Jurnal Stenosis Duodenum 1
Jurnal Stenosis Duodenum 1
WHUKDGDS:RXQG_NHMDGLDQ_'HKLVFHQFH_SDGD__
3HPEHGDKDQ_$EGRPLQDO_$QD 3HULRSHUDWLI
Latar belakang. Wound dehiscence adalah salah satu komplikasi bedah abdominal yang jarang ditemui,
namun sering menyebabkan kematian, meningkatkan lama rawat, biaya, dan risiko infeksi berat dengan
akibat kema-tian. Malnutrisi dianggap sebagai salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian
dehiscence tersebut. Tujuan. Menilai angka kejadian dehiscence bedah mayor pada anak yang berbeda
status gizi, risiko relatif serta faktor lain yang mempengaruhi risiko dehiscence.
Metode. Penelitian kohort prospektif pada 262 kasus bedah abdominal mayor pada anak. Pasien yang
memenuhi kriteria dibagi 2 kelompok yaitu menderita malnutrisi dan tidak. Tata laksana dilakukan sesuai
standar Bagian Bedah Anak RSAB Harapan Kita. Pengamatan dilakukan selama periode perioperatif
sampai pulang dari rumah sakit. Dihitung angka kejadian, risiko relatif, dan faktor atribusi dehiscence.
Pengolahan data dan analisis menggunakan SPSS versi 11.5 dan Open Epi
Hasil. Angka kejadian dehiscence 2,7% (7/262), satu pasien gizi baik (0,8%), gizi kurang 2/7(1,7%), gizi buruk
4/4(100%). Terjadi pada hari kelima pasca operasi (kisaran 3-7hari). Lama rawat 25 hari (14-73) vs 10 hari (1-10)
tidak dehiscence. Meninggal dunia 1/7dehiscence. Risiko dehiscence meningkat secara bermakna pada gizi
buruk vs gizi baik (RR136, IK95% 19,3-958,6, p=0,000). Hipoalbumin vs normal (RR23,6, IK95% 5,8-95,4,
p=0,000). Anemia vs normal (RR18,6, IK95% CI3.7-91.9, p=0,000). Sepsis vs normal
(RR10,7, IK95% 2,5-45,5, p=0,000). Faktor atribusi dehiscence 99,3% karena gizi buruk,
hipoalbumin 96,6%, sepsis 90,7%, gizi kurang 59%.
Kesimpulan. Status gizi buruk, hipoalbumin, dan sepsis berperan hampir seratus persen
terhadap kejadian dehiscence pada anak. Saran, perlu dilakukan skoring risiko tinggi
dehiscence pada anak yang akan menjalani bedah mayor. Sari Pediatri 2012;14(2):110-6.
Alamat korespondensi:
Dr. Tinuk Agung Meilany, Sp.A. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, KK
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak RSAB Harapan Kita Jl. Let Jen S
Parman kav 87 Jakarta Barat. E-mail: tameilany@gmail.com
ound dehiscence adalah salahs berhubungan pada kematian dengan rerata kejadian
atu komplikasi luka operasiyan 8%-45%. Kasus WD terbanyakan terjadi pada anak
g t e r i n f e k s i . Ko m p l i k a s i l a i n yang menjalani pembedahan mayor laparatomi karena
penyembuhan luka dipindah; yang lambat, invaginasi, typhoid perforasi, anastomosis usus halus
morbiditas dan mortalitas yang meningkat, serta ataupun usus besar atau tutup kolostomi pada atresia
lama rawat yang berkepanjangan.1 Penyembuhan ani, prosedur Pullthrough pada Morbus Hirscsprung.
luka sangat buruk dan luka terbuka kembali. Luka Faktor risiko yang mempengaruhi dehiscence
menetap, meluas, dan penyembuhan menjadi lebih pasca laparatomi adalah anak dengan gizi kurang dan
lama serta risiko infeksi meningkat. Kata lain dari atau gizi buruk, hipoalbuminemia, infeksi berat
dehiscence adalah kegagalan mekanik penyembuhan (sepsis). Faktor lain disebutkan adalah obesitas, jenis
luka insisi. Insisi pada operasi menstimulasi proses kelamin laki-laki, usia terlalu muda (neonatus atau
penyembuhan yang melalui empat fase berbeda dan bayi), operasi darurat, serta bentuk atau model insisi.4
berkesinambungan yaitu hemostasis, inflamasi, Tujuan umum penelitian kami untuk membuktikan
proliferasi, dan maturasi. Selama hemostasis, hipotesis bahwa bedah abdominal pada anak dengan
trombosit beragregasi, zat pembeku darah mengala malnutrisi berat lebih meningkatkan risiko terjadi
mi aktivasi dan degranulasi. Bekuan darah dehiscence dibandingkan dengan anak yang satus
didegradasi, pembuluh kapiler melebar, cairan gizi baik. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi
memasuki sisi luka, dan aktivasi kaskade kejadian dehiscence pada pasien anak malnutrisi dan
komplemen. Makrofag, sel yang lisis dan neutrofil tidak malnutrisi yang mengalami bedah abdomen
merupakan sediaan sitokin dan faktor pertumbuhan mayor dengan atau tanpa faktor-faktor risiko yang
yang esensial untuk penyembuhan luka. Pada fase mempengaruhi kejadian dehiscence. Sedangkan
proliferasi terjadi pembentukan jaringan granulasi tujuan khusus untuk mendapatkan insidens
yang dimulai pada hari ketiga pasca operasi dan dehiscence, memperoleh kekuatan hubungan antara
berakhir beberapa minggu. Terpenting pada fase faktor-faktor risiko kadar albumin, infeksi, tipe operasi,
tersebut fibroblas bergerak ke arah luka dan jenis kelamin terhadap kejadian dehiscence pada
merespon sintesis kolagen . Fase maturasi dimulai kedua kelompok melalui studi kohort prospektif.
pada hari ketujuh pasca operasi dilanjutkan deposisi Manfaat penelitian yaitu menyusun persiapan operasi
jaringan kolagen dan remodeling untuk meningkatkan dan perawatan nutrisi perioperatif yang lebih baik
kekuatan regangan ketika pembedahan laparatomi, terutama pada anak
luka.2-3 malnutrisi. Hasil penelitian kami merupakan penelitian
Malnutrisi sering dihubungkan dengan komplikasi pendahuluan untuk penelitian lanjutan menentukan
yang terjadi pada tindakan pembedahan. Meskipun sistem skoring pada perawatan nutrisi perioperatif
masih sulit menyatakan hubungan penyebabnya, telah pada anak yang akan menjalani operasi mayor
diketahui bahwa malnutrisi dapat menghambat abdomen, upaya pencegahan kejadian dehiscence,
penyembuhan luka operasi, daya tahan tubuh dan menurunkan angka kematian akibat pembedahan
(imunokompetens), penurunan fungsi otot jantung, pada anak.
dan respiratori. Lebih jauh lagi pasien malnutrisi akan
mempunyai risiko morbiditas lebih tinggi sebanding
dengan lama rawat yang lebih panjang, apabila Metode
dibandingkan dengan pasien bergizi baik.4
Nutrisi yang optimum merupakan kunci utama untuk Penelitian kohort prospektif dilakukan di Rumah Sakit
pemeliharaan seluruh fase penyembuhan luka. Terdapat Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Bagian Bedah
dua proses yang dapat melengkapi penyembuhan luka Anak pada Januari 2005 sampai Desember 2010.
yaitu aktivasi respon stres pada fase akut terhadap luka Sampel penelitian adalah kasus bedah mayor
serta malnutrisi energi dan protein yang terjadi. abdominal, baik pada keadaan terencana maupun
Pemberian dukungan nutrisi pada periode perioperatif darurat serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
tersebut dapat menurunkan komplikasi terutama infeksi adalah menyetujui dikutsertakan dalam penelitian,
berat pada pasien malnutrisi. belum pernah mengalami dehiscence, kasus bedah
Insidens WD berkisar antara 0,2%-3% dan abdominal mayor yaitu perforasi usus karena typhoid,
dehiscence, yaitu status gizi (digabung antara gizi Tabel 4. Attributable risk pada wound dehiscence
kurang dan buruk), status albumin, anemia, dan Kasus Persentase risiko atribusi
infeksi dilakukan uji logistik regresi dan faktor
Status gizi buruk 99,3
infeksi berat dan anemia paling berperan (Tabel 3).
Faktor atribusi gizi buruk penyebab dehiscence Status gizi kurang 59
99,3%, dengan kata lain dehiscence terjadi karena Hipoalbumin 96,6
atribusi dari gizi buruk, dan 96,6% karena faktor Sepsis 90,7
hipoalbumin, serta 90,7% karena faktor sepsis, gizi Anemia 43,75
kurang 59%, dan anemia 43,75% (Tabel 4).
Tabel 2: Sebaran subyek menurut faktor risiko dan luka dehiscence (uji mutlak Fisher)
Dehiscence 95%IK
Faktor risiko p RR
Ya Tidak Low High
Jenis kelamin
Perempuan 2 98 0,712 1,54 0,31 7,80
Laki-laki 5 157
Kelompok umur (tahun)
01 3 149 0,458 0,54 0,12 2,38
>1 4 106
Tipe operasi
Emergensi 1 42 1,000 0,85 0,10 6,87
Elektif 6 213
Status gizi
Buruk 4 0 0,000 136,0 19,30 958,6
Baik 1 135
Status gizi
Kurang 2 120 0,604 2,23 0,20 24,28
Baik 1 135
Status gizi gabungan
Buruk/kurang 6 120 0,058 6,48 0,79 53,05
Baik 1 135
Status albumin
Terganggu 4 10 0,000 23,62 5,84 95,47
Normal 3 245
Status anemia
Ada 5 26 0,000 18,63 3,77 91,94
Tidak 2 229
Status infeksi
Ada 4 25 0,003 10,71 2,52 45,5
Tidak 3 230
Tabel 3. Analisis logistik regresi untuk luka dehiscence secara backward stepwise
Variabel risiko IK95%
p RR
Low High
Status gizi 0,022 16,41 1,076 147,49
Anemia 0,025 11,87 1,375 130,58
Hipoalbuminemia 0,015 26,76 1,776 208,6
Keterangan: Variabel bebas yang dilibatkan : Umur, status gizi, hipoalbumin, anemia, infeksi
pada penyembuhan luka antara lain zinc, copper, dan selenium. Africa and developing countries. Spectrum book,
Ibadan, Nigeria;2011.
Copper diperlukan untuk keseluruhan homeostasis, antioksidan
3. Keswani SG, Crobleholme TM. Wound Healing: celluler and
dan untuk collagen and elastin cross-linking. molecular mechanisms. Dalam: Oldham KT, Colombani PM,
Kebutuhan copper perhari adalah 1-2mg. Mangan (Mn) dapat Foglia RP, Skinner MA, penyunting. Principles and practice of
berfungsi sebagai kofaktor untuk antioksidan superoksida Pediatric Surgery, Lippincott Williams and Wilkins; 2005
dismutase dan juga aktivitas metaloproteinase pada luka. .h.223-38.
Kebutuhan untuk maintenans adalah 0,3-0,5 mg perhari. Selenium 4. Ramshorst GH. Risk factor for abdominal wound
diperlukan pada sistem glutation untuk antioksi dan intraselular dehiscence in children: a case-control study. World
sebagai proteksi sel selama proses penyembuhan luka. Kebutuhan J Surg 2009;33:1509-13.
5. Fearon K, Luff R. The nutritional management of
harian untuk terapi luka 100-150 g. Zinc sebagai kofaktor
surgical patients: enhanced recovery from surgery.
polimerase DNA dan RNA, terlibat dalam sintesis protein dan
Proc Nutr Soc 2003;62:807-11.
proliferasi sel. Zinc juga merupakan kofaktor dalam aktivitas 6. Waldhausen JHT, Davies L. Pediatric postoperative
matrix metaloproteinase dan terlibat dalam fungsi imun, sintesis abdominal wound dehiscence: transverse versus
kolagen, dismutase superoksida, dan sebagai antioksidan. Pada vertical incisions. J Am Col Surg 2000;190:688-91.
penyembuhan luka terjadi redistribusi zinc tubuh sesuai berat luka. 7. igdem MK, Onen A, Otu S. Postoperative
Keadaan hipermetabolik meningkatkan kehilangan zinc melalui abdominal evisceration in children: possible risk
urin, hal tersebut meyebabkan risiko mengalami defisiensi zinc, factors. Pediatr Surg Int 2006;22:677-80.
8. Cohendy R, Gros F, Tran J. Preoperative nutritional
dan mempengaruhi proses penyembuhan luka dan menurunkan
evaluation of elderly patients: the Mini Nutritional
laju epithelisasi, kekuatan kolagen, dan dinding luka. Untuk
Assessment as a practical tool. Clin Nutr 1999;18:
perbaikan status defisiensi zinc memerlukan pemberian zinc sulfat 345-8.
4-10 g perhari. Sehingga pada tata laksana penyembuhan luka 9. Miller S, Wolf RR. The dangers of weight loss in the
terdapat indikasi untuk ditambahkan suplemen zinc.24 elderly. J Nutr Health Aging 2008;12:487-91.
10. Wilmore DW. Metabolic response to severe surgical
illness: overview. World J Surg 2000;24:705-11.
Kesimpulan 11. Gaillard C, Alix E, Boirie Y. Are elderly hospitalized
patients getting enough protein? J Am Geriatr Soc.
Status gizi buruk, faktor hipoalbumin serta sepsis, berperan hampir 2008;56:1045-9.
seratus persen dalam menimbulkan luka operasi terbuka kembali atau 12. Wilson J, Cdark J. Advances in skin and wound
dehiscence pada bedah abdominal mayor pada anak. Sebagai care. J Rev Wound Healing 2004;17:426.
13. Patel G. The role of nutrition in managing lower
upaya pencegah-an adalah meningkatkan kewaspadaan terhadap
extremity wounds. Int J Low Extrem Wounds
status gizi kurang dan buruk, anemia, hipoalbumin, dan infeksi berat, 2005;4:12-22.
serta memberikan dukungan nutrisi yang adekuat. Usulan untuk 14. Williams J, Barbul A. Nutrition and wound healing.
penelitian yang akan datang adalah skrining dehiscence untuk Surg Clin North Am 2003;83:S71-S96.
setiap anak yang akan menjalani operasi bedah mayor 15. Rodriguez-Key M, Alonzi A. Nutrition skin integrity,
and pressure ulcer healing in chronically ill children:
an overview. Ostomy Wound Manage 2007;53:56-8.
Daftar pustaka 16. Borsheim E, Bui Q, Tissier S. Effect of amino acid
supplementation on muscle mass, strength and
1. Khan MA. Dehiscence of laparatomy wounds in physical function in elderly. Clin Nutr 2008;27:189-95.
children. JPMI 2009;23:318-21. 17. Ord H. Nutritional support for patients with infected
2. Carter RF, Nwomeh B, dan Lanning DA, penyunting. wounds. Br J Nurs. 2007;16:1346-8.
Wound healing. Dalam: Pediatric surgery textbook for 18. Irelton-Jones C, Liepa R. Carbohydrates and wound
healing in nutrition. Dalam: Molner J, penyunting.
Nutrition and Wound Healing. Boca Raton, Fla: CRC
press; 2006.h.5.