Definisi Syirkah
Definisi Syirkah
Disyariatkannya Syirkah
Riwayat yang shahih bahwa al-Barra bin Azib dan Zaid bin Arqam
keduanya bersyarikat dalam perniagaan. Mereka membeli barang-
barang secara kontan dan nasiah. Berita itu sampai kepada Rasulullah
a. Maka beliau memerintahkan agar menerima barang-barang yang
mereka beli dengan kontan dan menolak barang-barang yang mereka
beli dengan nasi'ah.
Macam-macam Syirkah
Yakni akad kerjasama antara dua orang yang bersekutu dalam modal
dan keuntungan.
Macam-macam Syirkah Transaksional
1. Syirkatul "Inan.
Yakni kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam usaha yang
dilakukan oleh tubuh mereka, seperti kerjasama sesama dokter di
klinik, atau sesama tukang jahit atau tukang cukur dalam salah satu
pekerjaan. Semuanya dibolehkan. Namun Imam Syafi"ie melarangnya.
Dise-but juga dengan Syirkah Shanai wat Taqabbul.
3. Syirkatul Wujuh.
Yakni kerjasama dua pihak atau lebih dalam keuntungan dari apa yang
mereka beli dengan nama baik mereka. Tak seorangpun yang memiliki
modal. Namun masing-masing memilik nama baik di tengah
masyarakat. Mereka membe-li sesuatu (untuk dijual kembali) secara
hutang, lalu keuntungan yang didapat dibagi bersama. Syirkah
semacam ini juga diboleh-kan menurut kalangan Hanafiyah dan
Hambaliyah, namun tidak sah menurut kalangan Malikiyah dan
Syafi"iyah.
4. Syirkatul Mufawadhah.
* Hendaknya modal itu riil. Yakni ada pada saat transaksi pembelian.
Karena dengan itulah aliansi ini bisa terlaksana, sehingga
eksistensinya dibutuhkan. Kalau saat transaksi tidak ada, maka
transaksi dianggap batal.
Kedua: Usaha.
Ketiga: Keuntungan.
Syirkah Simultan
Yakni kerjasama dua pihak atau lebih dalam hasil kerja tangan mereka.
Alasan yang diambil oleh Imam Syafi"i adalah bahwa syirkah itu
dilakukan tanpa modal harta sehingga tidak akan mencapai tujuannya,
yakni keuntungan. Karena syirkah dalam keuntungan itu dibangun di
atas syirkah dalam modal. Sementara modal di sini tidak ada, maka
syirkah ini tidak sah.
Dan dalil terakhir ini dibantah bahwa komitmen seseorang atas suatu
usaha tertentu tidak mesti dia melakukannya langsung, bisa saja dia
mengupah orang, atau ada orang yang membantunya tanpa upah. Dan
di antara hal yang memperjelas lemahnya pen-syaratan ini adalah bila
seandainya salah satu dari keduanya ber-kata, "Saya menerima saja dan
engkau yang bekerja," maka syirkah ini sah padahal kerja masing-
masing itu berbeda.
Kedua: Keuntungan.
Asas kerja sama antar sesama mitra usaha dalam syirkah ini adalah
jaminan atau garansi. Karena setiap usaha yang diterima masing-
masing pihak berada dalam jaminan semua pihak. Ma-sing-masing bisa
menuntut dan dituntut oleh usahanya sendiri. Karena syirkah ini
terlaksana hanya dengan adanya jaminan ini. Tidak ada hal yang
berarti yang dapat dijadikan dasar tegaknya perjanjian kerja sama ini
selain jaminan. Seolah-olah syirkah ini berisi jaminan masing-masing
pihak terhadap yang lain dalam komitmen dan hak yang dimiliki.
Kalau mereka bersekutu dalam jaminan, berarti mereka juga harus
berserikat dalam keuntungan. Mereka berhak mendapatkan
keuntungan sebagaimana mereka memukul jaminan secara bersama.
Para anggota syirkah ini memiliki satu tanggung jawab. Setiap usaha
yang dilakukan masing-masing, mendapatkan jaminan dari pihak lain.
Masing-masing dituntut untuk melakukan usaha. Dan masing-masing
juga berhak menuntut mitra usahanya untuk mendapatkan
keuntungan. Orang yang membayar upah misalnya, cukup
menyerahkan pembayaran kepada salah satu dari kedua pihak
tersebut. Kalau uang pembayaran tersebut hangus di tangan salah
seorang di antara mereka bukan karena faktor keteledoran, maka
menjadi tanggungjawab mereka berdua sehingga menjadi keuntungan
mereka yang hilang. Karena masing-masing di antara mereka menjadi
wakil atau penjamin bagi pihak lain dalam memegang keuangan atau
dalam menuntut keuntungan. Semen-tara sudah jelas bahwa tangan
seorang penjamin adalah tangan amanah yang hanya bertanggung
jawab bila melakukan ketele-doran atau melampaui batas.
Berakhirnya Syirkah Ini
Dengan kenyataan itu, maka tidaklah logis apa yang dinyatakan oleh
kalangan Malikiyah untuk diterapkan di sini yaitu bahwa dalam usaha
dengan sistem penanaman modal, ben-tuk usaha ini berlangsung
dengan mulainya usaha. Karena syirkah usaha ini berkaitan erat
dengan pribadi para pelaku, sehingga tanpa kehadirannya, tidak bisa
dibayangkan bagaimana kerja sama ini bisa berjalan.
Syirkatul Wujuh
Syirkah wujuh adalah akad yang dilakukan dua pihak atau lebih untuk
membeli sesuatu dengan mempergunakan nama baik mereka secara
berhutang. Bila menghasilkan keuntungan, mereka bagi berdua.
Syirkah jenis ini mengikat dua orang pelaku atau lebih yang tidak
memiliki modal uang. Namun mereka memiliki prestige atau nama
baik di tengah masyarakat sehingga membuka kesempatan buat
mereka untuk bisa membeli secara berhutang. Mereka ber-sepakat
untuk membeli barang secara berhutang dengan tujuan untuk dijual,
lalu keuntungannya jual beli itu mereka bagi ber-sama.
Sebab Disebut Sebagai Syirkatul Wujuh
Ini pembahasan yang berkaitan dengan definisi syirkah ini, asal muasal
penamaannya sebagai syirkah wujuh dan disyariat-kannya syirkah ini.