Anastesi 2 PDF
Anastesi 2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Induksi anestesi adalah pemberian obat atau kombinasi obat pada saat
dimulainya anestesi yang menyebabkan suatu stadium anestesi umum atau suatu
fase dimana pasien melewati dari sadar menjadi tidak sadar. Tahap awal dari
anestesi umum adalah induksi anestesi yang dapat dilakukan dengan penyuntikan
agen induksi secara intramuskular, intra nasal, intravena ataupun dengan agen
inhalasi.2 Idealnya induksi harus berjalan dengan lembut dan cepat, ditandai
dengan hilangnya kesadaran. Keadaan ini dinilai dengan tidak adanya respon
suara dan hilangnya reflek bulu mata dan hemodinamik tetap stabil.28
Salah satu obat anestesi intravena yang sering digunakan dalam induksi
anestesi adalah propofol, karena propofol mempunyai onset yang cepat, durasi
yang singkat, dan waktu pulih sadar yang cepat
2.1. PROPOFOL
Propofol mengandung satu cincin fenol dengan dua ikatan grup isoprofil
dengan berat molekul 178 Da. Panjang ikatan alkilfenol ini mempengaruhi
potensi, induksi dan karakteristik pemulihan. Propofol tidak larut dalam air, tetapi
1% larutan air (10 mg/ml) dapat digunakan sebagai obat intravena dalam larutan
emulsi minyak dalam air yang mengandung 10% minyak kedelai, 2.25% gliserol
dan 1.2 % lesitin telur.9,17 Riwayat alergi telur tidak langsung dijadikan
kontraindikasi penggunaan propofol karena kebanyakan alergi telur melibatkan
reaksi dengan putih telur (contoh albumin) sedangkan lesitin diekstraksi dari
kuning telur.
Propofol adalah modulator selektif dari reseptor gamma amino butiric acid
(GABAA) dan tidak terlihat memodulasi saluran ion ligand lainnya pada
konsentrasi yang relevan secara klinis. Propofol memberikan efek sedatif
hipnotik melalui interaksi reseptor GABAA. GABA adalah neurotransmiter
penghambat utama dalam susunan saraf pusat. Ketika reseptor GABAA
diaktifkan, maka konduksi klorida transmembran akan meningkat,
mengakibatkan hiperpolarisasi membran sel postsinap dan hambatan fungsional
dari neuron postsinap. Interaksi propofol dengan komponen spesifik reseptor
GABAA terlihat mampu meningkatkan laju disosiasi dari penghambat
neurotransmiter, dan juga mampu meningkatkan lama waktu dari pembukaan
klorida yang diaktifkan oleh GABA dengan menghasilkan hiperpolarisasi dari
membran sel.9
2.1.3. FARMAKOKINETIK
Pemberian propofol 1.5 2.5 mg/kg IV (setara dengan tiopental 4-5 mg/kg
IV atau metoheksital 1.5 mg/kg IV) sebagai injeksi IV (<15 detik),
mengakibatkan ketidaksadaran dalam 30 detik. Sifat kelarutannya yang tinggi di
dalam lemak menyebabkan mulai masa kerjanya sama cepatnya dengan tiopental
( satu siklus sirkulasi dari lengan ke otak) konsentrasi puncak di otak diperoleh
dalam 30 detik dan efek maksimum diperoleh dalam 1 menit. Pulih sadar dari
dosis tunggal juga cepat disebabkan waktu paruh distribusinya (2-8) menit.
Lebih cepat bangun atau sadar penuh setelah induksi anestesia dibanding semua
2.1.4. FARMAKODINAMIK
2.1.4.2.Sistem kardiovaskular
Propofol menghasilkan penurunan tekanan darah sistemik yang lebih besar
dibandingkan dosis tiopental pada saat induksi. Pada keadaan dimana tidak ada
gangguan kardiovaskuler, dosis induksi 2 - 2,5 mg/kgBB menyebabkan
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 25-40%. Perubahan yang sama terlihat
juga terhadap tekanan arteri rerata (MAP) dan tekanan darah diastolik. Penurunan
tekanan darah ini mengikuti penurunan curah jantung sebesar 15% dan
penurunan resistensi vaskular sistemik sebesar 15-25 %. Relaksasi otot polos
vaskular dihasilkan oleh propofol adalah terutama berkaitan dengan hambatan
aktivitas saraf simpatik.8,30 Menurut Dhungana, propofol menyebabkan hipotensi
akibat vasodilatasi perifer yang diakibatkan oleh peningkatan produksi
endothelial dan lepasnya nitric oxide.13
Efek inotropik negatif dari propofol dapat dihasilkan dari penurunan
kalsium intraselular akibat hambatan influks kalsium trans sarkolema. Efek
tekanan darah akibat propofol dapat diperburuk pada pasien hipovolemi, pasien
lanjut usia dan pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang berkaitan
dengan penyakit arteri koroner.8,9,17
Disamping penurunan tekanan darah sistemik, peningkatan denyut jantung
seringkali tidak berubah secara nyata. Bradikardi dan asistol juga telah diamati
setelah induksi anestesia dengan propofol, yang menghasilkan rekomendasi
dimana obat antikolinergik diberikan ketika stimulasi vagal terjadi berkaitan
dengan pemberian propofol. Propofol dapat mengurangi aktivitas sistem saraf
simpatik pada cakupan yang lebih besar dibandingkan dengan aktivitas sistem
Sindroma infus propofol adalah kejadian yang jarang terjadi dan merupakan
suatu keadaan yang kritis pada pasien dengan penggunaan propofol yang lama
(lebih dari 48 jam) dan dosis yang tinggi (lebih dari 5 mg/kgBB/jam). Biasanya
terjadi pada pasien yang mendapat sedasi di unit perawatan intensif.
Sindroma ini ditandai dengan terjadinya kegagalan jantung, rabdomiolisis,
asidosis metabolik dan gagal ginjal. Penanganannya adalah oksigenasi yang
adekuat, stabilisasi heodinamik, pemberian dekstrosa,dan hemodialisa.32
2.4. KETAMIN
Ketamin, 2-(o-chlorophenyl)-2-(methylamino)-cyclohexanonehydrochloride,
suatu arylcycloalkylamine yang secara struktural berhubungan dengan
2.4.3. FARMAKOKINETIK
Interaksi ketamin dengan obat pelumpuh otot adalah efek potensiasi dari
obat pelumpuh otot. Kombinasi ketamin dengan teofilin dapat menyebabkan
kejang. Diazepam menghambat efek kardiostimulasi dari ketamin dan
memperpanjang eliminasi waktu paruh ketamin. Propranolol, fenoksibenzamin
dan antagonis simpatis lain menutupi efek depresi otot jantung ketamin. Jika
dikombinasi dengan halotan, ketamin menimbulkan depresi otot jantung.
Terdapat toleransi untuk efek analgesi dari ketamin yang terjadi pada pasien yang
menerima dosis berulang. Dalam hal ini, toleransi dapat terjadi pada pasien yang
menerima lebih dari dua kontak dalam interval yang pendek. Interaksi ketamin
dengan propofol adalah aditif, bukan sinergisme.8,9,17
Ketamin menyebabkan reaksi psikis yang tidak disukai yang terjadi pada
saat bangun yang disebut emergence reaction. Manifestasi dari reaksi ini yang
bervariasi tingkat keparahannya adalah berupa mimpi buruk, perasaan melayang,
ataupun ilusi yang tampak dalam bentuk histeria, bingung, euphoria dan rasa
takut. Hal ini biasanya terjadi dalam satu jam pertama pemulihan dan akan
berkurang satu jam sampai beberapa jam kemudian.
Efek ketamin terhadap bronkus adalah relaksasi otot polos bronkus. Ketika
diberikan pada pasien dengan masalah pada jalan nafas dan bronkospasme,
komplians paru dapat ditingkatkan. Ketamin seefektif halotan dalam mencegah
bronkospasme. Mekanismenya adalah mungkin akibat rangsang simpatis ataupun
ketamin dapat secara langsung mengantagonis efek spasme dari karbakol dan
histamin. Karena efek bronkodilatasi ini, ketamin dapat digunakan untuk terapi
status asmatikus yang tidak respon terhadap pengobatan konvensional.8,9
Masalah pada sistem pernafasan dapat timbul akibat efek hipersalivasi dan
hipersekresi kelenjar mukus di trakea-bronkeal yang dapat menyebabkan
obstruksi jalan nafas akibat laringospasme. Atropin dapat diberikan untuk
mengatasi hal ini. Aspirasi dapat terjadi walaupun refleks batuk, refleks menelan,
refleks gag relatif intak setelah pemberian ketamin.8,9
Peningkatan tekanan darah sistolik pada orang dewasa yang mendapat dosis
klinis ketamin adalah 20-40 mmHg dengan peningkatan sedikit tekanan darah
diastol. Biasanya tekanan darah sistemik meningkat secara progresif dalam 3-5
menit pertama setelah injeksi intra vena ketamin dan kemudian akan menurun ke
level sebelum injeksi 10-20 menit kemudian.8,9
Ketamin merupakan obat pilihan yang paling rasional untuk induksi anestesi
cepat pada pasien gawat darurat terutama pasien dengan keadaan hemodinamik
yang tidak stabil.35
2.4.5. INTERAKSI
Ketamin dosis rendah disebut juga ketamin dosis analgesia ataupun dosis
subanestesia yaitu 0,2-0,75 mg/kgBB IV.26 Literatur lain menyebutkan dosis
analgesia dicapai pada 0,2 - 0,5 mg/kgBB IV.9
Salah satu efek samping yang ditakutkan pada pemberian ketamin adalah
spasme laring yaitu tertutupnya pita suara yang dapat menyebabkan sumbatan
jalan nafas sebagian ataupun total. Tetapi Newton dan Fitton (2008)
menyebutkan pada 92 pasien yang diberikan ketamin dosis 0,5-1 mg/kgBB IV
sebagai prosedural sedasi di ruang emergensi, kejadian spasme laring ini tidak
ditemukan.38
Pada dosis 0,1-0,5 mg/kgBB IV, ketamin memberikan efek analgesia yang
memuaskan selama operasi dan pada manajemen nyeri pasca bedah, tanpa suatu
sedasi maupun perubahan pada hemodinamik dan pernafasan. Efek mual dan
muntah juga jauh berkurang pada dosis ini.,40,41,42
Penggunaan ketamin dosis rendah dengan obat anestesi lokal juga telah
banyak dilakukan. Suzuki et al. (2006) memberikan ketamin 0,05 mg/kgBB/jam
IV sebagai tambahan terhadap infus epidural ropivakain dan morfin kontinu, dan
diperoleh hasil bahwa ketamin meningkatkan efek analgesia dari ropivakain-
morfin dan mengurangi nyeri paska torakotomi.43
PROPOFOL KETAMIN
RANGSANG
SIMPATIS
KALSIUM INHIBISI
INTRASELULER SIMPATIS
PELEPASAN
KATEKOLAMIN
RELAKSASI
INOTROPIK (-) OTOT POLOS
VASKULAR
VASOKONSTRIKSI
PERIFER
RESPON
HEMODINAMIK
- Tekanan darah
HIPOTENSI - Tekana arteri
rerata
- Laju jantung laju
nafas