Anda di halaman 1dari 11

PERSIAPAN

1. Alat

A. Laryngoscope

Terdiri dari: Blade (bilah) dan Handle (gagang)


Pilih ukuran blade yang sesuai dengan pasien

o Dewasa : No. 3 atau 4

o Anak : No. 2

o Bayi : No. 1

Pasang blade dengan handle


Memasang dan melepas laryngoscope selalu dengan sudut 45o
Cek lampu harus menyala terang
Memegang laryngoscope selalu dengan tangan kiri
Posisi tangan yang betul adalah memegang pada handle, bukan pada pertemuan blade
dan handle

B. Endotrakeal Tube (ET)

Pilih ET yang Low Pressure High Volume


Pilih ukuran yang sesuai: (ID = Internal Diameter)
o Dewasa : ID 6,5 ; 7 atau + sebesar kelingking kiri pasien

o Anak : ID 4

o Bayi :

Prematur : ID 2,5

Aterm : 3 atau 3,5

(Selalu menyiapkan satu ukuran di bawah dan di atas, ET memiliki cuff (balon) yang dapat
dikembangkan dengan spuit)

C. Spuit 20cc
D. Stylet (biasanya jadi satu dengan ET)
E. Handsglove steril = Untuk menjaga keselamatan sebagai tenaga medis
F. Lubrikan = Untuk mempermudah masuknya ET ke trakea
G. Forceps Magill (bila perlu)
H. AMBU Bag

Berguna untuk memberikan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) sebelum dilakukan


intubasi
Pada AMBU Bag terdapat:

o Sungkup untuk muka (face mask)

o Kantung reservoir

o Dapat dihubungkan dengan sumber oksigen

I. Plester = untuk fiksasi ET supaya tidak mudah lepas


J. Oropharyngeal Airways (OPA) = untuk mencegah ET supaya tidak tergigit
K. Alat suction dengan suction catheter
L. Stetoscope = untuk pengecekan apakah posisi ET sudah sesuai dengan yang diinginkan
yaitu di trakea
2. Obat-Obat Anestesi Umum

Obat-obat yang sering digunakan dalam anestesi umum adalah17:

I. Gas Anestesi

Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik ialah
N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Desfluran, dan Sevofluran. Mekanisme kerja obat anestetik
inhalasi sangat rumit, sehingga masih menjadi misteri dalam farmakologi modern.

Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya :

1) Ambilan oleh paru


2) Difusi gas dari paru ke darah
3) Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Berikut adalah jenis gas anestetik inhalasi, diantaranya:

1. N2O

N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak
terbakar, dan pemberian anestesi dengan N2O harus disertai oksigen minimal 25%. Gas ini bersifat
anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan
cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran oksigen dan terjadilah hipoksia difusi.
Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan oksigen 100% selama 5-10 menit.

2. Halotan

Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas, maka sering
digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan merupakan anestetik kuat
dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan tahapan anestesi dilalui dengan mulus, bahkan
pasien akan segera bangun setelah anestetik dihentikan. Pada napas spontan rumatan anestesi sekitar
1-2 vol % dan pada napas kendali sekitar 0,5-1 vol% yang tentunya disesuaikan dengan klinis
pasien. 17

3. Isofluran

Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien
menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana
umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi.Tanda untuk mengamati
kedalaman anestesi adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas, serta peningkatan
frekuensi denyut jantung. Menurunkan laju metabolisme pada otak terhadap oksigen, tetapi
meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.17
4. Desfluran

Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben dan
tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk
desfluran.Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau bedah rawat jalan.Desfluran
bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan
untuk induksi.Desfluran bersifat kali lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi17 kali
lebih poten dibanding N2O.17

5. Sevofluran

Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan kadar
alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi yang cepat dan
mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi
N2O dan oksigen dapat dicapai dalam 1-3 menit. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan
napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan. Setelah pemberian
dihentikan, sevofluran cepat dieliminasi dari tubuh.17

II. Obat-obat Anestesi Intravena

Yang dimaksud dengan intravenous anestesi adalah anestesi yang diberikan dengan cara
suntikan zat (obat) anestesi melalui vena17

A. Hipnosis

1. Golongan barbiturat (pentotal)

Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat (30-40 detik)
dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya habis, seperti zat anestesi inhalasi,
barbiturat ini menyebabkan kehilangan kesadaran dengan jalan memblok kontrol brainstem.

Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai induksi diteruskan
dengan pemberian 150-300 mg selang waktu pemberian 15-20 detik (untuk orang dewasa)

2. Benzodiazepin

Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi
penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak menginduksi enzim mikrosom
di hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan
menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitorng anestesi Efek farmakologi benzodiazepine
merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di
otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA A melainkan meningkatkan kepekaan
reseptor GABA A terhadap neurotransmitter penghambat. Dosis : Diazepam : induksi 0,2 0,6 mg/kg
IV, Midazolam : induksi : 0,15 0,45 mg/kg IV.

3. Propofol

Propofol (diprivan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak bewarna putih susu bersifat
isotonic dengan kepekatan 1% (1 ml= 10 mg). Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri,
sehingga beberapa detik sebelumnya diberikan lidokain 1-2 mg/kgBB intravena. Dosis bolus untuk
induksi 2-2.5 mg/kgBB, dosis rumatan untuk anestesi intravena total 4-12 mg/kgBB/jam dan dosis
sedasi untuk perawatan intensif 0.2 mg/kgBB. Pengenceran propofol hanya boleh dengan dekstrosa
5%. Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak < 3 thn dan pada wanita hamil tidak dianjurkan.

4. Ketamin

Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestestik dan kataleptik dengan kerja singkat. Efek
anestesinya ditimbulkan oleh penghambatan efek membran dan neurotransmitter eksitasi asam
glutamat pada reseptor N- metil-D-aspartat. ifat nalgesiknya angat uat ntuk istem omatik, tetapi
lemah untuk sistem viseral. Ketamin tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang
tonusnya sedikit meninggi. Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM. Anestesi
dengan ketamin diawali dengan terjadinya disosiasi mental pada 15 detik pertama, kadang sampai
halusinasi. Keadaan ini dikenal sebagai anestesi disosiatif. Disosiasi ini sering disertai keadaan
kataleptik berupa dilatasi pupil, salivasi, lakrimasi, gerakan-gerakan tungkai spontan, peningkatan
tonus otot. Kesadaran segera pulih setelah 10-15 menit, analgesia bertahan sampai 40 menit,
sedangkan amnesia berlangsung sampai 1-2 jam.

B. Analgetik

1. Morfin

Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak begitu
mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan pendengaran ;
bahkan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi. Efek analgesi
morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme18 ;

a. Morfin meninggikan ambang rangsang nyeri


b. Morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul di
korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus
c. Morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB.
Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan.

2. Fentanyl

Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik dari kelompok
fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor . Fentanyl banyak digunakan untuk anestetik
karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis
kecil yang diberikan secara bolus, dan relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular.18

3. Meridipin

Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,
meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin
digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik, untuk
menimbulkan analgesia obstetrik dibandingkan dengan morfin, meperidin kurang karena
menyebabkan depresi nafas pada janin. Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan
10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien
tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.

C. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)

Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada pasien secara
intramuskular atau intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi dari otot-otot rangka dan
memudahkan dilakukannya operasi.17

Pelumpuh otot depolarisasi

Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah saraf otot tidak dirusak
oleh kolinesterase, sehingga cukup lama berada di celah sipnatik, sehingga terjadilah depolarisasi
ditandai oleh fasikulasi yang disusul relaksasi otot lurik. Yang termasuk golongan ini adalah
suksinilkolin, dengan dosis 1-2 mg/kgBB IV.17

Pelumpuh otot non-depolarisasi

Pelumpuh otot non-depolarisasi berikatan dengan reseptor nikotinik- kolinergik, etapi ak


enyebabkan epolarisasi, anya enghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tak dapat
bekerja.18
3. Obat emergency

o Sulfas Atropin (SA) dalam spuit = untuk mengatasi bradikardi akibat salah
satu efek samping dari laringoskopi

o Aderenalin Epinefrin dalam spuit = sebagai vasopressor apabila terjadi


Cardiac Arrest akibat tindakan laringoskopi intubasi

4. CARA KERJA

1. Alat-alat diatur:
o Kiri pasien : laringoskop dalam posisi terbalik
o Kanan pasien : AMBU Bag, ET (Endotrakeal Tube), OPA (OroPharyngeal
Airway), Spuit, Plester
2. Sebelum melakukan intubasi WAJIB dilakukan Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
O2 100% dengan tujuan untuk mencegah HIPOKSIA, caranya dengan:

o 2 jari berada di atas sungkup muka, menekan sungkup muka ke bawah


o 3 jari lain berada di Ramus Mandibula, mengangkat mandibula ke atas
o Dengan gerakan yang lembut, kantung AMBU Bag ditekan sampai dada
terangkat
o VTP dilakukan sampai pasien TIDAK HIPOKSIA lagi yang bisa dilihat dari
Saturasi O2 yang baik atau tidak ada tanda sianosis di sentral maupun perifer
o Apabila dada tidak terangkat maka dilakukan manuver jalan nafas kembali
untuk membuka nafas

1. Gunakan laringoskopi intubasi


o
o Laringoskop dinyalakan
o Buka mulut dengan tangan kanan, gerakan jari menyilang (ibu jari menekan
mandibula ke bawah, jari telunjuk menekan maksila ke atas)
o Pegang laringoskop dengan tangan kiri
o Masukkan mulai dari sisi kanan kemudian menyingkirkan lidah ke kiri
o Cari epiglotis. Tempatkan ujung bilah laringoskop di valekula (pertemuan
epiglotis dan pangkal lidah)

o
o Angkat epiglotis dengan elevasi laringoskop ke atas (jangan menggunakan
gigi seri atas sebagai tumpuan!!!) untuk melihat plica vocalis
o Bila tidak terlihat, minta bantuan asisten untuk melakukan BURP Manuver
(Back, Up, Right Pressure) pada cartilago cricoid sampai terlihat plica vocalis
o
o Masukkan ET sampai ujung proksimal cuff ET melewati plica vocalis
o Kembangkan cuff ET secukupnya (sampai tidak ada kebocoran udara)

o
o Cek dengan cara memberikan VTP. Pada pasien cek dengan auskultasi
menggunakan stetoskop, bandingkan suara nafas paru kanan sama dengan
paru kiri

o
o Setelah pasti diletakkan di trakea, pasang OPA supaya tidak tergigit oleh
pasien
o Fiksasi supaya tidak lepas = mulai dari sisi sebelah atas kemudian memutar
dan menyilang ke sebelah bawah.

Anda mungkin juga menyukai