Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pembimbing:H. Muh. Khoirul Rifai, M. Pd. I

Oleh:
1. Sovy Nur Jannah (2814123145)
2. Zahro Alfatmi (2814123157)
3. Dian Novitasari (2814123160)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMNEGERI (STAIN)
TULUNGAGUNG
APRIL 2013
i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Bismillahirrahmaanirrahiim
Tiada tempat untuk mengucapkan puji syukur atas kegembiraan dan kebahagiaan atas
terselesaikannya penulisan makalah yang berjudul SEJARAH PERKEMBANGAN
HADITS untuk memenuhi tugas mata kuliah ULUMULHADITS kecuali hanya kepada
Allah SWT. Shalawat sertasalamsemogatetaptercurahkankepadaNabi Muhammad SAW. yang
telahmemberikanpenerangdanilmupengetahuankepadaumatnya.
Tiadakeberhasilan yang diperolehpenulistanpaadanyabantuandaripihak lain.
Karenaitu, padakesempatan iniizinkanpenulismenyampaikanpenghargaandan rasa
terimakasihkepada:
1. Bapak Dr. Maftukhin M.Ag,selaku ketua STAIN Tulungagung.
2. Bapak,H. Muh. Khoirul Rifai, M. Pd. I selaku dosen mata kuliah ulumul hadits.
3. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Namun dengan keterbatasan penulis, maka penulisan makalah ini amat jauh dari
kesempurnaan serta mutu yang diharapkan, meskipun semua itu telah penulis upayakan secara
maksimal.Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan.
Harapan penulis semoga amal baik yang telah diberikan oleh pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini memperoleh balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT.Penulis berdoa semoga makalah ini diridhai Allah dan dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, April2013

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah dan Periodisasi Perkembangan Hadits ....................................... 2
B. Perkembangan Hadits pada Masa Rasulullah ........................................................... 3
C. Perkembangan Hadits pada Masa Sahabat ................................................................ 7
D. Hadits pada Masa Tabiin.......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................................... 11

DAFTAR RUJUKAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah perjalanan hadits tidak sama dengan perjalanan al-Quran. Jika al-Quran
sejak awalnya sudah diadakan pencatatan secara resmi oleh para pencatat wahyu atas
perintah dari Nabi dan tidak ada tenggang waktu antara turunya wahyu dengan
penulisanya, maka tidak demikian dengan hadits nabi. Jika al-Quran secara normatif
telah ada garansi dari Allah, dan tidak ada keraguan akan otentisitasnya, maka tidak juga
demikian dengan hadits nabi, yang mendapatkan perlakuan berbeda dari al-Quran.
Dalam kitab-kitab hadits terdapat larangan penulisan hadits.
Dengan perbedaan sejarah perjalanan hadits dan sumber hukum utama al-Quran.
Maka kami, dalam makalah ini akan membahas sejarah dan perkembangan hadits dari
zaman Rasulullah sampai pada zaman sahabat.

B. Rumsan Masalah
1. Apa pengertian sejarah dan periodisasi perkembangan hadits?
2. Bagaimana perkembangan hadits pada masa Rasulullah?
3. Bagaimana perkembangan hadits pada masa sahabat?
4. Bagaimana hadits pada masa tabiin?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahuisejarah dan periodisasi perkembangan hadits.
2. Untuk mengetahui perkembangan hadits pada masa Rasulullah.
3. Untuk mengetahui perkembangan hadits pada masa sahabat.
4. Untuk mengetahui hadits pada masa tabiin.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Periodisasi Sejarah Perkembangan Hadits


1. Pengertian Sejarah Perkembangan Hadits
Yang maksud dengan perkembangan Hadits adalah masa atau periode-periode
yang telah dilalui oleh Hadits semenjak dari masa lahirnya dan tumbuh dalam
pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi.1
Objek pembahasan dan penelaahan sejarah Hadits adalah:
a. Tentang periode perkembangan Hadits dengan mendalami mengenai ciri-ciri dari
setiap periode, dengan memperhatikan keadaan dan sikap umat dan masyarakatnya
dan pengaruh timbal balik antara Hadits dan masyarakat tempat berkembangannya
Hadits.
b. Tentang Muhaditsin baik sebagai perawi, pentadwin, dan sebagainya yang bertalian
dengan tugas pemeliharaan, pembinaan, dan pengembangan Hadits sebagai dasar
Tasyri.

2. Periodisasi Sejarah Perkembangan Hadits


Para ulama penulis Hadist berbeda-beda dalam membagi periode-periode sejarah
Hadits. Periodisasi sejarah Hadits yang membaginya pada 7 periode:
a. Periode pertama: Masa Rasulullah, semenjak Rasulullah diangkat menjadi Rasul
sampai wafatnya, dsebut masa turun wahyu dan pembentukan Islam.
b. Priode kedua: Masa sahabat besar, semenjak pemulaan masa pemerintahan Abu
Bakar al-Shiqqid sampai pada berakhirnya zaman Ali Ibn Thalib (11H 40H)
disebut zaman pematerian dan penyederhanaan/ penyelidikan riwayah.
c. Periode ketiga: Masa sahabat kecil dan Tabiin Besar, dari berakhirnya zaman
Khulafa al-Rasyidin atau permulaan masa Amawiyah sampai abad pertama, disebut
masa penyebaran riwayah ke kota-kota/ daerah-daerah.
d. Periode keempat: Masa pemerintahan daulah Amawiyah, angkatan kedua sampai
masa Daulah Abbasiyah angkatan pertama, disebut masa penulisan dan masa
pentadwinan.

1
Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riwayah & Dirayah, (Bandung: CV. Mimbar Pustaka, 2008),hal 29

2
e. Periode kelima: Masa akhir pemerintahan Daulah Abbasiyah angkatan pertama
sampai awal pemerintahan daulah Abbasiyah angkatan kedua, disebut masa
penyaringan, pemeliharaan, dan pelengkapan.
f. Periode keenam: Masa Pemerintahan Abbasiyah angkatan kedua dari permulaan
abad IV Hijriyah sampai jatuhnya kota Baqdad tahun 656 H, disebut masa
pembersihan penyusunan, penambahan, dan pengumpulan.
g. Periode ketujuh: Masa sesudah Daulah Abbasiyah tahun 656 H sampai sekarang,
disebut masa penyerahan, penghimpunan, pentakhijan, dan pembahasan.2

B. Perkembangan Hadits pada Masa Rasulullah


Pada periode ini sejarah Hadits disebut masa turunnya wahyu dan pembentukan
masyarakat Islam. Pada masa ini Hadits lahir berupa sabda (aqwal), afal dan taqrir Nabi
yang berfungsi menerangkan al-Quran dalam rangka menegakkan Syariat Islam dan
membentuk masyarakat Islam.3
Para sahabat menerima hadits dari Rasul saw.ada kala langsung dari beliau sendiri,
yakni mereka langsung mendengar sendiri dari Nabi, baik karena ada sesuatu soal yang
diajukan oleh seseorang lalu Nabi menjawabnya, ataupun karena nabi sendiri yang
memulai pembicaraan, adakala tidak langsug yaitu mereka menerima sesama sahabat yang
telah menerima dari Nabi, atau mereka menyuruh seseorang bertanya kepada Nabi, jika
mereka sendiri malu untuk bertanya.4
Para sahabat dalam menerima Hadits dari Nabi, berpegang pada kekuatan
hafalannya, yakni menerimanyadengan jalan hafalan bukan dengan jalan menulis. Sahabat-
sahabat Rasul yang dapat menulis hanya sedikit sekali. Sehingga para sahabat menghafal
Hadits dan menyampaikannya kepada orang lain secara hafalan pula. Hanya beberapa
orang sahabat saja yang mencatat hadits yang didengarkannya dari Nabi. Masa Nabi adalah
masa diturunkannya al-Quran dari Allah SWT dan masa diwirudkannya Hadits oleh Nabi
saw. Untuk al-Quran, Nabi menyuruh para sahabat menghafal dan menulisnya. Terhadap
Hadits, Nabi memerintahkan untuk di hafal dan ditabligkan dengan tidak boleh sama sekali
mengubahnya, tapi tidak menyelenggarakan penulisan secara resmi seperti penulisan al-
Quran.5

2
Ibid., hal 30-32
3
Ibid., hal 33
4
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Yogyakarta: PT. Djaya Piruse, 1989), hal 51-52
5
Ibid., hal 53

3
Para sahabat dan tabiin yang mempunyai naskah hadits antara lain sebagai berikut:
1. Abdullah bin Amr bin Ash ra (65 H)
Abdullah bin Amr bin Ash ra adalah salah seorang sahabat yang selalu menulis
apa yang pernah didengarnya dari Nabi Muhammad SAW. Tindakan ini pernah
didengar oleh orang-orang Quraisy, mereka mengatakan, Apa engkau menulis semua
yang telah kau dengar dari Nabi?Sedang beliau itu hanya manusia, kadang-kadang
berbicara dalam suasana suka dan kadang-kadang berbicara dalan suasana duka? Atas
teguran tersebut, ia segera menanyakan tentang tindakannya kepada Rasulullah SAW.
Maka, jawab Rasulullah SAW, Tulislah!Demi Zat yang nyawaku ada di tangan-Nya,
tidaklah keluar daripadanya, selain hak.(HR Abu Dawud) dan Abu Hurairah pernah
mengatakan: Tidak ada satu pun sahabat Nabi yang haditsnya melebihi aku selain
Abdullah bin Amru, ia menulisnya sedangkan aku tidak menulisnya.(Fathul Baari:
1/217)
Rasulullah SAW mengizinkan Abdllah bin Amr bin Ash untuk menulis apa-apa
yang didengarnya dari beliau karena ia adalah salah seorang penulis yang baik. Naskah
ini disebut dengan Ash-Shahifah ash-Shadiqah, karena ditulisnya secara langsung dari
Rasulullah SAW.
2. Jabir bin Abdullah al-Anshari ra (78 H)
Naskah haditsnya disebut Shahifah Jabir. Qatadah bin Daamah as-Sudusy
memuji naskah Jabir ini dengan katanya, Sungguh, shahifah ini lebih kuhafal daripada
surat Al-Baqarah.
3. Human bin Munabbih (131 H)
Ia adalah seorang tabiin alim yang berguru kepada sahabat Abu Hurairah ra dan
banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW. Hadits-hadits tersebut kemudian ia
kumpulkan dalam satu naskah yang dinamai Ash-Shahifah ash-Shahihah. Naskah itu
berisikan hadits sebanyak 138 hadits.
Imam Ahmad di dalam musnadnya menukil hadits-hadits Humam bin Munabbih
keseluruhannya. Dan Imam Bukhari banyak sekali menukil hadits-hadits tersebut ke
dalam kitab sahihnya, terdapat dalam beberapa bab.
Ketiga buah naskah hadits tersebut di atas adalah di antara sekian banyak tulisan
hadits yang ditulis secara pribadi oleh para sahabat dan tabii yang muncul pada abad
pertama.

4
Ada beberapa orang sahabat yang tercatat sebagai sahabatyang banyak menerima hadis dari
Rasul SAW dengan beberapapenyebabnya. Mereka itu antara lain:
1. Para sahabat yang tergolong kelompok Al-Sdbiqun Al-Awwaliin (yang mula-mula masuk
Islam), seperti Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib dan Ibn
Mas'ud. Mereka banyak menerima hadis dari Rasul SAW, karena lebih awal masuk Islam
dari sahabat-sahabat lainnya.
2. Ummahdt Al-Mukminin (istri-istri Rasul SAW), seperti Siti Aisyah dan Ummu Salamah.
Mereka secara pribadi lebih dekat dengan Rasul SAW daripada sahabat-sahabat lainnya.
Hadis-hadis yang diterimanya, banyak yang berkaitan dengan soal-soal keluarga dan
pergaulan suami istri.
3. Para sahabat yang disamping selalu dekat dengan Rasul SAW juga menuliskan hadis-
hadis yang diterimanya, seperti Abdullah Amr ibn Al-'Ash.
4. Sahabat yang meskipun tidak lama bersama Rasul SAW, akan tetapi banyak bertanya
kepada para sahabat lainnya secara sungguh-sungguh, seperti Abu Hurairah.
5. Para sahabat yang secara sungguh-sungguh mengikuti majlis Rasul SAW banyak bertanya
kepada sahabat lain dari sudut usia tergolong yang hidup lebih lama dari wafatnya Rasul
SAW, seperti Abdullah ibn Umar, Anas ibn Malik dan Abdullah ibn Abbas.
Lantaran inilah masruq berkata, saya banyak berada semajelis dengan para sahabat.Maka ada
diantara mereka yang saya dapati ibarat kolam kecil, hanya mencukupi buat minum seorang, ada
yang mencukupi buat dua orang dan ada yang tidak kering-kering airnya, walaupun terus menerus
diminum oleh penduduk bumi ini.
Sebab penulisan Hadits tidak diselenggarkan secara resmi adalah:
1. Agar tidak adanya kesamaran terhadap al-Quran dan menjaga agar tidak bercampur
antara catatan al-Quran dan Hadits.
2. Pencatatan al-Quran yang turunnya berangsur-angsur memerluhkan perhatian dan
pengerahan tenaga penulis yang kontiyu, sedang sahabat yang pandai penukis sangat
terbatas , maka tenaga yang ada dikhususkan untuk menulis al-Quran.
3. Menyelenggarakan pemeliharaan Hadits dengan hafalan tanpa tulisan secara
keseluruhan berarti memelihara hafalan di kalangan umat Islam atau bangsa Arab yang
sudah kuat daya hafalnya.
4. Penulisan Hadits dengan segala ucapan, amalan, muamalah secara teknis, dibutuhkan
adanya penulis yang harus terus menerus menyertai Nabi saw. dalam segala hal.6

6
Endang Soetari, hal 36
5
Hadits dikalangan sahabat pada masa Nabi ada yang menyatakan Hadits Nabi saw.
yang menyatakan bahwa dilarangnya penulisan sesuatu selain al-Quran, yakni Hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Saad al-Khudari:

)(


Jangan kamu tulis sesuatu dariku, dan barang siapa yang telah menulis dariku selain
al-Quran, maka hndaklah dihapuskannya.(Riwayat Muslim)

Berdasarkan Hadits ini beberapa sahabat berpendapat bahwa penulisan Hadits tidak
diperbolehkan. Namun kebanyakan para sahabat dan tabiin membolehkan menuliskan
dengan berpegang pada hadits:
) (

Tulislah olehmu untuk Abu Syah.(Riwayat Bukhari)
Sabda Nabi yang diucapkan ketika Abu Syah meminta dituliskan pidato (Hadits)
Nabi saw. di suatu peristiwa pembunuhan seorang Bani Laits oleh golongan Khuzaah di
tahun fathul makkah.
Pada masa Rasulullah, ada upaya-upaya pemeliharaan terhadap Hadits. Menurut
Nuruddin Itr di dukung oleh lima faktor, yakni:
1. Kuatnya daya ingat dan hafalan sahabat.
2. Minat yang demikian kuat dlam mempelajari ajaran Islam.
3. Kedudukan hadits yang signifikan di dalam Islam sebagai bayanterhadap al-Quran.
4. Penyampaian hadits oleh Nabi yang menjadikan para sahabat merasa mudah unuk
menghafal.
5. Penulisan-penulisan hadits oleh sahabat yang dapat dijadikan pedoman apabila mereka
lupa.7
Periwayatan Hadits pada masa Nabi saw. diselenggarakan secara seksama dan
berkembang pesat berkat perhatian yang penuh dari para sahabat seluruh umat Islam pada
waktu itu, baik dari kalangan pria ataupun wanita. Dalam tarikh, wanita Anshar terkenal
sangat aktif memohon pelajaran pada Nabi saw., mereka tidak terhalangi oleh rasa malu
untuk bertanya soal-soal agama. Begitu pula kedudukan para ummahat al-Muminin (istri-
istri Nabi) demikian penting bagi pengembangan dan periwayatan Hadits, terutama terasa
setelah wafatnya Nabi saw. Apalagi bahwa para istri beliau aktif dalam mendalami agama,

7
Umi Subulah, Kajian Kritis Ilmu Hadits, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), Hal 41

6
seperti halnya Aisyah dan Ummu Salamah. Kepada beliaulah para sahabat sepeninggal
Nabi menanyakan masalah hukum dan peraturan mengenai kehidupan rumah tangga.
Demikianlah Nabi saw. telah mewurudkan Hadistnya selengkap-lengkapnya
sebagai interpretasi al-Quran, dan telah diterima oleh para sahabat dipelihara dalam
hafalan, penulisan, dan amalan mereka.8

C. Perkembangan Hadits pada Masa Sahabat


Periode kedua sejarah perkembangan hadits, adalah masa sahabat. Khususnya masa
Khulafa al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai tahun 40 H. Masa ini juga disebut
masa sahabat besar.
Pengertian tentang sahabat atau batasan tentang sahabat menjadi perdebatan para
ulama.Ada yang memberikan batasan sempit, yakni sahabat yang secara khusus menjadi
periwayat hadits.Ada juga yang mempunyai kecenderungan mengartikan sahabat sebagai
seorang yang bergaul dengan Nabi Muhammad walaupun tidak meriwayatkan hadits.9
Menurut Imam Syuhudi, kreteria seorang sahabat adalah sebagai berikut:
a. Adanya khabar mutawatir, seperti halnya para Khulafar ar-Rasyidin.
b. Adanya khabar masyhur, seperti Dlamah bin Tsalabah dan Ukasyah bin
Nisham.
c. Diakui sahabat yang terkenal kesahabatannya, seperti Hammah ad-Dausi yang
diakui oleh nabi Musa sl-Asyari.
d. Adanya keterangan dari tabiin yang tsiqah.
e. Pengakuan sendiri dari orang yang adil.10
Konteks ini sangat representatif mengingat kualifikasi para sahahabat Nabi
sendiri.Karena pada masa sahabat ini perhatian para sahabat masih terfokus pada
pemeliharaan dan penyebaran Al-Quran, maka pernyataan hadits belum berkembang.
Oleh karena itu, masa ini oleh para ulama dianggap sebagai masa yang menunjukkan
adanya pembatasan periwayatan (al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah).11
1. Menjaga Pesan Rasul SAW

8
Endang Soetari, hal 40
9
M. Alfatih Suryadilaga, dkk. Ulumul Hadits (Yogyakarta: Sukses Offset, 2010), hlm.49.
10
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Bandung: Angkasa, 1991), hlm. 30-31.
11
Munzier Suparto, Ilmu Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 79.

7
Pada umumnya para sahabat sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits,
bahkan disinyalir terdapat sahabat yang memilih diam dari pada menyampaikan
hadits.Hal ini bisa jadi karena mereka khawatir salah atau keliru menyampaikan
Hadits. Tindakan para sahabat ini bukan tanpa dasar atau acuan, mereka memang takut
apa yang diwanti-wanti oleh Nabi. Imam al-Bukhari meriwayatkan, ia pernah
mendengar Rasulullah bersabda:siapa yang sengaja berdustaata namaku, bersiap-
siaplah mengambil tempat dineraka.12
Tidak diragukan lagi, para tabiin (generasi lanjut) menerima hadits dari para
sahabat.demikian pula para sahabat saling menyampaikan hadits dengan ungguh-
sungguh tanpa dusta atau rasa enggan.karena Pada masa menjelang kerasulannya,
Rasul SAW berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada Al-Quran
dan Hadist serta mengerjakannya kepada orang lain sebagai mana sabdanya:

)(
Artinya:" Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan tersesat
setelah berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Quran) dan sunnahku
(Al-Hadits)".(HR. Malik)
2. Periwayatan Hadits dengan Lafaz dan Makna
Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadits, yang ditunjukan oleh
para sahabat dengan sikp kehati-hatiannya, tidak berarti hadist-hadist rasul tidak
diriwayatkan.Dalam batas-batas tertentu hadits-hadits itu diriwayatkan, khususnya
yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari baik dalam ibadah
maupun muamalah.
a. Periwayatan Lafzhi
Periwayatan Lafzhi adalah periwayatan hadits yang redaksinya atau
matannya persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW. Ini hanya bisa dilakukan
apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul SAW.13
Kebanyakan para sahabat meriwayatkan hadits melalui jalan ini.Mereka
berusaha agar periwayatan hadits sesuai dengan redaksi dari Rasul.menurut Ajjaj
Al-Khathib, sebenarnya, seluruh sahabat menginginkan agar periwayatan itu
dengan lafzhi bukan denganmaknawi.Sebagian dari mereka secara ketat melarang
meriwayatkan hadits dengan maknanya saja, sehingga satu huruf atau satu katapun

12
H.R. Bukhari.
13
Munzier Suparto, op. cit., hlm. 83.

8
tidak boleh diganti.Begitu pula tidak boleh mendahulukan susunan kata yang
disebut Rasul di belakang atau sebaliknya, atau meringankan bacaan yang tadinya
tsiqal(berat) dan sebaliknya. Dalam hal ini Umar bin Khattab pernah berkata
barang siapa pernah mendengar Hadits dari Rasul SAW. Kemudian ia
meriwayatkannya sesuai dengan yang ia dengar, orang itu selamat.14
b. Periwayatan Maknawi
Diantara para sahabat ada yang berpendapat, bahwa dalam keadaan darurat,
karena tidak hafal persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW., boleh diriwayatkan
secara maknawi. Periwayatan maknawi artinyaperiwayatan hadits yang matannya
tidak sama persis dengan yang didengarkannya dari Rasul SAW., akan tetapi isi dan
maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksut Rasul SAW.
Tanpa ada perubahn sedikitpun.
Meskipun demikian, para sahabat melakukannya dengan sangat hati-hati.
Ibnu Masud misalnya, ketika meriwayatkan hadits ada istilh-istilah tertentu yang
digunakan untuk menguatkan penukilannya, seperti dengan kata: qala Rasul SAW.,
(Rasul SAW bersabda begini), atau nahwan, atau qala Rasul SAW. Qariban min
hadza.
Periwatan hadits dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadits-
hadits yang redaksinya berbeda-beda meskipun maksut atau maknannya tetap sama.

D. Hadits pada Masa Tabiin


Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan tabiin tidak berbeda
dengan dilakukan oleh para sahabat, mengikuti jejak para sahabat sebagai guru-guru
mereka. Penyebaran hadits pada masa tabiin ini dikenal dengan masa periwayatan hadits
(intisyar al-riwayah ila al-amshar).
1. Pusat-pusat Pembinaan Hadits
b. Para sahabat yan membina hadits di Madinah yaitu: Khulafa Al-Rasyidin, Abu
Hurairah, Siti Aisyah, Abdullah bin Umar dan Abu Said Al-Khudri. Dengan
menghasilkan pembesar tabiin seperti Said ibn Al-Musyayyab,Urwah ibn Zubair.
c. Para sahabat yan membina hadits di Makkah yaitu: Muadz ibn jabal, Atab ibn
Asid, Harisvibn Hisyam, Utsman bin thalhah dan Utbah ibn Al-Haris. Tabiin

14
Munzier Suparto, loc. cit.

9
yang muncul yaitu Mujtahid ibn jabar, Atha ibn Abi Rabah dan Ikrimah maula Ibn
Abbas.
d. Para sahabat yan membina hadits di Kuafa yaitu: Ali bin Abi Thalib, saad bin Abi
Waqas dan Abdullah Masud. Tabiin yang muncul yaitu Al-Rabi ibn Qasim,
Kamal ibn Zaid Al-Nakhai. said bin Zubair Asadi.dll15
2. Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadits
Pergolakan ini terjadi setelah perang Jamal dan perang Siffin, yaitu ketika
kekuasaan dipegang oleh Ali bin Abi Thalib. Pengaruh langsung dan bersifat
negatife ialah menculnya hadits-hadits palsu (maudhu) untuk mendukung politiknya
masing-masing.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan Hadits adalah masa atau periode-periode yang telah dilalui oleh Hadits
semenjak dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan
pengamalan umat dari generasi ke generasi.
2. Para sahabat menerima hadits dari Rasul saw. ada kala langsung dari beliau sendiri,
yakni mereka langsung mendengar sendiri dari Nabi,adakala tidak langsug yaitu mereka
menerima sesama sahabat yang telah menerima dari Nabi, atau mereka menyuruh
seseorang bertanya kepada Nabi, jika mereka sendiri malu untuk bertanya.
3. Pada masa sahabat ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan
penyebaran Al-Quran, maka pernyataan hadits belum berkembang. Oleh karena itu,
masa ini oleh para ulama dianggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan
periwayatan (al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah).

B. Saran
Saran saya kepada pembaca lebih banyaklah membaca tentang sejarah hadits pada
masa Nabi hingga masa sekarang ini.Agar bisa membedakan dan mengetahui
perkembangan hadits dari masa ke masa.Disini kami hanya membahas hadits pada masa
Nabi hingga masa sahabat.

15
Ibid,. Hlm. 86

11
DAFTAR RUJUKAN

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Yogyakarta: PT. Djaya Piruse.
1980.

Ismail, M. Syuhudi.Pengantar Ilmu Hadits. Bandung: Angkasa. 1991.

Soetari,Endang. Ilmu Hadits Kajian Riwayah & Dirayah.Bandung: CV. Mimbar Pustaka.
2008.

Subulah, Umi. Kajian Kritis Ilmu Hadit.Malang: UIN Maliki Press. 2010.

Suparto,Munzier.Ilmu Hadis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2002.

Suryadilaga,M. Alfatih, dkk. Ulumul Hadits. Yogyakarta: Sukses Offset. 2010.

12

Anda mungkin juga menyukai