:String database
-d1:dlgKoneksi
-kodeProp[]:String -con:Connection
-db:database
-namaProp[]:String -st:Statement
-sd:SettingData
-cacat[]:String -rs:ResultSet
+setDataXML()
+setDataAwal() +getResult()
+getDataXML()
+setPropinsi() +getString()
+createXML()
+setPekerjaan() +getInt()
+showListXML()
+setCacat() +setUpdate()
+convertToDatabase()
+setDataAdminduk() +dbClose()
+readConfig()
+setDataDepkes()
+setDataBps()
+setDataBappenas()
dbMysql dbMaxDB
+koneksi() +koneksi()
Document XML
Document XML
Title
Document
Laporan
XML
Strategis
SI Bappenas
Internet
Format Netral
Format Netral
IDC
XML
Configuration
Application
Server Repositori
Nasional
XML Creator
Application
Database
Program Kerja yang akan dilakukan sangat erat kaitannya dengan metodologi yang
akan digunakan dalam pekerjaan Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem
Informasi Interdepartemen ini. Namun, diperlukan masa persiapan sebagai tahap awal
untuk memulai pekerjaan ini.
Berikut ini adalah gari besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penyelesaian
pekerjaan Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem Informasi Interdepartemen :
1. Persiapan Proyek
Lingkup Pekerjaan dan Waktu (hari) :
2. Fase Envisioning
Lingkup Pekerjaan dan Waktu (hari) :
3. Fase Planning
4. Fase Developing
Lingkup Pekerjaan dan Waktu (hari) :
5. Fase Stabilizing
Lingkup Pekerjaan dan Waktu (hari) :
6. Fase Deployment
Lingkup Pekerjaan dan Waktu (hari) :
VI-1 Instalasi 2
VI-3 Pendampingan 23
VI-1 Aplikasi telah berjalan dengan baik pada mesin yang akan
dipergunakan operasional.
Pada tahap ini diidentifikasikan data-data pada masing-masing aplikasi yang akan
diinterkoneksikan dari tiap Kementerian yang dijadikan Pilot Project. Data-data
tersebut kami konfirmasikan apakah memang bisa diakses oleh masyarakat luas atau
hanya bersifat internal.
Pada tahap ini kami juga membuat batasan bahwa aplikasi yang digunakan harus
memiliki hubungan bisnis proses dan merupakan aplikasi core business dengan
Kementerian terkait. Kami menghilangkan kebutuhan data dari Kementerian yang
memang tidak mempunyai aplikasi untuk menghasilkan data-data tersebut. Atas
batasan diatas, saat ini hanya Kementerian Dalam Negeri (Ditjen Adminduk)
yang benar-benar memiliki aplikasi untuk menghasilkan data-data yang kami perlukan
dalam Pekerjaan Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas. Departemen dan Badan lainnya
belum secara penuh menghasilkan data-data yang diperlukan untuk Interoperabilitas
menggunakan sistem aplikasi.
Dibawah ini adalah rincian data yang kami konfirmasikan ke Adminduk dan
Departemen kesehatan, Sementara BPS dan Bappenas tidak diikutsertakan karena
berdasarkan hasil survey tidak ada sistem aplikasi untuk menghasilkan data yang akan
dipertukarkan pada Pekerjaan ini.
Catatan: N = struktur data belum belum didapatkan, Y struktur data telah didapatkan
Catatan: N = struktur data belum belum didapatkan, Y struktur data telah didapatkan
Progress Pekerjaan : 60 %
Bobot Pekerjaan: 5 %
Aplikasi layanan (wrapper) yang berfungsi sebagai middle-ware suatu bisnis proses
bisa dihubungkan dengan bisnis proses lainnya, makin banyak bisnis proses dan
perbedaan sumber datanya, makin besar kualitas proses interoperabilitas dapat diukur.
Catatan : Y = selesai,
Catatan: YC = bisnis proses aplikasi telah selesai tetapi interface aplikasi masih dalam
tahap pengembangan
Pengujian secara real belum dilakukan sampai saat ini, karena masih ada keterbatasan
dalam mendapatkan data dari pihak terkait, kami baru mendapatkan data pada akhir
Juli 2010. Tetapi kami melakukan pengujian internal aplikasi menggunakan dummy
data dari database simulasi.
Progress Pekerjaan : 10 %
Bobot Pekerjaan: 5 %
Progress Pekerjaan : 50 %
Bobot Pekerjaan: 5 %
Progress Pekerjaan : 30 %
Bobot Pekerjaan: 5 %
5.1 Organisasi
Berikut adalah gambar struktur organisasi kerja dari tim Pembuatan Aplikasi
Interoperabilitas Sistem Informasi Inter Departemen.
Tim Pengarah
DEPKOMINFO, Waditra
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga ahli yang
diusulkan untuk Pekerjaan Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem Informasi Inter
Departemen.
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S2.
Berpengalaman dibidangnya minimal 5 tahun.
Mampu membuat rencana strategis dalam menjalankan proyek pengembangan
sistem informasi.
Mampu mengatur dan mengkoordinasikan aktifitas kegiatan pengembangan
system informasi.
Mampu mengalokasikan sumberdaya yang dibutuhkan dalam pengembangan
sistem informasi.
Mampu mengawasi pengembangan sistem informasi.
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1.
Mampu membuat rencana dan menganalisa sistem serta merancang konsep
arsitektur interoperabilitas dan membuat aplikasi yang dapat mengkoneksikan
beberapa sistem informasi yang memiliki bisnis proses dan struktur database
berbeda.
Mampu merancang bisnis proses.
Mampu membuat dokumentasi sistem aplikasi.
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman dibidangnya
Menguasai berbagai perangkat lunak terutama open source
Mampu membuat aplikasi berbasis web sesuai dengan rancangan dan mampu
menghubungkan beberapa aplikasi yang memiliki platform ataupun database
yang berbeda.
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1
Menguasai berbagai penggunaan database server (MySQL, PostgreSQL,
MSSQLServer, Oracle).
Mampu merancang dan membangun database
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1
Menguasai berbagai perangkat keras jaringan
Menguasai konsep jaringan yang aman dan cepat
Kualifikasi :
Berpendidikan minimal S1
Menguasai dalam hal pembuatan dokumentasi panduan aplikasi dan system
informasi.
6.1 Kemitraan
Untuk menjamin standar kualitas dari hasil pekerjaan, Waditra akan melaksanakan
aktivitas quality assurance sebagai berikut:
Review terhadap laporan kemajuan tiap minggu;
Review terhadap laporan pendahuluan, laporan akhir sementara dan
laporan akhir;
Review terhadap Dokumen Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem
Informasi Inter-Departemen
Resiko proyek adalah karakteristik, situasi atau fitur-fitur pada lingkungan proyek yang
dapat berdampak negatif pada pelaksanaan proyek atau kualitas dari item-item proyek
yang diserahkan. Resiko-resiko yang teridentifikasi sejauh ini dalam proyek
disampaikan pada tabel berikut termasuk rencana antisipasi untuk meminimalkan
pengaruh dari setiap resiko yang mungkin timbul.
Keterangan:
Tingkat Resiko: T: Tinggi M: Menengah R: Rendah
Tingkat resiko tinggi (T) dapat menyebabkan kegagalan dalam penyelesaian pekerjaan
ini. Pihak Departemen Komunikasi dan Informatika dan pihak konsultan harus
memastikan pemenuhan asumsi-asumsi yang menjadi dasar pelaksanaan proyek ini
serta mencari alternatif-alternatif solusi lain bilamana asumsi-asumsi tidak sesuai
dengan fakta yang terjadi.
6.6 Durasi
Lampiran ini berisi lampiran Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan Kepemilikan data dari
Adminduk, Departmen Kesehatan, Bappenas dan BPS
Laporan Akhir Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem Informasi Inter- Departemen 100
Pada Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Depkominfo
Lampiran A. Jadwal
Laporan Akhir Pembuatan Aplikasi Interoperabilitas Sistem Informasi Inter- Departemen Pada Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan 101
Konten Depkominfo
Lampiran B. Kepemilikan Data Ditjen Adminduk
Kelompok Kependudukan
Data
No Sumber Judul Tabel Atribut
1 BPS Proyeksi Jumlah Penduduk Propinsi,Tahun
Menurut Propinsi(2000-2025)
2 BPS Proyeksi Jumlah Penduduk Laki- Propinsi, Tahun
laki Menurut Propinsi(2000-
2025)
3 BPS Proyeksi Jumlah Penduduk Propinsi, Tahun
Perempuan Menurut
Propinsi(2000-2025)
4 BKKBN Tenaga Lapangan KB Tingkat Propinsi
Kecamatan & Desa/Kelurahan Kecamatan; PPLKB, Ka UPT, Cabdin,
Menurut Propinsi Koord KB, Jumlah
Desa/Kelurahan; PLKB, PKB, PLKB, PKB
Honorer,
PLKB, PKB Honorer CPNS 05, Jumlah
5 BKKBN Cakupan Laporan & Tempat & Bulan, Tempat Pelayanan KB; KKB
Pelayanan KB Pemerintah; Ada, Lapor, Persentase;
KKB Swasta , Ada, Lapor, Persentase
6 BKKBN Cakupan Laporan & Tempat & Bulan, Tempat Pelayanan KB; DPS; Ada,
Pelayanan KB Lapor, Persentase; BPS , Ada, Lapor,
Persentase
Kelompok Kependudukan
Data
No Sumber Judul Tabel Atribut
7 BPS Kesertaan BerKB(CPR) Cara Propinsi,
Modern SDKI; Tahun
8 BPS Perkembangan Jumlah Istitusi Propinsi,
Masyarakat PPKBD; Tahun
SUB PPKBD; Tahun
9 BKKBN Jumlah dan Persentase Keluarga Provinsi; Jumlah Keluarga di data;
menurut status PUS hasil Keluarga
pendataan Keluarga 2007
10 BKKBN Jumlah dan Persentase PUS, Provinsi; Jumlah PUS; Jumlah PUS bukan
PUS bukan peserta KB hasil peserta KB; % bukan peserta KB THD
pendataan Keluarga 2007 PUS; PUS bukan peserta KB; UNMET
NEED
11 BKKBN Pembinaan peserta KB aktif (PA) Provinsi; Metode Kontrasepsi; Jumlah
menurut alat kontrasepsi S.D.
Desember 2000
12 BKKBN Pembinaan peserta KB aktif (PA) Provinsi; Metode Kontrasepsi; Jumlah
Menurut alat Kontrasepsi S.D. PA; PUS; Prevalensi (PA/PUS)
Desember 2001
13 BKKBN Pembinaan peserta KB aktif (PA) Provinsi; Metode Kontrasepsi; Jumlah
Menurut alat Kontrasepsi S.D. PA; PUS; Prevalensi (PA/PUS)
Desember 2002
14 BKKBN Pembinaan peserta KB aktif (PA) Provinsi; Metode Kontrasepsi; Jumlah
Menurut alat Kontrasepsi S.D. PA; PUS; Prevalensi (PA/PUS)
Desember 2003
Kelompok Kependudukan
Data
No Sumber Judul Tabel Atribut
41 BKKBN Perkembangan Jumlah Provinsi
Institusi Masyarakat Tahun Bina keluarga Balita (BKB) : tahun
2000 2006 Bina Keluarga Remaja (BKR) : tahun
Bina Keluiarga Lansia (BKL) : tahun
Tabel 2. Kesehatan
Tujuan Mengumpulkan data kependudukan dengan konsentrasi
mengenai kesehatan, KB juga pengetahuan dan perilaku
reproduksi
Atribut Data Keterangan rumah tangga
Keluarga Berencana
Kehamilan
Perkawinan
Kematian
Pengetahuan AIDS dan penyakit menular seksual lainnya
Publikasi Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
Pemanfaatan Tingkat kelahiran
Data Tingkat kematian
Partisipasi dalam keluarga berencana
Keadaan kesehatan dll
c. Adminduk, Kemendagri
d. Kementerian Kesehatan
e. BPS
Berikut ini adalah lampiran struktur data Kependudukan dari Adminduk. Struktur
data yang berkaitan dengan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian dan
pengakuan anak belum kami dapatkan. Jadi struktur data saat ini hanya untuk
biodata WNI dan Keluarga.
Tabel Kabupaten
COLUMN
NAME DATA TYPE
NO_KAB NUMBER(2),
VARCHAR2(60
NAMA_KAB BYTE),
NO_PROP NUMBER(2),
VARCHAR2(300
JABATAN BYTE),
VARCHAR2(60
NAMA_PEJ BYTE),
VARCHAR2(25
NIP_PEJ BYTE),
VARCHAR2(20
STAT_PNDTNG BYTE)
Tabel Kecamatan
COLUMN
NAME DATA TYPE
NO_KEC NUMBER(2),
VARCHAR2(60
NAMA_KEC BYTE),
NO_KAB NUMBER(2),
NO_PROP NUMBER(2),
VARCHAR2(300
JABATAN BYTE),
VARCHAR2(60
NAMA_PEJ BYTE),
VARCHAR2(20
STAT_PNDTNG BYTE),
VARCHAR2(25
NIP_PEJ BYTE),
Tabel Kelurahan
Sampai saat ini kami belum mendapatkan data dari Kementerian Kesehatan.