Tugas Ibu Osrin Print
Tugas Ibu Osrin Print
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
1
kemandulan (infertilitas) karena kerusakan dan tersumbatnya saluran telur
(Kustriyani, 2009). Meskipun termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya
keputihan adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Keputihan merupakan
gejala premenstrual syndrome sehingga keputihan juga menyerang remaja. Penyakit
ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua
umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menurut WHO
menujukkan 75% wanita di dunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur
hidup adalah remaja yang berumur 10-19 tahun dan 45% diantaranya bisa
mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Diah, 2010).
Hal ini menunjukkan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan
dan merubah sikap. Di Indonesia sendiri, jumlah wanita yang mengalami keputihan
ini sangat besar, lebih dari 75% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan
paling tidak satu kali dalam hidupnnya, hal ini berkaitan erat dengan kondisi cuaca
yang lembab yang mempermudah berkembangnya infeksi jamur (Yogi, 2010).
Penyebab keputihan lain yang berlebihan terkait dengan cara kita merawat
organ reproduksi menunjukkan kejadian 45% penyebab dari bakteri vaginosis,
kandidiasis vulvovaginal 31%, trikomoniasis 2%, 3% gonore, 5% tidak spesifik
penyebab urogenital, dan 14% dengan penyebab lain misalnya, mencucinya dengan
air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak
menyerap keringat, jarang
mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Diar, 2009). Dari
survey yang dilakukan di SMK Batur Jaya 2 ceper terdapat program usaha
kesehatan sekolah (UKS), akan tetapi program yang diilaksanakan belum ada yang
menyangkut mengenai kesehatan remaja tentang keputihan. Dan dari pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti tentang pernah tidaknya diadakan penyuluhan tentang
keputihan, ternyata di SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten belum pernah mendapatkan
penyuluhan tentang keputihan. Dan dalam kurikulum pendidikan tidak pernah
diajarkan pengetahuan mengenai keputihan, sehingga masih banyak siswi yang
belum mengetahui tentang keputihan.
Dari hasil penelitian lain menunjukkan peningkatan jumlah responden yang
memiliki pengetahuan tinggi sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang
keputihan sebesar 70,2%, dan terdapat peningkatan jumlah responden yang
memiliki sikap baik sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu sebanyak
26,3% (Kustriyani, 2009).
2
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan penulis pada bulan
Desember 2011 di SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten. Peneliti melakukan wawancara
kepada 15 siswi tantang pengertian, penyebab, dan perawatan yang dilakukan jika
terjadi keputihan yaitu didapatkan 6 siswi tahu tentang keputihan dan 9 siswi kurang
tahu apa itu keputihan.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten.
B. TUJUAN
1. untuk mengetahui definisi radang pelvis
2. untuk mengetahui etiologi radang pelvis
3. untuk mengetahui penatalaksanaan radang pelvis
4. untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
radang pelvis.
C. RUMUSAN MASALAH
Anatomi fisiologi panggul pelvis
Definisi, tanda gejala dan patofisiologi infeksi panggul pelvis
Asuhan keperawatan infeksi panggul perlvis
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
4
panggul. Organism yang biasa menjadi penyebab penyakit ini adalah Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamidia trachomatis dan mungkin organisme yang terlibat
dalam vaginosos bakteri. Kondisi ini diawali dengan adanya infeksi saluran
genital bagian bawah ( vaginitis / servisitis / uretritis / skenitis / bartolinitis )
yang naik, dengan berbagai macam alas an, melewati barier mukosa serviks (
yang berubah )untuk menjadi infeksi saluran genital atas. Barier mukosa
serviks dapat diubah oleh adanya menstruasi atau akibat pengaruh hormon.
Naiknya infeksi tersebut dapat difasilitasi dengan penyemprotan, dilatasi, dan
kuret, serta sperma. Naiknya infeksi pertama kali ke endometrium dan
kemudian ke tuba falopii, dibantu oleh sperma atau refluks darah menstruasi.
Proses peradangan dalam tuba pada akhirnya mengarah ke inflamasi
peritoneum. Factor risikonya adalah N. gonorrhoeae atau Chlamidia
trachomatis dan vaginosis bakteri, berganti-ganti pasangan seksual dan praktik
menyemprot vagina. Diafragma dan cap serviks yang digunakan bersamaan
dengan spermisida vagina dan kondom dapat menurunkan risiko penyakit
radang panggul. Kemungkinan akibat dari PRP adalah infertilitas yang
berkaitan dengan pelekatan kedua tuba, kehamilan ektopik, nyeri abdomen
bawah kronis berkaitan dengan pelekatan panggul, serta adanya peningkatan
kerentanan terhadap kekambuhan.
Wanita dapat memiliki gejala PRP yang tidak jelas, sehingga anda
harus memiliki kecurigaan tinggi yang konstan untuk mendiagnosanya secara
dini terhadap proses infeksi . Semakin dini penetapan diagnosis dan
pengobatan, akibatnya akan semakin berkurang. Wanita yang terinfeksi PRP
akan mengalami nyeri abdomen bawah, umumnya bilateral, yang berat atau
ringan. Besar kemungkinannya wanita akan memiliki rabas mukopurulen
vagina /serviks, yang mengindikasikan organism yang menginfeksi. Apabila
uretra terinfeksi, wanita akan mengalami gejala uretritis., disuria, inkontiensa
urgensi. Metroragia merupakan gejala umum yang terjadi pada endomtritis.
Demam di atas 38oc serta mual/muntah yang merupakan tanda keparahan
klinis penyakit dan menggambarkan terjadinya peritonitis. Berdasarkan
pemeriksaan panggul, anda akan menemukan nyeri goyang pada serviks, nyeri
tekan adneksal bilateral dan pembesaran adneksal apabila penyakit ini
berkembang di saluran falopii. Leukosit akan melebihi sel epitel pada sediaan
basah. Wanita akan mengalami peningkatan laju sedimentasi eritrosit.
5
Bidan seharusnya menangani secara empiris saat wanita mengalami
nyeri goyang pad serviks atau nyeri tekan uterus/adneksal, tidfak ada
penyebab lain.
B. ETIOLOGI
6
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:
1. Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2. Skistosomiasis (infeksi parasit)
3. Tuberkulosis.
4. Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
Ada lima penyebab kelainan rongga panggul :
C. FAKTOR RESIKO
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi
untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya
yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal
yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis
sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya
adalah:
7
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu
30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam
sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah
pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran
reproduksi sebelumnya.
D. EPIDEMIOLOGI
Secara global sekitar 106 juta kasus klamidia dan 106 juta kasus gonore
terjadi pada tahun 2008. Jumlah kasus PID; Namun, tidak jelas. Hal ini
diperkirakan mempengaruhi sekitar 1,5 persen dari perempuan muda tahunan.
] Di Amerika Serikat PID diperkirakan mempengaruhi sekitar satu juta orang
setiap tahun. Tarif tertinggi dengan remaja dan pertama ibu waktu. PID
menyebabkan lebih dari 100.000 wanita untuk menjadi subur di setiap tahun
AS.
8
E. PATOFISIOLOGI
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran
genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina
(salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina
(parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar
ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%)
terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri.
Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke
ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme ini
adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae,
sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.
2. Limfatik
3. Hematogen
4. Intraperitoneum
5. Kontak langsung
9
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang
peranan, yaitu:
c. Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi
utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman kuman memasuki
kanalis servikalis.
d. Peristiwa Haid
10
merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman kuman N
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala gejala salpingitis akut
disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai
Febril Menses.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri
ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita
dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan
lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina,
demam, nyeri saat sanggama, dan menggigil.
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita
merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan
disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii.
Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya
bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan
kemandulan. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
o Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang
abnormal
o Demam
o Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam
o Kram karena menstruasi
o Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
o Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
o Nyeri punggung bagian bawah
o Kelelahan
o Nafsu makan berkurang
o Sering berkemih
o Nyeri ketika berkemih.
11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
H. KOMPLIKASI
I. PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah
melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti
kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila
mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera
diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas.
Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah
berulangnya infeksi.
J. PENGOBATAN
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak
perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita
harus dirawat di rumah sakit. Antibiotik diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut). Jika tidak ada respon
terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara
bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan
seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.
13
parenteral alternatif adalah ampicillin / sulbaktam ditambah doxycycline.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan rejimen parenteral dengan
ceftriaxone atau cefoxitin ditambah doxycycline. ] Pengalaman klinis memandu
keputusan mengenai transisi dari parenteral untuk terapi oral, yang biasanya
dapat dimulai dalam waktu 24-48 jam dari perbaikan klinis.
K. TERAPI
K. PROGNOSIS
Bahkan ketika infeksi PID sembuh, efek dari infeksi mungkin permanen.
Hal ini membuat identifikasi awal penting. Pengobatan berhasil disembuhkan
sangat penting dalam pencegahan kerusakan pada sistem reproduksi .
Pembentukan jaringan parut karena satu atau episode PID dapat
menyebabkan penyumbatan tuba, meningkatkan risiko ketidakmampuan untuk
mendapatkan jangka panjang hamil dan panggul / perut nyeri. [32] kejadian
tertentu seperti operasi pasca panggul, periode waktu segera setelah
melahirkan ( postpartum ), keguguran atau aborsi meningkatkan risiko tertular
infeksi lain yang mengarah ke PID.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
15
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,
BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
biasanya pada pemeriksaan rambut tidak ada kelainan
rambut dan kulit kepala
2) Wajah
biasa pada pemeriksaan radang panggul tidak terdapat
edema atau hematom
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
biasanya pada pemeriksaan radang pelvis tidak terdapat
cuping hidung atau kelainan yang lain.
5) Bibir
pada pemeriksaan radang pelvis tidak terdapat adanya
mukaso mulut atau kalainan yang lain
5) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat
rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
6) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
7).Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
8). Hepar.
biasanya tidak ada pembesaran hepar.
9.) Ekstremitas :
pada pemeriksaan ekstremitas bawah biasa di temukan
gangguan pada ekstremitas bawah .
10.) Sistem intergument :
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan
turgor kulit klien tidak elastis
16
5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksa pada saat merasakan
sakit .
b. Nutrisi Metabolik
biasanya pada klien yang mengalami radang pelvis akan
mengalami penurunan nafsu makan
c. Eliminasi
biasanya pada pengkajian eliminasi radang pelvis , klien
mengalami nyeri saat berkemih dan sering berkemih .
d. Aktivitas dan Latihan
biasanya klien yang mengalami radang panggul aktifitasnya d awal
terjadinya nyeri dan infeksi biasanya terganggu
e. Kognitif dan Persepsi
biasanya pasien mengalami kepanikan pasca nyeri
f. Istirahat dan Tidur Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur
karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
biasanya klien yang sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami
radang pelvis , pola pemikiran akan ansietas
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan
pada tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,
dan keputusasaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.
17
B.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,
perubahan pada reagulasi temperatur.
Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.
18
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEP. NOC NIC
19
2. Disfungsi seksual b/d NOC: NIC :
perubaha kesehatan Kriteria hasil memberikan
seksual. Menunjukan fungsi informasi
seksual kembali tentang fungsi
nomal seksual .
Mampu mengontrol diskusiakn efek
resiko penyakit dari situasi
menular seksual penyakit /
(PMS) kesehatan
menunjukan dapat pada
beradaptasi dengan seksualitas
ketidak mampuan diskusikan efek
fisik obat tetang
mampu mengontrol seksualitas
kecemasan sesuai indikasi
menunjukan diskusiakan
keinginan untuk tingkat
mendiskusikan pengetahuan
perubahan seksual pasien tentang
mengungkapkan seksualitas
secara verbal pada umumnya
pemahaman dorong pasien
tentang untuk
pembatasan vertebralisasi
indikasi medis kekuatan dan
meminta indikasi mengajukan
yang d butuhkan pertanyaan
tentang perubahan
fungsi seksual
pengunaan kontro
sepsi yang efektif
20
3. infeksi NOC : NIC :
(sepsis) b/d Kriteria hasil Monitor tanda
kontak dengan Klien bebas dari dan gejala
mikroorganisme. tanda dan gejala infeksi sistemik
infeksi, dan local
mendikripsikan monitor
proses penularan kerentangan
penyakit factor terhadap
yang infeksi
mempengaruhi berikan
penularan serta perawatan kulit
pentalaksanaannya pada area
menunjukan epidema
kemampuan untuk insfeksi kulit
mencegah dan membrane
timbulnya infeksi mukosa
jumlah leukosit terhadap
dalaam batas kemerahan ,
normal panas,
menunjukan prilaku drainase
hidup sehat instruksikan
minum anti
biotic sesuai
resep
21
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
22
PHATWAY
radang pelvis
pengaturan termoregulasi
peningkatan suhu
HIPERTERMI
23
DAFTAR PUSTAKA
24