Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah vital dalam pembangunan


kesehatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan wanita melalui
peningkatan pendidikan khususnya kesehatan reproduksi. Dilain pihak yang
mengecawakan adalah makin meningkatnya faktor infeksi alat reproduksi, hal ini
terjadi karena semacam revolusi seksual yang menjurus kearah eraglobalisasi
dunia. Infeksi merupakan akibat yang menyedihkan pada kesehatan reproduksi yang
berakhir dengan infertilitas dan meningkatkan kejadian kanker serviks, hal ini terjadi
karena perilaku tidak higienis (Manuaba, 1999).
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar
wanita. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Gangguan ini
merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak
ditangani dengan serius oleh para remaja. Keputihan banyak atau sedikit tidak boleh
dianggap remeh sebab apabila dibiarkan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Pada
umumnya, orang menganggap pengeluaran keputihan yang sedikit adalah normal.
Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat
mengakibatkan keputihan. Keputihan fisiologis biasanya terjadi pada remaja yang
menjelang masa haid hal ini karena pengaruh hormon estrogen, juga terjadi pada
wanita subur yang sedang terangsang sehingga mengeluarkan lendir dari kelenjar
leher rahim untuk membantu sperma masuk ke rahim. Keputihan pada wanita yang
belum menikah biasanya terjadi karena faktor hormonal dan masih dalam tahap
keputihan yang wajar (Muhammad, 2011).
Keputihan bisa menjadi tanda awal dari penyakit yang lebih berat, dari vaginal
candidiasis, gonorrhea, chlamydia, kemandulan hingga kanker. Keputihan yang tidak
segera diobati akan menimbulkan komplikasi penyakit radang panggul yang berlarut
- larut dan dapat menyebabkan

1
kemandulan (infertilitas) karena kerusakan dan tersumbatnya saluran telur
(Kustriyani, 2009). Meskipun termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya
keputihan adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Keputihan merupakan
gejala premenstrual syndrome sehingga keputihan juga menyerang remaja. Penyakit
ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua
umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menurut WHO
menujukkan 75% wanita di dunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur
hidup adalah remaja yang berumur 10-19 tahun dan 45% diantaranya bisa
mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Diah, 2010).
Hal ini menunjukkan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan
dan merubah sikap. Di Indonesia sendiri, jumlah wanita yang mengalami keputihan
ini sangat besar, lebih dari 75% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan
paling tidak satu kali dalam hidupnnya, hal ini berkaitan erat dengan kondisi cuaca
yang lembab yang mempermudah berkembangnya infeksi jamur (Yogi, 2010).
Penyebab keputihan lain yang berlebihan terkait dengan cara kita merawat
organ reproduksi menunjukkan kejadian 45% penyebab dari bakteri vaginosis,
kandidiasis vulvovaginal 31%, trikomoniasis 2%, 3% gonore, 5% tidak spesifik
penyebab urogenital, dan 14% dengan penyebab lain misalnya, mencucinya dengan
air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak
menyerap keringat, jarang
mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Diar, 2009). Dari
survey yang dilakukan di SMK Batur Jaya 2 ceper terdapat program usaha
kesehatan sekolah (UKS), akan tetapi program yang diilaksanakan belum ada yang
menyangkut mengenai kesehatan remaja tentang keputihan. Dan dari pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti tentang pernah tidaknya diadakan penyuluhan tentang
keputihan, ternyata di SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten belum pernah mendapatkan
penyuluhan tentang keputihan. Dan dalam kurikulum pendidikan tidak pernah
diajarkan pengetahuan mengenai keputihan, sehingga masih banyak siswi yang
belum mengetahui tentang keputihan.
Dari hasil penelitian lain menunjukkan peningkatan jumlah responden yang
memiliki pengetahuan tinggi sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang
keputihan sebesar 70,2%, dan terdapat peningkatan jumlah responden yang
memiliki sikap baik sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu sebanyak
26,3% (Kustriyani, 2009).
2
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan penulis pada bulan
Desember 2011 di SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten. Peneliti melakukan wawancara
kepada 15 siswi tantang pengertian, penyebab, dan perawatan yang dilakukan jika
terjadi keputihan yaitu didapatkan 6 siswi tahu tentang keputihan dan 9 siswi kurang
tahu apa itu keputihan.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten.

B. TUJUAN
1. untuk mengetahui definisi radang pelvis
2. untuk mengetahui etiologi radang pelvis
3. untuk mengetahui penatalaksanaan radang pelvis
4. untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
radang pelvis.

C. RUMUSAN MASALAH
Anatomi fisiologi panggul pelvis
Definisi, tanda gejala dan patofisiologi infeksi panggul pelvis
Asuhan keperawatan infeksi panggul perlvis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.


Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim),
saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga
panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit
Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit
radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-
25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita
akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit
ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk
diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi
seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti
biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85%
kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

Penyakit radang panggul ( PRP ) terdiri dari kombinasi antara


endometritis, salpingitis, ooforitis, abses dan tuba-ovarium, dan peritonis

4
panggul. Organism yang biasa menjadi penyebab penyakit ini adalah Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamidia trachomatis dan mungkin organisme yang terlibat
dalam vaginosos bakteri. Kondisi ini diawali dengan adanya infeksi saluran
genital bagian bawah ( vaginitis / servisitis / uretritis / skenitis / bartolinitis )
yang naik, dengan berbagai macam alas an, melewati barier mukosa serviks (
yang berubah )untuk menjadi infeksi saluran genital atas. Barier mukosa
serviks dapat diubah oleh adanya menstruasi atau akibat pengaruh hormon.
Naiknya infeksi tersebut dapat difasilitasi dengan penyemprotan, dilatasi, dan
kuret, serta sperma. Naiknya infeksi pertama kali ke endometrium dan
kemudian ke tuba falopii, dibantu oleh sperma atau refluks darah menstruasi.
Proses peradangan dalam tuba pada akhirnya mengarah ke inflamasi
peritoneum. Factor risikonya adalah N. gonorrhoeae atau Chlamidia
trachomatis dan vaginosis bakteri, berganti-ganti pasangan seksual dan praktik
menyemprot vagina. Diafragma dan cap serviks yang digunakan bersamaan
dengan spermisida vagina dan kondom dapat menurunkan risiko penyakit
radang panggul. Kemungkinan akibat dari PRP adalah infertilitas yang
berkaitan dengan pelekatan kedua tuba, kehamilan ektopik, nyeri abdomen
bawah kronis berkaitan dengan pelekatan panggul, serta adanya peningkatan
kerentanan terhadap kekambuhan.
Wanita dapat memiliki gejala PRP yang tidak jelas, sehingga anda
harus memiliki kecurigaan tinggi yang konstan untuk mendiagnosanya secara
dini terhadap proses infeksi . Semakin dini penetapan diagnosis dan
pengobatan, akibatnya akan semakin berkurang. Wanita yang terinfeksi PRP
akan mengalami nyeri abdomen bawah, umumnya bilateral, yang berat atau
ringan. Besar kemungkinannya wanita akan memiliki rabas mukopurulen
vagina /serviks, yang mengindikasikan organism yang menginfeksi. Apabila
uretra terinfeksi, wanita akan mengalami gejala uretritis., disuria, inkontiensa
urgensi. Metroragia merupakan gejala umum yang terjadi pada endomtritis.
Demam di atas 38oc serta mual/muntah yang merupakan tanda keparahan
klinis penyakit dan menggambarkan terjadinya peritonitis. Berdasarkan
pemeriksaan panggul, anda akan menemukan nyeri goyang pada serviks, nyeri
tekan adneksal bilateral dan pembesaran adneksal apabila penyakit ini
berkembang di saluran falopii. Leukosit akan melebihi sel epitel pada sediaan
basah. Wanita akan mengalami peningkatan laju sedimentasi eritrosit.
5
Bidan seharusnya menangani secara empiris saat wanita mengalami
nyeri goyang pad serviks atau nyeri tekan uterus/adneksal, tidfak ada
penyebab lain.

B. ETIOLOGI

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran


genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu
dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit
radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun
vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab
PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena
hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan
dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri
(darah menstruasi). Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri,
dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba
falopii.
90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan
terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma,
stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi
pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan. Penularan yang
utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke
dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan
IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsy endometrium.

6
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:
1. Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2. Skistosomiasis (infeksi parasit)
3. Tuberkulosis.
4. Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
Ada lima penyebab kelainan rongga panggul :

1. Gizi kurang baik selama pertumbuhan. Akibatnya, pertumbuhan tulang


dan panggul jadi kurang sempurna
2. Penyakit tulang. Contohnya penyakit rakitis yang diderita sejak kecil
hingga dewasa. Penyakit tulang bisa mengubah bentuk panggul dan
menyempitkan rongga bagian dalamnya.
3. Kelumpuhan. Bila salah satu kaki tidak dapat digunakan dengan
sempurna, mau tidak mau berat tubuh dipikul oleh kaki yang sehat.
Akibatnya, panggul bisa tumbuh miring.
4. Tumor. adanya tumor pada tulang panggul dapat mengubah bentuk
panggul dan menyebabkan sempitnya jalan lahir.
5. Kecelakaan. Tulang di tubuh bagian belakang yang mengalami cedera
bisa mengubah bentuk panggul, apalagi bila pengobatan tidak
sempurna.

C. FAKTOR RESIKO

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi
untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya
yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal
yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis
sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya
adalah:

1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya

7
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu
30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam
sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah
pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran
reproduksi sebelumnya.

D. EPIDEMIOLOGI

Secara global sekitar 106 juta kasus klamidia dan 106 juta kasus gonore
terjadi pada tahun 2008. Jumlah kasus PID; Namun, tidak jelas. Hal ini
diperkirakan mempengaruhi sekitar 1,5 persen dari perempuan muda tahunan.
] Di Amerika Serikat PID diperkirakan mempengaruhi sekitar satu juta orang
setiap tahun. Tarif tertinggi dengan remaja dan pertama ibu waktu. PID
menyebabkan lebih dari 100.000 wanita untuk menjadi subur di setiap tahun
AS.

8
E. PATOFISIOLOGI

Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran
genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina
(salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina
(parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar
ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.

1. Interlumen

Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%)
terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri.
Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke
ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme ini
adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae,
sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.

2. Limfatik

Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang


berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi
Myoplasma non purpuralis.

3. Hematogen

Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu


(misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serika

4. Intraperitoneum

Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan


intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat
menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.

5. Kontak langsung

Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi


setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.

9
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang
peranan, yaitu:

a. Terganggunya barier fisiologik

Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna,


akan mengalami hambatan.

1. Diostium uteri internum


2. Di kornu tuba
3. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman
kuman pada endometrium turut terbuang.Pada ostium uteri eksternum,
penyebaran asenden kuman kuman dihambat secara : mekanik,
biokemik dan imunologik.Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini
dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi
pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

b. Adanya organisme yang berperang sebagai vector

Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak


sampai tuba fallopi. Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat
pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai
tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut. Spermatozoa
juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman kuman N gonerea,
ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman kuman aerobik dan
anaerobik lainnya

c. Aktivitas seksual

Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi
utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman kuman memasuki
kanalis servikalis.

d. Peristiwa Haid

Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus


haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang
panggul gonore.Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah
pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik

10
merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman kuman N
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala gejala salpingitis akut
disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai
Febril Menses.

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri
ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita
dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan
lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina,
demam, nyeri saat sanggama, dan menggigil.
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita
merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan
disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii.
Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya
bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan
kemandulan. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
o Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang
abnormal
o Demam
o Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam
o Kram karena menstruasi
o Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
o Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
o Nyeri punggung bagian bawah
o Kelelahan
o Nafsu makan berkurang
o Sering berkemih
o Nyeri ketika berkemih.

11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainnya
yang biasa dilakukan:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksan cairan dari serviks
Kuldosentesis
Laparoskopi
USG panggul.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih
yang menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat
digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi
saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai
untuk melihat adanya infeksi. Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat
dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat
secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan.

12
H. KOMPLIKASI

Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam


kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan abnormal.
Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini
mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga
menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat
melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.

I. PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah
melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti
kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila
mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera
diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas.
Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah
berulangnya infeksi.

J. PENGOBATAN

PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak
perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita
harus dirawat di rumah sakit. Antibiotik diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut). Jika tidak ada respon
terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara
bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan
seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.

Untuk wanita dengan PID ringan sampai sedang keparahan, parenteral


dan terapi lisan tampaknya efektif. Tidak peduli untuk hasil jangka pendek atau
jangka panjang mereka apakah antibiotik diberikan kepada mereka sebagai
pasien rawat inap atau rawat jalan. rejimen umum termasuk cefoxitin atau
ditambah doxycycline , dan clindamycin ditambah gentamisin . Rejimen

13
parenteral alternatif adalah ampicillin / sulbaktam ditambah doxycycline.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan rejimen parenteral dengan
ceftriaxone atau cefoxitin ditambah doxycycline. ] Pengalaman klinis memandu
keputusan mengenai transisi dari parenteral untuk terapi oral, yang biasanya
dapat dimulai dalam waktu 24-48 jam dari perbaikan klinis.

K. TERAPI

Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran


tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik,
serta pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik
disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan
utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat
hasil dan perkembangan dari pengobatan. Pasangan seksual juga harus
diobati. Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memiliki pasangan
yang menderita gonorea atau infeksi Chlamydia yang dapat menyebabkan
penyakit ini. Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun
tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi risiko terkena penyakit radang panggul
kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila
memiliki PMS.

K. PROGNOSIS

Bahkan ketika infeksi PID sembuh, efek dari infeksi mungkin permanen.
Hal ini membuat identifikasi awal penting. Pengobatan berhasil disembuhkan
sangat penting dalam pencegahan kerusakan pada sistem reproduksi .
Pembentukan jaringan parut karena satu atau episode PID dapat
menyebabkan penyumbatan tuba, meningkatkan risiko ketidakmampuan untuk
mendapatkan jangka panjang hamil dan panggul / perut nyeri. [32] kejadian
tertentu seperti operasi pasca panggul, periode waktu segera setelah
melahirkan ( postpartum ), keguguran atau aborsi meningkatkan risiko tertular
infeksi lain yang mengarah ke PID.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses


keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan
lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif
yang dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut
kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa
keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang
timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat
merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap
kegiatan yang meliputi:
Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama,
status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung
jawab.
riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
klien biasa datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada bagian
panggul .
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
biasanya pada pasien yang terkena radang pelvis,memiliki Riwayat
penyakit radang panggul sebelumnya, Wanita dengan infeksi oleh
kuman penyebab PMS Menggunakan douche (cairan pembersih
vagina) beberapa kali dalam sebulan dan Penggunaan IUD (spiral)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
pada penyakit radang pelvis biasanya tidak di dapat riwayat penyakit
pada jeluarganya ( keturunan)
4. Pemeriksaan fisik

15
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,
BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
biasanya pada pemeriksaan rambut tidak ada kelainan
rambut dan kulit kepala
2) Wajah
biasa pada pemeriksaan radang panggul tidak terdapat
edema atau hematom
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
biasanya pada pemeriksaan radang pelvis tidak terdapat
cuping hidung atau kelainan yang lain.
5) Bibir
pada pemeriksaan radang pelvis tidak terdapat adanya
mukaso mulut atau kalainan yang lain
5) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat
rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
6) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
7).Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
8). Hepar.
biasanya tidak ada pembesaran hepar.
9.) Ekstremitas :
pada pemeriksaan ekstremitas bawah biasa di temukan
gangguan pada ekstremitas bawah .
10.) Sistem intergument :
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan
turgor kulit klien tidak elastis
16
5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksa pada saat merasakan
sakit .
b. Nutrisi Metabolik
biasanya pada klien yang mengalami radang pelvis akan
mengalami penurunan nafsu makan
c. Eliminasi
biasanya pada pengkajian eliminasi radang pelvis , klien
mengalami nyeri saat berkemih dan sering berkemih .
d. Aktivitas dan Latihan
biasanya klien yang mengalami radang panggul aktifitasnya d awal
terjadinya nyeri dan infeksi biasanya terganggu
e. Kognitif dan Persepsi
biasanya pasien mengalami kepanikan pasca nyeri
f. Istirahat dan Tidur Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur
karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
biasanya klien yang sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami
radang pelvis , pola pemikiran akan ansietas
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan
pada tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,
dan keputusasaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.

17
B.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksan cairan dari serviks
Kuldosentesis
Laparoskopi
USG panggul.
Pemeriksaan Penunjang

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,
perubahan pada reagulasi temperatur.
Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.

18
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Hipertermia b/d efek NOC : NIC :


langsung dari sirkulasi Thermoregulation monitor
endotoksin pada kriteria hasil : tekanan darah ,
hipotalamus, perubahan 1.Suhu dalam nadi dan RR
pada reagulasi rentan normal monitor
temperatur. 2.nadi dan RR dalam penurunan
rentan normal tingkat
3.tidak ada perubahan kesdaran
warna kulit dan tidak ada berikan
pusing pengobatan
untuk
mengatasi
penyebab
demam
kompres
pasien pada
lipat paha dan
aksila
ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihn akibat
panan
beritahu
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency
berikan anti
piretik jikaperlu.

19
2. Disfungsi seksual b/d NOC: NIC :
perubaha kesehatan Kriteria hasil memberikan
seksual. Menunjukan fungsi informasi
seksual kembali tentang fungsi
nomal seksual .
Mampu mengontrol diskusiakn efek
resiko penyakit dari situasi
menular seksual penyakit /
(PMS) kesehatan
menunjukan dapat pada
beradaptasi dengan seksualitas
ketidak mampuan diskusikan efek
fisik obat tetang
mampu mengontrol seksualitas
kecemasan sesuai indikasi
menunjukan diskusiakan
keinginan untuk tingkat
mendiskusikan pengetahuan
perubahan seksual pasien tentang
mengungkapkan seksualitas
secara verbal pada umumnya
pemahaman dorong pasien
tentang untuk
pembatasan vertebralisasi
indikasi medis kekuatan dan
meminta indikasi mengajukan
yang d butuhkan pertanyaan
tentang perubahan
fungsi seksual
pengunaan kontro
sepsi yang efektif

20
3. infeksi NOC : NIC :
(sepsis) b/d Kriteria hasil Monitor tanda
kontak dengan Klien bebas dari dan gejala
mikroorganisme. tanda dan gejala infeksi sistemik
infeksi, dan local
mendikripsikan monitor
proses penularan kerentangan
penyakit factor terhadap
yang infeksi
mempengaruhi berikan
penularan serta perawatan kulit
pentalaksanaannya pada area
menunjukan epidema
kemampuan untuk insfeksi kulit
mencegah dan membrane
timbulnya infeksi mukosa
jumlah leukosit terhadap
dalaam batas kemerahan ,
normal panas,
menunjukan prilaku drainase
hidup sehat instruksikan
minum anti
biotic sesuai
resep

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.


Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim),
saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga
panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit
Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit
radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-
25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita
akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit
ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk
diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi
seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti
biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85%
kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca maupun penulis dapat


mengetahui tentang Penyakit Infeksi Panggul atau radang panggul dan dapat
mengenali gejala-gejala penyakit tersebut serta dapat melakukan pencegahan
agar terhindar dari penyakit ini . Bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan kualitas dalam pencegahan dan pengobatan Penyakit Infeksi
Panggul.

22
PHATWAY

Bakteri (kuman pathogen)

merusak flora normal vagina

masuk kedalam cavum uteri

bakteri bermetastase terbentuknya pus

menginvasi jaringan disekitarnya masuk kedalam peritonium

radang pelvis

INFLAMASI perdarahan pada vagina mual nyeri saat bersenggama

hipotalamus gangguan fungsi seksual

hipotalamus DISFUNGSI SEXUAL

pengaturan termoregulasi

peningkatan suhu

HIPERTERMI

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri dan Genekologi, 1981. Genekologi. Bandung: fakultas Kedokteran


Universitas Padjadjaran Bandung.
2. Bobak, 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC.
3. Glasier, Anna, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC, 2005.
4. Rustam, 1976. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
5. Scott, R. James, Danford, Buku Saku Obstetri dan Genetalia. Jkarta : Widya Medika,
2002
6. Lasmini,2015.Jurnal Permata Indonesia, Klaten
7. Kusuma,Hardi,2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC

24

Anda mungkin juga menyukai