Anda di halaman 1dari 12

STEP 1

STEP1
No. Kata sulit Pengertian Sumber

1. Critical Thinking Definisi para ahli tentang berpikir kritis Makalah berpikir kritis Oleh
sangat beragam namun secara umum Dianmutiarach
berpikir kritis merupakan suatu proses
berpikir kognitif dengan
menggabungkan kemampuan
intelektual dan kemampuan berpikir
untuk mempelajari berbagai disiplin
ilmu dalam kehidupan, sehingga
bentuk ketrampilan berpikir yang
dibutuhkan pun akan berbeda untuk
masingmasing disiplin ilmu.

2. Clinical Reasoning Clinical reasoning adalah proses Sumber: CRITICAL


kognitif yang terjadi ketika berbagai THINKING, INTELECTUAL
informasi yang SKILLS, REASONING AND
diperoleh dokter baik melalui
CLINICAL REASONING Oleh:
anamnesis dan pemeriksaan fisik atau
melalui kasus klinik dr. July Ivone, MKK,
yang diberikan pada mahasiswa MPdKed FAKULTAS
kedokteran disintesis dan KEDOKTERAN
diintegrasikan dengan UNIVERSITAS KRISTEN
penegtahuan dan pengalaman yang MARANATHA BANDUNG -
telah dimiliki sebelumnya oleh dokter
dan mahasiswa
tersebut yang kemudian dipergunakan
untuk mendiagnosis dan
menatalaksana masalah
pasien.
3. Layanan Primer Adalah pelayanan dokter ataupun WEB: KEMITRAAN KLINIK
dokter gigi berpraktik umum yang DOKTER PRIMER/KELUARGA
merupakan garda pelayanan terdepan
dalam menghadapi masyarakat yang
sedang mengalami masalah kesehatan,
diselenggarakan secara komprehensif,
menyeluruh, berkelanjutan, dan
koordinatif dengan spesialis.
4. Critical Participation

5. Critical Thinker Orang yang menerapkan prilaku


berpikir kritis
6. Smart Thinking Smart Thinking is a practical, stepb-by- BUKU
step guide to improving skills in SMART TRHINKING SKILLS
analysis and critical thinking, and the FOR CRITRICAL
effective communication of arguments UNDERSTANDING AND
and explanation WRITING
KARANGAN: MATHEW ALLEN

STEP 2

CRITICAL THINKING

Definisi critical thinking

Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun secara umum berpikir kritis merupakan
suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan kemampuan intelektual dan kemampuan
berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk ketrampilan
berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk masingmasing disiplin ilmu.

1. Ciri-ciri critical thinker?

Menurut APA Delphi Study (Facione, 1990), seorang pemikir kritis memiliki cognitive skills sebagai
berikut: 1,4
1. Penafsiran adalah memahami dan mengartikan secara cepat dan akurat atas pengalaman, situasi,
data, kejadian, kejadian, tata cara, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria yang bervariasi.
Penafsiran meliputi keahlian dalam menggolongkan dan menjelaskan arti.
2. Analisis adalah mengenali maksud dan hubungan, sehingga dapat menyimpulkan secara benar
antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk lainnya, yang ditujukan untuk
mengungkapkan pendapat, pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat. Termasuk kemampuan
untuk menganalisis ide, mendeteksi argumen, dan menganalisis argumen merupakan bagian dari
analisis.
3. Evaluasi adalah menilai pernyataan yang logis atau bentuk lainnya seperti perhitungan atau deskripsi
dari persepsi, pengalaman, situasi, keputusan, atau pendapat seseorang, dan menilai kebenaran
secara logis atau dapat menyimpulkan hubungan antara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau
bentuk lainnya.
4. Menarik kesimpulan berarti dapat mengenali dan dapat menyimpulkan secara bertanggung jawab,
kedalam bentuk hipotesis, menyesuaikan dengan informasi yang sesuai dan mengembangkan dari
data, pernyataan, prinsip, bukti, keputusan, pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk
lainnya.
5. Penjelasan adalah hasil penalaran seseorang, penalaran yang benar berkaitan dengan kejadian,
konseptual, metodologi, dan pertimbangan kontekstual berdasarkan penelitian seseorang, dan
menyajikan penalaran dalam bentuk alasan yang kuat.
6. Self-regulation adalah menyadari kemampuan kognitif diri sendiri, unsur yang digunakan dalamnya,
dan perkembangan dari hasil yang didapat, terutama dengan menerapkan kemampuan dalam
menganalisis dan mengevaluasi kesimpulan seseorang dengan bertanya, menetapkan, pengesahan,
atau mengoreksi penalaran atau hasil orang lain.
Sumber: CRITICAL THINKING, INTELECTUAL SKILLS, REASONING AND CLINICAL REASONING Oleh: dr.
July Ivone, MKK, MPdKed FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Karakteristik critical thinker :

Open minded
Berfikir secara mandiri
Sadar diri
Bersemangat
Jujur
Sederhana
Terpacu pada tantangan
Terbuka pada kritik

Sumber: Kuliah Pakar Putri R. Ayuningtiyas

2. Bagaimana cara mengembangkan critical thinking pada pendidikan dokter


Selain itu juga diperlukan strategi dalam mengembangkan dan mengaplikasikan critical thinking,
dengan cara: (1) mengidentifikasikan tujuan; (2) menentukan pengetahuan apa diperlukan; (3)
memperkirakan kemungkinan untuk kesalahan; (4) menentukan waktu yang tersedia untuk
pengambilan suatu keputusan; (5) mengidentifikasi sumber daya yang tersedia; (6) mengenali faktor
yang mungkin berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

Beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu:2,6,8,9


1. Meningkatkan kemampuan membaca secara kritis, dengan (a) menggaris bawahi ide utama yang
dibaca; (b) belajar bersama dan mencocokkan apakah ide utama yang dibuat sama dengan anggota
kelompok lainnya; (c) menulis apa yang menjadi ide utama dalam suatu bacaan dalam kata-kata sendiri.
2. Meningkatkan kemampuan mendengarkan secara kritis, dengan (a) membuat-point-point yang penting;
(b) fokus pada apa yang pembicara katakan dan mendengar point-point utamaatau kunci.
3. Meningkatkan kemampuan mengamati secara kritis, dengan (a) menghapuskan beberapa batasan yang
ada dalam pikiran; (b) batasi atau kurangi beberapa gangguan; (c) bertanya pada diri sendiri apakah
telah mengerti apa yang menjadi point yang paling penting; (d) menciptakan jalan baru dalam
mengamati sesuatu; (e) selalu melihat diluar situasi.
4. Meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, dengan (a) memelihara beberapa logika yang
jelas dan akurat; (b) mengambil semua perincian sebagai pertimbangan; (c) menggunakan proses
sistematik dan scientifically-based; (d) menggunakan cognitive and psychomotor skills.
Sumber: CRITICAL THINKING, INTELECTUAL SKILLS, REASONING AND CLINICAL REASONING Oleh: dr.
July Ivone, MKK, MPdKed FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG -

3. Apa peran orang lain dalam perkembangan critical thinking kita?


Peran orang lain adalah membantu mengembangkan sikap kritis si pemikir kritis, misalnya saja bagi
mahasiswa kedokteran dan dosen sebagai orang yang mendukung perkembangan kemampuan
berpikir kritisnya.

Untuk menjamin berlangsungnya kegiatan critical thinking mahasiswa pada seluruh kegiatan
pembelajaran, Fakultas harus mendorong tertanamnya sikap dosen yang baik
yang mampu menciptakan suasana kondusif untuk perkembangan kemampuan critical
thinking mahasiswa. Cotton (1991) memberikan saran beberapa sikap yang dimiliki
dosen agar dapat membuat iklim yang kondusif bagi peningkatan critical thinking:
1. Menetapkan peraturan-peraturan yang baik dalam proses belajar mengajar
2. Membuat perencanaan kegiatan dengan baik
3. Menghormati setiap mahasiswa
4. Melaksanakan kegiatan yang tidak mengancam, baik secara fisik maupun mental
5. Fleksibel
6. Menerima perbedaan tiap-tiap individu
7. Menunjukkan sikap positif
8. Menjadi model / contoh dalam berpikir kritis
9. Menanggapi setiap respon
10. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi aktif
11. Menciptakan pengalaman yang mungkin akan berguna bagi kesuksesan tiap mahasiswa
12. Menggunakan berbagai jenis metode pengajaran

Sumber : CRITICAL THINKING GUIDELINES BAGI STAF AKADEMIK Oleh: Dra. Endang Lestari, M.Pd.
M.PdKed FK Unissula

4. Apa tujuan dari critical thinking?

Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah
keterampilan berpikir. Morgan (1999) mengutip pendapat Marzano (1992) memberikan kerangka
tentang pentingnya pembelajaran berpikir yaitu: (1) berpikir diperlukan untuk mengembangkan sikap
dan persepsi yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang positif, (2) berpikir perlu untuk
memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, (3) perlu untuk memperluas wawasan pengetahuan,
(4) perlu untuk mengaktualisasikan kebermaknaan pengetahuan, (5) perlu untuk mengembangkan
perilaku berpikir yang menguntungkan. Beberapa keterampilan berpikir yang dapat meningkatkan
kecerdasan memproses dalam life skill adalah keterampilan berpikir kritis keterampilan mengorganisir
otak, dan keterampilan analisis.

Sumber: Hakikat Berpikir Kritis dan Pentingnya Bagi Peserta Didik Oleh: Abdurrahman Mahmud

Sangat diperlukan bagi para pembelajar karena berkaitan dengan kemampuan mereka untuk
menyimpulkan sesuatu berdasarkan observasi dan informasi (Lipman, 1988, Resrick, 1987)
Digunakan untuk memeriksa kembali kebenarannya,ketetapan dan nilai dari sebuah
pengetahuan, kepercayaan dan argument
Menerapkan sesuatu yang telah diketahui untuk mengevaluasi cara belajar.
Sumber: Kuliah Pakar Putri R. Ayuningtiyas

5. Apa keuntungan dan kerugian dikembangkannya critical thinking?


Sukses akademik

Menghafal apa yang guru Anda memberitahu Anda dan muntah kata demi kata hanya akan
membuat Anda sejauh ini di sekolah . Menghafal apa guru katakan memberi Anda akses ke sejumlah
fakta diskrit Anda dapat memanggil untuk ujian . Ini akan melayani Anda baik pada pertanyaan yang
meminta pembacaan verbatim seperti informasi , tetapi nilai terbaik dan kesuksesan masa depan
akan pergi ke siswa yang bisa mengajukan pertanyaan tentang fakta-fakta , menarik hubungan antara
mereka , merumuskan pikiran mereka sendiri tentang masalah ini, dan mengartikulasikan mereka.
Sukses profesional

Keterampilan berpikir kritis akan membuat Anda lebih efektif dalam bidang apapun yang Anda
pilih untuk masuk ke dalam. Kemampuan untuk melihat bidang profesional Anda dan membuat
hubungan untuk mengidentifikasi peluang ada orang lain yang melihat belum akan memberikan
keuntungan . Ini adalah cara produk baru dan inovatif terjadi . Jika Anda selalu hanya mengikuti orang
banyak, Anda tidak akan pernah menonjol . Dalam dunia bisnis yang kompetitif , Anda berada dalam
kesulitan profesional jika Anda tidak dapat berdiri sendiri atau membuat kontribusi yang berharga
untuk majikan Anda .
empati

Keterampilan berpikir kritis dapat membantu Anda bergaul dengan jangkauan yang lebih luas
orang . Hal ini karena jika Anda dapat melangkah mundur dan mengevaluasi situasi dari perspektif
lain selain Anda sendiri , Anda dapat lebih memahami mengapa orang yang berbeda melakukan apa
yang mereka lakukan . Ini akan membantu Anda menghindari konflik sosial yang hasil dari dua
perspektif sempit menyeruduk kepala dengan satu sama lain . Hal ini dapat memperluas lingkaran
sosial Anda , dan menyebabkan interaksi yang lebih harmonis dengan semua orang di sekitar Anda .
kekurangan

Kelemahan dari keterampilan berpikir kritis adalah bahwa mereka dapat membawa Anda ke
wilayah baru dan menakutkan . Anda mungkin menemukan diri Anda mempertanyakan nilai-nilai ,
bahkan agama , di mana Anda dibesarkan . Ada kenyamanan eksistensial tertentu dalam orang lain
memberitahu Anda bagaimana dunia bekerja , kemudian membabi buta menempel menerapkan
prinsip-prinsip . Harga kenyamanan sederhana ini forgoing pemahaman yang lebih mendalam tentang
bagaimana dunia bekerja , dan semua peluang ini berpikir lebih dalam menyediakan . Meskipun Anda
dapat menggunakan kemampuan berpikir Anda untuk menemukan prinsip-prinsip baru yang masuk
akal , versi modifikasi dari menerapkan prinsip-prinsip asli, atau pemahaman baru dari orang- ajaran
asli, Anda mungkin merasa kehilangan saat Anda berpindah di antara titik A dan B.
Sumber: www.ehow.com

6. Mengapa proses penerapan critical thinking harus dimulai sejak usia dini?
Abstrak: Masa usia dini merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitive untuk menerima
berbagai upaya perkembangan seluruh potensi. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-
fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini
merupakan masa untuk meletakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Salah
satu aspek yang perlu dikembangkan sejak dini pada masa peka ini adalah kemampuan berfikir kritis
(critical thinking). Kemampuan berfikir kritis pada anak, dapat dikembangkan melalui berbagai cara dan
pelaksanaannya dapat terobservasi dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis anak adalah melalui pendekatan belajar aktif di TK.
Melalui belajar aktif, anak membangun pengetahuannya sendiri melalui objek dan pengalaman-
pengalaman nyata. Anak mengalami langsung objek-objek, manusia, ide dan kejadian-kejadian. Kondisi
ini diperlukan untuk membangun perkembangan kognitif anak. Secara lebih khusus penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan efektifitas penggunaan active learning dalam mengembangkan
critical thinking pada anak TK. Penelitian menggunakan metoda deskriptif, dengan teknik purposive
sampling. Data faktual yang didapat diolah secara kuantitatif berdasarkan informasi statistik, dan
kualitatif berdasarkan hasil-hasil penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test post-test
desain. Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil
sebelum dan sesudah perlakuan dalam kemampuan berfikir kritis (critical thinking) anak dengan
menggunakan pendekatan belajar aktif (active larning) di TK. Dengan menggunakan uji Wilcoxon
diperoleh hasil sebesar Zhitung = 3,606 > Ztabel(95%)= 1,96 dengan tingkat kepercayaan 99%.
Penerapan pembelajaran aktif (active learning) di TK melalui pemilihan dan perancangan tema
pembelajaran dan menggunakan pendekatan klasikal, serta dukungan setting lingkungan belajar yang
kondusif dari berbagai pihak dipandang dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis (critical
thinking) ke arah peningkatan kemampuan yang lebih baik.
Sumber: Efektivitas Penggunaan Active Learning dalam Mengembangkan Critical Thinking Pada Anak
Usia Dini Oleh: Rita Mariyana, dkk.

7. Apa Hubungan antara critical thinking dengan critical participation dan clinical reasoning?

Pengembangan Pengetahuan Berpikir kritis Pertimbangan Klinis Diagnosis


(Partisipasi Kritis)

Pengalaman Klinis Penalaran Klinis

Dalam mengembangkan proses berpikir kritis untuk menentukan suatu pertimbangan klinis, diperlukan
pengetahuan yang dijadikan landasan untuk berpikir. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang, akan semakin banyak pula alternatif dalam melihat suatu permasalahan. Pengembangan
pengetahuan dan pengalaman klinis adalah proses yang saling melengkapi. Hampir semua pengalaman
diinterpretasikan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, demikian pula sebaliknya, pengalaman juga
dapat merevisi pengetahuan yang telah dimiliki. Dari pengalaman klinis, secara induktif akan muncul
penalaran klinis, namun hal ini belum cukup untuk membuat pertimbangan klinis. Proses berpikir kritis
yang berlandaskan pada pengetahuan yang dimiliki harus berjalan seiring dengan pengalaman klinis
dalam membuat pertimbangan klinis. Beberapa karakteristik berpikir kritis dalam clinical practice,
antara lain: action-oriented dengan tujuan mengarahkan, pro-active dengan berinisiatif dan
mengantisipasi, menggunakan keahlian berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki,
memadukan antara logika dengan perasaan intuitif, mencari jawaban yang terbaik menjawab, tidak
hanya berdasarkan beberapa jawaban saja, dapat bekerja secara kolabaratif.
Sumber: CRITICAL THINKING, INTELECTUAL SKILLS, REASONING AND CLINICAL REASONING Oleh: dr.
July Ivone, MKK, MPdKed FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG -

CLINICAL REASONING
Definisi clinical reasoning

Clinical reasoning adalah proses kognitif yang terjadi ketika berbagai informasi yang diperoleh dokter
baik melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik atau melalui kasus klinik yang diberikan pada mahasiswa
kedokteran disintesis dan diintegrasikan dengan penegtahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya oleh dokter dan mahasiswa tersebut yang kemudian dipergunakan untuk mendiagnosis
dan menatalaksana masalah pasien.

8. bagaimana seorang dokter menerapkan critical thinking untuk clinical reasoning?

Clinical reasoning dan analisisnya dari sudut pandang critical thinking Dalam menjalankan praktek
kedokteran, dokter diharuskan selalu melakukan clinical reasoning. Groves dkk. (2002) mengambil
pendapat Newble menjelaskan bahwa
clinical reasoning adalah proses kognitif yang terjadi ketika berbagai informasi yang diperoleh dokter
baik melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik atau melalui kasus klinik yang diberikan pada mahasiswa
kedokteran disintesis dan diintegrasikan dengan penegtahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya oleh dokter dan mahasiswa tersebut yang kemudian dipergunakan untuk mendiagnosis
dan menatalaksana masalah pasien. Karena merupakan proses kognitif, maka proses reasoning sangat
dipengaruhi oleh proses berfikir manusia yang cenderung untuk: (i) terburu-buru sehingga sering tidak
dilakukan evaluasi yang mendalam terhadap berbagai alternatif (ii) dangkal, sehingga gagal untuk
menantang asumsi dan mempertimbangkan pandangan orang lain (iii) kabur, tidak jelas (iv) dan tak
terorganisir. Akibatnya, wajar jika pada umumnya kita selalu mencari jalan pintas penyelesaian
masalah. Cognitive bias juga mempengaruhi praktek dokter, salah satunya adalah confirmation bias,
yakni banyaknya waktu yang dipergunakan untuk mengkonfirmasi atau mecari pembenar atas
hipotesis yang dibuatnya, dan bukan mengevaluasi ketepatan atau mencari kelemahan hipotesisnya.
Untuk mengatasi bias kognitif tersebut, Kee dan Bickle (2004) mengutip pendapat Roy Poses,
menyarankan agar: (i) meminta feedback atas proses pengambilan keputusan dan keputusan yang
dihasilkan (ii) membuat akuntabilitas dan justifikasi yang jelas untuk menetapkan keputusan (iii) perlu
menfokuskan diri untuk mencari hipotesis alternatif. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam
clinical reasoning terkait dengan proses cognitive adalah: hindari bias persepsi dengan menata ulang
masalah, cari penjelasan dari berbagai referensi, dan biasakan untuk membuang informasi yang tidak
berguna.

Sumber: TELAAH KRITIS TERHADAP CLINICAL REASONING DALAM KONTEKS CRITICAL THINKING Oleh:
Endang Lestari Bag. Pendidikan Kedokteran FK Unissula

CRITICAL PARTICIPATION

Definisi critical participation

9. Bagaiman menerapkan critical thinking untuk critical participation?


Berdasarkan keputusan-keputusan yang kita capai dengan critical thinking kita bisa memilih critical
participation mana yang lebih tepat. Critical participation memiliki cakupan yang lebih luas dan harus
ada keputusan bersama antara pasien dan dokter.
10. Sebutkan metode yang digunakan dalam clinical reasoning?

Clinical reasoning biasa dibagi menjadi forward dan backward clinical reasoning
(Patel dkk. dalam Beullens dkk. 2005). Forward clinical reasoning adalah proses untuk menetapkan
hipotesis berdasarkan data yang ada. Sedangkan backward clinical reeasoning adalah
mengungkapkan data berdasarkan hipotesis. Sebagai contoh, jika seorang dokter menyatakan bahwa
pasien ini mempunyai gula darah yang tinggi melebihi normal, dan menarik hipotesis bahwa pasien
menderita diabetes, maka dapat dikatakan bahwa dokter tersebut melakukan forward reasoning.
Sedangkan jika dokter menyakatan karena pasien menderita diabetes, maka pasien memiliki gula darah
yang tinggi melebihi normal.

Sumber: TELAAH KRITIS TERHADAP CLINICAL REASONING DALAM KONTEKS CRITICAL THINKING Oleh:
Endang Lestari Bag. Pendidikan Kedokteran FK Unissula
11. Factor yang mempengaruhi clinical reasoning?

Faktor yang mempengaruhi clinical reasoning adalah proses berpikir seseorang yang cendenrung
untuk:

a. Terburu-buru sehingga sering tidak dilaukan evaluasi yang mendalam terhadap berbagai alternative
b. Dangkal,sehingga gagal untuk menantang asumsi dan mempertimbangkn pandanga orang lain
c. Kabur, tidak jelas
d. Dan tidak terorganisir
Sumber: TELAAH KRITIS TERHADAP CLINICAL REASONING DALAM KONTEKS CRITICAL THINKING Oleh:
Endang Lestari Bag. Pendidikan Kedokteran FK Unissula

Faktor yang mempengaruhi


Pengetahuan yang terstruktur
Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan melakukan kategorisasi
Kemampuan melakukan refleksi
Pengalaman menerima umpan balik yang membangun
Pengalaman terpapar masalah klinis
Pengalaman menagangi pasien
Kemampuan komunikasi interpersonalnya
Kemampuan mengatur pola pikir
Sumber: Kuliah pakar Dr. Dian Apriliana R, M.Med.Ed.

12. Apa saja jenis dari clinical reasoning?


Berdasarkan proses analisis
Analytic: adalah kegiatan penalaran dengan melakukan analisis yang sangat berhati-hati
untuk mengetahui hubungan antara tanda dan keluhan untuk menetapkan diagnosis
Non analitic-clinical reasoning: adalah clinical reasoning yang membutuhkan penalaran sama
sekali, danbiasa disebut dengan pattern recognition (pengenalan tanda)

Sumber: TELAAH KRITIS TERHADAP CLINICAL REASONING DALAM KONTEKS CRITICAL THINKING Oleh:
Endang Lestari Bag. Pendidikan Kedokteran FK Unissula

Clinical reasoning biasa dibagi menjadi forward dan backward clinical reasoning
(Patel dkk. dalam Beullens dkk. 2005). Forward clinical reasoning adalah proses untuk menetapkan
hipotesis berdasarkan data yang ada. Sedangkan backward clinical reeasoning adalah
mengungkapkan data berdasarkan hipotesis. Sebagai contoh, jika seorang dokter menyatakan bahwa
pasien ini mempunyai gula darah yang tinggi melebihi normal, dan menarik hipotesis bahwa pasien
menderita diabetes, maka dapat dikatakan bahwa dokter tersebut melakukan forward reasoning.
Sedangkan jika dokter menyakatan karena pasien menderita diabetes, maka pasien memiliki gula darah
yang tinggi melebihi normal.

Sumber: TELAAH KRITIS TERHADAP CLINICAL REASONING DALAM KONTEKS CRITICAL THINKING Oleh:
Endang Lestari Bag. Pendidikan Kedokteran FK Unissula

Ilness Script (Feltovich dan Barrows 1984)


Digunakan oleh seorang ahli
Tanpa ada proses analisi yang mendalam
Mencocokan diagnose kasus yang sudah pernah ditemui sebelumnya karena memiliki
kesamaan pola
Scheme Inductive reasoning
Skema ini bila digambarkan di atas kertas menyerupai peta jalan
Kurang cocok digunakan pada pemula
Digunakan oleh seorang ahli untuk mengegakkan diagnose pada kasus yang kompleks
(sudah muncul berbagai komlikasi)

Sumber: Kuliah pakar Dr. Dian Apriliana R, M.Med.Ed.

13. Apa kendala mahasiswa dalam melaksanakan critical thinking dan clinical reasoning?
Beberapa hal yang dapat menghalangi proses berpikir kritis dalam pengambilan keputusan, antara lain:
(1) sulit berubah, mind set yang kaku, petunjuk praktek secara tradisional, kebiasaan dan rutinitas; (2)
takut membuat kekeliruan; (3) enggan untuk mengambil resiko atau mencari strategi alternatif; (4)
pengambilan keputusan tanpa cukup data atau tanpa didukung oleh dasar pemikiran rasional; (5)
kegagalan menilai efektivitas dari pengobatan

Sumber: CRITICAL THINKING, INTELECTUAL SKILLS, REASONING AND CLINICAL REASONING Oleh: dr.
July Ivone, MKK, MPdKed FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Mahasiswa juga harus dipersiapkan dalam pembelajaran berpikir kritis. Pithers (2000)
mengadopsi pendapat Raths menjelaskan bahwa sikap mahaiswa yang dapat menghambat
berpikir kritis diantaranya adalah:
1. Bertindak tanpa berpikir (impulsive)
2. Memerlukan bantuan pada setiap tahap (over dependent)
3. Menggunakan strategi yang tidak sesuai dengan tujuan (tidak memahami hubungan sebab-akibat)
4. Mengalami kesukaran dalam pemahaman (miss meaning)
5. Merasa yakin benar (dogmatism)
6. Kaku / tidak fleksibel (rigidity / infleksibility)
7. Tidak percaya diri (not confident)
8. Beranggapan berpikir kritis sebagai membuang waktu (anti intellectual)
Sumber : CRITICAL THINKING GUIDELINES BAGI STAF AKADEMIK Oleh: Dra. Endang Lestari, M.Pd.
M.PdKed FK Unissula

14. Bagaimana Cara mengatasi kendala dalam menerapkan critical thinking?

Meskipun demikian, Sternberg (dalam Pithers, 2000) menyatakan bahwa kegiatan pengajaran critical
thinking sebagai generic skill tidak pernah berhasil. Selanjutnya Raths disebabkan oleh berbagai
kendala, diantaranya adalah:
1. Dosen merasa tidak perlu belajar sesuatu dari mahasiswa: dalam berpikir kritis, dosen adalah
pembelajar yang perlu mendapatkan ide-ide baru, salah satunya adalah dari mahasiswa.
2. Dosen hanya memberikan kuliah: seharusnya dosen menanggapai respon dari mahasiswa dan
menyajikan kuliah dengan lancan dan menggunakan teknologi. Dalam konteks problem- based
learning yang difungsikan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis mahasiswa, dosen harus
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sebagai fasilitator dan bukan sebagai instruktur.
3. Program yang tepat untuk meningkatkan kemampuan critical thinking. Dalam berpikir kritis, program
tergantung pada tujuan dan isi, serta tergantung pada konteks dan kultur tempat siswa
melaksanakan kegiatan berfikir.
4. Pilihan program berpikir kritis berdasarkan pilihan biner (holistic or processed-based, flexible
delivery vs face to face); program akan lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan gabungan.
5. Hal yang terpenting adalah jawaban benar, seharusnya yang perlu diketahui justru adalah proses
berpikir yang terjadi untuk dapat menjawab dengan benar.
6. Diskusi merupakan alat untuk meraih penyelesaian akhir. Dalam konsep criticlm thinking,
seharusnya, critical thinking itulah yang harus menjadi alat penyelesaian akhir.
7. Penguasaan materi, jika mahasiswa dapat menjawab 90% benar, berarti telah belajar dalam 90%
waktu. Padahal, seharusnya thinking dan performa dpat ditingkatkan terus menerus.
8. Peran pembelajaran berpikir kritis adalah mengajar berpikir kritis, yakni mengajarkan tentang
konsepr dan teori berfikir kritis, bukannya melatih kemampuan berfikir kritis.
Sumber : CRITICAL THINKING GUIDELINES BAGI STAF AKADEMIK Oleh: Dra. Endang Lestari, M.Pd.
M.PdKed FK Unissula

15. Bagaimanakah berfikir menurut islam?

slam mengajarkan menuntut ilmu itu berlangsung seumur hidup dan tidak ada batasan waktu
dalam mencarinya, muslim yang tua, muda, pria atau wanita, kaya dan miskin wajib atasnya
untuk menuntut ilmu, karena Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim. (HR
Thabrani).

Dan bahkan wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah merupakan uswah pertama
dalam menuntut ilmu, wahyu pertama yang beliau terima adalah perintah untuk menjadi
orang berilmu melalui membaca (iqro)[4], hal ini benar-benar menunjukan bahwa Islam
mengajak dan memerintahkan kita untuk menjadi orang yang berilmu, yang salah sau
jalannya adalah dengan terus belajar, sabda Rasulullah: Barangsiapa melalui suatu jalan
untuk mencari suatu pengetahuan (Agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga.[5] Dan beliau S.a.w juga bersabda: Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan
belajar.[6]

Islam memberikan perhatian dan penghargaan yang besar terhadap masalah ilmu, orang-
orang yang menuntut ilmu (tholabul ilmi) dan para ahlinya (orang-orang yang
berilmu:ulama). Dalam konsepsi Islam orang berilmu itu berbeda dengan orang yang tidak
berilmu, dikatakan bahwa orang yang berilmu itu lebih baik dan lebih terhormat daripada
orang yang tidak memiliki ilmu (bodoh), bagi orang yang berilmu (ahli ilmu/ulama) maka
Allah taala akan mengangkat derajatnya pada kedudukan yang tinggi dan terhormat, firman-
Nya yang mengatakan: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan[11].

Jadi berfikir kritis dalam islam adalah berusaha memperbarui ilmunya yang dapat digunakan
untuk melakukan pemikiran pemikiran kritis

Sumber: KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (Long Life Education) oleh: Haryanto
al-fandi

16. Apa manfaat smart thinking ?

'Smart thinking' can assist you in:


working out where and how to look for the information you need
understanding that information in relation to your own work
deciding which information is relevant to your topic and which is not
identifying when you need to find out more information to make sense of a problem.
Smart thinking can also improve your capacity to set your communication in
context. It alerts you to the importance of:
your audience and their expectations of what you are doing
the requirements upon you to communicate in a certain way in a certain
your own assumptions and biases, and the role of society in forming those biases, which will need to
be considered and explored through your communication.

Sumber: BUKU SMART TRHINKING SKILLS FOR CRITRICAL UNDERSTANDING AND WRITING
KARANGAN: MATHEW ALLEN

Anda mungkin juga menyukai